Anda di halaman 1dari 3

Buah-buahan Impor, Amankah dikonsumsi?

Saat ini telah terjadi perubahan tren konsumsi di kalangan masyarakat Indonesia,
begitu pula masyarakat Kalsel. Masyarakat Indonesia mulai lebih banyak mengkonsumsi
buah dan sayur untuk menggantikan asupan gizi dari beras dan pangan sejenisnya. Perubahan
tersebut merupakan suatu hal yang positif. Kebanyakan buah dan sayur yang dikonsumsi
masyarakat merupakan produk impor. Hal tersebut dikarenakan buah impor banyak
varietasnya dan stoknya selalu tersedia di pasaran. Biaya distribusi yang efisien dan bea
masuk yang rendah menjadi penyebab pedagang juga lebih memilih berjualan buah impor.
Buah-buahan itu antara lain diimpor dari China, Thailand, New Zealand, dan beberapa negara
lainnya.

Berdasarkan laporan publikasi Badan Pusat Statistik bahwa pada tahun 2021,
Indonesia mengimpor 775.422,4 ton buah segar senilai Rp. 16,3 Triliun. Jumlah tersebut
tertinggi sejak tahun 2012. Buah-buahan yang diimpor termasuk pir, apel, jeruk mandarin dan
anggur yang bersama-sama menyumbang 87% dari volume buah impor Indonesia.

Sumber impor buah segar Indonesia tahun 2021 menurut laporan publikasi Badan
Pusat Statistik adalah China dengan sebesar 66,4% terutama pir, apel, anggur, jeruk dan
sisanya berasal dari Thailand sebesar 7,5%, Amerika Serikat 4,5%, Pakistan 4,3%, Australia
4% dan negara lainnya sampai dengan 13,2%. Meski dikirim dari jarak yang begitu jauh dan
waktu pengiriman yang lama tidak membuat buah-buahan tersebut nampak layu dan busuk,
namun tetap terlihat segar. Alasannya adalah buah-buahan tersebut telah diawetkan dengan
cara diberikan zat lilin.

Pengawetan buah-buahan tersebut menggunakan zat lilin telah umum digunakan agar
kadar air pada buah-buahan tersebut tidak keluar. Lilin pada kulit buah disebuh dengan
Bahan Pangan Tambahan (BTP). BTP pelapis merupakan bahan pangan tambahan yang
digunakan untuk melapisi permukaan bahan pangan, sehingga memberikan efek perlindungan
terhadap organisme berbahaya, membuat tampilan mengkilap dan menarik perhatian pembeli.
Selain zat lilin, maka zat yang biasa digunakan untuk pengawetan buah-buahan adalah zat
kitosa. Zat kitosa dapat mematikan organisme berbahaya pada buah-buahan agar tetap awet
sampai di tempat tujuan.

Namun kenyataan saat ini, banyak eksportir nakal yang sengaja menyuntikkan zat
pewarna dan formalin. Hal ini dilakukan agar buah-buahan tetap terlihat segar dan kondisi
masih bagus saat sampai di tangan konsumen. Zat formalin yang disuntikkan diketahui
selama ini sebagai zat pengawet untuk mayat. Buah yang biasanya diberi zat formalin adalah
jeruk, anggur dan apel. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfatiswada pada Desember
2022 di Kabupaten Gresik menunjukkan dari 6 (enam) sampel buah impor, maka 2 (dua)
diantaranya positif mengandung formalin.

Ciri-ciri buah-buahan yang mengandung formalin adalah permukaan kulit buah


biasanya kencang, mengkilap, dan segar meski telah berbulan-bulan dipanen. Tangkai buah
nampak layu namun buahnya masih segar dengan bau menyengat bukan bau buah. Juga
buah-buahan berformalin biasanya tidak dikerumuni lalat, semut maupun lebah. Sedangkan
zat pewarna biasanya diberikan terhadap buah pir, mangga, belimbing, pisang, jeruk dan
semangka. Zat pewarna diberikan agar buah-buahan terlihat lebih segar dan menarik.

Zat lilin pada kulit buah jika dikonsumsi maka dapat menyebabkan efek karsinogenik
pada tubuh. Apabila zat lilin terkonsumsi hanya pada saat tertentu maka tidak menimbulkan
gejala, namun jika dikonsumsi selama bertahun-tahun maka akan menimbulkan masalah
kesehatan. Sedangkan zat formalin di dalam tubuh manusia jika dikonsumsi dalam jumlah
kecil maka efeknya tidak dapat dirasakan. Namun jika dikonsumsi dalam jangka waktu
panjang, maka akan menyebabkan kanker karena zat yang bersifat karsinogenik di dalamnya,
mutase genetik dan keracunan.

