LANDASAN TEORI
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Menurut Plunket dalam
Amirullah (2015:4), mendefinisikan manajemen sebagai one or more management
indivually and collectively setting and achieving goals by exercing related function
(planning organizing staffing leading ang controlling) and coordinating varians
resources (information materials money and people), pendapat tersebut kurang lebih
mempunyai arti bahwa manajemen merupakan satu atau lebih manajer yang secara
individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi. Menurut
Koontz dan O’donnel dalam Amirullah (2015:4), berpendapat bahwa manajemen adalah
usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain, dengan demikian
manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain, yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian.
Sedangkan menurut Lepaswsky dalam Hidayat dan Machali (2016:2),
berpendapat bahwa manajemen adalah tenaga atau kekuatan yang memimpin, memberi
petunjuk, dan mengarahkan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Stoner dalam Hidayat dan Machali (2016:3), manajemen adalah sebagai poses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya, anggota
organisasi dan penggunan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Menurut Feriyanto (2015), manajemen adalah
inti dari administrasi, karena manajemen sendiri sebagai alat pelaksana administrasi dan
sebagai kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan melalui kegiatan orang lain.
Menurut Simmamora dalam Sinambela (2016), mengatakan bahwa manajemen sebagai
proses untuk memberdayakan segala sumber daya di dalam organisasi untuk mencapai
tujuan.
Adapun menurut Hugh dalam Sule dan Saefullah (2016:6), berpendapat bahwa
pengertian manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.
Menurut Kimball dalam Novitasari (2015:14), manajemen adalah semua tugas dan fungsi
perencanaan, pembiayaan, kebijaksanaan, penyediaan alat, dan penetapan struktur
organisasi. Menurut Hugh dalam Sule dan Saefullah (2016:6), berpendapat bahwa
10
pengertian manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.
Menurut Griffin (2015), manajemen adalah sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efisien. Menurut Rosenberg dalam Haming (2014), mengatakan
bahwa manajemen adalah sinonim dari administrasi, dimana manajemen memiliki fungsi
koordinasi, perencanaan, serta pergerakan aktivitas di dalam organisasi. Menurut Afandi
(2018:1), manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk mencapai tujuan
organisasi dengan pelaksanaan fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan
kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). Manajemen adalah suatu proses
khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya
lainnya.
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, manajemen adalah suatu ilmu dan seni
yang mempelajari suatu cara dalam perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh suatu organisasi atau kelompok. Sebagaimana disebutkan
manajemen mempunyai empat fungsi, yakni perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (actuating/directing), dan pengendalian (controlling).
fungsi-fungsi manajemen dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah tindakan memilih dan menghubungkan fakta dan
membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam
hal memvisualisasikan serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan yang
dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Pengorganisasian (organizing)
Setelah menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun rencana-rencana atau program-
program untuk mencapainya, maka perlu merancang dan mengembangkan suatu
11
organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara sukses.
Pengorganisasian (organizing) adalah:
a. Penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi.
b. Perancangan dan pengembangan suatu organisasi kelompok kerja yang akan dapat
membawa hal-hal tersebut kearah tujuan.
c. Penugasan tanggung jawab tertentu.
d. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya.
3. Pengarahan (actuating/directing)
Pengarahan dapat didefinisikan sebagai aspek hubungan manusiawi dalam
kepemimpinan yang mengikat bawahan untuk bersedia mengerti dan
menyumbangkan pikiran dan tenaganya secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
4. Pengawasan (controlling)
Fungsi ini merupakan fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha
menyelamatkan jalannya kegiatan atau perusahaan kearah cita-cita yakni kepada
tujuan yang telah ditetapkan, tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar
apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu agar sistem pengawasan
efektif dan dapat merealisasikan tujuannya.
