A. Pendahuluan
Pesatnya perkembangan ilmu fisika dan aplikasinya menyebabkan ilmu ini menjadi
salah satu mata pelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah di negara
ma ju. Di Indonesia sendiri, mata pelajaran fisika juga menjadi mata pelajaran wajib
dari tingkat SMP hingga SMA. Di dalam program-program studi eksakta, ilmu fisika
menjadi mata kuliah tingkat dasar. Namun ironisnya, para lulusan sangat jarang
Dies Natalis XVIII Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains • Universitas Katolik l'arahyangan 29
•
Ora\io Dies
menggunakan ilmu fisika yang pernah dipelajarinya dalam pekerjaannya, dan hanya
intensif digunakan bagi mereka yang menjadi peneliti fisika, guru dan dosen tisika.
Kenyataan ini akhirnya menimbulkan pertanyaan besar : "Apakah gunanya kita
mempelajari fisika selama bertahun-tahun, kalau nantinya tidak akan bermanfaat
dalam pekerjaan ?".
Dalam orasi ini, akan dibahas bagaimana ilmu fisika berkembang hingga saat ini.
Memang tidak semua perkembangan bidang ilmu tisika akan dibahas dalam orasi
ini, namun hal yang menjadi fokus adalah bagaimana proses perkembangan ca bang
ilmu fisika terjadi dan bagaimana proses perkembangan ini dikaitkan dengan
pendidikan karakter melalui pengajaran fisika. Dengan demikian, ilmu tisika dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan karakter para ca Ion sarjana yang pernah
mengenyam ilmu tersebut. Karakter-karakter yang dikembangkan dari ilmu fisika
ini bersifat generik, artinya bahwa karakter-karakter tersebut dapat diaplikasikan
dalam segala aspek kehidupan.
llmu Fisika berkembang dari keingintahuan manusia akan perilaku alam sekitarnya.
Tidak ada yang tahu kapan persisnya manusia mulai mencari penjelasan-penjelasan
rasional tentang alam sekitarnya, seperti kapan manusia mulai memahami eksistensi
api, kekerasan benda dan kegunaannya, gerak benda langit dalam kaitannya waktu
dan pergantian musim, dan sebagainya. Pengetahuan manusia tentang perilaku
alam saat itu masih bersifat sporadis dan belum terstruktur seperti sekarang ini.
dan Gereja, khususnya terhadap gagasan tentang sistem tata surya, dimana bumi
bukan merupakan pusat alam semesta. Galileo harus menghabiskan 10 tahun sisa
hidupnya sebagai tahanan rumah, dan baru pada tahun 1992, Galileo mendapat
11
pengampunan 11 dari Paus Yohanes Paulus II.
Sejak saat itu, perkembangan ilmu fisika berkembang dengan metode yang
dikembangkan oleh Galileo. Dalam perkembangannya, cabang ilmu fisika dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu fisika klasik dan fisika modern.
Fisika klasik mangacu pada cabang-cabang fisika yang dikembangkan sebelum
abad 20 dan ditujukan pada pemahaman fenomena makroskopis. Fisika modern
mengacu pada cabang-cabang ilmu fisika yang dikembangkan setelah abad 20, dan
sebagian besar ditujukan pada pemahaman fenomena mikroskopis, kecuali teori
relativitas khusus Einstein yang dapat juga digunakan untuk memahami fenomena
gerak benda makroskopis dengan laju mendekati laju cahaya dan teori relativitas
um um Einstein untuk me ma ha mi gerak benda di bawah pengaruh gaya gravitasi.
Sebagian besar orang berpendapat bahwa era fisika klasik dimulai pada saat
lsaacNewton mengusulkan tiga teori Newton tentang gerak dan dan teori gravitasi
dalam bukunya Mathematical Principles of Natural Philosophy (Phi/osophiae
Natura/is Principia Mathematica) pada tahun 1687. Dengan tiga teori gerak
tersebut, Newton dapat menjelaskan hampir semua gerak benda yang pernah
dipelajari secara terpisah oleh para pendahulunya, seperti Archimedes dengan gaya
ke atas di dalam fiuida (gaya Archimedes), Galileo dengan gerak jatuh bebasnya dan
Johannes Kepler dengan konsep lintasan planet yang berbentuk elips.