Adapula beberapa jenis buah impor yang pernah ditarik peredarannya di Indonesia
karena dianggap terkontaminasi bakteri Listeria monocytogenes, di antaranya buah apel
impor jenis granny smith asal Amerika dan buah rock melon asal Australia. Menurut situs
Alodokter, infeksi bakteri tersebut dapat mengakibatkan gejala sakit kepala, leher kaku,
bingung, kehilangan keseimbangan, dan terkadang kejang. Sedangkan bagi lansia dan orang
dengan kekebalan tubuh yang lemah, infeksi listeria dapat menyebar melalui peredaran darah
dan menyebabkan gangguan yang lebih serius, seperti sepsis, meningitis, maupun ensefalitis.
Serta pada ibu hamil, bisa berpotensi keguguran dan persalinan prematur.

Badan Karantina Pertanian telah melakukan proses pemasukan yang ketat pada buah-
buahan impor. Pada tahun 2016, Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya bahkan
melakukan pemusnahan sekitar 787,13 ton buah impor dikarenakan tanpa jaminan kesehatan
dari negara asal China. Namun tidak dipungkiri bahwa buah-buahan impor yang beredar saat
ini bisa leluasa masuk ke Indonesia melalui jalur yang tidak resmi, sehingga diperlukan razia
dan pengawasan yang lebih ketat terhadap buah impor oleh Pemerintah.
Agar aman untuk dikonsumsi, maka buah-buahan impor harus dicuci terlebih dahulu.
Untuk menghilangkan zat lilin, buah apel atau anggur dapat dicuci dengan air hangat lalu
dibilas dengan air mengalir. Ataupun dicuci dengan menggunakan air cuka atau lemon
terlebih dahulu baru dibilas dengan air mengalir. Ingat untuk selalu membilas dengan air
mengalir agar kotoran dan lapisan lilinnya hilang sebelum dikonsumsi.

Selain konsumsi buah impor, Pemerintah juga lebih menganjurkan untuk konsumsi
buah-buahan lokal. Buah-buahan lokal juga sangat menjanjikan dari segi kualitasnya. Nilai
gizi dan kesegarannya tidak diragukan lagi karena langsung dipetik oleh petani kita. Salah
satunya sebut saja jeruk asal Barito Kuala yang jadi primadona. Begitu pula dengan buah
Kasturi yang merupakan ikon buah Kalimantan Selatan. Rasa buah yang manis dan asam
segar membuat buah tersebut menjadi kegemaran warga Kalsel. Soal rasa dan kualitas tentu
saja bersaing dengan buah impor. Juga bebas dari zat pengawet dan zat pewarna sehingga
lebih aman dan sehat dikonsumsi.

Bahkan beberapa buah-buahan lokal telah memasuki pasar impor seperti mangga,
nanas, manggis, pisang dan rambutan. Di pasar luar negeri, buah-buahan lokal Asia
merupakan buah-buahan eksotis yang berharga mahal. Juga sangat digemari. Buah-buahan
lokal kaya akan sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Sangat mendukung
untuk tren masyarakat sehat saat ini.

Dukungan konsumsi buah-buahan lokal juga disampaikan oleh Presiden Indonesia,


Bapak Joko Widodo melalui siaran virtual yang ditayangkan Sekretariat Presiden (Setpres)
pada Senin (9/8/2021). Kandungan gizi buah-buahan lokal tidak kalah dibandingkan dengan
buah impor. Petani Indonesia telah mampu menghasilkan produk buah-buahan yang
berkualitas sampai dengan impor ke negara lain. Untuk itu, perlu dukungan berbagai pihak
agar petani semakin termotivasi untuk meningkatkan kualitas produksi buah ke depannya.
Selanjutnya perlu edukasi untuk mengkonsumsi buah-buahan nusantara dilakukan secara
berkelanjutan masuk dalam muatan pesan dan sistem pendidikan kita. Dengan konsumsi
buah-buahan lokal lebih banyak adalah sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian agar petani
Indonesia semakin tangguh.

Anda mungkin juga menyukai