Anda di halaman 1dari 6

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : FIQIH


B. Kegiatan Belajar : (KB4) KONSEP PEMERINTAHAN DALAM ISLAM

C. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI

Secara etimologi, pemerintahan berasal dari: Imam (pemimpin) yang memiliki tugas dan kewajiban
a) Kata dasar "pemerintah" berarti melakukan pekerjaan sebagai berikut:
menyeluruh. 1) Menjaga keamanan dan melaksanakan undang-undang;
b) Penambahan awalan "pe" menjadi "pemerintah" berarti 2) Menyelenggarakan pendidikan;
badan melakukan kekuasaan memerintah. 3) Mempersiapkan kekuatan;
c) Penambahan akhiran "an" menjadi "pemerintahan" 4) Memelihara kesehatan;
berarti perbuatan, cara, hal atau urusan dari pada badan 1. Pengertian 5) Memelihara kepentingan umum;
yang memerintah tersebut. Pemerintahan dalam 6) Mengembangkan kekayaan dan memelihara harta
Islam benda;
7) Mengokohkan akhlak; kedelapan, menyebarkan dakwah.

A. Sistem
a. Ayat-ayat mengajarkan tentang kedudukan manusia di
Pemerintahan
bumi : Ali Imran: 26, Al- hadid:5, Al-A ’aa :16, Yunus: 14)
dalam Islam
2. Dasar, Nilai dan b. Tentang prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
Cara Pengangkatan kehidupan bermasyarakat seperti: prinsip musyawarah ,
Pemimpin dalam Ali Imran: 159 dan Al-Syura: 38
Islam c. ketaatan kepada pemimpin (Al-Nissa: 59)
d. keadilan (Al-Nahl: 90 dan Al-Nisssa: 58)
e. persamaan (Al-Hujuraat: 13)
f. kebebasan beragama (al-Baqarah: 256; Yunus: 99; Ali
Imran: 64 dan Al-Mumtahanah: 8-9).

Pemerintahan yang diharapkan masyarakat yaitu pemerintahan yang


dalam pelaksanaannya dan pengimplementasiannya memakai sistem
pemerintahan yang jujur, adil, dan harmonis. Pemerintahan yang baik
dan mengerjakan segala urusan-urusan yang berkaitan kenegaraan
sehingga tidak dipedulikan apa bentuk negara dalam pemerintahan
B. Bentuk-bentuk Islam.
Pemerintahan
dalam Islam Firman Allah Swt dalam QS. Al-Nur ayat 55
Konsep ‫ن‬َّ َ ‫ين من َق ۡبله ۡم َو َل ُي َم ِّك‬
ِ َِ َ
َ ‫َ َ ۡ َ ۡ َ َ ه‬
ِ ۚ ‫ض ك َما ٱست ُخلف ٱل ِذ‬
ۡ َ ۡ ‫ٱلص ٰـل َح ََٰٰٰت َل َي ۡس َت ۡخل َف َّن ُه ۡم ف‬
ِ َ ‫ٱۡلر‬ ِ ِ ِ
ْ ُ َ َ ۡ ُ
َّ ‫وا‬ ْ ُ َ َ َ ‫َ َ َ ه ُ ه‬
‫امنوا ِمنكم وع ِمل‬ ‫وعد ٱَّلل ٱل ِذين ء‬
َ َ َ ٗ َ َ ۡۡ ُ ُ ُ ۡ َ ‫ۡ َ َ ٰ َ ُ ۡ َ َ ُ َ ِّ َ َّ ُ ِّ ۢ َ ۡ َ ۡ ۡ َ ۡ ٗ ۚ ِ ي‬ ‫ه‬ َ َ
‫شك ون ِ يب ش ۡ ُيـا َو َمن كف َر َب ۡعد ذ ٰ ِلك‬ ‫ل ُه ۡم ِدين ُه ُم ٱل ِذ ي ٱرت‬
(Beberapa َ ُ ٰ َ ۡ ُ ُ َ ٰٰٓ َ ْ َ
‫فأولـ ِئك هم ٱل ف َٰ َِٰسق ون‬
ِ ‫ن َل ي‬ ‫ض لهم وليبدلنهم من بع ِد خو ِف ِهم أمنا يعبدون ِ ي‬

1 istilah dan Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
definisi) di mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
KONSEP
KB PEMERIN
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. (al-Nur/24: 55).
TAHAN
DALAM Dalam baiat, rakyat berjanji setia untuk mentaati kepala negara
ISLAM selama pemimpin negara itu tidak melakukan sesuatu yang
C. Hak dan
melanggar syariat. Demikian juga kepala negara melaksanakan
Kewajiban hak dan kewajibannya yaitu melaksanakan undang-undang demi
Rakyat mewujudkan keadilan. Baiat dalam tatanan politik, umat
menyerahkan sebagian haknya untuk diatur sesuai dengan
ketentuan yang ada.

