Anda di halaman 1dari 146

1

STAKEHOLDER MAPPING DALAM PENANGANAN EROSI


DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANG ANAI
KABUPATEN PADANG PARIAMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik


pada Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Oleh:

YOGA ARJUNA
BP: 1910832031

Pembimbing I : Drs. Tamrin, M.Si


Pembimbing II : Dewi Anggraini, S.IP, M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
2
3
4
i

ABSTRAK

Erosi daerah aliran sungai (DAS) Batang Anai sudah terjadi sejak tahun 2017,
permasalahan erosi sudah berdampak banyak kepada masyarakat, seperti rumah
yang ambruk dan jalan yang putus akibat tergerus erosi, kasus erosi yang tak
kunjung selesai akibat ketidakjelasan peran stakeholder penanganan erosi ini.
Penelitian ini untuk menjelaskan dan menganalisis peran pemangku kepentingan
dalam penanganan erosi DAS Batang Anai. Pendekatan penelitian ini adalah
kualitatif dengan studi kasus instrumental, pemilihan informan secara purposive
sampling. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori stakeholder mapping
yang dikemukakan oleh Bryson. Hasil penelitian menunjukan stakeholder
mapping dalam penanganan erosi DAS Batang Anai: pertama terdapat aktor yang
berpotensi mendukung penanganan permasalahan erosi yaitu masyarakat, Wali
Nagari, Ninik Mamak dan Bamus, kedua aktor yang berpotensi menolak yaitu
BWS Sumatera V dan Bupati Padang Pariaman, ketiga aktor yang mempunyai
kepentingan dan kekuatan yang besar adalah Bupati Padang Pariaman, keempat
aktor yang mempunyai kekuatan yang besar dan kepentingan kecil adalah BWS
Sumatera V, kelima aktor yang mempunyai kekuatan kecil dan kepentingan yang
besar adalah masyarakat, Wali Nagari, Ninik Mamak dan keenam aktor yang
mempunyai kepentingan dan kekuatan yang kecil adalah masyarakat yang tidak
terdampak dan Bamus.
Kata Kunci: Stakeholder Mapping, Aktor, Erosi
ii

ABSTRACT

Erosion of the Batang Anai watershed (DAS) has occurred since 2017, erosion
problems have had a large impact on the community, such as collapsed houses
and broken roads due to erosion, ongoing erosion cases due to the unclear role of
stakeholders in handling this erosion. This research is to explain and analyze the
role of stakeholders in handling the erosion of the Batang Anai watershed. This
research approach is qualitative with instrumental case studies, selecting
informants by purposive sampling. In this study, researchers used the stakeholder
mapping theory put forward by Bryson. The results of the study show stakeholder
mapping in handling erosion of the Batang Anai watershed: first there are actors
who have the potential to support handling erosion problems, namely the
community, Wali Nagari, Ninik Mamak and Bamus , the second actors who has
the potential to refuse, namely BWS Sumatra V and the District Head of Padang
Pariaman, the third actor those who have great interests and power are the Regent
of Padang Pariaman, the four actors who have great power and small interests are
BWS Sumatra V, the five actors who have small powers and great interests are the
community, Wali Nagari, Ninik Mamak and the sixth actors who have little
interest and power are unaffected communities and Bamus.
Keywords: Stakeholder Mapping, Actors, Erosion
iii

KATA PENGANTAR

Rasa puji dan syukur peneliti haturkan kepada Allah Subhanahuwata’ala

atas segala nikmat yang tak terhingga, yang Maha memberi petunjuk dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perjuangan dan tantangan. Selalu tak

henti peneliti ucapkan “Allahumma yassir wala Tu’assir” dengan harapan selalu

diberi kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini. Sungguh Allah

Maha Pengasih dan Penyayang. Sholawat dan salam peneliti berikan kepada nabi

besar sekalian alam, pembaharu umat serta pembaharu dalam ilmu pengetahuan

yakni Nabi Besar Muhammad Shalallahu’alaihiwassalam.

Berbagai kondisi dan situasi yang peneliti lalui dalam menyelesaikan

skripsi ini, dengan keyakinan dan tekad bahwa usaha yang peneliti lakukan akan

bisa mencapai tujuan yang peneliti inginkan. Alhamdulillah terselesaikanlah

skripsi dengan judul “Stakeholder Mapping Dalam Penanganan Erosi Daerah

Aliran Sungai (DAS) Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman”. Skripsi ini

merupakan langkah awal bagi peneliti dalam menulis sebuah karya ilmiah

sehingga peneliti menyadari skripsi yang peneliti tulis ini membutuhkan masukan

untuk penyempurnaanya. Peneliti senantiasa membuka pintu saran serta kritikan

yang membangun terhadap skripsi ini. Dengan harapan skripsi yang peneliti tulis

dapat bermanfaat bagi pembaca di masa kini dan masa yang akan datang.

Keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini selain karena ridho

Allah Subhanahuwata’ala. Doa, dukungan, motivasi dan semangat dari orang


iv

terkasih sangat mempengaruhi kekuatan dan pemikiran peneliti untuk

menyelesaikan skripsi ini. Untuk yang pertama, ucapan terima kasih dan rasa

bangga peneliti ucapkan kepada Mama, yang senantiasa memberikan dukungan

dimasa senang hingga sulit peneliti serta memberi motivasi, kasih sayang yang

tidak pernah tergantikan dan kepada alm Papa yang selalu menanamkan nilai-nilai

kebaikan kepada peneliti sehingga walaupun secara fisik sudah tidak ada, namun

nilai-nilai yang didelegasikan kepada peneliti membuat peneliti bisa

menyelesaikan skripsi ini. Selanjutkan, ucapan terima kasih peneliti ucapkan

kepada Abang penelti yang telah membantu dan memudahkan peneliti untuk

dalam proses percetakan skripsi ini di tempat kerjanya, selanjutnya kepada Om,

Tante dan keluarga besar Oemar Family yang memberikan dukungan penuh

kepada peneliti. Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu melalui skripsi ini peneliti ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Tamrin, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Bapak atas segala ilmu, nasihat,

dorongan dan segala dukungan atas peneliti sehingga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Bapak selalu diberikan

kesehatan dan tetap semangat dalam menjalani aktivitas.

2. Ibu Dewi Anggraini, S.IP, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II sekaligus

pembimbing akademik peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih atas nasehat, ilmu serta dukungan yang telah Ibu berikan.

Terimakasih Ibu selalu mengingatkan banyak hal yang luput dari peneliti
v

dalam penulisan skripsi. Semoga Ibu selalu diberikan kesehatan dan tetap

semangat dalam menjalani aktivitas.

3. Tim penguji yang memberikan saran dan masukan kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh staff pengajar Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas

Andalas: Mhd Fajri, S.IP., MA; Dewi Anggraini, S.IP., M.Si; Prof. Dr.

Asrinaldi, M.Si; Andri Rusta, S.IP., M.PP; Dr. Indah Adi Putri, M.IP;

Drs. Tamrin, M.Si; Dr. Tengku Rika Valentina, MA; Drs. Syaiful, M. Si

(Alm); Dr. Aidinil Zetra, MA; Lusi Puspika Sari, S.IP., M.IP; Irawati,

S.IP., MA; Doni Hendrik, S.IP., M.Soc.Sc; Andhik Beni Saputra, S.IP.,

MA

5. Ibu Sil Monalisa dan ibu Adilla Isyrinnadira yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan segala urusan administrasi dari awal

hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

6. Sobat notulensi Anzal Qodri yang banyak membaantu peneliti dalam

proses skripsi dan bersedia menjadi notulensi pada saat ujian skripsi.

7. Sanak Afandi dan Boy tempat peneliti banyak bertanya mengenai

prosedur agar peneliti cepat menyelesaikan skripsi ini

8. Keluarga PUNTEN: Mamang; Kacang; Yalzi; Fandi; Wembu; Aat;

Pakted; Zidan terimakasih telah menjadi teman peneliti dari awal

perkuliahan hingga saat sekarang

9. Keluarga kos Ibuk; sanak Gito; Anzal; Aqil yang membantu memberikan

support kepada peneliti


vi

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Politik terkhususnya angkatan

2019 tetap semangat dan semoga sukses.

11. Tempat print Om Daf Hanafiz yang banyak membantu peneliti pada

proses percetakan dan mempermudah peneliti serta memberikan harga

yang murah kepada peneliti

12. Informan peneliti yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

memberikan waktu dan informasi kepada peneliti.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

Alhamdulillahirobbil ‘alamin
Wassalamualaikum
Padang, 31 Juli 2023
Penulis

Yoga Arjuna
No. BP 1910832031
vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................... i
ABSTRACT............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN...............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................13
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................13
BAB II KERANGKA TEORI.............................................................................14
2.1 Tinjauan Pustaka.......................................................................................... 14
2.2 Kerangka Teoritis......................................................................................... 21
2.3 Skema Pemikiran..........................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 34
3.1 Pendekatan Penelitian...................................................................................34
3.2 Lokasi Penelitian.......................................................................................... 35
3.3 Peranan Peneliti............................................................................................36
3.4 Teknik Pemilihan Informan..........................................................................40
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 42
3.6 Uji pembuktian (Triangulasi Data)...............................................................44
3.7 Analisis Data................................................................................................ 45
3.8 Rancangan Struktur Penelitian..................................................................... 46
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN................................................. 49
4.1 Deskripsi Kabupaten Padang Pariaman........................................................49
4.2 Deskripsi Sungai Batang Anai......................................................................51
4.3 Deskripsi Kecamatan Batang Anai...............................................................52
viii

4.4 Kewenangan Balai Wilayah Sungai............................................................. 53


BAB V TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN............................................. 55
5.1 Pengantar..................................................................................................... 55
5.2 Policy Implementation Mapping.................................................................. 57
5.2.1 Aktor Yang Berpotensi Menolak...........................................................58
5.2.3 Aktor Yang Berpotensi Mendukung......................................................61
5.2.4 Sumber Daya..........................................................................................71
5.2.5 Channnel/ Saluran................................................................................. 77
5.2.6 Kemungkinan Partisipasi....................................................................... 80
5.2.7 Tingkat Pengaruh...................................................................................85
5.2.8 Implikasi................................................................................................ 90
5.2.9 Action (Aksi/Tindakan)......................................................................... 96
5.3 Power Versus Interest Grid........................................................................103
5.3.1 Crowd/Follower...................................................................................104
5.3.2 Contest Setter.......................................................................................105
5.3.3 Subject..................................................................................................107
5.3.4 Key Player............................................................................................110
BAB VI PENUTUP............................................................................................ 112
6.1 Kesimpulan.................................................................................................112
6.2 Saran...........................................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................119
LAMPIRAN........................................................................................................122
ix

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................. 18

Tabel 2.2 Ethical Analysis Grid............................................................................. 24

Tabel 2.3 Stakeholder Mapping Analysis.............................................................. 27

Tabel 2.4 The Participation Planning Matrix........................................................31

Tabel 3.1 Kriteria Informan................................................................................... 41

Tabel 3.2 Daftar Informan..................................................................................... 42

Tabel 3.3 Informan Triangulasi..............................................................................45

Tabel 5.1 Tugas dan Fungsi Balai Wilayah V Sumatera....................................... 73

Tabel 5.2 Aktor Potensial Mendukung (Wali Nagari)........................................... 98

Tabel 5.3 Aktor Potensial Mendukung (Masyarakat)............................................ 99

Tabel 5.4 Aktor Potensial Mendukung (Ninik Mamak dan Bamus)................... 100

Tabel 5.5 Aktor Potensial Mendukung (BWS).................................................... 100

Tabel 5.6 Aktor Potensial Mendukung (Bupati).................................................. 101


x

DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Skema Pemikiran.................................................................................. 33

Diagram 5.1 Policy Implemantition Mapping......................................................101


xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Sungai Batang Anai......................................................................7

Gambar 1.2 Kondisi DAS Batang Anai................................................................... 9

Gambar 1.3 Kondisi DAS Batang Anai di Sungai Buluh Timur........................... 10

Gambar 1.4 Kondisi DAS Batang Anai Nagari Sungai Buluh Selatan..................11

Gambar 1.5 Upaya masyarakat mengatasi erosi di Sungai Buluh Selatan............ 11

Gambar 1.6 Kondisi DAS Batang Anai di Sungai Buluh Selatan......................... 11

Gambar 2.1 Kuadran Problem-Frame Stakeholder Maps..................................... 23

Gambar 2.2 Kuadran Power Versus Interest Grid................................................. 24

Gambar 2.3 Kuadran Jenis Aktor Dalam Setiap Kuadran..................................... 25

Gambar 2.4 Pemetaan Aktor Menggunakan Value Orientation Mapping.............27

Gambar 2.5 Diagram Bases Of Power And Directions Of Interest........................29

Gambar 2.6 Stakeholder Issue Interrelationship Diagram.................................... 29

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Padang Pariaman......................................................49

Gambar 4.2 Peta Sungai Batang Anai....................................................................51

Gambar 4.3 Peta Kecamatan Batang Anai............................................................. 52

Gambar 5.1 Upaya Wali Nagari Sungai Buluh Timur........................................... 66

Gambar 5.2 Rumah Warga Terdampak Erosi........................................................ 69

Gambar 5.3 Partisipasi Masyarakat Penanganan Sementara Erosi........................ 82

Gambar 5.4 Pembangunan Jalan Sementara Oleh Masyarakat..............................84

Gambar 5.5 Skema Pengendalian Daya Rusak Sungai Batang Anai.....................86

Gambar 5.6 DED Penanganan Daya Rusak Air Batang Anai................................92

Gambar 5.7 Diskusi Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Bersama BWS.....93

Gambar 5.8 Stakeholder Mapping DAS Batang Anai......................................... 111


xii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan lingkungan hidup adalah tanggung jawab bersama yang harus

dilakukan untuk kesejahteraan rakyat, lingkungan hidup juga terdiri dari

komponen yang sangat kompleks, dan pengelolaan semua komponen ini harus

dijamin oleh negara. berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD RI 1945 menyatakan

bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.1 Konsep

ini mengandung makna bahwa salah satu aspek lingkungan hidup yang menjadi

perhatian penting adalah bumi dan air serta kekayaan alam sekitar. Salah satu

permasalahan lingkungan hidup yang mempunyai dampak besar terhadap aktivitas

manusia adalah permasalahan air yaitu permasalahan Daerah Aliran Sungai

(DAS).2 DAS merupakan bagian dari bumi yang mengandung air dan

mengandung kekayaan alam sehingga harus dilindungi, diatur, dikuasai dan

dikelola oleh negara dalam rangka untuk mewujudkan kemakmuran bagi rakyat.

Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik

antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya,

1
Lihat pada pasal 1 ayat 1 undang-undang no. 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan
hidup
2
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alamiah yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan. (Open Data PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 16
Desember 2020. Tentang Wilayah Sungai. Diakses pada 8 November 2022 dari
https://data.pu.go.id/dataset/wilayah-sungai)
2

agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya

kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Sejalan

dengan itu kewenangan dalam pengelolaan DAS sudah diatur sesuai dengan

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai

dan Hutan Lindung mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya dukung daerah aliran sungai

dan hutan lindung.3 Pengelolaan DAS pada dasarnya belum berjalan dengan baik,

banyak faktor-faktor yang menyebabkan pengelolaan DAS tidak berjalan dengan

baik, salah satu permasalahan DAS yang menyebabkan dampak besar terhadap

masyarakat adalah erosi pada DAS.

Erosi merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu

tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin kemudian

diikuti dengan pengendapan material yang terangkut di tempat yang lain.4 Erosi

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu iklim, struktur dan jenis tanah, vegetasi,

topografi dan faktor pengelolaan tanah. Erosi terbagi atas dua jenis yaitu erosi air

dan erosi angin, erosi angin yaitu erosi yang biasanya terjadi pada daerah padang

pasir adanya pengikisan batu dan pasir oleh angin, sedangkan erosi air merupakan

agen erosi yang paling penting dan sering mengikis DAS. Tetapi jika dilihat

3
Lihat Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
daya dukung daerah aliran sungai dan hutan lindung
4
Rindang Mekarsasi dan Puji Utomo. “Analisis Tingkat Bahaya Erosi Pada Waduk Wadaslintang
Dengan Aplikasi Arcgis;jurnal geografi”.Jurnal Geografi Gea. Vol, 19 Nomor 2. Oktober (2019).
Hlm 2. (suripin, 2002).
3

secara ilmiah air pada dasarnya menciptakan bentuk pengikisan terhadap benda

yang dihadapinya. Pada tulisan ini penulis melihat peristiwa erosi yang

disebabkan oleh air pada sungai yang membuat daerah aliran sungai terkikis

sampai dirobohkan oleh air.