Terlihat bahwa manajemen merupakan faktor penting yang dapat menentukan
keberhasilan dari sebuah perusahaan dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada di
perusahaan tersebut. Definisi manajemen di atas sampai pada pemahaman, bahwa
manajemen merupakan suatu proses kegiatan dengan mendayagunakan sumber daya yang
dimiliki melalui pemanfaatan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada hakekatnya, manajemen merupakan proses yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan organisasi, dan setiap proses yang akan dilakukan hendaknya dirancang dalam
proses perencanaan yang dirumuskan terlebih dahulu.
12
pemasaran tradisional (traditional marketing mix) terdiri dari 4P, yaitu product (produk),
price (harga), place (tempat/lokasi) dan promotion (promosi). Sementara itu, untuk
pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang diperluas (expanded marketing mix for
services) dengan panambahan unsur non-traditional marketing mix, yaitu people (orang),
physical evidence (fasilitas fisik) dan process (proses), sehingga menjadi unsur 7P.
Penjelasan ketujuh unsur tersebut menurut Hurriyati (2015:50-65), yaitu :
1. Produk Jasa (The Service Product)
Produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang,
lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki karena manfaat dari jasa tersebut dirasakan
saat proses jasa berlangsung, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam
proses mengkonsumsi jasa tersebut.
2. Tarif Jasa (Price)
Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa karena harga
menentukan pendapatan dari suatu usaha atau bisnis. Keputusan penentuan harga juga
sangat signifikan di dalam penentuan nilai atau manfaat yang dapat diberikan kepada
pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa.
3. Tempat atau Lokasi Pelayanan (Place/Service Location)
Untuk produk pada industri jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa
tersebut disampaikan dan dirasakan oleh pelanggan. Lokasi pelayanan jasa yang
digunakan dalam memasok jasa kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan
kunci. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa akan
diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat dari jasa.
4. Promosi (Promotion)
Menurut Alma dalam Hurriyati (2015:57), promosi adalah suatu bentuk komunikasi
pemasaran, yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi atau membujuk dan atau mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk
yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Promosi salah satu faktor penting
penunjang keberhasilan sebuah perusahaan.
15
yang di tekankan melainkan juga meliputi proses, lingkungan, dan manusia. Pelayanan
merupakan tujuan utama bagi suatu perusahaan dalam menghasilkan kepuasan konsumen
serta kesejahteraan konsumen. Dalam jangka panjang kepuasan konsumen dapat
memberikan keuntungan/laba bagi perusahaan. Pelayanan merupakan suatu strategi
pemasaran yang digunakan oleh setiap perusahaan dengan sistem pelayanan yang baik,
layanan atau jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal, sebaliknya jika jasa atau layanan
yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas jasa atau layanan
dipersepsikan buruk. Menurut Lovelock dan Wright dalam Wahyuni (2015:2), kualitas
pelayanan adalah tindakan atau kerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan pada
waktu dan tempat tertentu, sebagai hasil dari tindakan mwujudkan perubahan yang
diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa atau layanan tersebut. Menurut
Wahyuni (2015:13), bahwa pelayanan berarti menyangkut dua faktor elemen pokok, yaitu
faktor manusia yang melayani dan faktor komunikasi untuk melayani agar yang dilayani
mendapat kepuasan atas pelayanan yang diberikan.
Sedangkan menurut Garvin dalam Tjiptono (2017:129), ada 5 perspektif kualitas
yang menjelaskan kualitas diinterprestasikan secara berbeda oleh masing-masing individu
dalam konteks yang berlainan, antara lain:
1. Transcendental approach
Dalam perspektif ini kualitas dipandang sebagai innate excellence, yaitu sesuatu yang
secara inisiatif bisa dipahami, namun hampir tidak mungkin dikomunikasikan.
2. Product based approach
Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas merupakan karakteristik, komponen
atau atribut obyektif yang dapat dikuantitatifkan dapat diukur.
3. User based approach
Perspekif ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang
menilainya (eyes of the holder), sehingga produk yang paling memuaskan preferensi
seseorang maximum satisfaction merupakan produk berkualitas paling tinggi.
4. Manufacturing based approach
Perspektif ini bersifat supply based dan lebih berfokus pada praktik-praktik
perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian
atau kecocokan dengan persyaratan (conformance to requirements).