Ayat yang berkaitan dengan dengan keselamatan hak milik. Allah berfirman:
َ ْ َ ْ َ ‫كلوا َأ َْ َم‬
َ‫ن ُك ْم ِ َِبل َبا ِط ِل‬.‫وال ُك ْم ب َ َي‬
ُ ْ َ َ
ُ ‫َوَل ََت‬

Artinya: Janganlah kamu memakan harta orang lain dengan cara yang batil (QS. 2:188)

D. Majlis Syura
1. Majlis Syura dalam Pemerintahan
dan Ahlul Halli
wal ‘Aqdi Ka a “ a li a” di i da i d a a a ai a a a li da a a a a li
artinya tempat duduk syura artinya bermusyawarah. Dengan demikian majlis syura
secara bahasa artinya tempat bermusyawarah (berunding).

aa aa adi a a a li a 3. Ahlul Halli wa al-Aqdi


a la adil dala ala i a da I ila A l l Halli Wal ‘Aqdi a a al da i i a a a,
da a yaitu ahlun, hallun dan aqdun. Dalam kamus bahasa arab
il a a a l a a a “A l” ai a i a li a a l a a Ka a
ili i a i a da wawa a a l a “Hall ” a i aa a ai a da a
“Aqd” a i a aa / i at.
A. Sistem Pemerintahan dalam Islam
1. Pengertian Pemerintahan dalam Islam
Secara etimologi, pemerintahan berasal dari:
a) Kata dasar "pemerintah" berarti melakukan pekerjaan menyeluruh.
b) Penambahan awalan "pe" menjadi "pemerintah" berarti badan
melakukan kekuasaan memerintah.
c) Penambahan akhiran "an" menjadi "pemerintahan" berarti
perbuatan, cara, hal atau urusan dari pada badan yang memerintah
tersebut.
Dalam literatur kenegaraan Islam dikenal dengan istilah Imamah,
khilafah dan Imarat. Sehubungan dengan hal ini Abdul Muin Salim
mengatakan: "Pemerintahan sebagai salah satu struktur dasar sistem politik
merupakan lembaga yang menyelenggarakan mekanisme politik atau roda
pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pejabat yang disebut “ wali “ atau “
amir”
Menurut Hasan al-Banna bahwa Islam menganggap pemerintahan sebagai
salah satu dasar sistem sosial yang dibuat untuk kebaikan manusia. Islam
tidak menghendaki kekacauan atau anarkis dan tidak membiarkan satu
masyarakat tanpa Imam (pemimpin) yang memiliki tugas dan kewajiban
sebagai berikut:
1) Menjaga keamanan dan melaksanakan undang-undang;
2) Menyelenggarakan pendidikan;
3) Mempersiapkan kekuatan;
4) Memelihara kesehatan;
5) Memelihara kepentingan umum;
6) Mengembangkan kekayaan dan memelihara harta benda;
7) Mengokohkan akhlak; kedelapan, menyebarkan dakwah.

2. Dasar, Nilai dan Cara Pengangkatan Pemimpin dalam Islam


Terdapat sejumlah ayat yang mengandung petunjuk dan pedoman bagi
manusia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
a. Ayat-ayat mengajarkan tentang kedudukan manusia di bumi :
Ali Imran: 26
Al- hadid:5
Al-An’aam:16
Yunus: 14)
b. Tentang prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam kehidupan
bermasyarakat seperti: prinsip musyawarah ,
Ali Imran: 159 dan Al-Syura: 38
c. ketaatan kepada pemimpin (Al-Nissa: 59)
d. keadilan (Al-Nahl: 90 dan Al-Nisssa: 58)
e. persamaan (Al-Hujuraat: 13)
f. kebebasan beragama (al-Baqarah: 256; Yunus: 99; Ali Imran: 64 dan Al-
Mumtahanah: 8-9).
Salah satu catatan penting bahwa perumusan sistem kepemipinan pasca
Nabi Muhammad SAW telah memberi inspirasi bagi perumusan panjang dan
perdebatan sistem pemerintahan dalam Islam dengan tetap mengacu pada
semangat yang mereka bangun melalui tiga prinsip yaitu:
1. menekankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah politik dan
sosial.
2. memberikan prioritas untuk menjadi pemimpin kepada masyarakat dan
diterima oleh masyarakat,
3. pernyataan terbuka oleh masyarakat tentang kesetiaan dalam
4. mengikuti kepemimpinan mereka yang dinyatakan dalam bentuk
5. bai’at (janji setia untuk taat kepada pemimpin).