Dengan teori tentang gerak benda, dan teori gravitasi, Newton mendapatkan
bahwa gerak benda di permukaan bumi dan gerak benda langit ternyata diatur
oleh hukum alam yang sama. Hal ini bertentangan dengan pandangan Aristoteles
yang beranggapan bahwa hukum alam yang mengatur gerak benda di permukaan
bumi berbeda dengan hukum alam yang mengatur gerak benda langit. Selain itu,
dengan menggunakan teori gerak tersebut dan dengan bantuan matematika,
32 Dies Natalis XVlll Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains - Universitas Katolik Parahyangan
manusia dapat memprediksi perilaku gerak benda pada waktu yang akan datang
dengan akurasi yang mengagumkan. Teori Newton tentang gerak menjadi dasar
pernahaman manusia tentang gerak benda untuk masa yang cukup lama, dan
hingga sekarang masih dipergunakan hingga batas-batas tertentu.
Secara filosofis, teori Newton tentang gerak telah mengubah pandangan manusia
menjadi deterministik, yang berarti bahwa setiap peristiwa dapat diprediksi dengan
tepat berdasarkan keadaan yang berlaku saat ini. Secara matematis, teori Newton,
khususnya teori Newton II dapat direpresentasikan dalam persamaan diferensial
orde 2 yang perilaku solusi persamaan tersebut bergantung pada posisi dan
kecepatan benda pada suatu saat tertentu. Pandangan deterministik dikemukakan
oleh ilmuwan Marquis de Laplace di awal abad 19, yang menyatakan bahwa alam
semesta pun bersifat deterministik. Hal ini memunculkan pendapat bahwa perilaku
manusia pun di masa mendatang sangat bergantung bagaimana perilaku manusia
yang bersangkutan di masa kini, dimana dalam sebagian besar kasus, pendapat ini
ada benarnya.
A= fL dt
(1)
Nilai A bergantung pada lintasan perubahan sistem fisis dari waktu t, ke waktu t,.
Perilaku sistem fisis mengikuti lintasan perubahan sistem fisis yang memberikan
nilai ekstrem pada A (dalam hal ini, nilai minimum). Prinsip variasi menempati
posisi yang sangat penting dalam perkembangan ilmu fisika, dan hampir semua
fenomena fisika diformulasikan dengan prinsip ini. Bahkan sifat pemantulan dan
pembiasan cahaya dapat diformulasikan dengan memandang bahwa cahaya selalu
memilih lintasan yang dapat ditempuh dengan waktu terpendek. Dengan demikian,
sangatlah wajar jika orang berpendapat bahwa alam bekerja dengan suatu
mekanisme yang sudah tertentu, dan apabila kita memiliki informasi yang cukup
tentang mekanisme tersebut, maka kita dapat memprediksi perilaku alam di masa
depan dengan akurasi yang memadai.
Dies Nata Ifs XVIII Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains - Universitas Katollk Parahyang~ri 33
Oratio Dies
Era fisika modern dimulai pada awal abad 20 dengan perdebatan penjelasan
berbagai fenomena fisis yang tidak dapat dilakukan dengan kaidah fisika klasik yang
telah pada saat itu. Fenomena fisis yang dimaksud adalah penjelasan tentang radiasi
yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam (benda yang secara ideal menyernp
seluruh radiasi luar yang diterimanya), efek fotolistrik, spektrum tak kontinu yang
dipancarkan oleh lampu hidrogen dan sifat mutlak laju gelombang elektromagnetik
yang tidak bergantung pada gerak pengamat.
Sifat-sifat radiasi benda hitam ditinjau dari sisi termodinamika dipelajari oleh
Wilhelm Wien di tahun 1896, Josef Stefan di tahun 1879 dan Ludwig Boltzmann
di tahun 1889. Pada tahun 1900, John W. S. Rayleigh dan James H. Jeans mencoba
menjelaskan sifat-sifat radiasi benda hitam dengan menggunakan teori Newton
dan mekanika statistik, namun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan data
eksperimen untuk radiasi dengan panjang gelombang yang pendek. Pada tahun
yang sama, Max Planck mengusulkan penjelasan yang hasilnya sesuai dengan
data eksperimen, namun penjelasan yang diberikan sangat berseberangan dengan
pemahaman tentang radiasi pada saat itu, yaitu
• Penyerapan energi oleh benda hitam bersifat diskrit.
