Anda di halaman 1dari 12

Struktur Sedimen M.

Tucker
Daftar Gambar
Gambar 1. Simbol pada peta geologi...........................................................................................................5
Gambar 2. Simbol Litologi pada sequence pembawa batubara..................................................................6
Gambar 3. Referensi grafik seam batubara (Based on Australian Standard 2916-1986 (SAA,1986))..........7
Gambar 4.contoh dari representasi grafik coal seams yang digunakan di Amerika. (From Goscinski and
Robinson, 1978, ASTM Technical Publication 661)......................................................................................8
Gambar 5. Simbol pada peta yang menunjukan kemiringan lereng............................................................9

2
Larry Thomas, 2013, Coal Geology Second Edition

Thomas, L. (2013). Coal Geology Second Edition. West Sussex: Willey-Blackwell.

3
4
5. Struktur Sedimen dan Geometri Deposit Sedimen
1. Pendahuluan
Struktur sedimen merupakan bagian yang penting dari batuan sedimen. Struktur
dapat terjadi pada bagian atas dan bawah permukaan dari bed maupun dibagian dalam
dari bed itu sendiri, struktur sedimen dapat digunakan untuk memperkirakan proses-
proses dan juga kondisi yang terjadi selama proses pengendapan, arah arus yang
mengendapkan sedimen, dan kepenerusan suatu strata. Struktur sedimen sangatlah
beragam dan umumnya dapat terjadi pada hampir beragam lithologi. Struktur sedimen
berkembang dengan proses-proses fisis dan kimia yang terjadi sebelum, selama, dan
setelah pengendapan, dan juga dengan proses-proses biologis. Terpadat kemungkinan
untuk mengenali lima kategori dari struktur sedimen: erosional ; depositional (semua
jenis sedimen), depositional (khususnya batugamping) ; post-depositional/diagenesa ; dan
biogenic
2. Struktur Erosional
Struktur umum dari jenis ini adalah flute, groove, dan tool marks yang terjadi
pada bagian bawah permukaan dari suatu lapisan. Struktur scour pada umumnya dan juga
channel.
a. Flute Cast
Flute cast dapat teridentifikasi dari bentuknya. Dari view datar, pada
lapisan dibawah permukaan berbentuk oval membundar sampai triangular dengan
ujung membundar maupun menunjuk kearah hulu, flare-nya menunjukkan arah
hilir. Pada penampang, bentukan flute casts berupa asimetri, dengan bagian yang
lebih dalam pada akhir hulunya. Flute marks bervariasi dalam panjang mulai dari
beberapa senti saja hingga puluhan sentimeter. Flutes terbentuk oleh erosi pada
permukaan sedimen bermaterial halus oleh pusaran oleh adanya arus turbulen dan
sisa atau jejak yang ditinggalkan oleh proses erosi tersebut terisi oleh material
sedimen seiring dengan menurunnya kecepatan aliran. Flute casts merupakan
penciri yang khas dari batupasir turbidit, flutes juga terjadi pada sisi bawah dari
fluvial sandstones, seperti halnya pada pengendapan selama pembentukan tanggul
alam (creavassing), sewaktu arus sungai bergerak memotong dataran limpah
banjir, dan juga pada dasar dari batupasir dan batugamping yang terendapkan oleh
storm currents (‘tempestites’). Bagaimanapun, flutes pada bagian dasar dari
sikuen turbidites cenderung lebih seragam dilihat dari segi ukurannya, reguler
dalam hal bentuk, dan teratur dalam jarak, sering pula meliputi area yang lebih
luas dari lapisan dibawah permukaan. Flute marks merupakan indikator untuk
menentukan arah arus purba, yang mana dapat dilakukan pengukuran pada
orientasinya.