Adapun nilai-nilai dalam pelaksanaan sistem bernegara dan


bermasyarakat bagi seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
a. Kejujuran, keikhlasan serta tanggung jawab.
b. Keadilan yang bersifat menyeluruh kepada rakyat
c. Ketauhidan (mengesakan Allah)
d. Adanya kedaulatan rakyat.

B. Bentuk-bentuk Pemerintahan dalam Islam


Pemerintahan yang diharapkan masyarakat yaitu pemerintahan yang
dalam pelaksanaannya dan pengimplementasiannya memakai sistem
pemerintahan yang jujur, adil, dan harmonis. Pemerintahan yang baik dan
mengerjakan segala urusan-urusan yang berkaitan kenegaraan sehingga
tidak dipedulikan apa bentuk negara dalam pemerintahan Islam.
Pemerintahan Islam yang berlangsung sepeninggal Nabi, khususnya
pada masa Khulafa al-Rasyidin (Abu Bakar, Umar ibn al-Khattab, Usman ibn
Affan, dan Ali ibn Abi Thalib), barangkali sepadan dengan bentuk republik
dalam konsep politik modern. Tetapi pada kurun berikutnya, sejak
pemerintahan Umayyah, Abbasiyyah, sampai dengan Turki Usmani, dan
pemerintahan Islam di wilayah yang lainnya, termasuk di Indonesia, adalah
bercorak kerajaan atau monarki (Muhammad Husein Haikal, 1983: 17-18).
Firman Allah Swt dalam QS. Al-Nur ayat 55

‫ع َد‬ ‫عمِ لهوا مِ ن هكم َءا َمنهوا ٱلَذِينَ َ ه‬


َ ‫ٱّلل َو‬ ِ ‫ص ٰـ ِل ٰ َح‬
َ ‫ت َو‬ َ َ‫لَ ههم َولَيه َم ِكن ََن قَب ِل ِهم مِ ن ٱلَذِينَ ٱست َخل‬
ِ ‫ف َك َما ٱۡلَر‬
َ ‫ض فِي لَيَست َخ ِلفَنَ ههم ٱل‬
َ
‫ض ٰى ٱلذِي دِينَ هه هم‬ َ َ ‫فَأهولَ ٰـٰٓئِكَ ٰذَلِكَ بَعدَ َكف ََر َو َمن شَيـٗا بِي يهش ِر هكونَ َل يَعبهدهونَنِي أم ٗنا خَوفِ ِهم بَع ِد ِمن َولَيهبَ ِدلَنَ ههم لَ ههم ٱرت‬
َ
ٰ
‫ٱلفَ ِسقهو َن هه هم‬

Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. (al-Nur/24: 55).

C. Hak dan Kewajiban Rakyat


Sebuah janji yang disebut dengan baiat. Sebab baiat mengandung janji
setia antara rakyat dengan khalifah. Hal ini sejalan dengan pengertian yang
dikemukakan oleh Ibnu Khaldun bahwa baiat adalah perjanjian atas dasar
kesetiaan. Orang yang berbaiat harus menerima seseorang yang terpilih
menjadi kepala negara.
Sebagai pemimpinnya untuk melaksanakan semua urusan umat. Menurut
Hasbi Ash-Shidiqi bahwa baiat merupakan sebuah bentuk pengakuan umat
untuk mematuhi dan mentaati imam (pemimpin). Ini dilakukan oleh ahlul halli
wal aqdi dan dilaksanakan sesudah permusyawaratan.
Dalam baiat, rakyat berjanji setia untuk mentaati kepala negara selama
pemimpin negara itu tidak melakukan sesuatu yang melanggar syariat.
Demikian juga kepala negara melaksanakan hak dan kewajibannya yaitu
melaksanakan undang-undang demi mewujudkan keadilan. Baiat dalam
tatanan politik, umat menyerahkan sebagian haknya untuk diatur sesuai
dengan ketentuan yang ada. Sebab baiat itu sendiri suatu kontrak sosial yang
rakyat sepakat untuk memberikan sebagian haknya kepada pemimpin untuk
diperintah dan diatur kehidupannya agar terjamin kebebasannya.
Hal ini ditegaskan oleh Allah swt. dalam surat al-Isra ayat 33.