5. Value based approach
Perspektif ini memandang kualitas dari aspek nilai (value) dan harga (price). Dengan
mempertimbangkan trade off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai
affordable excellence, yakni tingkat kinerja yang “terbaik” atau yang sepadan dengan
harga yang dibayarkan.
20
Pengertian pelayanan dalam kamus Oxford advanced learner’s dictionary dalam menurut
Tjiptono (2017:4), adalah sebagai berikut:
1. Sistem yang menyediakan sesuatu yang dibutuhkan publik, diorganisasikan oleh
pemerintah atau perusahaan swasta (contohnya jasa ambulans, bis, dan telepon).
2. Organisasi yang menyediakan sesuatu kepada publik atau melakukan sesuatu bagi
pemerintah (contohnya prison service, civil service, diplomatic service, fire service,
health service, secret service, security service, dan social service).
3. Bisnis yang pekerjaannya berupa melakukan sesuatu bagi pelanggan tetapi tidak
menghasilkan barang (contohnya jasa finansial, perbankan dan asuransi).
4. Keterampilan atau bantuan tertentu yang bisa ditawarkan seseorang.
5. Kondisi atau posisi menjadi pelayan atau pembantu.
Selanjutnya menurut Parasuraman dalam Tjiptono (2017:142), kualitas layanan
ditentukan oleh kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan
sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Dengan kata lain, faktor utama yang mempengaruhi
kualitas layanan adalah layanan yang diharapkan (expected service) dan persepsi terhadap
layanan (perceived service). Terdapat lima dimensi pokok dalam kualitas pelayanan yang
sering disebut servqual (service quality) sebagai berikut:
1. Reliabilitas (Reliability)
Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang akurat
sejak pertama kali tanpa melakukan kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya
sesuai dengan waktu yang disepakati.
2. Daya Tanggap (Responsiveness)
Berhubungan dengan kesediaan dan kemampuan karyawan untuk membantu para
konsumen dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan
diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
3. Jaminan (Assurance)
Perilaku karyawan yang mampu menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap
perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para konsumennya.
Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan
atau masalah konsumen.
21
4. Empati (Empathy)
Menyatakan bahwa perusahaan memahami masalah para konsumennya dan bertindak
demi kepentingan konsumen, serta memberikan perhatian personal kepada para
konsumen dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Bukti Fisik (Tangible)
Berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, peralatan atau perlengkapan yang lengkap,
dan material yang digunakan perusahaan bersih, serta penampilan dari karyawan rapi.
Berdasarkan kelima dimensi kualitas layanan tersebut, maka kepuasan pelanggan
dapat diukur, dipahami dan dijadikan sebagai suatu hasil yang baik untuk kepentingan
peningkatan kualitas pelayanan jasa yang diberikan kepada pelanggan, baik pelanggan
yang baru pertama kali maupun pelanggan yang sudah berulang-ulang menggunakan
jasa tersebut.
Beberapa hal berikut ini merupakan sumber kualitas yang menentukan kualitas pelayanan
yaitu:
a. Production Quality
Menjelaskan bahwa kualitas pelayanan ditentukan oleh kerjasama antara departemen
produksi atau operasi dan departemen pemasaran.
b. Delivery Quality
Menjelasikan bahwa kualitas pelayanan dapat ditentukan oleh janji perusahaan
terhadap konsumen.
c. Desain Quality
Menjelaskan bahwa kualitas pelayanan ditentukan sejak pertama kali jasa tersebut
dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
d. Relationship Quality
Menyatakan bahwa kualitas pelayanan ditentukan oleh relasi professional dan sosial
antara perusahaan dan stakeholder (konsumen, pemasok, perantara, pemerintah, dan
karyawan).
Definisi dari pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa kualitas pelayanan
adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak
lain, perusahaan berusaha memberikan pelayanan yang berkualitas kepada nasabah, oleh
karena itu nasabah merasakan langsung bagaimana pelayanan yang diberikan.