5
b. Groove Mark
Groove casts berbentuk tonjolan memanjang pada lapisan dibawah
permukaan, lebarnya berkisar dari beberapa milimeter sampai beberapa puluh
sentimeter dan juga dapat melebar secara lateral, setelah beberapa meter, atau
persist memotong the exposure. Groove casts pada lapisan dibawah permukaan
dapat paralel satu sama lain dan menunjukkan variasi khusus hingga beberapa
puluh derajad bahkan lebih. Groove casts terbentuk selama pengisian dari grooves
itu sendiri tang terbentuk oleh penggerusan oleh objek (lumps of mud or
wood,etc) yang terseret dengan jarak tertentu oleh arus groove casts umum
terdapat pada bawah permukaan dari turbidit. Struktur yang serupa namun
biasanya kurang reguler atau persistent, dapat terjadi on the soles pada beberapa
fluvial sandstone dan storm deposited sandstone/limestones, istilah gutter cast
sering juga digunakan dalam kasus ini. Groove/gutter casts mengindikasikan trend
dari arus dan orientasinya dapat diukur.
c. Tool Mark
Struktur ini terbentuk ketika terdapat suatu objek yang dibawa oleh arus
dan kemudian kontak dengan permukaan suatu sedimen. Marks atau jejak disini
merepresentasikan jejak yang ditinggalkan material pada saat kontak dengan
sediment surface tersebut, dapat sebagai prod, roll, brush, bounce, dan juga skip
marks (khususnya dijelaskan lebih lanjut menurut Sam Boggs Jr.), namun secara
sederhana dapat dikatakan sebagai tool marks saja. Impresi atau kesan yang
ditinggalkan oleh objek dapat berulang beberapa kali, jika merupakan gerak
saltasi ( memantul sepanjang surface ). Objek-objek meninggalkan jejak yang
dimaksudkan disini umumnya berupa mud clasts, pebbles, fossils, maupun plant
debris. Pada saat terbentuk pertama kali, tool ini dapat tererosi dan memanjang
paralel sesuai dengan arah arus. Seperti halnya flutes dan grooves, jejak terbentuk
ketika material sedimen mengisi tool mark tersebut sehingga biasanya umum
terlihat pada sole dari lapisan sandstone dan limestone. Tool marks biasanya
umum pada dasar dari suatu turbidite beds.
d. Scour Mark
Merupakan struktur yang terbentuk oleh erosi dari arus. Istilah scour mark
digunakan untk struktur erosional skala kecil, umumnya kurang dari satu meter
persegi, menggerus kebawah beberapa senti, dan terjadi di dasar maupun didalam
suatu bed atau lapisan. Pada pandangan datar biasanya memanjang sesuai dengan
arah arus. Dengan peningkatan ukuran, scour berubah menjadi channel.
Kenampakan khusus dari scoured surface ialah adanya penggerusan pada lapisan
sedimen dibawahnya, adanya truncation dari underlying laminae dan kehadiran
sediment yang lebih kasar yang menutupi scoured surface. Scoured surface
biasanya tajam dan tidak biasa bentuknya dengan beberapa relief yang terbentuk,
6
namun relief yang halus juga dapat terjadi. Scour marks maupun scoured surface
tidak terkait dengan lithologi maupun lingkungan tertentu namun dapat terjadi
dimanapun kekuatan arus cukup kuat untuk mengerosi sediment yang dilewati
dibawahnya dan juga umumnya dapat terbentuk selama satu event erosional.
e. Channel
Channel merupakan struktur erosional skala besar, beberapa meter hingga
kilometer persegi, umumnya merupakan media transport sedimen dalam jangka
waktu yang relatif cukup panjang. Banyak channel nampak dengan bentuk
cekungan membuka keatas dilihat dari penampang mendatar dan materialnya
dapat membentuk tubuh sedimen yang memanjang (shoestring) ketika mapped
out. Seperti halnya scours, channel dapat dikenali dengan hubungan
kepenerobosan atau penggerusannya dengan lapisan sedimen dibawahnya.
Channel biasanya diisi oleh sedimen yang berukuran lebih kasar ketimbang
dengan sedimen dibawahnya, dan umumnya terdapat layer dari basal konglomerat
berupa endapan lag deposit. Batupasir dengan perlapisan silang siur (cross
bedded) mengisi banyak channel-channel ini.
Beberapa channel dengan dimensi yang cukup besar kemungkinan tidak
dapat dengan segera mudah terlihat di lapangan; oleh karenanya, diperlukan
pandangan nampak depan dari jarak tertentu dan dengan hati-hati untuk
memperhatikan kepenerusan secara lateral dari unit-unit sedimentasi yang ada.
Sedimen didalam channel dapat memperlihatkan gambaran onlap dengan bagian
pinggir dari channel itu sendiri. Sedimen yang mengisi channel umumnya
menunjukkan perubahan distribusi ukuran butir secara vertikal (biasanya
menghalus keatas), atau secara fasiesnya yaitu dari fluvial ke estuarine sampai
marine sebagai incised valley yang diisi secara gradual sepanjang perubahan
channel hadir pada sedimen dibanyak lingkungan yang berbeda-beda, termasuk
didalamnya fluvial, deltaic, shallow subtidal-intertidal, dan submarine fan.