َ ‫ّللا َح َر َم الَتِي النَف‬


‫س ت َقتهلهوا َو َل‬ ِ ‫َكانَ اِنَهٗ القَت ِل فِى يهس ِرف ف َ َل سهل ٰطنًا ل َِول ِِيه َجعَلن َا فَقَد َمظلهو ًما قهتِ َل َو َمن ِبال َح‬
‫ق ا َِل ٰ ه‬
‫صو ًرا‬‫َمن ه‬

Artinya: Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah


membununya kecuali denagn alasan yang dibenarkan (QS. 17:33).
Ayat yang berkaitan dengan dengan keselamatan hak milik. Allah berfirman:

َ َ ‫ك أََ َموا َل كلهو ها ت‬


ََ ‫َ َوََ ل‬ ‫ب م ه‬.ََ‫ي‬. َ‫ك ن‬
‫َم ه‬
ِ ِ ‫ط بلبَا‬
ِ ‫ل‬
ِ

Artinya: Janganlah kamu memakan harta orang lain dengan cara yang batil
(QS. 2:188)
Kedua, hak untuk memperoleh keadilan hukum dan pemerataan. Dalam hal
ini pemerintah wajib menegakkan keadilan dan pemerataan untuk
rakyatnya. Hal ini ditegaskan oleh al-Qur’an:

Kewajiban Rakyat kepada Khalifah (kepala negara)


1. Kewajiban taat kepada khalifah. Firman Allah swt.

2. ََ ََ ‫يأَي‬.ََُّ‫ي اله ها‬ َ ‫ل الهر طيعهو ِا وأ َ َهل َل ا طيعهو ِا أ َ َءاَمنهوا‬


ِ ‫نذ‬ ‫سو ه‬
َ ‫ل‬َ َِ ‫ن اَلََمِ ر وأ ه ِو‬
ِ ‫كم‬
‫م ه‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah,


rasul- Nya dan para pemimpin di antara kamu. (Qs. Al-Nisa/4:59).
3. Kewajiban mentaati undang-undang dan tidak berbuat kerusakan. Firman
Allah swt.
Artinya: Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah Tuhan
memperbaikinya (Qs. Al-A’raf/7:85).
4. Membantu khalifah dalam semua usaha kebaikan. Firman Allah swt:
Artinya: Dan Tolong-menolonglah kamu semua dalam kebaikan (Qs.al-
Maidah / 5: 2).
5. Bersedia berkorban jiwa maupun harta dalam mempertahankan dan
membelanya. Firman Allah swt.
Artinya: Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun
merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah.
Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Qs.
Al- Taubah/9:41).
Menjaga Persatuan dan Kesatuan. Firman Allah swt.

ََ ‫ص عتَ وا‬
ِ ‫َ مو ها‬
ِ ِ ‫بَب‬
َ ‫ل‬
ِ ‫َ هََِ َلل ا‬ َ ََ‫تَ َو‬.َ‫فهرقهوا‬
َ ِ ََ ‫ل جيًعا‬

Artinya: Dan berpeganglah kamu semua kepada tali Allah (agama) dan janganlah
kamu bercerai berai. (QS. Ali-Imran/3:103).
D. Majlis Syura dan Ahlul Halli wal ‘Aqdi