Kasus Erosi daerah aliran sungai sebenarnya di Indonesia sudah banyak

terjadi di beberapa daerah seperti contoh kasus erosi pada sungai di Pidie Aceh

pada tahun 2019 lalu yang mengancam jalan terputus akibat erosi yang terjadi.5

Selain itu pada November 2021 kemarin juga terjadi adanya kasus erosi sungai

Grindulu di Pacitan dan mengakibatkan puluhan rumah warga terancam amblas.6

Kasus serupa juga terjadi di Sumatera Barat yaitu pada Daerah Aliran Sungai

Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. Sungai Batang Anai merupakan salah

satu sungai terpanjang di Kabupaten Padang Pariaman dengan panjang 46 km,

Sungai Batang Anai dalam beberapa tahun terakhir sudah mengalami beberapa

kali erosi di beberapa tempat yaitu di Talao Mundam Nagari Ketaping yang

mengakibatkan sejumlah rumah warga dan badan jalan juga ambruk, sebagaimana

diberitakan dalam TVRI News Padang Pariaman pada Rabu (6/7/2022),7 selain itu

pemberitaan yang sama juga terjadi pada kasus erosi sungai Batang Anai di

Kapalo Banda Nagari Sungai Buluh Timur, yang terjadi pada jumat (24/6) dimana

terjadi longsor pada badan jalan di Kapalo Banda karena hantaman air sungai

5
Serambinews.com. 2019. Erosi Sungai Kembang Tanjong Kian Mengkhawatirkan, 200 ,Meter
Tanah Sepanjang DAS Amblas (online). (https://aceh.tribunnews.com/2019/08/22/erosi-sungai-
kembang-tanjong-kian-mengkhawatirkan-200-meter-tanah-sepanjang-das-amblas diakses pada 31
Oktober 2022)
6
Tvonenews.com. 2021. Erosi Sungai Grindulu Di Pacitan, Rumah Warga di Dua Desa Terancam
Amblas (online). (https://aceh.tribunnews.com/2019/08/22/erosi-sungai-kembang-tanjong-kian-
mengkhawatirkan-200-meter-tanah-sepanjang-das-amblas diakses pada 31 Oktober 2022)
7
Abdul, " Korban Erosi Batang Anai Minta Penanganan Dipercepat" (TVRINEWS.COM, 6 Juni,
2022),
4

karena debit air sungai yang tinggi akibat diguyur hujan, dan akibatnya akses

masyarakat terputus.8 Begitu juga yang terjadi pada daerah korong palapa saiyo II

Nagari Sungai Buluh Selatan pada Minggu (26/12/21) kondisi daerah aliran

sungai sudah terkikis oleh air dan mengancam beberapa rumah warga di dekat

aliran sungai ambruk, serta satu rumah warga sudah roboh oleh erosi. Melihat dari

peristiwa tersebut, permasalahan erosi sungai di Batang Anai belum ada

penanganan yang serius dari pihak yang berwenang, disamping itu ancaman yang

ditimbulkan sudah bisa dikatakan membahayakan bagi masyarakat.

Permasalahan erosi pada dasarnya akibat dari aspek geografis dan iklim

serta tanah pada aliran sungai, namun tujuan penulisan ini penulis melihat bahwa

erosi sungai yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh faktor alam saja, tetapi

adanya persoalan penanganan dan pengelolaan sungai tersebut oleh aktor politik

dalam mengambil kebijakan dan adanya perbedaan pandangan terkait dengan

peran mereka sebagai pemimpin kebijakan dalam menangani fenomena tersebut,

hal inilah yang menjadi akar permasalahan erosi pada sungai, dalam etika

lingkungan kita juga mengenal dengan istilah Antroposentrisme yaitu pemikiran

yang fokus kepada keuntungan yang diperoleh oleh manusia.9 Manusia disini jika

dikaitkan dengan permasalahan erosi sungai merupakan sebagai aktor yang

terlibat dalam penanganan erosi sungai sebagai pemangku kepentingan, filosofi

yang diadopsi oleh antroposentris adalah manusia memiliki peran yang istimewa,

namun dalam implementasinya manusia sebagai aktor seringkali sifat istimewa

tersebut berbenturan dengan perspektif ekosentris, yang melihat fokus kepada

8 Aji, " Batang Anai Mengamuk Jalan Putus Total" (MinangkabauNews, 24 Juni, 2022)
9
Verdinand Robertua Siahaan. Politik Lingkungan Indonesia. (Jakarta:UKI Press,2020), 8
5

keutuhan dan keberlanjutan bumi.10 Dengan melihat etika manusia dalam

perspektif antroposentris Permasalahan erosi sungai bukan hanya berbicara

tentang faktor alam tetapi adanya peran penting sumber daya manusia yang

mengelolanya, termasuk didalamnya aktor politik.

Berbicara aktor, banyak para ahli mendefinisikan aktor sebagai berikut,

Hardiansyah menyatakan aktor adalah orang atau seseorang yang memiliki suatu

kepentingan tertentu, selain itu Falah menyatakan bahwa aktor adalah pihak

tertentu yang mampu mengakomodir sesuatu dengan kuasa yang dimilikinya

untuk mencapai kepentingan tertentu.11 Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

aktor merupakan pihak yang terlibat dalam sesuatu hal yang mempunyai

kepentingan di dalamnya, aktor yang terlibat cenderung dikaitkan dengan sebuah

kepentingan, terpenuhi kepentingan aktor merupakan bagian terpenting dari

sebuah peran aktor.

Sejalan dengan isu permasalahan erosi sungai, peran pemangku

kepentingan di dalamnya sangat mendominasi, pemikiran antroposentris menjadi

hal yang diutamakan terlihat dalam penanganan lingkungan, begitu juga dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai pasal 4, menyatakan

bahwa pengelolaan sungai dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, atau

pemerintah kabupaten/kota dengan kewenangannya.12 maka dari itu peran

pemerintah sebagai aktor diberikan ruang dengan stakeholders untuk terlibat

10
Ibid
11
Dwi Wulandari Lukman. “Identifikasi Aktor Dan Relasi Kuasa Dalam Pengelolaan
Hutan Kemasyarakatan (Hkm) Pada Kawasan Bangkeng Bukit, Desa Bukit Harapan Dan Desa
Bontonyeleng, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba”.Skripsi. 2017. 4
12
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011. Sungai
6

dalam penanganan permasalahan erosi sungai. Selain itu fakta di lapangan juga

menyebutkan bahwa permasalahan yang muncul tersebut karena lemahnya

penanganan yang dilakukan oleh pejabat publik karena tidak adanya kebijakan

dari mereka yang mempunyai tanggung jawab atas pemeliharaan sungai termasuk

daerah aliran sungai, bahkan setelah ada beberapa kasus erosi yang terjadi, bukan

penanganan yang dilakukan, akan tetapi tampak dari beberapa aktor politik dan

pejabat publik yang lepas tangan, hal tersebut terlihat dari upaya yang mereka

lakukan saat erosi terjadi pada 26 Desember 2021 ada upaya masyarakat yang

dilakukan dengan memasang bambu di sepanjang DAS Batang Anai sembari

mereka juga menunggu kedatangan dari Bupati Padang Pariaman yang berjanji

akan meninjau lansung DAS namun pada akhirnya tidak datang ke lokasi.13

Dari penulusuran penulis, setidaknya terdapat lima penelitian terkait

dengan persoalan erosi, pertama penelitian yang dilakukan oleh Juju Junengsih,

Eka Intan Kumala Putri, Ahyar Ismail.14 Kedua, penelitian oleh N.A.Dwi Putri.15

Ketiga, penelitian oleh M Ruslin Anwar, Pudyono, dan Sahiruddin M.16 Keemat,

penelitian yang ditulis oleh Achmad Nur Fauzi, Dra. Dewi Rostyaningsih, M.Si.17

13
BanuaMinang.co.id. 2021. Masyarakat Palapa Kecewa Menantikan Bupati Sampai Jam 5 Sore
(online). 26 Desember 2021. (https://banuaminang.co.id/masyarakat-palapa-kecewa-menantikan-
bupati-sampai-jam-5-sore/?share=facebook&nb=1 diakses pada 27 september 2022).
14
Juju Junengsih , Eka Intan Kumala Putri dan Ahyar Ismail.” Analisis Stakeholder Dalam
Pengelolaan DAS Citarum dan Limbah Industri”. jurnal politik Risalah Kebijakan Pertanian dan
Lingkungan Vol. 4 No. 2, Agustus 2017: 112-124
15
N.A.Dwi Putri.” Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Pencemaran Air Sungai Siak
( Studi pada Daerah Aliran Sungai Siak Bagian Hilir )”. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan.
Vol. 1, No. 1, 2011
16
M Ruslin Anwar, Pudyono, dan Sahiruddin.” Penanggulangan Erosi Secara Struktural Pada
Daerah Aliran Sungai Bango”. Jurnal Rekayasa Sipil. Volume 3, No.1 – 2009
17
Achmad Nur Fauzi, Dra. Dewi Rostyaningsih, M.Si.” Analisis Peran Aktor Dalam Formulasi
Kebijakan Semarang Smart City”. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan
7

Kelima, penelitian yang ditulis oleh Rindang Mekarsasi dan Puji Utomo.18 Dari

kajian literatur diatas hanya berfokus pada kebijakan dan program dalam

penanganan erosi sungai, sementara pada penelitian ini berfokus pada analisis

pemetaan pemangku kepentingan dalam penanganan erosi daerah aliran Sungai

Batang Anai yang nantinya akan dikaji dalam konsep stakeholder mapping, inilah

yang menjadi kebaharuan dalam penelitian ini.

1.2 Rumusan masalah

Melihat fakta yang ditemui berdasarkan latar belakang diatas, bahwa

banyak sekali peristiwa erosi yang terjadi pada daerah aliran sungai di Indonesia,

begitu juga yang terjadi pada Sungai Batang Anai, yaitu adanya degradasi atau

erosi yang terjadi pada DAS Sungai Batang Anai yang tidak hanya terjadi pada

satu titik saja, melainkan terjadi di beberapa titik di Kabupaten Padang Pariaman.

Gambar 1.1 Peta Sungai Batang Anai

Sungai Batang Anai merupakan salah satu sungai terbesar di Kabupaten

Padang Pariaman termasuk juga bagian dari salah satu sungai terpanjang di

Sumatera Barat. Daerah aliran Sungai Batang Anai mempunyai luas 712,45 km2
18
Rindang Mekarsasi dan Puji Utomo, loc.it.
8

dengan 24 sub-sub daerah aliran sungai. DAS Batang Anai melintasi beberapa

Kabupaten atau Kota yaitu: Bagian Hulu berada di Kabupaten Tanah Datar di

Kecamatan X Koto dan Kota Padang Panjang di Kecamatan Padang Panjang

Barat; di bagian tengah berada di Kabupaten Padang Pariaman di Kecamatan. 2

x 11 Kayu Tanam; di Bagian Hilir berada di kabupaten Padang Pariaman di

Kecamatan Lubuk Alung & Kecamatan Batang Anai serta di Kota Padang di

Kecamatan Koto Tangah. Batang Anai panjangnya + 69,32 km dimulai dari

hulunya yang berada di Puncak Gunung Merapi dengan ketingggian 2.751 m DPL

hingga muara.19

Berdasarkan hal diatas dapat kita lihat bahwa posisi Sungai Batang Anai

menjadi sentral dalam kegiatan masyarakat yang menimbulkan dampak kepada

masyarakat secara langsung. Setidaknya terdapat tiga peristiwa yang sebelumnya

terjadi erosi pada daerah aliran sungai batang anai yang berada pada nagari lain

yang masih dialiri oleh sungai batang anai, yaitu pertama terjadi di Nagari

Katapiang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman tepatnya pada

Korong Talao Mundam pada 6 Juli 2022 dimana erosi juga memakan badan jalan

yang dilalui setiap hari oleh masyarakat Nagari Katapiang, dan mengancam

beberapa rumah yang berada di dekat sungai, namun penanganan erosi ini sampai

Syafril Daus. “Analisis Degradasi Dasar Sungai Batang Anai Dan Pengaruhnya Terhadap
19

Kestabilan Bendung Anai di Sumatera Barat”. Makalah


9

saat ini juga belum ada terlihat dari pihak berwenang untuk memperbaiki daerah

aliran sungai Batang Anai.20

Gambar 1.2 Kondisi DAS Batang Anai di Korong Talao Mundam


Sumber : Data sekunder dikelola oleh peneliti dari Berita Online TVRINews.com

pada selasa 27/09/2022 pukul 4.07 Pm

Selanjutnya peristiwa kedua, hal serupa juga terjadi di Nagari Sungai

Buluh Timur, sebulan pasca peristiwa yang terjadi di Talao Mundam juga terjadi

di Kapalo Banda,21 erosi terjadi pada 24 Juni 2022 karena hujan lebat yang

mengguyur daerah batang anai dan menyebabkan badan jalan pada daerah aliran

sungai longsor putus.

20 TVRINews.com. 2022. Korban Erosi Batang Anai Minta Penanganan Dipercepat (online). 6 Juli
2022. ( https://www.tvrinews.com/id/berita/tdy6pei-korban-erosi-batang-anai-minta-penanganan-
dipercepat diakses pada 15 september 2022).
21
MinangkabauNews.com. 2022. Batang Anai Mengamuk, Jalan Putus Total (online).24 Juni
2022. (https://minangkabaunews.com/batang-anai-mengamuk-jalan-putus-total/?amp diakses pada
27 september 2022).
10

Gambar 1.3 Kondisi DAS Batang Anai di Sungai Buluh Timur


Sumber : Data sekunder dikelola oleh peneliti dari Berita Online
MinangkabauNews pada selasa 27/09/2022 pukul 4.07 Pm

Peristiwa ketiga erosi yang terjadi di Korong Palapa Saiyo II Nagari

Sungai Buluh Selatan pada Minggu 26 Desember 2021 kondisi daerah aliran

sungai yang sudah terkikis oleh air dan mengancam beberapa rumah warga di

dekat aliran sungai ambruk,22 serta satu rumah warga sudah roboh oleh erosi, dan

pada 18 April 2022 pada daerah yang sama namun di lokasi yang berbeda juga

kembali terjadi erosi yang membuat badan jalan di Korong Palapa Saiyo II akibat

penanganan erosi yang sudah terjadi pada setahun yang lalu tidak ditangani secara

serius oleh pihak yang berwenang.

22 BanuaMinang.com. loc.cit.
11

Gambar 1.4 Kondisi DAS Batang Anai Nagari Sungai Buluh Selatan
Sumber : Data Primer

Gambar 1.5 Upaya masyarakat mengatasi erosi di Sungai Buluh Selatan


Sumber : Data Primer

Gambar 1.6 Kondisi DAS Batang Anai di Sungai Buluh Selatan


Sumber : Data Primer

Berdasarkan fakta tersebut dapat kita lihat sudah terjadi erosi di tiga

tempat yang dilalui oleh daerah aliran sungai Batang Anai, dan penanganan yang
12

dilakukan oleh pemangku kepentingan yang dalam hal ini aktor yang terlibat

seperti pemerintah tidak ada, tetapi penanganan sementara terlihat dari

masyarakat, saat erosi terjadi pada 26 Desember 2021, ada upaya melakukan

pemasangan bambu di sepanjang DAS Batang Anai sembari mereka juga

menunggu kedatangan dari Bupati Padang Pariaman yang berjanji akan meninjau

lansung DAS namun pada akhirnya tidak datang ke lokasi.23 Thomson dalam

Kadir mengungkapkan bahwa peran aktor dalam pelaksanaan suatu kebijakan atau

program dipengaruhi oleh kekuatan(power) dan kepetingan(interest).24

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti berasumsi Pemerintah

Kabupaten Padang Pariaman mempunyai kekuatan yang kuat dalam penanganan

kasus ini, namun memiliki kepentingan yang rendah, sedangkan masyarakat

mempunyai kepentingan kuat, tetapi tidak memiliki kekuatan besar dalam

penanganannya. Selain itu didalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2011

pasal 4 tentang Sungai mengatakan bahwa pengelolaan sungai dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota dengan

kewenangannya, dan untuk Sungai Batang Anai sendiri merupakan sungai yang

berada dalam kawasan pemerintah daerah Kabupaten Padang Pariaman dalam

mengelola termasuk dalam penanganan kasus erosi ini. Namun, seperti yang

dilihat masalah yang muncul erosi sungai batang anai tidak kunjung ada

penanganan dari aktor yang berwenang, hal ini terlihat adanya ketidakjelasan

23
BanuaMinang.com. loc.cit.
24
Rizky fajar wibowo, & Dewi Rostyaningsih. 2016. Analisis Aktor Implementasi Dalam
Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang (Studi Kasus Di Kecamatan
Gunungpati). Departemen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro. Volume 5, Nomer 4, Tahun 2016.
13

tugas dan wewenang dari aktor yang berhak dan mempunyai kewajiban dalam

penanganan kasus ini. Dengan fenomena tersebut peneliti melahirkan

permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu : Bagaimana

pemangku kepentingan dalam penanganan kasus erosi daerah aliran Sungai

Batang Anai di Kecamatan Batang Anai?