• Besar energi yang diserap bergantung pada frekuensi radiasi.
Hipotesa yang dikemukakan Planck dikonfirmasi oleh Albert Einstein di tahun 1905.
Bahkan pada tahun tersebut, Einstein menerbitkan 4 buah makalah ilmiah dalam
jurnal Annalen der Physik yang kemudian merevolusi pemahaman manusia tentang
alam. Salah satu makalah jurnal tersebut dalam membahas penjelasan tentang
efek fotolistrik dengan menggunakan hipotesa Planck, dengan sedikit modifikasi
bahwa energi radiasi elektromagnetik bersifat diskrit yang efeknya dapat dirasakan
di tingkat mikroskopis, dan bahwa dengan demikian, radiasi elektromagnetik dapat
berperilaku seperti partikel dalam interaksinya dengan parlikel mikroskopik lainnya.
Hipotesa Einstein ini dikonfirmasi oleh Arthur H. Compton melalui eksperimen
hamburan Compton di tahun 1923.
Pada era ini pula, manusia mulai mempertanyakan building block benda-benda
makroskopis yang dinamakan atom. Konsep tentang atom telah dikemukakan
oleh para filsuf Yunani berabad-abad yang lalu, namun teori tentang atom yang
Dies Natalis XVl!I Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains • Universitas Katolik Parahyangan 35
Oratio Dies _ _ _ __
Selain tinjauan di alam mikroskopis, era fisika modern juga ditandai dengan
usaha memperoleh penjelasan tentang keabsolutan laju rambat gelombang
elektromagnetik. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menjelaskan hal tersebut,
namun tidak ada satupun penjelasan yang benar-benar memuaskan. Pad a akhirnya,
keabsolutan laju rambat gelombang elektromagnetik harus dipandang sebagai
konsekuensi berlakunya hukum-hukum listrik magnet. Albert Einstein dalam
makalah ilmiahnya yang terkenal mengenai teori relativitas khusus di tahun 1905
tidak berusaha menjelaskan keabsolutan laju rambat gelombang elektromagnelik
ini, namun beliau menjadikannya sebagai salah satu postulat dalam teori relativitas
khususnya. Konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan oleh dua postulat teori
relativitas khusus telah mengubah pandangan manusia tentang perilaku fisis
pada kecepatan tinggi, dan beberapa konsekuensi tersebut pada saat ini telah
dimanfaatkan dalam teknologi navigasi, seperti penggunaan dilatasi waktu dalam
melakukan koreksi pada alat Global Positioning System (GPS). Kosenkuensi lain
D'les Natalis XVIII Fakultas Teknologi lnformasi dan Sa ins - Universitas Katolik Parahyangan 37
dari teori relativltas adalah adanya ekivalensi massa dan energi yang dinyatakan
2
dalam rumus terkenal 1T = 1nc . Dengan ekivalensi ini, secara parsial kita
mengerti bahwa setiap benda yang berrnassa ir1erni!iki energi yang sangat besar
yang dapat dilepaskan melalui suatu mekanisme tertentu (misalnya reaksi fisi
pada Uranium-235), dan juga secara parsia! kita mengerti tentang asa! usul alarn
semesta, bahwa massa benda rnerupakan energi yang termampatkan oleh suatu
proses tertentu dalam waktu yang sangat lama. Konsekuensi-konsekuensi di atas
merupakan inferensi loglka n1e!alui analisis matematis terhadap dua postulat teori
relativitas khusus, karena pada kenyataannya belum pernah ada inanusia yang
bergerak dengan laju mendekati laju ram bat cahaya.