22
2.1.4 Lokasi
Lokasi merupakan salah satu faktor dari situasional yang ikut berpengaruh pada
keputusan pembelian. Dalam konsep pemasaran teradapt istilah yang dikenal dengan
marketing mix atau bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk, harga, lokasi,
promosi, orang, bukti fisik, dan proses. Lokasi usaha dapat juga disebut dengan saluran
distribusi perusahaan karena lokasi juga berhubungan langsung dengan pembeli atau
konsumen atau dengan kata lain lokasi juga merupakan tempat produsen menyalurkan
produknya kepada konsumen ataupun merupakan komitmen sumber daya jangka panjang.
Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan, area yang dipilih haruslah
mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga ia dapat mempertahankan
kelangsungan hidup baik itu dalam usaha perdagangan eceran ataupun lainnya. Lokasi
yang strategis adalah wilayah penempatan operasi produksi sebuah perusahaan yang
dapat memberikan keuntungan maksimal terhadap perusahaan tersebut, karena tujuan
strategi lokasi adalah untuk memaksimalkan manfaat lokasi bagi perusahaan.
Adapun lokasi menurut Heizer dan Render (2015) lokasi adalah pendorong biaya
dan pendapatan, maka lokasi seringkali memiliki kekuasaan untuk membuat strategi
bisnis perusahaan. Menurut Tjiptono (2015:345), lokasi mengacu pada berbagai aktivitas
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian atau
penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Menurut Kotler dan
Amstrong (2014:76) “place include company activities that make the product available to
target consumers”.
Selanjutnya lokasi menurut Santoso dan Widowati dalam Gugun (2015:16), dapat
didefinisikan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan atau usaha sehari-hari.
Indikator dari variabel lokasi adalah sebagai berikut: 1. Keterjangkauan, 2. Kelancaran, 3.
Kedekatan dengan kediamannya. Indikator lokasi menurut Tjiptono dalam
Kuswatiningsih (2016:15), yaitu sebagai berikut :
1. Akses, misalnya lokasi yang sering dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi.
2. Visibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari jarak pandang
normal.
3. Lalu lintas (traffic), menyangkut dua pertimbangan utama :
23
Pendapat mengenai lokasi dari para ahli tersebut, sampai pada pemahaman penulis
bahwa lokasi adalah suatu keputusan perusahaan untuk menentukan tempat usaha,
menjalankan kegiatan usaha atau kegiatan operasional, dan mendistribusikan barang atau
jasa yang menjadi kegiatan bisnisnya kepada konsumen. Pentingnya lokasi bagi
perusahaan atau pengusaha sangat mempengaruhi keputusan sasaran pasar dalam
menentukan keputusan pembeliannya. Dari beberapa definisi tersebut, sampai pada
pemahaman bahwa lokasi merupakan suatu tempat pendorong mendapatkan keuntungan,
kekuasaan untuk memaksimalkan manfaat lokasi dan membuat strategi bisnis perusahaan.
nilai strategis bagi perusahaan. Nasabah yang loyal karena puas dan ingin meneruskan
hubungan pembelian, loyalitas nasabah merupakan ukuran kedekatan nasabah pada
sebuah merek, nasabah menyukai merek, merek menjadi top of mind (merek pertama
yang muncul) jika mengingat sebuah kategori produk, komitmen merek yang mendalam
memaksa preferensi pilihan untuk melakukan pembelian, membantu nasabah
mengindentifikasi perbedaan mutu, sehingga ketika berbelanja akan lebih efisien.
Argumentasi ini memperkuat dan menjadi penting bagi nasabah untuk melakukan
pembelian ulang.