1.3 Tujuan Penelitian

Seperti telah dipaparkan di dalam latar belakang dan rumusan masalah di

atas, tujuan dari penelitian ini adalah : untuk menjelaskan dan menganalisis

pemetaan pemangku kepentingan dalam penanganan kasus erosi Sungai Batang

Anai.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Akademis

Memberikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya dalam kajian stakeholder mapping, serta bisa menjadi bahan

lanjutan bagi peneliti berikutnya yang ingin mendalami kajian pemetaan

pemangku kepentingan terhadap sebuah permasalahan publik dalam

bentuk kebijakan publik.

2. Secara Praktis

Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

wawasan baru bagi mahasiswa tentang bagaimana pemetaan pemangku

kepentingan dalam penanganan dan pembuatan suatu kebijakan.


14

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan kepustakaan disini melihat bagaimana penelitian terdahulu

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu beberapa penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan judul penelitian. Berdasarkan latar belakang,

rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

penelitian ini bertujuan untuk mereview penelitian terdahulu sebagai acuan

sebagaimana perbandingan dengan penelitian yang dilakukan peneliti.

Sebelum penelitian ini, penelusuran penulis terhadap literatur-literatur

yang membahas pengelolaan daerah aliran sungai khususnya dalam penanganan

erosi pada sungai ini sudah banyak, begitu juga dalam pembahasan mengenai

pemetaan dan peran aktor terhadap sebuah kebijakan, namun terkhusus pada peran

aktor kebijakan dalam permasalahan sektor lingkungan khususnya penanganan

kasus erosi pada sungai belum ada. Disini penulis menemukan tulisan yang

berkaitan dengan penanganan erosi daerah aliran sungai dan peran aktor politik

terhadap kebijakan, yang ditulis peneliti sebelumnya,yaitu:

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Juju Junengsih, Eka Intan Kumala

Putri, Ahyar Ismail dalam jurnal politik Risalah Kebijakan Pertanian dan

Lingkungan yang berjudul ”Analisis Stakeholder Dalam Pengelolaan DAS


15

Citarum dan Limbah Industri”.25 Jurnal ini mengangkat isu mengenai pihak yang

terlibat dalam pengelolaan DAS Citarum, dan melihat bahwa dalam pengelolaan

sungai tersebut terdapat banyak pihak yang mempunyai peran mereka masing-

masing sesuai dengan tugas dan pokok mereka, dalam penelitian ini menggunakan

cara identifikasi stakeholder dengan melihat peran dan fungsi masing-masing

institusi yang terlibat dalam pengelolaan DAS, disertai dengan kepentingan dan

pengaruh yang ada. Terdapat empat kuadran dalam melakukan analisis

stakeholder, yaitu kuadran A (subject), kuadran B (player), kuadran C (by

stander), dan kuadran D (actor). selanjutnya penelitian ini juga menggunakan

keterkaitan stakeholder teori Ostrom (1990) menyatakan bahwa dalam

menganalisis hubungan antar aktor dalam sistem kelembagaan, perlu dibedakan

berdasarkan tingkatannya (level), yaitu pertama, level konstitusi (constitutional),

yaitu lembaga yang berperan dalam menyusun aturan main untuk level collective

choice. Kedua, level pilihan kolektif (collective choice), yaitu lembaga yang

berperan dalam menyusun peraturan untuk dilaksanakan oleh lembaga

operasional. Ketiga, lembaga operasional (operational), yaitu lembaga yang

secara langsung melaksanakan kebijakan di lapangan.

Kedua, jurnal yang ditulis oleh N.A.Dwi Putri dalam Jurnal Ilmu Politik

dan Ilmu Pemerintahan, yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Dalam

Pengendalian Pencemaran Air Sungai Siak ( Studi pada Daerah Aliran Sungai

25
Juju Junengsih , Eka Intan Kumala Putri dan Ahyar Ismail.” Analisis Stakeholder Dalam
Pengelolaan DAS Citarum dan Limbah Industri”. jurnal politik Risalah Kebijakan Pertanian dan
Lingkungan Vol. 4 No. 2, Agustus 2017: 112-124
16

Siak Bagian Hilir)”.26 Isu yang diangkat oleh peneliti pada jurnal ini berkaitan

dengan permasalahan sungai yang tercemar oleh beberapa penyebab, serta peneliti

melihat kebijakan yang tepat digunakan dalam mengatasi pencemaran sungai

dengan beberapa program unggulan yang masuk dalam kebijakan dan menjadi

kewenangan dari pemerintah daerah untuk mengatur pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development). jurnal ini menggunakan teori program,

pendekatan kebijakan publik oleh Charles O Jones dalam bukunya Public Policy

menjelaskan program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan,

kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, peraturan-peraturan, pemberian tugas,

langkah-langkah yang harus diambil, sumber-sumber yang harus dimanfaatkan

dan elemen-elemen lain yang diperlukan untuk melaksanakan arah dan tindakan

tertentu. hasil dari penelitian ini melihat bahwa pengendalian pencemaran sungai

perlu dibuatkan sebuah badan khusus yang mempunyai legalitas, dan pemerintah

harus lebih memperhatikan kepentingan mereka kepada sektor lingkungan

terutama kelestarian sungai serta perlunya anggaran khusus yang melibatkan

pihak swasta dalam penanganan kasus pencemaran sungai tersebut.

Ketiga, sebuah jurnal yang ditulis oleh oleh M Ruslin Anwar, Pudyono,

dan Sahiruddin M. dengan judul “Penanggulangan Erosi Secara Struktural Pada

Daerah Aliran Sungai Bango” dalam jurnal Rekayasa Sipil.27 Pada jurnal ini

penekanan kepada penyebab erosi secara faktor alam yaitu erosi diakibatkan oleh

faktor curah hujan yang tinggi dan kondisi tanah, dengan melihat analisis curah

26 N.A.Dwi Putri.” Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Pencemaran Air Sungai Siak
( Studi pada Daerah Aliran Sungai Siak Bagian Hilir )”. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan.
Vol. 1, No. 1, 2011
27
M Ruslin Anwar, Pudyono, dan Sahiruddin.” Penanggulangan Erosi Secara Struktural Pada
Daerah Aliran Sungai Bango”. Jurnal Rekayasa Sipil. Volume 3, No.1 – 2009
17

hujan dan kondisi ketahanan tanah. selanjutnya dengan kajian analisis ilmiah yang

dilakukan penanganan permasalahan erosi sungai dilakukan dengan pembuatan

dinding penahan tanah dengan menggunakan dinding gravitasi dan dinding

kantilever.

Keempat, jurnal yang ditulis oleh Achmad Nur Fauzi, Dra. Dewi

Rostyaningsih, M.Si dalam Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, yang

berjudul “Analisis Peran Aktor Dalam Formulasi Kebijakan Semarang Smart

City”.28 Isu yang diangkat oleh peneliti pada jurnal ini berkaitan dengan pemetaan

aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan Semarang smart city yaitu

perwujudan keterbukaan informasi publik yang dilakukan Pemerintah Kota

Semarang yang bukan hanya seputar penggunaan teknologi tetapi lebih kepada

proses penyelenggaraan pemerintahan dengan baik dan cerdas, untuk itu dalam

proses pembuatan kebijakan tersebut diperlukan pemetaan aktor dan hubungan

antar aktor, dengan cara mengidentifikasi aktor yang terlibat dan analisis peran

yang dilakukan oleh aktor menggunakan teknik pemetaan stakeholders oleh

Bryson (2004) yaitu a) Power Versus Interest Grid; b) Stakeholder Issue

Interrelationship Diagram; c) Value Orientation Mapping. hasil dari penelitian ini

yaitu dapat mengetahui aktor yang Terlibat Dalam Perumusan Kebijakan

Semarang Smart City, selanjutnya Peran yang Dilakukan Oleh Aktor Kebijakan

dan Tingkat Kekuatan dan Ketertarikan Aktor Kebijakan.

Kelima, jurnal yang ditulis oleh Rindang Mekarsasi dan Puji Utomo dalam

jurnal Geografi, yang berjudul “Analisis Tingkat Bahaya Erosi Pada Waduk

28Achmad Nur Fauzi, Dra. Dewi Rostyaningsih, M.Si.” Analisis Peran Aktor Dalam Formulasi
Kebijakan Semarang Smart City”. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan.
18

Wadaslintang Dengan Aplikasi ARCGIS”.29 Isu yang diangkat oleh peneliti pada

jurnal ini berkaitan dengan erosi yang seringkali terjadi pada daerah aliran sungai

termasuk waduk, dan dilakukan analisis pencegahan dan penanggulangan erosi

tersebut dengan menggunakan perhitungan dan menggunakan aplikasi ArcGIS

dan metode USLE. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat bahaya erosi

pada daerah aliran sungai Wawar Waduk Wadaslintang.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO Nama Peneliti/Tahun Jenis Judul Hasil dan Tujuan Penelitian
Penelitian Penelitian Penelitian

1. Juju Junengsih , Eka Intan Kualitatif Analisis Penelitian menunjukkan terdapat


Kumala Putri , Ahyar Ismail / Stakeholder sejumlah pihak yang
2017 Dalam berkepentingan dan berpengaruh
Pengelolaan besar dalam keberhasilan
Daerah Aliran pengelolaan daerah aliran sungai
Sungai (DAS) (DAS) Citarum yang mengalami
Citarum Dan yang dalam keadaan tercemar
Limbah berat . Besarnya pengaruh dan
Industri kepentingan para pihak
tergantung pada tugas pokok dan
fungsinya. Tugas pokok dan
fungsi menentukan besarnya
pengaruh dan kepentingan
institusi. Koordinasi diperlukan
agar tidak terjadi tumpang tindih,
duplikasi, dan tercapainya tujuan.
Tujuan penelitian menganalisis
peran para pihak dalam
pengelolaan DAS Citarum.

2. N.A.Dwi Putri/ 2011 Kualitatif Kebijakan Hasil dari penelitian ini melihat
Pemerintah bahwa pengendalian pencemaran
Dalam sungai perlu dibuatkan sebuah
Pengendalian badan khusus yang mempunyai
Pencemaran legalitas, dan pemerintah harus
Air Sungai lebih memperhatikan
Siak ( Studi kepentingan mereka kepada
pada Daerah sektor lingkungan terutama
Aliran Sungai Kelestarian sungai serta perlunya
Siak Bagian anggaran khusus yang
Hilir ) melibatkan pihak swasta dalam
penanganan kasus pencemaran

29
Rindang Mekarsasi dan Puji Utomo, loc.it.
19

sungai tersebut. teori yang


digunakan teori program,
pendekatan kebijakan publik oleh
Charles O Jones dalam bukunya
Public Policy menjelaskan
program adalah cara yang
disahkan untuk mencapai tujuan,
kebijakan kebijakan, prosedur
prosedur, peraturan peraturan,
pemberian tugas, langkah-
langkah yang harus diambil,
sumber-sumber yang harus
dimanfaatkan dan elemen elemen
lain yang diperlukan untuk
melaksanakan arah dan tindakan
tertentu (Jones.O,1991:256)

3. M Ruslin Anwar, Pudyono, Kuantitatif Penanggulang Pada penelitian ini peneliti


dan Sahiruddin M /2009 an Erosi melakukan penekanan kepada
Secara penyebab erosi secara faktor
Struktural alam yaitu erosi diakibatkan oleh
Pada Daerah faktor curah hujan yang tinggi
Aliran Sungai dan kondisi tanah, dengan
Bango melihat analisis curah hujan dan
kondisi ketahanan tanah.
selanjutnya dengan kajian
analisis ilmiah yang dilakukan
penanganan permasalahan erosi
sungai dilakukan dengan metode
USLE (Universal Soil Loss
Equation). USLE memungkinkan
perencana memprediksi laju erosi
lahan pada suatu kemiringan
dengan pola hujan tertentu untuk
setiap macam jenis tanah dan
penerapan pengelolaan lahan.

Hasil dari penelitian ini yaitu


4. Achmad Nur Fauzi, Dra. Kualitatif Analisis Peran dapat mengetahui aktor yang
Dewi Rostyaningsih, Aktor Dalam terlibat Dalam Perumusan
M.Si/2018 Formulasi Kebijakan Semarang Smart City,
Kebijakan selanjutnya Peran yang
Semarang Dilakukan Oleh Aktor Kebijakan
Smart City dan Tingkat Kekuatan dan
Ketertarikan Aktor Kebijakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan peran dan
hubungan aktor dalam formulasi
kebijakan Semarang Smart City.
5. Rindang Mekarsasi, Puji Kuantitatif Analisis Tujuan penelitian ini untuk
Utomo/2019 Tingkat mengetahui tingkat bahaya erosi
Bahaya Erosi pada daerah aliran sungai Wawar
Pada Waduk Waduk Wadaslintang. Sedangkan
Wadaslintang hasil dari penelitian ini
20

Dengan berdasarkan perhitungan dengan


Aplikasi metode aplikasi ArcGIS dan
ARCGIS metode USLE dapat dihasilkan
erosi pada DAS Wawar Waduk
Wadaslintang didominasi dengan
tingkat sangat ringan.

Sumber : Data Sekunder diolah oleh peneliti pada tahun 2022

Meskipun penelitian terdahulu saling berkaitan dengan penelitian yang

sekarang, akan tetapi tetap memiliki perbedaan yang mendasar dengan penelitian

saat ini. Lokasi dan waktu penelitian adalah contoh paling sederhana dari

perbedaanya. Namun perbedaan yang paling menonjol adalah bahwa penelitian ini

berfokus pada Penanganan erosi pada sungai Batang Anai di Korong Palapa Saiyo

II Nagari Sungai Buluh Selatan dilakukan dengan melihat dari segi pemetaan dan

peran aktor terhadap kebijakan yang akan dilakukan terhadap pengelolaan sungai

oleh aktor yang berwenang. Penelitian terdahulu cenderung hanya membahas

pengelolaan erosi dan daerah aliran sungai dari segi struktural, dan jika melihat

penelitian yang berkaitan dengan peran aktor terhadap kebijakan, kebaharuan

penelitian pada isu penanganan lingkungan khususnya pada sungai belum ada

sebelumnya. Dari segala seluk beluk latar belakang inilah penulis ingin

membuktikan bahwa dari permasalahan erosi sungai Batang Anai yang tidak

kunjung selesai penanganannya, perlu adanya analisis pemetaan pemangku

kepentingan terhadap kebijakan yang akan diambil, sehingga dapat menentukan

benang merah dalam penyelesaian erosi sungai Batang Anai.


21

2.2 Kerangka Teoritis

Penanganan kasus erosi sungai melibatkan aktor yang mempunyai peran

politik baik dari tindakan dan kebijakannya. Teori peran (Role Theory) adalah

teori yang merupakan perpaduan antara teori, orientasi, maupun disiplin ilmu.

Selain dari psikologi, teori peran berawal dari sosiologi dan antropologi. Dalam

ketiga ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater,

seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya

sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor

dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang

dalam masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, posisi orang dalam

masyarakat sama dengan posisi aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang

diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam

kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau

aktor tersebut. Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam

empat golongan, yaitu:

1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial, orang yang

mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan

sebagai berikut:

a. Aktor (aktor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti

suatu peran tertentu.

b. Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang mempunyai

hubungan dengan aktor dan perilakunya.


22

2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut

3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku, Kedudukan aktor dalam kebijakan

publik dibagi menjadi dua, yaitu aktor primer dan aktor sekunder Aktor primer

adalah pihak dimana tanpa keterlibatannya yang berkelanjutan organisasi tidak

dapat bertahan. Sedangkan aktor sekunder didefinisikan sebagai pihak yang

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh organisasi, tetapi mereka tidak terlibat

dalam transaksi dengan organisasi dan tidak begitu penting untuk kelangsungan

hidup organisasi.