1. Majlis Syura dalam Pemerintahan


Kata “majlis syura” terdiri dari dua kata yaitu kata majlis dan kata syura.
Majlis artinya tempat duduk syura artinya bermusyawarah. Dengan demikian
majlis syura secara bahasa artinya tempat bermusyawarah (berunding).
Dikaitkan dengan sistem pemerintahan, majlis syura memiliki pengertian
tersendiri yaitu suatu lembaga negara yang terdiri dari para wakil rakyat yang
bertugas untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Majlis ini memiliki
tugas utama yaitu mengangkat dan memberhentikan khalifah.
Pada masa Rasulullah istilah majlis syura belum ada. Namun praktek
melaksanakan musyawarah telah dilakukan oleh rasul sebagai seorang
pemimpin negara. Rasulullah sering memanggil para sahabatnya untuk
berunding mengambil keputusan dalam urusan negara dan masyarakat.
Demikian juga yang dilakaukan oleh khulafa al-rasyidin setelah rasul
meninggal. Mereka selalu bermusyawarah. Musyawarah merupakan cara
untuk mengambil keputusan. Karena dengan musyawarah sebuah
keputusan lebih kuat dan jauh dari kekeliruan karena antara yang satu
dengan yang lainnya saling melengkapi. Allah memerintahkan kepada kita
untuk bermusyawarah. dalam segala urusan terlebih pemimpin negara.
Firman Allah swt.

ََ ‫َ م و هر ِه ش َا و‬
ِ ِ ‫اَلََمِ ر ف‬

Artinya:” Bermusyawarahlah kamu kepada mereka dalam segala


urusan. (QS. Ali Imran/3:159).

2. Syarat-Syarat Menjadi anggota majlis syura


Tidak semua orang bisa menjadi anggota majlis syura. Mereka adalah orang-
orang yang memiliki kemampuan intelektual dan memiliki sifat mental yang
terpuji. Oleh karena itu imam al-Mawardi merumuskan beberapa syarat untuk
menjadi anggota majlis syura:
a. Berlaku adil dalam segala sikap dan tindakan. Sikap ini mencerminkan
bahwa anggota majlis syura adalah mereka memiliki sifat jujur dan
bertanggung jawab.
b. Berilmu pengetahuan yang luas. Yaitu memiliki kecerdasan intelektual
yang tajam. Sehingga segala ucapan dan perbuatannya didasari oleh
ilmu bukan oleh hawa nafsu.
c. Memiliki kearifan dan wawasan yang luas. Anggota majlis syura dalam
memutuskan sesuatu harus ditujukan untuk kemsalahatan ummat bukan
untuk kepentingan dirinya sendiri.

3. Ahlul Halli wa al-Aqdi


Istilah Ahlul Halli Wal ‘Aqdi barasal dari tiga suku kata, yaitu ahlun, hallun
dan aqdun. Dalam kamus bahasa arab kata “Ahl” mempuunyai arti ahli atau
keluarga. Kata “Hallu” berarti membuka atau menguraikan. Sedangkan “Aqd”
berarti kesepakatan/mengikat. Dari ketiga suku kata tersebut dapat dirangkai
menjadi sebuah istilah yang mempunyai arti "orang-orang yang mempunyai
wewenang melonggarkan dan mengikat." Istilah ini dirumuskan oleh ulama
fikih untuk sebutan bagi orang-orang yang bertindak sebagai wakil umat untuk
menyuarakan hati nurani mereka.
Dalam ilmu fiqh Ahlul halli wal aqdi diartikan orang yang dipilih sebagai
wakil ummat untuk menyuarakan hati nurani umat. Ahlul halli wal aqdi adalah
orang-orang pilihan. Mereka terdiri dari ulama, cerdik pandai dan pemimpin
yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Ahlul halli wal aqdi adalah
wakil rakyat yang menjadi anggota majlis syura. Mereka dipercaya oleh rakyat
dan keputusan mereka ditaati oleh rakyat.
Ikhtiyar yaitu golongan yang berhak memilih. Penyebutan ini sangat
beralasan sebab tugas utama Ahlul hali wal-aqdi karena memilih dan
memberhentikan secara langsung seorang kepala negara (khalifah).

Daftar materi SISTIM KHALIFAH: adalah materi cukup sulit dipahami dikarenakan kurangnya
pada KB dalil-dalil dan literatur Islam yang membahas secara detail apa dan bagaimana
2
yang sulit khalifah itu. Sehingga saya pribadi masih memiliki gambaran yang samar tentang
dipahami khalifah.

Daftar materi
Khalifah banyak mengalami miskonsepsi dikalangan Sebagian Masyarakat.
yang sering
Sebagian berpendapat wajib menerapkan khalifah sebagiannya lagi menentang.
mengalami
3 Sedangkan Islam sendiri ternyata tidak dengan tegas menentukan harus seperti
miskonsepsi
apa bentuk pemerintahan. Namun hanya memberikan gambaran secara global
dalam
yang inti tujuannya adalah mengutamakan kemaslahatan umat dan syariat.
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai