Jalan K.H. Soleh Iskandar KM.2 Kedung Badak, Kota Bogor 161612
2
Kelompok Riset Sistem Termofluida Reaktor Nuklir (RTFSyDev), Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir,
Organisasi Riset Tenaga Nujlir (BATAN), Badan Riset dan Inovasi Nasional
Gd. 80 KST. B.J. Habibie, PUSPIPTEK, Setu, Tangerang Selatan 15314
ABSTRAK
Riset sistem pendinging pasif/Passive Cooling System (PCS) berbasis aliran sirkulasi alam menjadi
topik penting dalam manajemen termal untuk keselamatan reaktor nuklir pasca gagalnya sistem
pendingin aktif di kejadian kecelakaan PLTN Fukushima Dai-ichi, Jepang. Hal tersebut menjadikan riset
eksperimental penting dilakukan untuk menentukan kondisi awal dan kondisi batas agar aliran sirkulasi
fluida pada untai sirkulasi alam mencapai kondisi optimal. Sehinga dibangun fasilitas eksperimen untai
rektangular FASSIP-04 versi 2 untuk mempelajari fenomena aliran sirkulasi alam dengan rejim aliran
satu fase dan dua fase yang bekerja pada tekanan rendah. Tujuan penelitian dilakukan dalam rangka
komisioning fasilitas untuk mengetahui batasan parameter daya dan temperatur selama pengoperasian.
Metode komisioning dilakukan dalam dua tahap, yaitu komisoning statis dengan merekam data
perubahan temperatur lingkungan dari semua sensor selama 3 hari tanpa dihidupkannya pemanas dan
pendingin. Metode kedua adalah komisoning dinamis dengan memvariasikan temperatur air demineral
di dalam tangki pemanas mulai dari 50° C (satu fase) hingga mencapai temperatur saturasi (dua fase).
Sementara, daya pemanas divariasikan mulai dari 2,8 kW, 4,2 kW, dan 5,6 kW yang dibangkitkan dari
immersion heater. Hasil komisioning statis menunjukkan bahwa temperatur rata-rata tertinggi selama
tiga hari terjadi pada siang hari dalam rentang 31oC – 40oC, dan terendah (stabil) di malam hari antara
jam 20.00 – 07.00 dengan rentang sekitar 22oC – 24oC. Kemudian, hasil komisoning dinamis pada daya
maksimal 5,6 kW, menunjukkan adanya pembentukan gelembung dari pemanas dan capaian temperatur
tertinggi untuk aliran dua fase sebesar 105oC (di atas temperature saturasi). Hasil komisoning telah
menjadi batasan parameter temperatur dan daya untuk menentukan matriks eksperimen selanjutnya.
Kata kunci : FASSIP-04; komisioning; satu fase-dua fase; sirkulasi alam; variasi daya; variasi
temperatur.
ABSTRACT
Research on passive cooling systems (PCS) based on natural circulation flow has become an essential
topic in thermal management for the safety of nuclear reactors after the failure of the active cooling
system at the Fukushima Dai-ichi Nuclear Power Plant accident in Japan. The accident event becomes
an essential issue in experimental research to determine the initial and boundary conditions so that fluid
circulation flow in natural circulation camels reaches optimal conditions. Then, the FASSIP-04 version
2 rectangular loop experimental facility was built to study the phenomenon of the natural circulation
flow with single-phase and two-phase flow regimes that work at low pressure. The research aims to
commission the facility to determine the limits of power and temperature parameters during
experimental operation. The commissioning method is carried out in two stages: static commissioning
by recording environmental temperature change data from all sensors for three days without turning on
* Penulis korespondensi
Email: dwi.yuliaji@uika-bogor.ac.id
57
AME (Aplikasi Mekanika dan Energi): Jurnal Ilmiah Teknik Mesin 9 (1), pp 57-63
the heating and cooling. The second method is dynamic commissioning by varying the temperature of
the demineralized water in the heating tank from 50°C (one phase) to saturation temperature (two
phases). Meanwhile, the heating power varies from 2.8 kW, 4.2 kW, and 5.6 kW generated from the
immersion heater. The results of static commissioning show that the highest average temperature for
three days occurs during the day in the range of 31oC – 40oC, and the lowest (stable) at night between
20.00 – 07.00 with a range of around 22oC – 24oC. Then, the results of dynamic commissioning at a
maximum power of 5.6 kW showed the formation of bubbles from the heater, and the highest temperature
for two-phase flow was 105oC (above saturated temperature). The commissioning results have become
the limits of temperature and power parameters to determine the following experimental matrix.
Keywords : commissioning; FASSIP-04; natural circulation; power variation; single-phase-two phases;
temperature variation.
58
AME (Aplikasi Mekanika dan Energi): Jurnal Ilmiah Teknik Mesin 9 (1), pp 57-63
viskositas, dan koefisien perpindahan panas Tabel 1. Parameter geometri dan parameter operasional
konvektif pada cairan dasar dasar seperti air atau Material SS 201
minyak adalah dengan mensuspensi koloid Diameter luar, Dout 25,4 mm
berukuran nanometer (Yu & Xie, 2012). Diameter dalam, Din 23,4 mm
Keefektifan nanofluida dalam aplikasi Lebar loop, L 1320 mm
perpindahan panas sangat dipengaruhi dari sifat Tinggi loop, H 6000 mm
termo-fisiknya yaitu tegangan permukaan. Panjang total loop, Lt 14.640 mm
Tegangan permukaan adalah salah satu sifat Rasio diameter terhadap 653,6
utama yang mempengaruhi kinerja transfer panas. Panjang total loop, NG
Akan tetapi efek samping dari penggunaan Volume fluida kerja 27,2 liter
nanofluida akan menciptakan kekasaran
permukaan yang berpengaruh pada laju aliran Tabel 2. Parameter operasional
fluida karena perubahan tegangan permukaan
(Vafaei, D. Wen, & Borca-Tasciuc, 2011). Selain Fase aliran 1 dan 2 fase
itu aksi pipa kapiler dari fluida kerja dalam pipa Fluida kerja Air demineral 100%
panas juga dipengaruhi oleh tegangan Al2O3 0,1% wt
permukaan. Perpindahan panas maksimum dari 0,2% wt
pipa panas juga ditentukan oleh rasio permukaan 0,3% wt
tegangan, densitas dan kalor laten penguapan T WHT 50 °C
terhadap viskositas fluida kerja (Reay, R. 60 °C
McGlen, & and P. Kew, 2013). Oleh karena itu, 70 °C
tegangan permukaan nanofluida adalah salah satu 80 °C
parameter kunci untuk mengoptimalkan utilitas Temperatur saturasi °C
nanofluida dalam aplikasi perpindahan panas. Daya heater 1,4 kW
Hal lain disamping sifat fisik nanofluida, 2,8 kW
4,2 kW
wettability juga memegang peranan penting
5,6 kW
dalam meningkatkan efektifitas perpindahan
kalor. Wettability merupakan kemampuan fluida
dalam menjaga kontak dengan permukaan Penempatan komponen fasilitas eksperimen
material padat (Choi, U., & & Eastman, 1995). dijelaskan pada Gambar 1.
Semakin tinggi derajat kebasahan, semakin besar
daerah yang dibasahi oleh fluida maka Expansion
Tank
perpindahan kalor juga semakin besar
(Deendarlianto, Y. T., Hidaka, S. & KOHNO, M,
2008).
59
AME (Aplikasi Mekanika dan Energi): Jurnal Ilmiah Teknik Mesin 9 (1), pp 57-63
Gambar 2 menunjukkan skema rectangular Tabel 4. Matrik pengujian dinamis dengan air
loop sirkulasi alam dengan berbagai sensor terpasang, Daya T. WHT Waktu penahanan
seperti sensor temperatur, sensor tekanan dan 2,8 kW 50 30 menit
pengukuran laju aliran massa fluida kerja. 4,2 kW 60 30 menit
5,6 kW 70 30 menit
80 30 menit
Temperatur 60 menit
saturasi
Kalibrasi Termokopel
Hasil kalibrasi menunjukan selisih pengukuran Terdapat perbedaan fenomena yang terjadi
tertinggi sebesar 1,69 poin pada rentang temperatur antara komisioning statis tanpa air dengan
kalibrasi, sedangkan deviasi rata-rata sebesar 1%. komisioning statis dengan air. Fenomena tersebut
Hasil kalibrasi termokopel yang akan digunakan dipengaruhi kondisi lingkungan tempat fasilitas
sebagai sensor temperatur menunjukan bahwa eksperimen akan dilakukan. Faktor utama perbedaan
termokopel tersebut layak digunakan pada fasilitas tersebut dipengaruhi oleh kondisi cuaca seperti hujan
eskperimen. dan angin kencang yang terjadi, namun secera umum
kondisi stabil terjadi pada malam hari.
Komisioning Statis Tanpa Air Dan Dengan Air
Komisioning Dinamis Dengan Air
Aliran sirkulasi alam terjadi akibat perbedaan Variasi temperatur di WHT dan variasi daya
densitas diantara fluida kerja di dalam loop yang pemanas dilakukan untuk menguji kinerja
diakibatkan oleh perbedaan temperatur. Fluida kerja fasilitas eksperimen.
dengan densitas lebih rendah pada hot leg mengalir ke
atas, kemudian sampai pada WCT densitas fluida
kerja kembali ke nilai awal sehingga gaya gravitasi
mengakibatkan aliran terjadi pada loop.
Fenomena yang terjadi selama komisioning
menunjukan bahwa temperatur lingkungan sangat
mempengaruhi kondisi temperatur di dalam loop.
Temperatur tertinggi di dalam loop terdapat pada
bagian atas loop. Gambar 5 dan 6 menunjukan
fenomena yang terjadi selama komisioning.
Gambar 6. Komisioning statis dengan air Gambar 7. Komisioning dinamis dengan air
demineral daya 5,6 kW 3× pengulangan
61
AME (Aplikasi Mekanika dan Energi): Jurnal Ilmiah Teknik Mesin 9 (1), pp 57-63
Fenomena aliran yang terbentuk juga terjadi jika diamati berdasarkan variasi
diamati dengan menggunakan kamera. Gambar 7 pengulangan. Jumlah bubble yang terbentuk
menjelaskan grafik hasil komisioning dinamis mengalami pengurangan pada pengulangan
dengan air. Berdasarkan grafik pada Gambar 7 berikutnya, hal ini terjadi pada setiap temperatur
aliran sirkulasi alam mengalami instabilitas aliran yang sama seperti ditunjukkan pada Gambar 9.
pada temperatur saturasi, fenomena ini juga Fenomena perubahan jumlah bubble berdasarkan
terdapat pada penelitian lainnya. Penambahan kenaikan temperatur merupakan hal yang umum
material berukuran nano dapat mengurangi berdasarkan sifat fluida kerja air, akan tetapi jika
instabilitas aliran dan juga dapat meningkatkan dilihat berdasarkan pengulangan tentu merupakan
laju perpindahan panas. hal patut untuk diperhatikan.
Fenomena jumlah bubble yang terbentuk Jumlah bubble yang berbeda untuk setiap
selama pengujian menjadi menarik untuk diamati. pengulangan akan mengakibatkan pengambilan
Pada komisioning dinamis dengan air demineral, kalor yang berbeda untuk matrik temperatur yang
daya yang digunakan 5,6 Kw dengan variasi sama, sehingga kesimpulan yang nantinya akan
temperatur di WHT 60°C, 70°C, 80°C sampai diperoleh menjadi tidak valid, oleh sebab itu perlu
temperatur saturasi. Pengujian dilakukan dengan dibuat metode eksperimen yang tetap dalam
tiga kali pengulangan dengan matrik yang sama. penggunaan fluida kerja, sehingga initial
Jumlah bubble yang terbentuk berdasarkan condition tetap terjaga yang selanjutnya akan
variasi temperatur menunjukan kenaikan namun menghasilkan data yang dapat dipercaya.
akan berkurang pada temperatur saturasi seperti
ditunjukkan pada Gambar 8. Hal sebaliknya
62
AME (Aplikasi Mekanika dan Energi): Jurnal Ilmiah Teknik Mesin 9 (1), pp 57-63
63