4. Kaitan antara orang dan perilaku, Peran merupakan sebuah interaksi sosial

dalam masyarakat yang menggambarkan harapan-harapan yang menuntun

individu untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dimensi kebijakan

publik, para aktor dituntut untuk memainkan perilaku yang sesuai dengan peran

yang dimilikinya.30

Dalam teori peran, aktor merupakan orang yang berperilaku menuruti

peran tertentu, maka dari itu kasus erosi sungai tentunya melibatkan aktor sebagai

peran yang penting didalamnya, untuk itu perlunya pemetaan dilakukan terkait

kepentingan yang dipangkunya.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik pemetaan

stakeholder menurut Bryson yang dikutip dari Modul Pelatihan AnalisisKebijakan,

dengan penulis Sri Hadiati Wara Kustriani yaitu :

30Achmad Nur Fauzi, .2018” Analisis Peran Aktor Dalam Formulasi Kebijakan Semarang Smart
City”. Skripsi. Bab I.hlm 29
23

1. Problem-Frame Stakeholder Maps

Gambar 2.1 Kuadran Problem-Frame Stakeholder Maps

Teknik ini dapat digunakan untuk memahami definisi permasalahan

sehingga dapat membantu membangun koalisi pemenangan. Analisis ini

diperlukan untuk merumuskan cara untuk mendefinisikan permasalahan sehingga

dapat memotivasi aksi oleh koalisi stakeholder untuk melindungi stakeholder

selama implementasi (implementasi kebijakan). Rumusan atau definisi

permasalahan ini sangat penting, karena: pertama, untuk merumuskan solusi yang

sesuai dengan harapan stakeholder; kedua, perumusan permasalahan juga

bermanfaat untuk membangun dukungan stakeholder pada saat implementasi.

2. Policy Implementation Mapping

Keberhasilan implementasi sebuah kebijakan ditentukan dari pemahaman

atas stakeholder yang mendukung dan yang menentang. Kedua kelompok tersebut

harus dipahami dengan baik dalam:

a. Kepentingannya, hal hal yang diperjuangkan atau dianggap penting

oleh stakeholder

b. Sumber daya, apa yang akan digunakan oleh stakeholder guna

memperjuangkan kepentingan mereka

c. Channel, yaitu saluran melalui mana para stakeholder akan bertindak

dalam memperjuangkan kepentingan mereka


24

d. Kemungkinan partisipasi besarnya kemungkinan mereka akan

berpartisipasi atau bersikap terkait dengan kepentingan mereka

e. Tingkat pengaruh yang akan didapat dari penguasaan sumber daya atau

partisipasi stakeholder

f. Implikasi, yaitu pengaruh stakeholder terhadap strategi implementasi

kebijakan

g. Action, yaitu tindakan yang perlu kita lakukan untuk menyikapi atau

mengantisipasi stakeholder dengan pengaruh yang mereka miliki

Tabel 2.2
ethical analysis grid

Teknik ini dapat digunakan untuk menjelaskan dengan cepat tentang siapa

dan apa yang dinilai secara etika atau dianggap etis. Penggunaan teknik ini dapat

membantu memenuhi aspek deontological (duty based) dan teleological (results-

oriented obligations). Hasil dari penggunaan teknik ini dapat menunjukkan

proposal dan pilihan yang harus dieliminasi berdasarkan pertimbangan etis.

3. Power Versus Interest Grid

Gambar 2.2 Kuadran Power Versus Interest Grid


25

Power serta interest menjadi fokus utama dalam teknik analisis modelgrid.

Power bisa berasal dari potensi stakeholder untuk mempengaruhi kebijakan atau

organisasi yang berasal dari kekuasaan berbasis kedudukan atau sumber daya

mereka dalam organisasi, atau mungkin pengaruh mereka yang berasal dari

kredibilitas mereka sebagai pemimpin atau ahli. Sedangkan interest seorang

stakeholder terhadap sebuah kebijakan atau proyek tertentu akan diukur melalui

tingkat keaktifannya. Setelah dilakukan pemetaan power serta interest dari tiap

stakeholder, hal yang penting untuk dilakukan adalah dalam menentukan

intervensi serta langkah-langkah yang perlu dilakukan terhadap stakeholder yang

sudah berhasil dipetakan. Gambaran terkait intervensi yang harus dilakukan

terhadap stakeholder yang telah diketahui power serta interest dapat dilihat dari

ilustrasi di bawah ini:

Gambar 2.3 jenis aktor dalam setiap kuadran


Keterangan:

A. Crowd (lemah dalam power serta interest).

B. Context setters (memiliki power akan tetapi hanya memiliki direct

interest yang kecil).

C. Subjek yaitu stakeholder yang memiliki interest tapi dengan power

yang kecil.
26

D. Player yaitu stakeholder yang memiliki power dan interest secara

signifikan.

Pemangku kepentingan di sektor A tidak memiliki interest yang tinggi

dalam keputusan organisasi juga power yang rendah untuk mempengaruhi dan

memberikan dampak yang besar. Namun demikian, organisasi tetap harus

menjaga kelompok ini mendapatkan informasi dalam batas yang diperlukan, tetapi

tidak harus berinvestasi terlalu banyak ke mereka. Pemangku kepentingan di

Sektor B memiliki interest yang tinggi dalam merespon semua keputusan

organisasi meskipun sebenarnya mereka tidak memiliki power yang besar untuk

mempengaruhi. Stakeholder ini bisa dijadikan sebagai sekutu dalam mendukung

kebijakan tertentu. Oleh karenanya penting untuk menginformasikan isu-isu yang

mereka minati. Pemangku Kepentingan di sektor C biasanya adalah investor atau

legislatif. Mereka berperilaku pasif dan menunjukkan rendahnya interest dalam

urusan perusahaan. Menghadapi tipe stakeholder seperti ini perlu untuk

menganalisis potensi minat dan reaksi kelompok-kelompok ini dalam semua

perkembangan penting dalam organisasi, dan melibatkan mereka sesuai dengan

kepentingan mereka. Stakeholder yang terpenting dan berapa pada sektor D

sebagai key player harus dilibatkan dalam semua perkembangan organisasi

(Mintzberg, 1999).

4. Value Orientation Mapping

Model ini dikembangkan oleh The Victorian Department of Primary

Industries pada tahun 2007 (Kennon, 2009). Menurut Kennon terdapat 4 langkah,

diantaranya:
27

a. Identifikasi: pendataan kelompok, organisasi, dan orang yang relevan

b. Analisis: memahami perspektif dan ketertarikan stakeholder. Kriteria

yang bisa digunakan untuk menganalisis perspektif dan ketertarikan

stakeholder, diantaranya: (a) kontribusi (value), mengidentifikasi

apakah stakeholder mempunyai informasi, nasehat atau keahlian; (b)

legitimasi; (c) kemauan untuk terlibat; (d) pengaruh, seberapa

berpengaruhkah stakeholder?; dan (e) derajat keperluan untuk terlibat

(necessity of involvement).

Tabel 2.3
stakeholder mapping-analysis

c. Pemetaan

Gambar 2.4 Pemetaan aktor menggunakan Value Orientation Mapping

d. Menentukan prioritas: penentuan skala relevansi stakeholder dan

mengidentifkasi isu.

1. Apakah isu prioritas para stakeholder?


28

2. Apakah isu yang sering diekspresikan (disampaikan) stakeholder?

Akhirnya, Schmeer juga menyarankan menggunakan tabel karakteristik

stakeholders saat melakukan analisis. Tabel itu terdiri dari:

1. Posisi/organisasi,

2. Internal/external,

3. Pengetahuan terhadap kebijakan (rendah, sedang, tinggi),

4. Posisi Stakeholder terhadap Kebijakan

5. Ketertarikan (derajat ketertarikan),

6. Aliansi (identifikasi terhadap stakeholder yang bisa mendukung atau

berpotensi menentang),

7. Sumberdaya (sumber daya yang dibutuhkan),

8. Kekuatan (kemampuan stakeholder mempengaruhi proses pembuatan

kebijakan),

9. Kepemimpinan

5. Bases Of Power And Directions Of Interest

Diagram tersebut bertujuan untuk melihat sumber atau basis kekuasaan

dan kepentingan yang hendak dicapai. Power dapat berasal dari akses anggaran,

pendanaan, dukungan massa, atau pengendalian berbagai jenis kontrol atau sanksi

misalnya kewenangan mengatur, pemberian suara atau dukungan di parlemen,

dsb. Sedangkan directions of interest melihat sejauh mana kepentingan

stakeholder terhadap organisasi. Terdapat dua alasan untuk membangun diagram

tersebut, yaitu: Pertama, untuk memahami kesamaan landasan atau sumber


29

kekuasaan stakeholder. Kedua, untuk mengetahui bagaimana stakeholder akan

memajukan kepentingannya dengan berbekal kekuasaan yang dimiliki.

Gambar 2.5 Diagram Bases Of Power And Directions Of Interest

6. Stakeholder Issue Interrelationship Diagram

Teknik ini digunakan untuk menganalisis hubungan berbagai jenis

stakeholder berkaitan dengan berbagai isu kebijakan dan bagaimana berbagai

stakeholder tersebut berhubungan satu dengan yang lain. Selain itu, teknik ini

juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana potensi kerjasama dan konflik antar

stakeholder.

Gambar 2.6 Stakeholder Issue Interrelationship Diagram

Panah dalam diagram menunjukkan bahwa stakeholder memiliki interest

pada isu, meskipun spesifik interest berbeda antar stakeholder, dan interest
30

tersebut memungkinkan terjadinya konflik antar stakeholder. Panah dalam

diagram harus diberi label sebelumnya untuk menunjukkan interest di setiap kasus

yang ada. Selain itu, pelabelan dapat menunjukkan secara jelas apakah interest

tersebut merupakan konflik atau bukan.

7. The Participation Planning Matrix

Secara umum, seluruh teknik pemetaan stakeholder relevan dengan

perencanaan partisipasi stakeholder. Teknik participation planning matrix secara

khusus bertujuan untuk merancang jenis partisipasi stakeholder. Partisipasi

tersebut dilakukan dalam bentuk yang paling sederhana yaitu pemberian informasi

hingga pemberdayaan stakeholder dengan memberikan wewenang dalam

pengambilan keputusan. Untuk lebih memahami teknik participation planning

matrix, dapat dilihat pada tabel berikut ini:


31

Tabel 2.4
The Participation Planning Matrix

8. Net map

Berdasarkan hasil analisis Paul Nutt’s (2002) terhadap 400 keputusan

strategis, separuh dari kebijakan mengalami kegagalan karena tidak dapat

diimplementasikan, hanya dapat diimplementasikan secara parsial atau dapat

diimplementasikan tetapi memberikan hasil yang buruk. Penyebabnya, pengambil

kebijakan tidak mampu memahami kepentingan key stakeholders. Oleh sebab itu

analisis stakeholder bisa dikatakan sebagai salah satu resep mujarab panacea dari

permasalahan tersebut. Alasan kenapa stakeholder analisis jarang dilakukan oleh

pembuat kebijakan salah satunya adalah karena kurangnya pengetahuan mereka

dalam metode yang tepat untuk melakukan analisa stakeholder analisis. Oleh
32

karena itu, banyak ahli muncul dengan metode-metode stakeholder analysis yang

salah satunya adalah dengan metode Net-Map. Net-Map merupakan sebuah

metode pemetaan stakeholder yang dapat membantu pembuat kebijakan untuk

mengetahui, menvisualisasikan, berdiskusi serta mengembangkan pemahaman

terhadap situasi di mana ada banyak aktor kepentingan yang berbeda pengaruh

dan kepentingannya terhadap organisasi mereka. Beberapa manfaat dari

penggunaan Net-Map antara lain adalah :

1. Sebagai sarana mempersiapkan dan memonitor intervensi kebijakan.

2. Sarana meningkatkan efektifitas koordinasi multistakeholder.

3. Memfasilitasi proyek berbasis masyarakat inklusif.

4. Membuat sketsa serta mendiskusikan intervensi bagi keberhasilan

sebuah proyek.

5. Memahami strategi untuk meningkatkan pengaruh organisasi melalui

pemetaan jaringan kerja. Sebelum melakukan Net-Map terlebih dahulu

perlu dipahami secara jelas masalah yang akan dipecahkan. Pada

tahapan ini peserta diminta untuk menyiapkan instrumen pelaksanaan

Net-Map mulai dari kejelasan definisi dari terminologi yang

digunakan.31

Kedelapan teknik ini dijadikan sebagai pedoman dalam melihat pemangku

kepentingan atas permasalahan yang melibatkan aktor politik dalam membuat

kebijakan. Namun fokus pada penelitian ini hanya memakai 2 teknik saja, yaitu

Policy implementation mapping dan Power versus interest grid, hal ini

31Sri Hadiati Wara Kustriani, SH. MBA.2015. “Modul Pelatihan Analis Kebijakan”,deputi bidang
kajian kebijakan,jakarta,hlm 122-138
33

disebabkan karena kedua teknik ini dirasa bisa menjawab pertanyaan peneliti

dalam penanganan erosi DAS Batang Anai.

2.3 Skema Pemikiran

Skema pemikiran pada penelitian ini adalah adanya fenomena erosi sungai

Batang Anai di Kecamatan Batang Anai menimbulkan permasalahan bagi

masyarakat yang terkena dampak secara langsung, maka dari perlunya tindakan

yang diambil oleh pihak berwenang yaitu para aktor politik dalam mengambil

kebijakan, pemetaan dan analisis peran aktor terhadap kepentingannya akan

melahirkan bentuk kebijakan yang akan diambil untuk menyelesaikan erosi,

selanjutnya output yang dihasilkan daerah aliran sungai Batang Anai akan

dilakukan pembenahan secara struktural sehingga erosi tidak akan terjadi kembali.

Bagan 2.1

Skema Pemikiran
Fenomena Erosi Daerah Aliran Sungai Batang Anai
Di Kecamatan Batang Anai

Pemetaan Pemangku
Kepentingan Penanganan Erosi

1. Policy Implementation Mapping


2. Power Versus Interest Grid

Stakeholder Mapping Dalam Penanganan Erosi DAS


Batang Anai
Sumber : diolah oleh peneliti tahun 2022
34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam sebuah penelitian data yang diperoleh tentu tidak bisa didapatkan

dengan mudah tanpa adanya pendekatan penelitian. Pendekatan dalam sebuah

penelitian akan membantu peneliti dalam memahami dan menyimpulkan

permasalahan yang diteliti. Pemilihan pendekatan yang tepat sangat diperlukan

karena harus sesuai dengan masalah apa yang diteliti. Pada Penelitian ini

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,32 karena bisa melihat

dan menjelaskan fenomena ini dengan tepat.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Studi Kasus Instrumental

untuk dapat melihat dan mendalami Bagaimana pemangku kepentingan dalam

penanganan kasus erosi daerah aliran Sungai Batang Anai di Kecamatan Batang

Anai. Tipe Instrumental yang digunakan pada penelitian ini adalah menjelaskan

fenomena yang terjadi sesuai dengan keadaan sebenarnya (apa adanya) supaya

32
Pendekatan kualitatif banyak didefinisikan oleh para ahli, salah satunya yaitu John Creswell,
pendekatan kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh
sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.
Penelitian kualitatif tentunya tidak terlepas dari ciri maupun karakteristiknya. Creswell
menjelaskan pendekatan kualitatif dalam beberapa karakteristik, yaitu ; a) berlangsung dalam latar
alamiah, tempat kejadian dan perilaku manusia, b) tidak secara apriori mengharuskan adanya teori,
c) peneliti adalah instrumen utama penelitian dan pengumpulan data, d) data yang dihasilkan
bersifat deskriptif atau dalam bentuk kata-kata, e) fokus diarahkan pada persepsi dan pengalaman
partisipan, f) proses sama pentingnya dengan produk, perhatian penelitian diarahkan kepada
pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian, g) penafsiran dalam pemahaman ideografis,
bukan kepada membuat generalisasi, h) memunculkan desain, peneliti mencoba
mengkonstruksikan penafsiran dan pemahaman dengan sumber data manusia, i) data tidak dapat
dikuantifikasi, j) objektivitas dan kebenaran dijunjung tinggi, derajat keterpercayaan didapat
melalui verifikasi berdasarkan koherensi wawasan dan manfaat.
35

pembaca nantinya seolah bisa merasakan ataupun membayangkan bagaimana

fenomena yang terjadi pada saat itu.

Studi kasus instrumental digunakan oleh peneliti pada penelitian ini agar

dapat memperoleh informasi dengan jelas dan menggambarkan secara tertulis

tentang fenomena yang peneliti angkat untuk disusun ke dalam laporan penelitian

yang kompleks dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini

dapat menjawab dengan baik. Kalau pendekatan yang digunakan sudah sesuai

dengan apa fenomena yang diteliti pada akhirnya akan menghasilkan sebuah

penelitian yang bisa memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan karena

kualitas dan kevalidan data yang sangat bisa dipertanggungjawabkan. Berangkat

dari sana peneliti menganggap pendekatan ini adalah yang paling cocok untuk

meneliti serta menjelaskan masalah yang ada.