Loyalitas pelanggan adalah hal penting yang harus dijaga oleh perusahaan demi
keberlangsungan perusahaan serta dapat meningkatkan hubungan yang baik antara
perusahaan penyedia jasa dengan para pelanggannya. Pelanggan yang loyal akan
memberi keuntungan bagi perusahaan karena pelanggan yang loyal secara tidak langsung
dapat berkontribusi dalam memperkenalkan produk atau jasa yang telah mereka rasakan
kepada keluarga atau rekannya. Pelanggan yang loyal pun akan selalu menggunakan
produk atau jasa dari perusahaan tersebut dan enggan menggunakan produk dari
perusahaan lain. Memiliki pelanggan yang loyal adalah aset penting yang harus dijaga
oleh perusahaan agar perusahaan mereka dapat terus bersaing dengan pesaingnya yang
lain. Loyalitas pelanggan adalah hal penting yang harus dijaga oleh perusahaan demi
keberlangsungan perusahaan serta dapat meningkatkan hubungan yang baik antara
perusahaan penyedia jasa dengan para pelanggannya, keberlangsungan perusahaan
bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menjaga para pelanggannya agar
pelanggan mereka dapat loyal dengan perusahaan tersebut dan tidak berpindah dengan
perusahaan yang lain.
Adapun menurut Kotler dan Keller (2016:153) definisi dari loyalitas pelanggan
adalah sebagai berikut : “A deeply held commitment to rebuy or repatronize a preffered a
product or service in the future despite situational influences and marketing efforts
having the potential to cause switching behavior”. Definisi tersebut sejalan dengan
definisi loyalitas pelanggan yang dikemukakan oleh Yi dalam jurnal Iddrisu, Nooni,
Fianko dan Mensah (2015:19), yaitu sebagai berikut:“Customer loyalty can be defined in
twodistinct ways. First, loyalty is attitude. Different feelings create an individual’s overall
attachment to a product, service, or organization. These feelings define the individual’s
26
perusahaan yang lebih baik dimasa mendatang. Selain itu loyalitas pelanggan dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan karena produk yang mereka tawarkan telah
dipercaya pelanggannya. Loyalitas pelanggan terbentuk dari beberapa tahapan. Menurut
Griffin dalam Huriyati (2015:132), terdapat proses atau tahap-tahap terbentuknya
loyalitas pelanggan yang terbagi menjadi tujuh tahap, yaitu:
1. Suspect
Suspect adalah meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa
perusahaan tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan barang atau jasa
yang ditawarkan.
2. Prospects
Prospects adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan suatu produk atau jasa
tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membeli produk atau jasa. Para prospect
ini, meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengatahui
keberadaan perusahaan dan barang atau jasa yang ditawarkan, karena seseorang
telah merekomendasikan barang atau jasa tersebut kepadanya.
3. Disqualified Prospects
Disqualified Prospects yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan barang
atau jasa tertentu, tetapi tidak mempunyai kebutuhan akan barang atau jasa tersebut
atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang atau jasa tersebut.
4. First Time Customers
First Time Customers yaitu pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya.
Mereka masih menjadi pelanggan yang baru untuk menggunakan produk yang
ditawarkan oleh sebuah perusahaan.
5. Repeat Customers
Repeat Customers yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk
sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas
produk yang sama sebanyak dua kali, atau membeli dua macam produk yang
berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula.
6. ClientsClients
ClientsClients adalah pelanggan yang akan membeli semua barang atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan dan yang mereka butuhkan. Mereka membeli secara
28
teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama,
yang membuat merekatidak terpengaruh oleh produk pesaing.
7. Advocates
Advocates seperti halnya clients, advocates membeli barang atau jasa yang
ditawarkan dan yang mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur
terhadap produk tersebut. Selain itu, mereka mendorong teman-teman mereka agar
membeli barang atau jasa dari perusahaan tersebut atau merekomendasikan
perusahaan tersebut pada orang lain, dengan begitu secara tidak langsung mereka
telah melakukan pemasaran untuk perusahaan dan membawa konsumen untuk
perusahaan yang mana hal tersebut sangat baik untuk keberlangsungan perusahaan.
Loyalitas pelanggan di dalamnya terdapat 4 situasi yang memungkinkan loyalitas dapat
terjadi. Dimana loyalitas pelanggan dipengaruhi juga oleh sikap dan pembelian ulang dari
pelanggan perusahaan tersebut. Seperti yang telah dikemukakan oleh Dick dan Basu di
dalam buku karangan Tjiptono (2014:399) bahwa empat situasi tersebut merupakan
kombinasi dari kuat sikap, lemah sikap dan perilaku pembelian ulang yang dilakukan oleh
pelanggan, yaitu terdiri dari no loyalty, spurious loyalty, latent loyalty, dan loyalty.