Selain teori re!ativitas khusus, Einstein pada tahun 1915 juga mengusulkan teori
relativitas urnum yang menghubungkan eksistensi massa benda dengan geometri
ruang waktu di sekitar benda tersebut. Teori ini sering dlkena! sebagal teori
gravitasi modern yang mengubah pandangan tentang inedan gravitasi semenjak
teori gravitasi perta1na kali diusulkan oleh Newton. Da!an1 teori relativitas umum,
setiap benda akan bergerak melalul suatu lintasan dengan energi minimum dalam
suatu ruang waktu, dan keberadaan massa benda akan rnengubah bentuk ruang
waktu tersebut. Sebagai contoh, andaikan sebuah planet bergerak mengelilingi
sebuah bintang dalam !intasan lingkaran. Berdasarkan teori gravltasi Newton,
planet terse but mendapatkan gaya sentripetal dari gaya gravitasi sehingga bergerak
melingkar terhadap bintang tersebut, namun berdasarkan teori re1ativitas umurn,
keberadaan bintang akan melengkungkan ruang waktu di sekitar bintang tersebut,
sehingga planet akan bergerak menelusuri ruang waktu yang melengkung tersebut.
l<eduanya tetap menyatakan bahwa planet tersebut akan bergerak mengelilingi
bintangnya, narnun cara pandang kedua teori tersebut sangat!ah berbeda. Teori
re!ativitas u111un1 juga memprediksikan bahwa lintasan cahaya akan terbelokkan
jika cahaya tersebut melalui sebuah benda bermassa, suatu hal yang bertentangan
dengan teori gravitasi Newton yang inenyatakan bahvva hanya benda-benda
bermassa saja yang rnenga!ami gaya gravitasi yang disebabkan o!eh benda bermassa
!ainnya. Prediksi teori relativitas um um sesuai dengan observasi poslsi bintang yang
dilihat pada saat gerhana matahari di Afrika Baral pada tahun 1919 yang dipimpin
oleh Arthur S. Eddington.
38 Dies Natali> XVIII Fakult<>S Teknologi lnfor111asi d<:n Sa ins" Universitas Katolik Parahy;ingan
c, Peranan Matematika dalam Perkembangan llmu Fisika
Dal am perkembangan fisika klasik dan fisika modern, peranan matemalika sangatlah
nenonjol. Dalam perketnbangan teori Newton, rnatematika digunakan sebagai
1
alat untuk rnembangun sebuah teori yang sederhana namun dapat menjangkau
sebanyak 1nungkin observasi ftsis yang telah ditemukan secara terpisah. Newton
menunjukkan dengan menggunakan matematika bahwa hukurn yang mengatur
gerak jatuh bebas adalah sama dengan hukum yang mengatur pergerakan benda
langit, namun untuk dapat menunjukkan hal tersebut. Newton memerlukan suatu
aturan perhitungan matematika yang be!urn ditemukan sebelumnya. Aturan inilah
yang sekarang kita kenal sebagai ka/kulus, yaitu suatu cabang matematika yang
berfokus pada perubahan infinitesimal (diferensial) dan penjumlahan infinitesimal
(integral). Secara bersamaan, Gottfried Wilhelm Leibniz, seorang matematikawan
Jerman, juga mengembangkan kalkulus. Dengan menggunakan kalkulus ini
pula, Newton menemukan bahwa gaya gravitasi haruslah sebuah kuantitas yang
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar benda. Dengan kalkulus pula,
Newton merumuskan ketiga teori geraknya untuk menjelaskan bentuk orbit planet
seperti yang diamati oleh Johannes Kepler, namun pada kenyataannya, teori
Newton tentang gerak tersebut berkembang menjadi dasar analisis tentang gerak,
yang sekarang disebut sebagai n1ekanika.
Demikian pula dengan fenomena listrik magnet. Teori listrik magnet yang ditemukan
secara terpisah oleh Coulomb, Biot-Savart, Ampere dan Faraday dirangkum
dengan menggunakan kalkulus vektor menjadi 4 buah persamaan Maxwell yang
berslfat konsisten satu sama lain. lmplikasi matematis persamaan Maxwell adalah
munculnya gelombang elektromagnetik yang memiliki laju rambat yang bersifat
absolut. lrnp!ikasi ini memunculkan kontradiksi, karena berdasarkan rnekanika
Newton, tidak ada besaran vektor yang bersifat absolut, apalagi jika dipandang dari
sebuah kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap. Namun karena tidak
ditemukan kesalahan dalam formulasi persamaan Maxwell ini, maka para ftsikawan
memusatkan diri pada pencarian penjelasan logis tentang kontradiksi ini. Karena
tidak diperoleh jawaban yang memuaskan, maka Albert Einstein mempostulatkan
sifat absolut laju ram bat cahaya ini di dalam teori relativitas khususnya. Konsekuensi
matematis teori relativitas khusus, seperti transformasi ruang waktu, kontraksi
panjang, dilatasi waktu, ekivalensi massa dan energi mengubah pandangan
--·-----·--··----- -·-----------·------------
Dies Natalis XVIII Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains • Universitas Katolik Parahyangan 39
Oratio Dies
Peranan geometri dalam fisika sangat dominan dalam pembentukan teori relativitas
um um, hingga muncul istilah geometrodynamics untuk teori ini. Hal ini disebabkan
karena inti dari teori re!ativitas umum adalah hubungan antara eksistensi materi
dengan dinamika ruang-waktu di sekitar materi tersebut, yang secara matematis
dinyatakan dalam persamaan medan Einstein. Fenomena seperti lubang hitam,
membeloknya cahaya di sekitar materi, dan lain-lain dapat dijelaskan dengan
berprinsip bahwa semua obyek (termasuk cahaya) bergerak mengikuti profil ruang-
waktu yang dilaluinya.
Peranan matematika juga sangat besar dalam perkembangan fisika kuantum. Pada
tahun 1926, Erwin Schrodinger mengembangkan sebuah persamaan diferensial
yang pada dasarnya berasal dari formulasi energi total nonrelativistik sistem
fisis, untuk memberikan deskripsi matematis tentang sistem-sistem mikroskopis.
Persamaan ini memberikan solusi fungsi keadaan sistem fisis yang ditinjau. Seka Ii pun
persamaan Schrodinger merupakan suatu terobosan dalam memahami fenomena
mikroskopis, namun solusi persamaan Schrodinger ini sangatlah bergantung pada
deskripsi matematis interaksi yang ada di dalam sistem mikroskopis tersebut. Oleh
karena itu, hanya sistem-sistem yang memiliki deskripsi interaksi sederhana yang
dapat dicari solusinya secara analitis. Untuk sistem yang lebih kompleks, persamaan
Schrodinger dapat dipecahkan secara numerik dengan menggunakan komputer,
bergantung pad a tingkat kompleksitas interaksi sistem tersebut.
Setelah melihat perkembangan fisika seperti yang diuraikan di atas, kita dapat
membayangkan betapa pesat dan kompleks perkembangan fisika hingga saat ini.
Dengan perkembangan ilmu fisika yang sedemikian pesat, maka hampir mustahil
kalau kita dapat mempelajari seluruh cabang ilmu fisika selama duduk di bangku
pendidikan. Belum lagi adanya kenyataan di Indonesia bahwa pendidikan fisika
dipandang sebelah mata karena dianggap tidak dapat mempersiapkan lulusannya
untuk bekerja selain menjadi seorang peneliti dan pengajar. Namun di dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah, seluruh materi fisika diajarkan dengan
penekanan pada pengetahuan matematis dan penyelesaian soal-soal. Bahkan mata
pelajaran fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang dituntut kelulusannya dalam
ujian akhir, baik tingkat sekolah maupun tingkat nasional. Tidak mengherankan kalau
pada akhirnya muncul anggapan bahwa mata pelajaran fisika hanya merupakan
mata pelajaran yang membebani saja, dan tidak ada relevansinya dengan program
studi yang akan diambil di jalur pendidikan tinggi dan dunia kerja. Tidak jarang
pula matakuliah Fisika Dasar dipandang hanya sebagai pemenuhan persyaratan
kurikulum belaka dan tidak akan digunakan pada tingkat-tingkat selanjutnya.
Apakah benar anggapan tersebut di atas ? Anggapan itu bisa jadi benar apabila
kita hanya menekankan pengetahuan fisika dan kemampuan matematis saja.
Namun anggapan tersebut dapat keliru jika kita juga menekankan pertumbuhan
kemampuan generik melalui pengajaran fisika. Kemampuan generik ini tidak hanya
terbatas untuk bidang fisika saja, namun dapat pula digunakan sebagai sikap dan
cara berpikir seseorang dalam menghadapi permasalahan secara umum. Menurut
Prof. B. Suprapto Brotosiswojo, Ph.D. dalam salah satu artikel yang disajikan dalam
Kongres llmu Pengetahuan Nasional tahun 1999, terdapat sekumpulan kemahiran
42 Dies Natalis XVIII Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains · Universitas Katolik Parahyangan
generik yang dapat diperoleh melalui pengajaran fisika, antara lain :
a. Pengamatan Langsung
Merupakan pengamatan secara langsung pada obyek yang diamati.
contohnya adalah eksperimen pada topik-topik mekanika dan
termodinamika.
Dies Natalis XVIII Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains" Universitas Katolik Parahyangan 43
Oratio Dies
d. Bahasa Simbolik
Merupakan bahasa untuk menyatakan gejala fisis secara kuantitatif.
Representasi suatu fenomena fisis dalam bahasa lisan mungkin akan
berbeda-beda untuk masing-masing orang dari berbagai bangsa, dan
kadang kala dapat menimbulkan salah tafsir di antara mereka. Namun
saat fenomena fisis tersebut dinyatakan dalam simbol n1atematis,
maka Seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, bahwa
matematika merupakan bahasa simbolik yang memegang peranan
penting dalam perkembangan fisika, khususnya pada gejala-gejala fisis
yang tidak dapat diamati secara langsung. Namun perlu disadari bahwa
matematika hanyalah sebuah bahasa pengantar yang bersifat universal.
Pada akhirnya kita harus mampu menginterpretasikan bahasa tersebut
kembali pada makna fisisnya. Sayangnya, pendidikan fisika di Indonesia
masih memberikan tekanan lebih pada penguasaan bahasa simbolik ini
dibandingkan pada pemaknaan fisis bahasa simbolik terse but.
f. lnferensi Logika
Dengan menggunakan logika dan bahasa matematika, seseorang dapat
menarik konsekuensi-konsekuensi yang konsisten dengan hukum-hukum
fisis yang dianalisis. Misalnya konsekuensi-konsekuensi pengamatan
panjang dan waktu ketika pengamat bergerak dengan laju mendekati
laju rambat cahaya dan prediksi tentang eksistensi beberapa partikel
elementer sebagai akibat berlakunya hukum kekekalan energi.
g. Sebab Akibat
Hampir semua hukum fisika menganut prinsip sebab akibat ini, artinya
bahwa akibat yang ditimbulkan oleh suatu fenomena fisis berkaitan
·-----
44 Dies Natalis XVHI Fakultas Teknologl 111formasi dan Sains · Universitas Katolik Parahyangan
Oratio Dies
h. Pernodelan Matematika
Pemodelan matematika berkaitan dengan bagaimana kita 111e111odelkan
gejala fisis dalam bentuk maternatika sehingga kita dapat rnelakukan
operasi-operasi rnatematika untuk dapat mempelajari gejala fisis yang
dimodelkan tersebut dengan lebih 111endala111. Narnun perlu dipaharni
benar, bahwa model matematika ini hanyalah sebuah model. Sebagai
sebuah model, maka model matematika ini hanya dapat mendeskripsikan
gejala fisis hingga batas-batas tertentu. Oleh karena itu, sebuah gejala fisis
dapat memiliki beberapa model, bergantung pada sisi penekanannya.
Adalah tidak tepat jika kita hanya menekankan pada satu model saja
untuk mempelajari satu gejala fisis.
i. Pembangunan Konsep
Pada umurnnya, materi fisika disajikan dalam bahasa lisan maupun
tulisan, narnun perlu disadari bahwa cukup banyak hal di dalarn materi
fisika tersebut yang tidak dapat diungkapkan dalam bahasa manusia.
Sebagai contoh, konsep medan di dalam fisika digunakan untuk
rnenerangkan interaksi yang terjadi tanpa persentuhan. Medan itu
sendiri tidak dapat teramati, namun sangat mernbantu pengertian kita
tentang action-at-a-distance. Pembangunan konsep bukan merupakan
pekerjaan yang mudah, karena menyangkut mind construction yang
tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan bahasa verbal.
E. Kesirnpulan
Dengan mengamati bagaimana ilmu fisika berkembang dari waktu ke waktu, kita
dapat menarik beberapa kesimpulan
a. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan fisika dari waktu ke waktu
tidak hanya berdampak pada perkembangan ilrnu dan teknologi, namun
juga pad a pandangan hid up manusia ke arah deterrninistikdan probabilistik.