3.2 Lokasi Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

maka lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang

Pariaman. Alasan dipilihnya Kecamatan Batang Anai sebagai lokasi penelitian

adalah Sungai Batang Anai yang melalui 3 kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten

Padang Pariaman di Kecamatan X Koto, Kota Padang Panjang di Kecamatan

Padang Barat , Kabupaten Padang Pariaman di Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam ,

Kecamatan Lubuk Alung dan Kecamatan Batang Anai serta Kota Padang di

Kecamatan Koto Tangah, yang terdampak erosi Sungai Batang Anai adalah

daerah Kabupaten Padang Pariaman yang di berada di Kecamatan Batang Anai di

3 Nagari yaitu Sungai Buluh Timur, Ketaping dan Sungai Buluh Selatan, bahkan
36

sudah ada rumah warga yang ambruk dan jalan terputus akibatnya. Sehingga

menjadi lokasi fokus penelitian dan segala bentuk data yang diperlukan akan

diperoleh dari data lapangan pada saat penelitian.

3.3 Peranan Peneliti

Peranan peneliti dalam penelitian yang menggunakan metode penelitian

kualitatif sangat dominan dan menentukan, karena peneliti terlibat dalam

pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan. Peran

peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen dalam pengumpulan data

dengan cara bertanya, meminta, mendengar dan mengambil. Instrumen utama

yang dimaksud di sini adalah peneliti sebagai alat pengumpul data, dimana

peneliti harus responsif dan dapat menyesuaikan diri. Alat-alat lain seperti

panduan wawancara, rekaman, dan lainnya hanyalah sebagai alat bantu pengganti

peneliti sendiri sebagai pengkonstruksi realitas atas dasar pengalaman di medan

penelitian. Peneliti berada di luar realitas atau lingkungan sosial yang akan diteliti

dengan tetap fokus memperhatikan aspek-aspek penting dalam proses

mengumpulkan data.

Penelitian ini diawali dengan mengajukan judul penelitian kepada dosen

pembimbing akademik. Kemudian judul peneliti diterima sesuai dengan fenomena

dan permasalahan yang dteliti. Pada mulanya riset awal penelitian ini peneliti

ambil melalui data primer dengan melakukan observasi atas permasalahan erosi

yang kebetulann terjadi didekat rumah peneliti. Permasalahan ini rupanya sudah

mulai terjadi sejak 2017, dengan adanya pembiaran erosi menjadi meluas dan
37

membuat ambruk satu rumah dan terancamnya beberapa rumah lainnya, selain itu

ternyata juga terjadi dibeberapa nagari di Kecamatan Batang Anai. Berdasarkan

fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang stakeholder mapping

dalam penanganan erosi DAS Batang Anai.

Peneliti melaksanakan seminar proposal pada tanggal 12 Januari 2023.

Setelah itu, peneliti menunda kurang lebih dua bulan dalam perbaikan karena ada

kesibukan lain yang harus dikerjakan, tepatnya pada 30 maret peneliti melakukan

perbaikan dan revisi terhadap proposal skripsi yang sempat tertunda, dan pada 3

April peneliti mendapatkan persetujuan untuk turun lapangan dan melakukan

penelitian dari kedua dosen pembimbing. Penelitian ini dilanjutkan dengan

mengurus surat rekomendasi turun lapangan untuk penelitian skripsi lewat

fisip.unand.ac.id. Pada tanggal 6 April 2023 peneliti mendapatkan izin untuk

melakukan penelitian. Dengan surat izin penelitian tersebut peneliti gunakan

untuk mewawancarai informan yang terlibat dalam pemangku kepentingan

penanganan DAS Batang Anai. Pada tanggal 11 April peneliti lansung

mendatangi rumah Wali Nagari Sungai Buluh Selatan untuk diwawancarai

kebetulan saat rumah Wali Nagari masih dalam satu korong yang sama dengan

peneliti.

Selanjutnya peneliti mendatangi kantor Wali Nagari Ketaping untuk

mengirimkan surat izin penelitian pada 14 April 2023, pada saat itu Wali Nagari

tidak berada di kantor, akan tetapi peneliti telah menelpon Wali Nagari untuk janji

wawancara setelah solat jumat, setelah itu peneliti lansung pergi ke kantor Wali

Nagari Sungai Buluh Timur untuk mengirim surat izin penelitian dan ingin
38

mewawancarai secara lansung, karena informan yang peneliti wawancara tidak

memerlukan surat izin penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Padang Pariaman. Sampai pada kantor Wali Nagari Sungai Buluh

Timur, Wali Nagari tidak berada ditempat, dan peneliti memutuskan untuk

meminta nomor telpon Wali Nagari untuk dikontak secara lansung membuat janji

temu, pada hari bersamaan peneliti demam dan tidak melanjutkan janji wawancara

Wali Nagari Ketaping dan penelitian ditunda sementara waktu.

Pada tanggal 3 Mei 2023 penelitian dilanjutkan dengan mewawancarai

Wali Nagari Ketaping, setelah wawancara bersama Wali Nagari, peneliti pergi ke

kantor Bupati Padang Pariaman di Parit Malintang, besok harinya peneliti

menghubungi sekretaris pribadi Bupati Padang Pariaman dan diberitahu bahwa

surat didisposisi kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Padang Pariaman, dan

diminta untuk menghubungi sekretaris pribadi Sekda tersebut, sesampainya surat

di Sekda, ternyata peneliti lupa memberikan rekomendasi dari Kesbangpol

sebagai syarat untuk wawancara bersama Bapak Sekda. Karena slow repon dari

kontak sespri Bupati dan Sekda, pada tanggal 15 Mei 2023 peneliti baru

mendapatkan kontak sespri Kesbangpol untuk mengurus surat rekomendasi

Kesbangpol, pada 23 Mei peneliti datang ke kantor Bupati Padang Pariaman

untuk mengurus rekomendasi Kesbangpol, sampai di Kantor Kesbangpol, peneliti

mendapat tanggapan yang kurang baik dari sespri Kesbangpol yang menolak

pembuatan surat rekomendasi karen menurutnya Bupati dan Sekda tidak akan bisa

dijumpai karena sibuk, setelah beberapa saat, datang Kasubag Kesbangpol dan

berdiskusi dengan peneliti, ternyata Kasubag Kesbangpol tertarik dengan


39

penelitian peneliti dan pada saat itu memerintahkan anggotanya untuk

mengeluarkan surat rekomendasi pada saat itu juga dan ditandatangani oleh

Kasubag tersebut Bapak Ade Dasial. Setelah itu peneliti mengirimkan surat

kepada Sekda Kabupaten Padang Pariaman melalui sekretaris pribadi, ditempat

inilah surat peneliti cukup lama tidak ditanggapi dengan alasan Bapak Sekda

sibuk, dari tanggal 24 Mei 2023 surat diberikan dengan follow up berulang kali,

pada 7 Juni 2023 baru mendapat tanggapan bahwa peneliti diarahkan untuk

wawancara Sekda diwakili oleh Kabag Tata Pemerintahan Umum dan Kerjasama,

dan pada 8 Juni 2023 peneliti selesai mewawancarai Kabag TPKS tersebut, hal ini

yang membuat sedikit lama peneliti turun lapangan karena proses yang sulit

didapat pada saat mewawancarai Bupati Padang Pariaman yang memakan waktu 1

bulan lebih.

Pada 17 Mei 2023 peneliti mewaancara pihak BWS di Kantor BWS yang

diwakili oleh Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya

Air sebagai salah satu informan kunci peneliti pada penelitian ini. Pada 25 Mei

2023 peneliti melakukan penelitian dan sekaligus observasi kepada masyarakat

yang terdampak dan melihat kondisi akibat erosi secara lansung. Selesai

wawancara informan selanjutnya peneliti mewawacarai informan triangulasi yaitu

dari WALHI Sumatera Barat dan Komunitas Peduli Sungai, pada 5 Juni 2023

peneliti mengirimkan surat ke Kantor WALHI dan direkomendasikan untuk

wawancara Bapak Tommy Adam sebagai Kepala Departemen Advokasi

Lingkungan Hidup WALHI, pada saat itu menjanjikan wawancara pada hari

kamis atau jumat tanggal 8 Juni 2023, disamping itu peneliti menghubungi Bapak
40

Ery Iswandi selaku informan triangulasi kedua sebagai Komunitas Peduli Sungai,

dan kebetulan pada saat itu Bapak Ery sedang berada di lokasi PENAS XVI

Padang di Lapangan Lanud Tabing, dan bersedia diwawancarai pada hari itu juga.

Pada tanggal 8 Juni 2023 peneliti menghubungi Bapak Tommy Adam unttuk

melakukan konfirmasi wawancara yang sudah dijanjikan kemarin, namun Bapak

Tommy Adam belum berada di Kota Padang dan meminta untuk diundur pada

tanggal 11 Juni 2023, karena peneliti merasa cukup lama, maka peneliti

memutuskan untuk mewawancarai Bapak Tommy Adam via phone dan pada 9

Juni 2023 wawancara bisa dilakukan dengan lancar. Bapak Tommy Adam

merupakan informan triangulasi terakhir peneliti, setelah menyelesaikan semua

proses wawancara peneliti memulai menganalisis temuan data dan informasi yang

peneliti peroleh.

3.4 Teknik Pemilihan Informan

Dalam sebuah penelitian khususnya penelitian yang menggunakan

metode kualitatif penentuan informan adalah salah faktor yang penting karena

akan mempengaruhi kualitas data yang akan dihasilkan. Informan penelitian

merupakan orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya ataupun orang

lain atau suatu kejadian atau suatu hal kepada peneliti atau wawancara mendalam.

Dengan informan yang berkompeten tentunya akan menghasilkan data yang

berkualitas serta kevalidan data pun dapat dipertanggung jawabkan.

Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan adalah Purposive

Sampling . Menurut Sugiyono purposive sampling adalah teknik pengambilan


41

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.33 Untuk mendapat data yang

tepat maka perlu ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai

dengan kebutuhan data (purposive).

Pada penelitian ini, peneliti telah menemukan kriteria informan yang akan

peneliti pilih untuk mencari data dari informan tersebut. Berdasarkan fenomena

dan masalah yang peneliti angkat mengenai pemetaan aktor dalam penanganan

kasus erosi daerah aliran Sungai Batang Anai di Kecamatan Batang Anai. Peneliti

mengambil beberapa kriteria yaitu :

Tabel 3.1
Kriteria Informan
No Kriteria Informan Penelitian

1. Informan adalah Orang yang memiliki peran terkait

penanganan kasus erosi sungai Batang Anai

2. Informan adalah Orang yang memiliki informasi terkait

permasalahan erosi sungai Batang Anai.

3. Orang yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan,

menceritakan dan memberi informasi mengenai fenomena

erosi pada sungai Batang Anai

4. Orang yang terlibat secara langsung dalam melakukan

penanganan erosi sungai Batang Anai

Sumber: Diolah Oleh Peneliti Tahun 2023

Sugiyono, 2016. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung:


33

ALFABETA). Hlm 85
42

Tabel 3.2

Daftar Informan Peneliti

No Informan Jabatan
1. Emri Nurman Kepala bagian tata pemerintahan dan kerjasama

Kabupaten Padang Pariaman

2. Iwan Hermawan Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan

Infrastruktur SDA BWS Sumatera V

3. Afrizal Wali Nagari Sungai Buluh Selatan

4. Zulkifli Wali Nagari Sungai Buluh Timur

5. Alwis Jaya Wali Nagari Ketaping

6. Defriman Masyarakat Terdampak

7. Mak Datuak Ninik Mamak

8. Dasmi Badan Permusyawaratan Nagari

Sumber: Diolah Oleh Peneliti Tahun 2023

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa atau hal-hal,

keterangan, karakteristik-karakteristik, sebagian atau seluruh populasi yang dapat

menunjang atau mendukung penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis

data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari informan

berupa wawancara dan observasi. Sumber data primer merupakan sumber data

langsung memberikan data dari pihak pertama kepada pengumpul data yang

biasanya melalui wawancara. Sedangkan data sekunder adalah sumber data yang

diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain
43

yang bersumber dari literatur ataupun buku-buku.34 Teknik pengumpulan data

yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung atau percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.35 Dalam penelitian ini

menggunakan teknik wawancara semi tersetruktur. Teknik ini memberikan

peluang untuk bertanya di luar teks pertanyaan yang telah peneliti buat,

sehingga memungkinkan peneliti menggali lebih dalam informasi.

2. Observasi

Observasi merupakan metode untuk mengumpulkan data yang

dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mendapatkan

informasi terkait observee yang sebenarnya. Jenis observasi yang peneliti

gunakan ialah observasi nonpartisipasi. Jenis observasi ini memungkinkan

peneliti mendapatkan data tanpa perlu terlibat langsung di dalam kegiatan

yang sedang diteliti.36

34
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabet
35
Hardani, Helmina Adriani Jumari Ustiawati, Emi Fatmi Utami, Ria Rahmatul Istiqomah,
Roushandy Asri Fardani, Dika Juliana Sukmana & Nur Hikatul Auliya. 2020. Metode Penelitian
Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu
36
Sitti Mania. 2008. “Obesevasi Sebagai Alat Evaluasi Dalam Dunia Pendidikan dan Pengajaran”.
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Vol 11 (2) 220-233
44

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data dengan

mencatat data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah suatu

bentuk pengumpulan data yang berhubungan dengan objek yang akan

diteliti berupa berita, transkip, buku dan jurnal.37 Pada penelitian ini

peneliti menggunakan beberapa dokumentasi berupa berita di media

sosial, jurnal, buku dan foto-foto yang di dapat ketika melakukan

penelitian guna sebagai penunjang bukti telah melakukan penelitian.

3.6 Uji pembuktian (Triangulasi Data)

Agar dapat dipertanggungjawabkan, kevalidan data-data yang diperoleh

harus diuji terlebih dahulu keabsahannya. Teknik pemeriksaan data adalah dengan

teknik triangulasi. Teknik triangulasi menurut Sugiyono menyatakan bahwa

teknik triangulasi merupakan teknik pengumpulan data data dan sumber yang

telah ada. Bila penelitian melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,

yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data.

Selanjutnya Sugiyono menyatakan triangulasi teknik, berarti

menggunakan pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber data yang sama. Terdapat tiga kelompok triangulasi data, yakni triangulasi

sumber, triangulasi teoritis, dan triangulasi metode. Dalam penelitian ini peneliti

Hardani, Helmina Adriani Jumari Ustiawati, Emi Fatmi Utami, Ria Rahmatul Istiqomah,
37

Roushandy Asri Fardani, Dika Juliana Sukmana & Nur Hikatul Auliya. 2020. Metode Penelitian
Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu
45

akan menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber data adalah menggali

kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data,

misalnya selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan

observasi terlibat (participant observation), dokumen tertulis, arsip, dokumen

sejarah, catatan resmi, tulisan pribadi dan gambar atau foto. Berbagai pandangan

itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran yang

handal38. Pada aspek triangulasi ini, peneliti menghadirkan informan yang

memahami mengenai persoalan erosi pada Sungai Batang Anai.

Tabel 3.3
Informan Triangulasi
No. Nama Keterangan
1. Tommy Adam WALHI Sumatera Barat

2. Eri S Komunitas Peduli Sungai Sumatera


Barat

Sumber: diolah peneliti tahun 2022

3.7 Analisis Data

Menurut Noeng Muhadjir analisis data merupakan upaya mencari dan

menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya

sebagai temuan bagi orang lain. Adapun untuk meningkatkan pemahaman tersebut

analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.39 Analisis data dapat

dikatakan sebagai proses penyederhanaan data ke dalam dalam bentuk yang lebih

38
Rahardjo, M. 2010. Triangulasi dalam penelitian kualitatif
39
Muhadjir, Noeng. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik,
Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama
46

sederhana dan mudah dipahami, dimana penyederhanaan data tersebut terdiri atas

catatan lapangan atau field notes, dokumen berupa laporan-laporan, serta hasil

rekaman yang disederhanakan dengan cara mengumpulkan, mengurutkan,

mengkategorikan dan mengelompokan data sehingga dapat dengan mudah untuk

diinterpretasikan dan dipahami dalam proses penelitian.

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan interpretasi etik dan

emik. Interpretasi etik adalah gambaran data yang dilakukan berdasarkan

interpretasi peneliti sedangkan interpretasi emik adalah gambaran data yang

dijabarkan sebagaimana adanya oleh informan.

3.8 Rancangan Struktur Penelitian

Agar penulisan laporan hasil penelitian ini dapat dipahami dan dimengerti,

maka penulisan laporan akan disusun secara sistematis,berikut uraian rancangan

struktur penulisan:

a. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini penulis membahas latar belakang fenomena yang terjadi,

maka muncul masalah dalam bentuk pertanyaan, alasan mengapa peneliti

mengangkat permasalahan pemetaan aktor dalam penanganan erosi sungai.

Selanjutnya pada bab ini akan muncul perumusan masalah untuk dikaji

sesuai dengan tujuan dan manfaat, serta target yang akan dicapai pada

penelitian ini.

b. Bab II Kerangka Teori

Pada bab ini memuat tentang bahasan perbandingan penelitian yang ditulis

oleh para peneliti terdahulu dengan penelitian saat ini. Dalam bab inilah
47

kebaharuan (Novelty) yang diminta akan dibahas sehingga terlihat jelas

perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini.

Kemudian juga akan dimuat landasan teori yang digunakan oleh peneliti

sebagai alat untuk menganalisis permasalahan dalam fenomena ini

terutama pemetaan aktor yang dilakukan untuk mengetahui aktor yang

terlibat dalam penanganan erosi sungai. Terakhir, pada bab ini juga akan

dituliskan skema pemikiran yang akan membantu peneliti dalam acuan

berpikir.

c. Bab III, Metodologi Penelitian

Dalam bab ini memuat metodologi penelitian berupa jenis penelitian,

lokasi penelitian, selanjutnya peranan peneliti dalam melakukan penelitian

sehingga mendapatkan data, ada informan penelitian, teknik pengumpulan

data, unit analisis, triangulasi data, analisis data, serta rancangan

penelitian.

d. Bab IV, Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian

Berisikan penjelasan serta pemaparan dari objek wilayah penelitian guna

untuk memberikan gambaran mengenai lokasi penelitian serta mendukung

penjelasan terhadap masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti

memilih Kecamatan Batang Anai sebagai locus penelitian dengan berbagai

penjelasan-penjelasan penting yang telah peneliti cantumkan sebelumnya.

Pada bab ini deskripsi daerah penelitian dijelaskan secara umum, baik dari

segi data kependudukan daerah yang bersangkutan, geografis,

komposisinya dan sebagainya.


48

e. Bab V, Temuan Data dan Pembahasan

Berisikan pemaparan dari hasil temuan penelitian, yang peneliti dapatkan

pada saat mengumpulkan data serta mengolah data.

f. Bab VI, Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir atau dapat dikatakan sebagai bab

kesimpulan yang memaparkan data serta pembahasan yang sudah

dituliskan pada bab V. Bab ini berisikan poin-poin kesimpulan dan

ditambah dengan poin saran dari peneliti yang mana mengacu pada tujuan

penelitian yang sudah ditulis sebelumnya


49

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Kabupaten Padang Pariaman

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Padang Pariaman

Padang pariaman merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera

Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.328,78 km2 dan 430.626

jiwa (Sensus Penduduk 2020). Ibu kota Kabupaten Padang Pariaman adalah Parit

Malintang. Berdasarkan Peraturan Pemerintahan (PP) no 79 tahun 2008 tanggal

30 Desember 2008 tentang pemindahan ibu kota Kabupaten Padang Pariaman dari

Kota Pariaman ke Nagari Parit Malintang di Kecamatan Enam Lingkung.

Secara geografis, Posisi astronomis Kabupaten Padang Pariaman yang

terletak antara 0o 11’– 0o 49’ Lintang Selatan dan 98o 36’-100o 28’ Bujur Timur,

dengan luas wilayah sekitar 1,328,79 km2 dan panjang garis pantai 60,50 km2.

Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15 persen dari luas daratan wilayah

Provinsi Sumatera Barat.


50

Kabupaten Padang Pariaman berbatasan lansung dengan Kota Padang

sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat pada bagian sebelah selatan, sebelah

utara berbatasan dengan Kabupaten Agam, sebelah barat berbatasan dengan Kota

Agam dan Samudera Hindia dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Walaupun tidak berbatasan secara langsung

disebelah timur, Kabupaten Padang Pariaman memiliki jarak yang dekat dengan

Kota Padang Panjang yang dibatasi oleh Lembah Anai (Kabupaten Tanah Datar).

Secara administratif pemerintahan, sampai tahun 2010 Kabupaten Padang

Pariaman terdiri dari 17 Kecamatan, 60 Nagari.40

Berdasarkan data yang dimuat pada BPS Padang Pariaman tahun 2015.

Menurut topologi wilayahnya. Kabupaten Padang Pariaman di lewati oleh 11

Sungai. Dari keseluruhan 11 sungai yang melewati Kabupaten Padang Pariaman,

lima sungai besar diantaranya, 1) Batang Anai yang memiliki panjang 54,6 km, 2)

Batang Mangau yang memiliki panjang 46 km, 3) Batang Tapakis yang memiliki

panjang 46 km, 4) Batang Gasan yang memiliki panjang 20 km, 5) Batang Naras

yang memiliki panjang 20 km. Keseluruhan yang mengairi Kabupaten Padang

Pariaman ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari terkhususnya pada sungai-

sungai besar yang mempunyai peran cukup sentral dalam kehidupan masyarakat

Kabupaten Padang Pariaman.41

40
Padangpariamankab.go.id. 2022. Halaman Profil Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Padang
Pariaman (online). (https://padangpariamankab.go.id/profil/profil_detail/25 diakses pada 27 April
2023 Pukul 18.00 wib).
41 Badan pusat statistik (BPS). 2016. Nama Sungai, Daerah Yang Dilalui dan Panjangnya Tahun

2015: Badan pusat statistik (BPS) Padang Pariaman.


51

4.2 Deskripsi Sungai Batang Anai

Gambar 4.2 Peta Sungai Batang Anai

Penelitian ini dilakukan pada salah satu aliran sungai terpanjang di

Sumatera Barat, yaitu Sungai Batang Anai. Daerah aliran Sungai Batang Anai

mempunyai panjang 712,45 km2 dengan 24 sub-sub daerah aliran sungai, serta

memiliki DAS dengan kemiringan yang sangat curam (elevasi 2649,44 meter).

DAS Batang Anai melintasi beberapa Kabupaten atau Kota yaitu: Bagian

Hulu berada di Kabupaten Tanah Datar di Kecamatan X Koto dan Kota Padang

Panjang di Kecamatan Padang Panjang Barat; di bagian tengah berada

di Kabupaten Padang Pariaman di Kecamatan. 2 x 11 Kayu Tanam; di

Bagian Hilir berada di kabupaten Padang Pariaman di Kecamatan Lubuk Alung

& Kecamatan Batang Anai serta di Kota Padang di Kecamatan Koto

Tangah. Batang Anai panjangnya + 69,32 km dimulai dari hulunya yang berada

di Puncak Gunung Merapi dengan ketingggian 2.751 m DPL hingga muara.42

42
Syafril Daus, loc.cit
52

4.3 Deskripsi Kecamatan Batang Anai

Gambar 4.3 Peta Kecamatan Batang Anai

Kecamatan Batang Anai adalah salah satu kecamatan di Kabupaten

Padang Pariaman, Provinsi Sumatra Barat. Secara geografis, Kecamatan Batang

Anai terletak pada pada koordinat 0 50'30" LS dan 100 27'00" BT, dengan

ketinggian 0-1550 mdpl. Luas wilayah ini mencapai 140,80 km2, dengan batas-

batas wilayah Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Lubuk Alung, sebelah

selatan dengan Kota Padang, sebelah barat dengan Samudera Indonesia dan

Kecamatan Ulakan Tapakis serta sebelah timur dengan Kabupaten Solok.

Kecamatan Batang Anai dipimpin oleh Imran, dimana berdasarkan catatan

administrasinya sampai akhir tahun 2020 Kecamatan Batang Anai terdiri

dari delapan Nagari, diantaranya Nagari Ketaping, Nagari Kasang, Nagari Sungai

Buluh, Nagari Buayan Lubuk Alung, Nagari Sungai Buluh Barat, Nagari Sungai

Buluh Selatan, Nagari Sungai Buluh Timur, Nagari Sungai Buluh Utara, dimana

Nagari Ketaping tercatat memiliki wilayah paling luas, yakni 64,25 Km2,

sedangkan Nagari Buayan Lubuk Alung memiliki luas terkecil, yakni 10,30 Km2.

Kecamatan Batang Anai memiliki 52 Korong, dimana Korong terbanyak pada


53

Nagari Kasang yaitu sebanyak 10 Korong, sedangkan korong paling sedikit

terdapat pada Nagari Sungai Buluah Utara yaitu sebanyak 4 korong. Kecamatan

Batang Anai juga merupakan kecamatan yang dilalui oleh DAS Batang Anai,

dimana semua Nagari di kecamatan ini dialiri Sungai Batang Anai yang

terdampak erosi, oleh sebab itu diperlukannya penelitian pada wilayah ini untuk

mengetahui penanganan erosi pada DAS Batang Anai.43

4.4 Kewenangan Balai Wilayah Sungai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik

Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pengalihan Alur Sungai Bab I ketentuan

umum pasal 1 sebagai berikut:

1. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa

jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai

muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.

2. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air

dalam satu atau lebih daerah aliran Sungai dan/atau pulau-pulau kecil

yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua ribu) kilometer

persegi.

3. Pengalihan Alur Sungai adalah kegiatan mengalihkan alur Sungai

dengan cara membangun alur Sungai baru yang mengakibatkan alur

Sungai yang dialihkan tidak berfungsi secara permanen.

43
Aulya Anugraha, dwi lega hati, Hazna Hidayah. Kecamatan Batang Anai Dalam Angka Batang
Anai Subdistricts In Figures 2021. (Padang Pariaman: Penerbit BPS Padang Pariaman,2021) hlm
4-5.
54

4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang pengelolaan sumber daya air.

5. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Sumber Daya Air.

6. Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai yang selanjutnya

disingkat BBWS/BWS adalah unit pelaksana teknis Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan sumber daya air di wilayah Sungai.44

44
Lihat peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat nomor 21 tahun 2020 tentang
pengalihan alur sungai
55

BAB V

TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengantar

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan bagian terpenting dari proses

keberlangsungan sungai dan kehidupan bermasyarakat, fenomena permasalahan

sungai terutama erosi sungai menjadi aspek terpenting yang harus diselesaikan

demi terpenuhinya kualitas sungai sesuai dengan fungsinya, untuk itu penanganan

erosi pada sungai melibatkan berbagai pihak yang menjadi satu kesatuan dalam

stakeholder mapping penanganan dari permasalahan ini.

Dalam mengolah data penelitian ini, peneliti menggunakan interpretasi

etik dan emik, dimana interpretasi etik adalah pandangan yang bermula dari

wawancara dengan informan, sedangkan emik adalah data yang berdasarkan pada

pandangan seorang peneliti. Ini bertujuan untuk memberikan penjelasan yang

lebih jelas berdasarkan pertanyaan dalam penelitian ini. Fokus utama dalam

penelitian ini adalah permasalahan erosi DAS Batang Anai yang tidak kunjung

selesai dari tahun 2017. Berdasarkan permasalahan ini peneliti menggunakan

konsep stakeholder mapping dalam melihat atas pertanggungjawaban dari

permasalahan tersebut.

Dalam konsep stakeholder mapping terdapat delapan teknik pemetaan

pemangku kepentingan diantaranya: 1) The participation planning matrix; 2)

Bases of power and directions of interest diagrams; 3) Stakeholder issue

interrelationship diagrams; 4) Problem-frame stakeholder maps; 5) Policy


56

implementation mapping; 6) Power versus interest grid; 7) Value orientation

mapping; 8) Net Map. Kedelapan teknik ini dijadikan sebagai pedoman dalam

melihat pemangku kepentingan atas permasalahan yang melibatkan aktor politik

dalam membuat kebijakan. Namun fokus pada penelitian ini hanya memakai 2

teknik saja, yaitu Policy implementation mapping dan Power versus interest grid,

hal ini disebabkan karena kedua teknik ini merupakan teknik yang sederhana

untuk melihat aktor pemangku kepentingan dalam penanganan erosi DAS Batang

Anai dan bisa menjawab pertanyaan dari peneliti. Kedua tahapan stakeholder

mapping tersebut dijelaskan lebih detail sebagai berikut:

a. Policy implementation mapping: pada konsep ini melihat pemetaan aktor

pemangku kepentingan ditentukan oleh pemahaman atas stakeholder yang

mendukung dan menentang. Kedua kelompok tersebut diidentifikasi dan

dipahami dalam beberapa aspek yaitu kepentingan, sumber daya, channel,

kemungkinan partisipasi, tingkat pengaruh, implikasi dan action. Melalui

beberapa aspek ini nanti akan diketahui aktor politik yang mendukung dan

menolak dalam penanganan erosi DAS Batang Anai.

b. Power Versus Interest Grid: pada konsep ini power dan interest menjadi
fokus utama dalam analisis, dan menggunakan model grid. Power bisa

berasal dari potensi stakeholder untuk mempengaruhi kebijakan atau

organisasi, dalam hal ini bisa melihat aktor politik yang mempunyai

kekuatan dari kekuasaan yang berbasis kedudukan dalam mempengaruhi

kebijakan penanganan erosi DAS Batang Anai. Sedangkan interest aktor

terhadap sebuah kebijakan diukur melalui tingkat keaktifannya.


57

Selanjutnya dengan model grid hal yang penting untuk dilakukan adalah

dalam menentukan intervensi serta langkah-langkah yang perlu dilakukan

terhadap stakeholder yang sudah berhasil dipetakan, pemetaan dalam

mode grid dibagi dalam empat kuadran stakeholder yaitu crowd, contest

setter, subjek dan player. Keempat kuadran dibedakan atas dasar tinggi

dan rendah power serta interest stakeholder dalam penanganan erosi DAS

Batang Anai.

Melalui kedua teknik Policy implementation mapping dan Power Versus

Interest Grid inilah nantinya akan dilihat dari masing-masing aktor yang terlibat

dalam segi hal mereka menolak dan mendukung serta yang mempunyai power

dan interest. Analisis dalam penelitian ini nanti akan menggambarkan stakeholder

mapping penanganan erosi DAS Batang Anai.

5.2 Policy Implementation Mapping dalam penanganan erosi DAS Batang

Anai

Sungai batang Anai merupakan sungai besar yang mengairi beberapa

daerah, hal ini menjadikan peran sungai begitu sentral untuk aktivitas masyarakat.

Permasalahan utama DAS Batang Anai ini yang sudah dijelaskan pada

pembahasan sebelumnya adalah mengenai erosi DAS Batang Anai yang terjadi

pada khususnya di Kecamatan Batang Anai yang menjadi ancaman bencana setiap

tahunnya bagi daerah yang dilalui oleh sungai, persoalan ini seakan-akan tidak

menemui titik terang penanganan dari progres yang sedang berlansung siapakah

dari aktor stakeholder mapping yang bertanggungjawab atas penanganan


58

permasalahan ini untuk diselesaikan. Berdasarkan hal ini, peneliti ingin melihat

stakeholder mapping penanganan DAS Batang Anai dengan menggunakan teknik

polity implementation mapping yang dikemukakan oleh Bryson yaitu melihat dari

tujuh aspek yaitu kepentingan, sumber daya, channel, kemungkinan partisipasi,

tingkat pengaruh, implikasi dan action. Peneliti akan menjabarkan tujuh aspek

tersebut terhadap aktor stakeholder mapping yang nantinya akan didefinisikan

sebagai aktor yang berpotensi menolak dan mendukung dari penanganan erosi

DAS Batang Anai.

5.2.1 Aktor Yang Berpotensi Menolak

. Menurut penilaian peneliti aktor yang berpotensi menolak adalah BWS

dan Bupati Padang Pariaman. BWS berpotensi menolak terlihat dari segi

kepentingan, BWS jelas memberikan sikap bahwa dari titik prioritas penanganan

DAS Batang Anai sejauh ini belum menjadi prioritas, karena dampaknya belum

semasif dari banjir yang merendam rumah satu komplek, walaupun sejauh ini

penanganan sedang berlansung, selanjutnya BWS juga menyatakan ada beberapa

sungai yang sebelumnya juga sudah siap dari hal administrasi untuk dilakukan

tindakan seperti Sungai Batang Lembang, Batang Tapan dan beberapa sungai

sebelumnya sudah di laksanakan seperti Sungai Batang Arau dan Batang Kuranji.

Hal ini mempertegas sikap BWS terhadap penanganan ini belum dijadikan

prioritas kewenangan untuk dilakukan penanganan dengan cepat.