Berikut adalah penjelasannya :
Gambar 2.1
Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Sikap dan Perilaku Pembelian Ulang
Kuat Lemah
Kuat Loyalty No loyalty
1. No Loyalty
Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka
loyalitas tidak akan terbentuk. Terdapat dua kemungkinan penyebabnya.
a) Sikap yang lemah (mendekati netral) dapat terjadi apabila suatu produk atau jasa
baru diperkenalkan atau pemasarnya tidak mampu mengkomunikasikan
keunggulan unik dari produk yang mereka pasarkan tersebut.
29
3. Latent Loyalty
Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat dibarengi dengan pola
pembelian ulang yang lemah. Sebagai contoh, bisa saja seseorang bersikap positif
terhadap restoran tertentu, namun tetap saja ia berusaha mencari variasi dikarenakan
pertimbangan harga atau preferensi terhadap berbagai variasi menu atau masakan.
30
4. Loyalty
Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan oleh semua para pemasar
karena merupakan faktor yang sangat penting untuk keberlangsungan sebuah
perusahaan agar mampu bertahan meskipun memiliki banyak pesaing pada bidang
yang sama dan menawarkan produk serupa. Loyal berarti di mana konsumen
bersikap positif terhadap jasa atau penyedia jasa yang bersangkutan dan disertai
pola pembelian ulang yang konsisten terhadap produk dari perusahaan tersebut.
Pelanggan yang loyal pun bersedia untuk merekomendasikan produk tersebut
kepada keluarga dan rekannya.
Karakteristik loyalitas pelanggan di atas menunjukkan bahwa perusahaan sudah mampu
memberikan apa yang diinginkan pelanggan, sehingga pelanggan tidak ragu-ragu untuk
terus memberikan kepercayaan terhadap perusahaan tersebut. Loyalitas pelanggan adalah
hal penting yang harus dijaga oleh perusahaan demi keberlangsungan perusahaan serta
dapat meningkatkan hubungan yang baik antara perusahaan penyedia jasa dengan para
pelanggannya. Pelanggan yang loyal akan memberi keuntungan bagi perusahaan karena
pelanggan yang loyal secara tidak langsung dapat berkontribusi dalam memperkenalkan
produk atau jasa yang telah mereka rasakan kepada keluarga atau rekannya. Definisi dari
pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa loyalitas adalah pelanggan yang setia adalah
mereka yang sangat puas dengan produk tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk
memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya, pada tahap
berikutnya, pelanggan yang loyal tersebut akan memperluas “kesetiaan” mereka kepada
produk-produk lain buatan produsen yang sama, pada akhirnya mereka adalah nasabah
yang setia kepada produsen tertentu untuk selamanya.
panjang dalam situasi ini akan lebih memanfaatkan karena pengalaman positif
sebelumnya, dan pelanggan yang puas akan kurang tertarik dengan tawaran pesaing.
Adapun menurut Lovelock dan Wirtz yang dikutip oleh Tjiptono (2016:74),
Kepuasan adalah suatu sikap yang diputuskan berdasarkan pengalaman yang didapatkan.
Sangat dibutuhkan penelitian untuk membuktikan ada atau tidaknya harapan sebelumnya
yang merupakan bagian terpenting dalam kepuasan, Sedangkan menurut Tjiptono
(2015:146), “kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja (hasil) suatu produk
dengan harapan-harapannya”. Jadi menurut beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kepuasan adalah suatu hasil dari perbandingan antara harapan dan kinerja yang
didapat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menentukan harapan konsumen
agar perusahaan bisa memenuhi harapan tersebut.dimana persepsi terhadap kinerja dari
alternatif produk atau jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan, maka yang
terjadi adalah kepuasan.
Pelanggan yang membeli dan menggunakan suatu produk baik barang atau jasa
dalam memenuhi kebutuhannya cenderung ingin merasa puas terhadap produk tersebut.