Gambar 1. Kenampakan channel pada lapangan

3. Struktur Deposional
a. Perlapisan dan Laminasi

7
Bedding dan laminasi berarti perlapisan atau stratifikasi. Bedding lebih
tebal dari 1 cm sedangkan laminasi lebih tipis dari 1 cm. Perlapisan disusun oleh
beds, sementara laminasi disusun oleh laminae. Paralel (juga disebut dengan
planar atau horisontal) laminasi merupakan struktur internal yang umum dijumpai
pada perlapisan. Istilah deskriptif untuk ketebalan dari perlapisan dan laminasi
dapat dilihat pada tabel. Perlapisan juga bervariasi bentuk dan definisinya jadi
adanya perbedaan bentuk,apakah planar, wavy, dan curved juga harus
diperhatikan dalam pengamatannya, selain itu perlapisan juga dapat paralel satu
sama lain, non-paralel atau diskontinu (dapat dilihat pada ilustrasi gambar)
Tabel 1. Terminalogi ketebalan lapisan

Gambar 2. Jenis – jenis perlapisan

8
Gambar 3. Kemungkinan bentuk dari bidang perlapisan dan kontak antar lapisan

b. Perlapisan
Dihasilkan dari perubahan gejala sedimentasi, dapat pula diartikan sebagai
perubahan ukuran butir sedimen, warna atau komposisi mineralogi. Bed
boundaries atau batas perlapisan dapat tergambar secara tajam atau jelas, halus
atau irreguler, atau gradasional. Biasanya terdapat seam, parting, atau sisipan tipis

9
berupa cangkang pada kontak antara lapisan batupasir dengan batugamping.
Permukaan bidang perlapisan dapat terimpresi dengan halus, undulasi, rippled,
sutured, dan dapat merepresentasikan jangka waktu terjadinya sedimentasi.

c. Ketebalan lapisan
Ketebalan suatu lapisan merupakan suatu parameter yang penting dan
berguna dalam melakukan perhitungan. Dengan beberapa endapan sedimen arus,
seperti turbidit dan storm beds (‘tempestites’), sebagai contoh, ketebalan lapisan
berkurang searah dengan down-current direction. Dalam penampang vertikal,
terdapat adanya suatu peningkatan maupun pengurangan ketebalan lapisan yang
sistematis, mencerminkan perubahan gradual dari sekian faktor yang mengontrol
pengendapan ( e.g., peningkatan/pengurangan jarak dari area sumber, atau
peningkatan/pengurangan kuantitas uplift atau pengangkatan dari source area
yang mempengaruhi suplai pasokan sedimen ).
d. Parallel/Horizontal laminasi dan perlapisan rata
Perlapisan yang tipis pada sandstone, limestone, maupun mudrock,
diartikan sebagai perubahan dalam ukuran butir, mineralogi, komposisi dan/atau
warna dan dapat terjadi karena beberapa proses. Flat-bedding pada batupasir dan
batugamping dapat terbentuk oleh pengendapan dari arus yang kuat, sebagai
‘upper plane-bed phase lamination’, maupun oleh arus yang lemah sebagai ‘lower
plane-bed phase lamination’. Laminasi pada mudrock terbentuk selama proses
deposisi oleh suspensi dan oleh arus turbidit densitas rendah (low density
turbidity currents), dan juga dari mineral presipitasi. Laminasi pada fase upper
plane-bed terjadi pada batupasir dan batugamping dan terbentuk selama
pengendapan pada wilayah subaqueous pada aliran dengan kecepatan tinggi di
rezim aliran atas (upper flow regime). Laminae mempunyai ketebalan beberapa
milimeter dan dapat terlihat karena ‘subtle changes’ pada ukuran butir. Jenis atau
tipe dari parallel laminasi ini dikarateristikan oleh adanya kehadiran ‘parting
lineation’, yang juga disebut dengan ‘primary current lineation’, pada permukaan
perlapisan.
Lineasi ini dihasilkan oleh pusaran turbulen (turbulent eddies) yang dekat
dengan permukaan sedimen. Parting lineation terbentuk parallel dengan arah
aliran, jadi orientasinya dapat menggindikasikan trend dari arah arus purba.
‘Lower plane-bed phase lamination’, dengan sedikit parting lineasi dan terjadi
pada sedimen dengan ukuran butir lebih kasar dari 0,6 mm. Terbentuk karena
pergerakan sedimen bed load, oleh arus traksi pada aliran dengan kecepatan
rendah pada lower flow rezim. Umumnya terjadi pada batupasir kasar dan
batugamping.
‘lamination’ atau yang biasa kita sebut dengan laminasi dalam bahasa
indonesia umumnya terbentuk dari pengendapan oleh arus suspensi atau arus