Selanjutnya mengenai rumah warga yang ambruk terkena erosi, BWS

menyatakan bahwa kebanyakan masyarakat yang rumahnya ambruk itu adalah

karena mereka membangun rumah di daerah sempadan sungai yang melanggar


59

peraturan yaitu Permen PUPR nomor 28 tahun 2015 tentang penetapan garis

sempadan sungai yang ditetapkan 50 meter tidak boleh dibangun rumah atau

bangunan, hal ini disampaikan lansung oleh Bapak Iwan Hermawan selaku

Kepala Bagian Seksi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air

menjelaskan dalam wawancara sebagai berikut:45

“sempadan sungai, jarak dari palung ke sisi darat 50 meter minimal,


didalam sempadan ada pengaturannya, ada beberapa hal yang boleh
dimanfaatkan, untuk perumahan tentu harus siap konsekuensi, walaupun
tanah milik pribadi, tentu pengaturan pemanfaatan harus berdasarkan
undang-undang bahkan harus ditertibkan”

Namun disisi lain, setelah dikonfirmasi kepada masyarakat yang

terdampak rumahnya oleh erosi, mereka menjelaskan bahwa sebelumnya sebelum

2017 sempadan sungai dari rumah mereka cukup jauh yaitu berjarak 100 meter

kurang lebih, karena dari awal erosi tidak ditangani maka 100 meter tadi hilang

tergerus erosi, hal ini diungkapkan secara lansung oleh masyarakat yang

terdampak yaitu Bapak Defriman selaku masyarakat terdampak erosi mengatakan

dalam wawancara sebagai berikut:46

“ndak, wakatutu masih laweh, bisa untuak latak oto parkir bagai di
sampiang rumah tu mah, tapi di padiaan se, tukini jadinyo sameter se
ndak sampai lai alah babateh samo sungai lansuang, ampiang roboh lai”
(“tidak ada, dulu itu tanahnya luas, bahkan bisa parkir mobil sekitar 100
meter adalah dari rumah kami, tapi sekarang satu meter aja tidak cukup
udah berbatasan dengan sungai lansung dan terancam ambruk itu”)

Melihat narasi dari BWS yang seolah menjadi paradoks dari apa yang

disampaikan masyarakat tentu peneliti menilai bahwa BWS seolah cenderung

45
Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
46
Wawancara dilakukan dengan Defriman selaku Masyarakat, Korong Palapa Nagari Sungai
Buluh Selatan, 25 Mei 2023
60

membiarkan kasus ini dan hanya melihat dari sisi kesalahan masyarakat,

walaupun kita tidak bisa pungkiri ada sifat alami dari sungai yang berubah dan

masyarakat perlu mengetahui akan bahaya tinggal di sempadan sungai, hal ini

disampaikan oleh Bapak Tommy selaku informan triangulasi dalam wawancara

menyatakan bahwa:47

“sifat alami sungai setiap tahun pasti berubah, meskipun ada atau tidak
kegiatan yang menyebabkan DAS rusak, katakanlah seperti alih fungsi
lahan, akan mempercepat, karena proses sungai, sungai Batang Anai masih
tergolong muda, jadi belum sungai tua seperti sungai Indragiri yang
berubah ratusan tahun, tetapi anai berubah setiap 2-3 tahun”

Disamping itu juga sebenarnya dibalik itu ada proses sosialisasi yang

seharusnya diberikan oleh BWS bersama pemerintah dalam hal ini Bupati Padang

Pariaman dan stakeholder dalam proses edukasi masyarakat terkait dengan batas

sempadan sungai ini, hal ini kembali disampaikan oleh Bapak Tommy sebagai

berikut:48

“faktanya tidak disarankan membangun rumah disempadan sungai, tapi


dibangun tanaman, pemerintah dan BWS seharusnya juga dari sekarang
harus mengidentifikasi dan mendata seluruh rumah berpotensi kemudian
hari terkena bencana dan harus memastikan untuk tinggal di tempat aman”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa dari tindakan

yang dilakukan BWS walaupun sejauh ini proses penanganan sedang berlansung,

menurut penilaian peneliti aktor yang berpotensi menolak penanganan ini adalah

BWS. Selanjutnya aktor yang berpotensi menolak adalah Bupati PadangPariaman,

jika melihat data dari penjelasan dari ketujuh aspek, dapat dilihat dan

47
Wawancara dilakukan dengan Tommy Adam selaku Kepala Departemen Advokasi Lingkungan
Hidup WALHI Sumbar, via phone, 9 Juni 2023
48
Wawancara dilakukan dengan Tommy Adam selaku Kepala Departemen Advokasi Lingkungan
Hidup WALHI Sumbar, via phone, 9 Juni 2023
61

disorot dari segi pengaruh dan sumber daya yang diberikan, melihat kasus ini

sudah enam tahun terjadi, dalam proses penanganan seharusnya Bupati Padang

Pariaman dalam hal ini bisa memperjuangkan daerahnya yang terdampak untuk

masalah ini bisa diselesaikan melalui diskusi dan advokasi serta usulan yang

masif kepada BWS dan Pemerintah Pusat, selagi penanganan ini belum ada

progres yang signifikan berarti masih terdapat diskusi dan advokasi yang

dibungkus dengan tidak akurat untuk memperjuangkan penanganan permasalahan

erosi ini, dengan demikian menurut penilaian peneliti Bupati Padang Pariaman

dalam penanganan erosi ini berpotensi menolak dan adanya ketidakseriusan dalam

proses pelaksanaan penanganan dari Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.

5.2.3 Aktor Yang Berpotensi Mendukung

Menurut penilaian peneliti aktor yang berpotensi mendukung penanganan

erosi DAS Batang Anai adalah masyarakat, Ninik Mamak, Bamus dan Wali

Nagari. Dari aspek kepentingan masyarakat dan Wali Nagari mempunyai

kepentingan yang besar karena untuk masyarakat, mereka menginginkan

penanganan cepat selesai karena mengancam untuk tempat tinggal mereka dan

masyarakat yang sudah ambruk rumahnya menginginkan adanya ganti rugi dari

pihak BWS, sedangkan Wali Nagari menjadi penghubung dan fasilitator dari

masyarakat yang menyampaikan aspirasi dan keluhan dalam penanganan ini

kepada BWS, bahkan Wali Nagari Sungai Buluh Selatan juga secara pribadi

terdampak oleh erosi ini. Selanjutnya dari segi sumber daya dan action,

masyarakat dan Wali Nagari memberikan sumber daya swadaya masyarakat

dengan gotong royong untuk menanam bambu dalam mengantisipasi erosi yang
62

membuat rumah warga lain ambruk, dan membangun jalan sementara untuk akses

masuk ke nagari. Sementara itu dari Ninik Mamak dari aspek kepentingan Ninik

Mamak merupakan bagian penting dari pemerintahan suatu nagari, dalam

peraturan daerah provinsi sumatera barat nomor 7 tahun 2018 tentang Nagari

dalam Pasal 1 Nomor 6 menyebutkan bahwa ninik mamak merupakan bagian dari

Kerapatan Adat Nagari yang disingkat KAN yaitu orang yang diangkat sebagai

pemimpin adat oleh kaum/suku dalam suatu nagari yang menyangkut tentang

perihat menegakkan adat, bagaimana membimbing anak kemenakan baik secara

moril maupun materil, menjaga harta pusaka serta memiliki tanggung jawab

dalam pernikahan dan penyelesaian sengketa dikemenakan.49

Oleh karena itu dalam permasalahan erosi DAS Batang Anai ini peran

Ninik Mamak perlu diperhatikan karena pada proses ganti rugi lahan yang

melibatkan tanah ulayat, yang mana Ninik Mamak berperan dalam proses

tersebut, namun pada kasus ini Ninik Mamak tidak dilibatkan dalam proses

diskusi ganti rugi lahan dan minimnya koordinasi dari berbagai pihak yang

terlibat seperti pemerintah daerah, BWS dan Wali Nagari, akan tetapi Ninik

Mamak merupakan aktor yang mendukung dan siap membantu dalam upaya

penanganan erosi DAS Batang Anai dalam proses ganti rugi lahan untuk

membantu jika dibutuhkan. Begitu juga dengan Bamus yaitu Badan

Permusyawaratan Nagari tidak dilibatkan dalam proses penanganan namun secara

kelembagaan mereka mendukung proses percepatan penanganan erosi ini selesai.

Berdasarkan data dan fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa aktor yang bepotensi

49
Lihat Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2018 Tantang Nagari
63

mendukung dalam proses penanganan ini adalah masyarakat, Ninik Mamak,

Bamus dan Wali Nagari.

5.2.3 Kepentingan

Berbicara tentang kepentingan, pada dasarnya banyak aktor yang terlibat

dalam penanganan erosi DAS Batang Anai ini, tetapi kepentingan mereka masing-

masing mempunyai porsi dan diatur dalam bentuk kewenangan, salah satu aktor

yang mempunyai peran kunci dan merupakan aktor yang berpotensi menolak

dalam penanganan kasus ini yaitu pertama Bupati Padang Pariaman, Bupati

mempunyai kepentingan dalam penanganan erosi DAS Batang Anai ini, karena

permasalahan ini terletak di Kabupaten Padang Pariaman dan Bupati tentu

memiliki kepentingan di dalamnya. Akan tetapi, penanganan ini harus sesuai juga

dengan kewenangan yang dimiliki oleh Bupati dalam menangani sungai ini yang

notabene merupakan sungai besar yang tidak bisa diatasi oleh Pemerintah

Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini dijelaskan oleh Bupati Padang Pariaman

pada kutipan wawancara diwakili oleh Bapak Emri Nurman sebagai Kabag Tata

Pemerintahan Kota dan Kerjasama Kabupaten Padang Pariaman sebagai berikut:50

“kita pasti punya kepentingan, karena berdampak pada daerah sendiri,


namun tentu berdasarkan skala kewenangan, perlu didiskusikan dengan
instansi terkait”

Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwasanya kepentingan Bupati

Padang Pariaman dalam penanganan erosi ini memang ada namun jika dilihat dari

kewenangannya, Kepentingan Bupati atas masalah ini rendah, dibatasi oleh

Wawancara dilakukan dengan Emri Nruman selaku Kabag Tata Pemerintahan Kota dan
50

Kerjasama Kabupaten Padang Pariaman, Kantor Bupati Padang Pariaman, 8 juni 2023
64

kewenangannya, beberapa faktor yang menyebabkan kepentingan Bupati menjadi

minim adalah karena sungai Batang Anai merupakan sungai besar, yang tidak bisa

dikelola oleh anggaran pemerintah kabupaten, hal ini dijelaskan kembali oleh

Bapak Emri Nurman pada kutipan wawancara sebagai berikut:51

“dari segi kewenangan bukan kewenangan daerah, karena cukup besar


anggaran”

Berdasarkan wawancara tersebut, menurut penilaian peneliti Bupati secara

lansung menegaskan bahwa akibat dari batasan kewenangan dalam penanganan

tadi menyebabkan Bupati tidak bisa berbuat banyak dalam masalah ini atau

mempunyai kepentingan rendah, padahal jika dilihat dari konteks membawa

kepentingan masyarakat atas kasus ini, seharusnya Bupati memperjuangkan

walaupun mempunyai kewenangan atau kekuatan yang rendah. Selanjutnya aktor

kedua yang terlibat dan mempunyai kepentingan adalah Wali Nagari, Wali Nagari

adalah aktor potensial mendukung. Wali Nagari merupakan tempat pertama bagi

masyarakat untuk menyampaikan permasalahan erosi dan sebagai stakeholder

lapis pertama dalam membantu penanganan erosi bersama masyarakat, namun

dalam segi kepentingan, Wali Nagari mempunyai kepentingan yang besar, karena

Wali Nagari secara lansung merasakan bagaimana dampak dari erosi yang

dirasakan oleh masyarakat seperti rumah roboh, dan jalan terputus. Dari tiga

Nagari yang terdampak lansung, semua Wali Nagari memberikan informasi yang

sama terkait kepentingan mereka dalam penanganan erosi ini, seperti yang

Wawancara dilakukan dengan Emri Nruman selaku Kabag Tata Pemerintahan Kota dan
51

Kerjasama Kabupaten Padang Pariaman, Kantor Bupati Padang Pariaman, 8 Juni 2023
65

dijelaskan oleh Wali Nagari Sungai Buluh Selatan Bapak Afrizal dalam kutipan

wawancara sebagai berikut:52

“sebagai wali nagari kami mendukung dalam penanganan ini dan


mempunyai kepentingan kuat, karena sedih melihat rumah warga, selain
itu dari tanah saya juga terdampak oleh erosi sebanyak 3 hektar”

Dari wawancara di atas, terlihat bahwa Wali Nagari mempunyai

kepentingan yang kuat dalam penanganan ini karena secara bersamaan Wali

Nagari Sungai Buluh Selatan yang merupakan bagian dari warga Sungai Buluh

Selatan terdampak dari erosi DAS Batang Anai dengan hanyutnya sebagian besar

tanah miliknya, ini menandakan bahwa Wali Nagari secara tidak lansung terlibat

dalam mewakili rakyat dan pribadi dalam upaya penanganan erosi ini.

Senada dengan apa yang di sampaikan oleh Wali Nagari Sungai Buluh

Selatan, posisi kepentingan Wali Nagari pada penanganan ini sama, hal ini

disampaikan oleh Bapak Zulkifli sebagai Wali Nagari Sungai Buluh Timur,

bahkan kasus yang terjadi di Sungai Buluh Timur berdampak signifikan terhadap

masyarakat karena mengakibatkan akses jalan masuk ke nagari terputus dan hanya

dibangun jalan sementara melalui swadaya masyarakat, melalui kutipan

wawancara sebagai berikut:53

“pemerintah nagari sudah berulang kali mendatangi kantor BWS V untuk


mohon perbaikan, karena jalan tersebut, jalan satu-satunya akses nagari,
nagari juga mendukung segala permintaan dari BWS V seperti
permintaaan bebas lahan sudah kita urus”

52
Wawancara dilakukan dengan Afrizal selaku Wali Nagari Sungai Buluh Selatan, Sungai Buluh
Selatan, 13 April 2023
53 Wawancara dilakukan dengan Zulkifli selaku Wali Nagari Sungai Buluh Timur, Kantor Wali

Nagari Sungai Buluh Timur, 5 Mei 2023


66

Gambar 5.1 Upaya Wali Nagari Sungai Buluh Timur54

Berdasarkan wawancara di atas, kepentingan Wali Nagari disetiap daerah

yang terdampak pada umumnya sama, dengan keterangan informasi yang

diberikan, mereka menginginkan penanganan yang cepat karena mengingat kasus

ini sudah terjadi sejak tahun 2017, namun mengingat dari upaya yang mereka

lakukan untuk mewakili kepentingannya sebagai bagian dari stakeholder

penanganan ini, sebagai Wali Nagari mereka juga dibatasi oleh kewenangan yang

dimiliki.
54
TrbunPadang.com. 2021. Wali Nagari Sungai Buluh Timur Memohon Jalan Amblas Segera
Diperbaiki (online). 19 Agustus 2021. (https://padang.tribunnews.com/amp/2021/08/19/wali-
nagari-sungai-buluh-timur-memohon-jalan-amblas-segera-diperbaki-jalan-utama-ke-pemukiman-
warga diakses pada 10 Juni 2023).
67

Aktor yang mempunyai peran yang besar dan juga mempunyai

kepentingan dalam penanganan erosi DAS Batang Anai ketiga yaitu Balai

Wilayah Sungai (BWS) merupakan lembaga di bawah naungan Kementerian

PUPR, BWS merupakan aktor potensial menolak, dalam penanganan ini yang

terlibat adalah BWS Sumatera V, karena letak sungai Batang Anai yang menjadi

bagian dari tanggung jawab secara lansung BWS Sumatera V. Berdasarkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat nomor 21 tahun 2020

tentang pengalihan alur sungai pasal 1 berbunyi “balai besar wilayah sungai/balai

wilayah sungai yang selanjutnya disingkat BBWS/BWS adalah unit pelaksana

teknis kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang mempunyai

tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai”.55 Dalam

penanganan erosi DAS Batang Anai BWS Sumatera V merupakan salah satu

aktor yang terlibat dan mempunyai kepentingan didalamnya, dari penjelasan dari

aktor-aktor sebelumnya mengenai hal kepentingan, seperti Bupati Padang

Pariaman, Wali Nagari menyebutkan kepentingan mereka dalam penanganan

permasalahan ini diatur dalam kewenangan, dan BWS Sumatera V yang

mempunyai kewenangan dalam penanganan ini.