Umumnya pelanggan akan merasa bahagia dan senang apabila mereka merasa puas
terhadap penggunaan produk yang dirasa memiliki nilai lebih dari ekspektasi mereka.
Kemudian dalam mengekspresikan kebahagiaannya, pelanggan akan memberitahukan
mengenai produk yang telah mereka gunakan kepada kerabat atau keluarganya. Perilaku
ini dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan karena secara tidak langsung
pelanggan tersebut telah ikut serta dalam melakukan kegiatan promosi perusahaan. Oleh
sebab itu, kepuasan pelanggan sangatlah penting untuk diperhatikan oleh sebuah
perusahaan demi kesuksesan dan keberlangsungan perusahaan tersebut.
Definisi kepuasan yang dikemukakan oleh Kotler dalam buku karangan Lupiyoadi
(2014:228), merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil
perbandingan atas kinerja produk jasa yang diterima dengan yang diharapkan. Definisi
tersebut sejalan dengan Lovelock dan Patterson (2015:331) yang mengemukakan definisi
kepuasan sebagai berikut: “Satisfaction is a consumer’s post-purchase evaluation of the
overall service experience (processes and outcome), it is an affective (emotion) state or a
32
feeling reaction in which the consumer’s needs, desires and expectations during the
course of the service experience have been met or exceeded.” Selanjutnya, menurut
Kotler dan Armstrong (2018:39), mengatakan bahwa “Customer satisfaction depends on
the product’s perceived performance relative to a buyer’s expectations”. Lain halnya
dengan yang dikemukakan oleh A.M Iddrisua et al.di dalam jurnalnya (2015:19), yang
menyatakan bahwa : “Customer satisfaction refers to the extent to which customers are
happy with the products and services provided by a business”.
Kemudian, kepuasan pelanggan menjadi faktor penting penunjang keberhasilan
sebuah perusahaan, oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengetahui dan
mempelajari faktor-faktor yang dapat memuaskan pelanggan agar dapat mengukur
kepuasan para pelanggannya. Menurut Kotler, et al (2013) dalam Tjiptono dan Gregorius
(2016:219-220), terdapat beberapa metode yang dapat digunakan perusahaan untuk
mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesaing, yaitu :
1. Sistem Keluhan dan Saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer-oriented) perlu
menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para
pelanggannya guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka.
Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang ditempatkan di lokasi-lokasi
strategis (yang mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan), kartu komentar,
saluran telepon khusus bebas pulsa, websites ̧dan lain-lain. Informasi-informasi
yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan
yang berharga kepada perusahaan dari para pelanggannya yang telah menggunakan
produk yang ditawarkan oleh perushaan, sehingga cepat dalam mengatasi masalah-
masalah yang timbul yang dapat mengecewakan pelanggan.
2. Ghost Shopping (Mystery Shopping)
Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah
dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berperan atau
berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. Mereka
diminta untuk berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk atau
jasa perusahaan. Berdasarkan pengalamannya tersebut, mereka kemudian diminta
untuk melaporkan temuan-temuannya berkenaan dengan kekuatan dan kelemahan
33
produk perusahaan dan pesaing. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat
mengetahui bagaimana kondisi perusahaan dan pesaing saat menyampaikan jasanya
kepada para pelanggan, sehingga perusahaan dapat melakukan evaluasi.
3. Lost Customer Analysis
Sedapat mungkin perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah
berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa
hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan atau
penyempurnaan selanjutnya yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut. Bukan
hanya exit interview saja yang diperlukan, tetapi pemantauan customer loss rate
juga penting, di mana peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan
perusahaan dalam memuaskan pelanggannya. Hanya saja kesulitan penerapan
metode ini adalah pada mengidentifikasi dan mengontak mantan pelanggan yang
bersedia memberikan masukan dan evaluasi terhadap kinerja perusahaan. Sebagian
di antara mantan pelanggan mungkin sudah tidak lagi tertarik atau tidak melihat
adanya manfaat dari memberikan masukan bagi perusahaan.