Kedua pandangan tersebut berpengaruh besar pad a pola pikir dan karakter
seseorang. Berdasarkan perkembangan ilmu fisika seperti yang telah
diuraikan di atas, maka kita melihat adanya kebenaran pada pandangan
deterministik hingga suatu batas tertentu, dan kebenaran pada pandangan
probabilistik hingga suatu batas yang lain. Kita tidal< dapat mengatakan
bahwa pandangan deterministiklah yang paling benar, atau sebaliknya,
pandangan probabilitaslah yang paling benar. Perkembangan pandangan
dari deterministik menuju probabilistik semata·mata didasarkan pada
fakta·fakta fisis yang ditemukan pada saat itu yang menuntut penjelasan
46 Dies Natalis XV!ll Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains · Universitas Katolik Parahyangan
- -------------------
----~~ obyektif dan rasional. Oleh karena itu, yang terpenting bukanlah
apakah seseorang berpandangan deterministik atau probabi!istik, namun
bagaimana sikap orang tersebut dalam menghadapi kebenaran yang
terpampang di hadapannya.
b. Perkembangan ilmu fisika juga menunjukkan bagaimana kita dapat
membangun kemampuan-kemampuan yang tidak hanya berguna bagi
perkembangan fisika, tetapi juga perkembangan keilmuan lain serta
pengembangan kepribadian insani. Kemampuan-kemampuan generik
yang terbangun selama perkembangan dan pendidikan fisika memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan karakter manusia.
Pada masa sekarang ini, orang yang memiliki kemampuan dan berkarakter
lebih banyak dicari daripada orang yang memiliki kemampuan namun
tidak memiliki karakter yang jelas, bukan saja di dunia kerja, namun juga di
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai
pendidik untuk merenungkan kembali peranan kita untuk menghasilkan manusia
yang berilmu dan berkarakter sesuai dengan visi dan misl Universitas Katolik
Parahyangan.
F. Referensi
3. Gamow, George, Thirty Years that Shook Physics, Dover Publication, New
York, 1966.
4. Hawking, Stephen W., A Brief History of Time: From the Big Bang to Black
Holes, Bantam Books, New York, 1988.
Dies Natalis XVHI Fakultas Teknologi lnformasl dan Sa ins - Universitas Katolik Parahyangan 47
5. Hobson, Art, Physics: Concepts and Connections, 4'" ed., Pearson-
Prentice Hall, New Jersey, 2007.
48 Dies Natalis XVIII Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains - Universltas Katolik Parahyangan
Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE
I. Data Diri
Dies Natalis XVIII Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains. Universitas Katollk Parahyangan 49
Ill. Bidang Kajian Penelitian
IV.
No·.· ..
Penelitian
•.·. ..
·· . Judul .f>.enelitian
.·
Waktu. · . . Sponso·r~
50 Dies Natalis XVHI Fakultas Teknologl lnformasi dan Sains - Universitas Katolik Parahyangan
Curriculum Vitae
v Buku
No •.··· ',
>:·' ·• )udul
".··'Buku
', ......... ····
',•
...• • •
'•'
wa.ktu.. .. .. ~pon~l)r .· ·. .·
1. The Eight Component 2010 -
Relativistic Wave Equation And
Its Application to Compton
Scattering and Hydrogenic
Atoms, Lambert Academic
Publishing.
VI. Publikasi
. ·.
I .N.();
·.· 1 /p~nuli~ I > Judl.Jl.Aitikel.llrniah ····· ......·. 1· . ..;.:.··::.
.. ::., :: 1 .
·,"
.
.· .. ::·
Citation
''" -
.
_·. ,.· ..... · .
.·
- -
1. Paulus C. The time delay function in the
Tjiang derivation of thin lens and mirror
Sylvia H. formula via Fermat's principle
Sutanto Proceedings of International
Seminar on Physics Curriculum
Evaluation 1 Surabaya - lndonesia 1
1994.
Dies Natalis XV!ll Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains. Universitas Katolik Parahyangan 51
Curriculum Vita~-~-
52 Dies Natalis XVII\ Fakultas Teknologi lnformasi dan Sains • Universltas Katolik Parahyangan