10
turbidit densitas rendah (low-density turbidity currents) yang terjadi pada kisaran
yang luas dari lithologi berbutir halus, namun khususnya pada mudrock, batupasir
halus, dan batugamping. Laminae mempunyai penciri ketebalan beberapa
milimeter dan distribusi butirannya tersusun normal (normally graded) jika
terendapkan dari arus suspensi. Laminasi dapat juga dihasilkan oleh presipitasi
periodik dari mineral seperti kalsit, halite atau gypsum/anhydrite, dan dari
perkembangan plankton di permukaan air dengan subsequent deposition dari
bahan organik. Banyak dari sedimen berbutir halus yang terlaminasikan
diendapkan pada lingkungan yang terlindungi seperti lagoon dan danau serta pada
cekungan laut dalam dibawah wave-base.
4. Ripple, dune dan sand-wave
Merupakan bedform yang berkembang baik pada sedimen berukuran
pasir, batugamping atau batupasir, dan bahkan rijang, gipsum (gypsarenite) dan
ironstone. Ripple sangat umum dan terbentuk di permukaan suatu bed, namun
dalam skala besar yaitu dune dan sand-wave lebih sulit terpreservasi sebagai
bedform. Migrasi dari ripple, dune, dan sandwave pada kondisi perkembangan
sedimentasi menghasilkan berbagai variasi tipe dari perlapisan silang siur/cross
stratifikasi, yang merupakan struktur internal yang paling umum dijumpai pada
batupasir, batugamping, dan batuan sedimen lainnya. Baik air maupun angin
dapat menggerakkan partikel sedimen untuk membentuk struktur-struktur ini.
a. Ripple akibat wave
Dibentuk oleh aksi gelombang pada sedimen non-cohesiv, khususnya pada
tingkatan medium silt sampai pasir kasar, dan pencirinya ialah bentuknya yang
simetri. Namun bentuk asimetri juga dapat terjadi, ketika salah satu dari arah
gelombang lebih kuat dari arah gelombang yang lain, dan pada kondisi seperti itu
sulit untuk membedakannya dengan straigh-crested current ripple. Bentukan
puncak/crest dari ripple yang dibentuk oleh wave umumnya lurus dan terdapat
bifurkasi pada crestnya. Crest dapat rejoin to enclose depresi kecil (disebut
tadpole nests).
Pada profil, ‘trough’ cenderung lebih membundar daripada ‘crest’ yang
dapat meruncing maupun memipih. Ripple indeks dari ripple ini umumnya sekitar
6 atau 7. Wavelenght dikontrol oleh ukuran butir sedimen dan kedalaman air,
ripple yang lebih besar terjadi pada sedimen lebih kasar dan air yang lebih dalam.
Ripple oleh aksi wave ini dapat dipengaruhi oleh perubahan kedalaman air untuk
membentuk modified ripple, sebagai contoh ripple dengan crest yang flat atau
crest ganda/double crests. Jika terdapat adanya perubahan dari arah pergerakan air
pada area ripple (baik oleh arus atau gelombang), maka secondary set dari ripple
dapat berkembang, menghasilkan ‘interference ripples’, atau ripple kecil dapat
terbentuk pada trough dari ripple yang lebih besar (ladderback ripples). Modified
dan interference ripple merupakan penciri dari endapan pada tidal-flat.
b. Ripples akibar arus, dunes, dan sand-wave
11
Current ripple dihasilkan oleh arus unidirectional, bentuknya asimetri
dengan steep lee-side (downstream) dan gentle stoss-side (upstream).
Dari segi bentuknya, terdapat tiga tipe current ripple yang umum : straight-
crested, sinous atau undulatory, dan linguoid ripple. Lunate ripple jarang terjadi.
Dengan peningkatan kecepatan aliran dari arus, straight-crested menjadi linguoid
ripple dengan melewati transitional sinuos ripple. Ripple indeks dari current
ripple umumnya diantara 8 dan 15. Current ripple tidak terbentuk pada sedimen
yang ukuran butirnya lebih kasar dari 0,6 mm diameternya (pasir kasar). Current
ripple dapat berkembang di hampir banyak lingkungan, yakni river, delta,
shoreline, offshore shelf dan laut dalam.
Subaqueous dunes (juga disebut megaripple) dan sand-wave (bars) merupakan
struktur skala besar yang bentuknya serupa dengan ripple. Walaupun jarang
terawetkan, cross bedding dihasilkan oleh migrasi ripple merupakan struktur yang
sangat umum dijumpai.

12

Anda mungkin juga menyukai