4. Survei Kepuasan Pelanggan
Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode
survei (McNeal dan Lamb, dikutip dalam Peterson dan Wilson, 1992). Survei yang
dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada pelanggan dan dapat
dilakukan melalui via pos, e-mail, websites, maupun wawancara langsung dengan
para pelanggan yang telah menggunakan produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan secara
langsung dari pelanggan dan juga memberikan kesan positif bahwa perusahaan
menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.
Perusahaan perlu memperhatikan kepuasan para pelanggan yang menggunakan
produk atau jasa yang mereka tawarkan. Pentingnya kepuasan pelanggan bukan hanya
untuk keberlangsungan perusahaan tersebut, tetapi juga untuk membangun hubungan
yang baik dengan pelanggan dalam jangka waktu yang panjang. Pelanggan yang merasa
puas cenderung melakukan pembelian ulang dan umumnya pelanggan dengan senang hati
akan merekomendasikan produk atau jasa dari perusahaan tersebut kepada keluarga atau
rekannya untuk menggunakan produk tersebut. Dari beberapa definisi yang dikemukakan
34
oleh para ahli, maka penulis dapat memahami bahwa kepuasan pelanggan terbentuk dari
hasil kinerja suatu produk atau jasa yang dibandingkan dengan harapan pelanggan
terhadap kinerja produk atau jasa tersebut. Pelanggan yang merasa puas akan merasa
senang dengan menggunakan produk atau jasa tersebut, sedangkan untuk pelanggan yang
tidak puas akan merasa kecewa terhadap penggunaan produk atau jasa tersebut. Oleh
karena itu, perusahaan perlu menghasilkan kinerja dari produk atau jasa dengan baik
untuk pelanggan agar pelanggan merasa puas dan tidak kecewa terhadap produk tersebut.
Tabel 2.1
Kajian Terdahulu
N JURNAL PENULIS JUDUL KESIMPULAN
O
1 february 12, 2020 rizal zulkarnain, pengaruh dari rumusan masalah
jurnal manajemen her taufik, agus kualitas yang ada, maka dapat
dan bisnis david ramdansyah pelayanan dan ditarik kesimpulan
essn :2686-5939 fakultas ekonomi kualitas produk penelitian berikut:
issn : 2686-0554 dan bisnis terhadap 1. kualitas pelayanan
fakultas ekonomi universitas banten loyalitas nasabah berpengaruh positif dan
35
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pikir
Kualitas
Pelayanan
(X1)
43
H3
H1
Kepuasaan H5 Loyalitas
Nasabah Nasabah
(Z) (Y)
H2
Lokasi
(X2) H4
2.4 HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang paling memungkinkan yang masih harus
dicari kebenarannya. Berdasarkan kerangka pemikiran di halaman sebelumnya, dapat
diajukan hipotesis yang akan di uji dalam penelitian. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan
Lokasi Terhadap Loyalitas Nasabah Melalui Kepuasan Nasabah Berdasarkan kerangka
pikir diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
Hipotesa 1
H0: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan terhadap
kepuasan nasabah pada PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan.
Ha: Diduga terdapat pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan
nasabah pada PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan.
Hipotesa 2
H0: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan antara lokasi terhadap kepuasan nasabah
pada PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan.
Ha: Diduga terdapat pengaruh signifikan antara lokasi terhadap kepuasan nasabah pada
PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan.
Hipotesa 3
H0: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan terhadap
loyalitas nasabah pada PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan .
44
Ha: Diduga terdapat pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas
nasabah pada PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan.
Hipotesa 4
H0: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan antara lokasi terhadap loyalitas nasabah
pada PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan .
Ha: Diduga terdapat pengaruh signifikan antara lokasi terhadap loyalitas nasabah pada
PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan.
Hipotesa 5
H0: Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan nasabah terhadap
loyalitas nasabah pada PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan.
Ha: Diduga terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan nasabah terhadap loyalitas
nassabah pada PT. Finansia Multi Finance Cabang Bandengan.