Namun dengan kewenangan yang ada, dalam penanganan ini BWS

Sumatera V terlihat memiliki kepentingan yang kecil, hal itu di ungkapkan oleh

Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Bapak

Iwan Hermawan dalam kutipan wawancara sebagai berikut:56

55
Lihat peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat nomor 21 tahun 2020 tentang
pengalihan alur sungai
56 Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan

Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
68

“dibandingkan yang lain semua harus dipetakan mana masuk ridenis


kriteria, mana yang prioritas penanganan banjir itu yang didahulukan,
untuk sekarang dampak gerusan Batang Anai belum semasif banjir yang
sampai satu komplek terendam”

Dari kutipan wawancara diatas, secara tidak lansung BWS menyatakan

bahwa dalam hal penanganan erosi DAS Batang Anai belum menjadi prioritas dan

membandingkan dampaknya yang belum semasif seperti sebuah komplek

terendam banjir, dengan demikian menurut penilaian peneliti kepentingan BWS

akan permasalahan ini kecil dibandingkan aktor yang lain karena ada skala

prioritas sungai-sungai yang harus diselesaikan permasalahannya juga dan faktor-

faktor lain yang tidak disebutkan, sementara dalam segi hal kewenangan BWS

mempunyai kewenangan yang cukup besar.

Aktor yang merasakan dampak secara lansung dalam kasus erosi adalah

masyarakat, serta merupakan aktor keempat yang terlibat dalam permasalahan,

masyarakat merupakan aktor potensial mendukung penanganan ini, tentu

masyarakat mempunyai kepentingan yang besar terhadap penanganan erosi DAS

Batang Anai ini dilakukan, karena tanah dan rumah mereka yang sudah longsor

akibat dari erosi tersebut.


69

Gambar 5.2 Rumah Warga Terdampak Erosi

Dengan demikian persoalan kepentingan yang menyangkut beberapa aktor

pada penanganan erosi DAS Batang Anai ini yang mempunyai kepentingan besar

adalah masyarakat yang terdampak secara lansung seperti rumah dan tanah

mereka yang longsor, selanjutnya ada Wali Nagari yang merupakan stakeholder

terdekat bagi masyarakat untuk membantu penanganan erosi bersama masyarakat,

selanjutnya ada pihak BWS Sumatera V yang mempunyai kepentingan yang kecil

walaupun dari segi kewenangan BWS mempunyai kewenangan yang besar,

selanjutnya ada Bupati Padang Pariaman yang juga mempunyai kepentingan yang

rendah terhadap permasalahan ini, dengan alasan penanganan ini merupakan

kewenangan BWS dan penanganan tidak akan sanggup di handle oleh dana dari

pemerintah kabupaten. Berkaitan dengan kepentingan ini, senada juga dijelaskan

oleh Bapak Tommy Adam selaku informan triangulasi pada penelitian ini, beliau

menyampaikan dalam wawancara penelitian sebagai berikut:57

57
Wawancara dilakukan dengan Tommy Adam selaku Kepala Departemen Advokasi Lingkungan
Hidup WALHI Sumbar, via phone, 9 Juni 2023
70

“banyak, terutama masyarakat terdampak, bagaimanapun mereka harus


dihormati hak-haknya, salah satu kunci dari segi pengelolaan sungai tentu
BWS, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, cakupan terkecil Nagari,
secara otonomi mereka punya dana desa guna mempercepat proses
penanganan”

Aktor potensial mendukung dalam konteks kepentingan lainnya adalah

Ninik Mamak. Ninik mamak mempunyai peran besar dalam penanganan ini

karena kasus erosi pada saat ini berkaitan dengan persoalan ganti rugi lahan,

dimana pada proses ini, tanah yang berada di Nagari sebagian besar merupakan

tanah ulayat yang diurus oleh Ninik Mamak, namun dalam permasalahan ganti

rugi lahan tanah masyarakat pada erosi DAS Batang Anai ini sangat minim

melibatkan Ninik Mamak yang terkait dalam proses diskusi, hal ini diungkapkan

oleh Mak Datuak selaku Ninik Mamak KAN Nagari Sungai Buluh sebagai

berikut:58

“untuak proses ganti rugi lahan sungai ini sungguhpun lebih terlibat
pemerintah namun yang lebih dominan posisi niniak mamak disana,
sampai sekarang tidak pernah niniak mamak dilibatkan, bahkan sampai
provinsi niniak mamak ndak pernah dilibatkan untuak diskusi dan lainnya,
padahal untuak masalah tanah ulayat, tentu niniak mamak yang punya”

Berdasarkan penjelasan di atas melihat fakta dan temuan yang

dikemukakan oleh Niniak Mamak dalam perannya menurut penilaian peneliti

pada proses ganti rugi lahan, Niniak Mamak tidak dilibatkan oleh aktor yang

terlibat, walaupun dalam proses pengelolaan tanah ulayat kepentingan Niniak

Mamak sangat besar. Aktor selanjutnya potensial mendukung adalah Bamus,

Bamus mempunyai kepentingan yang rendah dalam proses penanganan ini, karena

peran Bamus yang tidak terlihat, bahkan dalam proses diskusi dari Nagari dalam

58Wawancara dilakukan dengan Mak Datuak selaku Niniak Mamak KAN Nagari Sungai Buluh,
27 Juli 2023
71

penanganan ini Bamus tidak dilibatkan sama sekali, hal ini di ungkapkan oleh

Bapak Dasmi selaku Bamus Nagari Sungai Buluh Selatan sebagai berikut:59

“dalam skop nagari oleh bamus pemasalahan erosi sungai batang anai ini
belum pernah dibicarakan dan kami sebagai bamus juga tidak pernah ikut
dalam diskusi-diskusi yang dilakukan oleh pihak terlibat, bahkan untuk
penanganan sementara dengan masyarakat Bamus tidak dilibatkan”

Berdasarkan penjelasan dari wawancara tersebut, peran Bamus sebagai

bagian dari Nagari terhadap persoalan erosi DAS Batang Anai ini sangat minim,

bahkan tidak ada proses diskusi yang baik Bamus bersama Wali Nagari sehingga

dalam proses penanganan sementarapun Nagari tidak berkoordinasi bersama

Bamus, dengan demikian menurut penilaian peneliti Bamus mempunyai

kepentingan yang rendah dalam penanganan ini, meskipun demikian Bamus

merupakan aktor yang potensial mendukung, karena posisi Bamus yang juga

merupakan bagian dari masyarakat yang tidak terdampak, yang nantinya akan

mempunyai kepentingan yang besar terhadap persoalan ini.

5.2.4 Sumber Daya

Salah satu aspek terpenting yang dimiliki oleh aktor stakeholder adalah

sumber daya, yaitu sesuatu yang dimiliki oleh aktor untuk upaya yang bisa

dimanfaatkan dalam penanganan erosi DAS Batang Anai. Sumber daya sangat

penting dalam proses percepatan penanganan erosi, semua sumber daya para

stakeholder secara benda nyata dan bukan benda nyata menjadi komponen

pendukung untuk para aktor bisa gunakan. Pada penjelasan sebelumnya dapat

59
Wawancara dilakukan dengan Dasmi selaku Bamus Nagari Sungai Buluh Selatan, 27 Juli 2023
72

diketahui bahwa masing-masing aktor mempunyai sumber daya yang berbeda-

beda tergantung dengan skala kewenangan.

Aktor pertama yang mempunyai sumber daya yang besar dalam

penanganan ini adalah BWS Sumatera V (aktor potensial menolak), dengan

permasalahan erosi daerah aliran sungai yang merupakan bagian dari daya rusak

air yang sedang ditangani oleh BWS pada saat ini dari segi histori, erosi sudah

terjadi sejak tahun 2017, namun faktanya penanganan sudah dilakukan dan sedang

berjalan dalam tahap ketiga dari enam tahapan sampai selesai. Hal ini dijelaskan

oleh Bapak Iwan Hermawan sebagai Kepala Bagian Seksi Keterpaduan

Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air BWS Sumatera V dalam kutipan

wawancara sebagai berikut:60

“di BWS untuk kegiatan pembangunan mengikuti kaidah-kaidah teknis


perencanaan SIDLAKOM (survei investigation, design, land acquisition,
construction, operation, maintenance), jadi tidak bisa lansung
construction/operation tanpa ada land acquisition, Batang Anai sudah
tahap land acquisition/pengadaan tanah”

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa BWS sudah

memberikan sumber daya dalam enam tahapan yang sepenuhnya merupakan

wewenang BWS, namun dalam tahapan pengadaan tanah ini merupakan

kewenangan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan juga berkoordinasi dengan

BWS, namun yang dilihat dalam informasi yang diberikan oleh pihak BWS diatas

bahwa sumber daya yang diberikan BWS belum menunjukan secara maksimal,

karena proses penanganan utama dalam penyelesaian adalah tahapan construction

60
Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
73

dan operation yang mana BWS memberikan sumber daya penanganan pada tahap

ini yaitu pengerjaan normalisasi banjir kanal. Oleh karena itu menurut penilaian

peneliti, BWS sebenarnya mempunyai sumber daya yang besar dalam penanganan

ini, namun BWS tentu perlu menyesuaikan dengan skala kewenangan dan

prioritas.

Tabel 5.1

Tugas dan Fungsi Balai Wilayah V Sumatera

Tugas dan Fungsi Balai Wilayah V Sumatera

Tugas: Melaksanakan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan

pemeliharaan dalam rangka konservasi dan pendayagunaan sumber daya

air dan pengendalian daya rusak air pada sungai, danau, waduk,

bendungan dan tampungan air lainnya, irigasi, air tanah, air baku, rawa,

tambak dan pantai

Fungsi:

1) Penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada

wilayah sungai;

2) Penyusunan rencana dan program, studi kelayakan dan

perencanaan teknis/desain/pengembangan sumber daya air;

3) Persiapan, penyusunan rencana dan dokumen pengadaan barang

dan jasa;

4) Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta penetapan

pemenang selaku Unit Layanan Pengadaan (ULP);


74

5) Pengendalian dan pengawasan konstruksi pelaksanaan

pembangunan sumber daya air;

6) Penyusunan rencana dan pelaksanaan pengelolaan kawasan

lindung sumber air pada wilayah sungai;

7) Pengelolaan sumber daya air yang meliputi konservasi dan

pendayagunaa sumber daya air serta pengendalian daya rusak air

pada wilayah sungai;

8) Pengelolaan sistem hidrologi;

9) Pengelolaan sistem informasi sumber daya air;

10) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air pada

wilayah sungai;

11) Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya air yang

menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota;

12) Penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian ijin atas

penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber

daya air pada wilayah sungai;

13) Fasilitasi kegiatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air

pada wilayah sungai;

14) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air;

Sumber: Diolah Oleh Peneliti Tahun 202361

61 Sda.pu.go.id. 2022. Visi Misi Balai Wilayah Sungai V Sumatera (online).


(https://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera5/profil/visi-dan-misi/ diakses pada 24 Mei 2023, pukul
22.40 wib)
75

Selanjutnya aktor yang mempunyai sumber daya dalam penanganan erosi

DAS Batang Anai kedua adalah Bupati Padang Pariaman (aktor potensial

menolak), Bupati mempunyai sumber daya dalam penanganan ini, namun sumber

daya yang dimiliki Bupati bagian dari Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman

kecil, Bupati mendampingi, dan memfasilitasi proses penanganan bersama BWS

dan selain dari itu Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dilibatkan dalam

satgas penanganan erosi DAS Batang Anai ini, hal tersebut dijelaskan oleh Bapak

Iwan Hermawan Selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur

Sumber Daya Air dalam wawancara sebagai berikut:62

“tentu, pemerintah nagari, pemerintah kabupaten/kota, badan pertanahan


nasional, ada satgasnya, anggotanya pemerintah kabupaten/kota, dan
bentuk terkecil dari bagian pemerintah nagari”

Dari penjelasan pihak BWS diatas menyatakan bahwa proses penanganan

tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, namun melibatkan beberapa aktor yang

dibentuk menjadi satgas penanganan yang berguna untuk dimanfaatkan sumber

daya masing-masing yang dimiliki oleh aktor pada porsi kewenangan mereka

masing-masing, senada dengan penjelasan dari BWS, dari pihak Pemerintah

Kabupaten Padang Pariaman menyatakan hal yang sama terkait dengan sumber

daya satgas yang di berikan oleh Pemerintah Kabupaten, pernyataan ini

disampaikan dalam wawancara bersama Bapak Emri Nurman sebagai Kabag Tata

Pemerintahan dan Kerjasama Kabupaten Padang Pariaman sebagai berikut:63

“pasti terlibat, penanganan tidak bisa dilakukan oleh satu institusi saja,
satgas dari satpol pp , Dinas PUPR, dan Lingkungan Hidup”

62
Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
63
Wawancara dilakukan dengan Emri Nurman selaku Kabag Tata Pemerintahan dan Kerjasama
Kabupaten Padang Pariaman, Kantor Bupati Padang Pariaman, 8 Juni 2023
76

Selanjutnya aktor ketiga yang terlibat adalah Wali Nagari (aktor potensial

mendukung), dalam hal ini Wali Nagari hanya bisa menjadi fasilitator untuk

penanganan, dan memfasilitasi aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah,

dijelaskan dalam kutipan wawancara bersama Bapak Alwis selaku Wali Nagari

Ketaping sebagai berikut:64

“sudah melakukan apa yang bisa dilakukan, untuk urusan ganti rugi bukan
kewenangan nagari, nagari hanya bisa memfasilitasi, menyampaikan apa
keluhan masyarakat”

Dengan demikian berdasarkan wawancara diatas, Bupati Padang Pariaman

mempunyai sumber daya dalam penangan ini, namun kembali lagi, bahwa sumber

daya ini bagian kecil dari kewenangan yang dimiliki, bahkan dari segi

kewenangan Wali Nagari mempunyai kewenangan yang lebih kecil dari Bupati.

Terakhir aktor penting keempat dalam penanganan ini yang mempunyai sumber

daya kecil adalah masyarakat (aktor potensial mendukung), seperti masyarakat

yang terkena dampak dari erosi mereka tidak bisa berbuat apapun, namun dalam

kasus jalan yang ambruk terputus akibat erosi di daerah Sungai Buluh Timur,

sumber daya masyarakat terlihat, yaitu mereka melakukan gotong royong

memaksimalkan swadaya masyarakat untuk membangun jalan sementara. Oleh

karena itu menurut penilaian peneliti dalam proses penanganan, karena kembali

lagi, sumber daya yang besar dimiliki oleh BWS sepenuhnya, sedangkan aktor

potensial mendukung lainnya seperti Ninik Mamak dan Bamus tidak memiliki

sumber daya.

Wawancara dilakukan dengan Alwis selaku Wali Nagari Ketaping, Kantor Wali Nagari
64

Ketaping, 3 Mei 2023


77

5.2.5 Channnel/ Saluran

Stakeholder mapping kali ini dilihat dari aspek Channel, yaitu saluran

melalui mana para stakeholder akan bertindak dalam memperjuangkan

kepentingan mereka, aspek channel ini bekerja dengan meilihat saluran atau pihak

mana yang dikaitkan dengan stakeholder sekaligus menjalin kerjasama akan

diketahui nantinya aktor yang mendukung dan menolak dalam proses penanganan

erosi DAS Batang Anai. Saluran bisa juga berupa lembaga, aktor lain, dan

organisasi diluar pemerintahan yang menjadi pihak ketiga dan tujuannya adalah

dapat menjalin kerjasama dari aktor yang terlibat untuk membantu mereka dalam

berbagai hal, seperti sumber daya, dan tindakan. Beberapa aktor yang terlibat

dalam penanganan erosi DAS Batang Anai dapat diidentifikasi mereka

mempunyai saluran atau tidak.

Aktor pertama yang berpotensi untuk mempunyai saluran dalam proses

penanganan erosi ini adalah BWS (aktor potensial menolak), selain mempunyai

kepentingan dan sumber daya yang dominan, BWS mempunyai saluran kerja

sama dengan beberapa pihak untuk membantu percepatan penanganan erosi,

seperti yang diungkapkan oleh Bapak Iwan Hermawan selaku Kepala Bagian

Seksi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air dalam

wawancara sebagai berikut:65

“pihak lain boleh melakukan penanganan sungai rusak, tapi harus dengan
izin kementerian PUPR, sejauh ini kerjasama yang biasa terlibat adalah
KPS (komunitas peduli sungai)”

65
Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
78

Berdasarkan wawancara diatas, Menurut penilaian peneliti BWS terbuka

dengan saluran untuk bisa bekerjasama dengan pihak manapun, dalam wawancara

tersebut disebutkan Komunitas Peduli Sungai, selain dari itu BWS juga

mempunyai saluran kerjasama dengan berbagai pihak seperti ketika membahas

kepentingan, BWS membentuk satgas yang terdiri dari beberapa aktor, ini

memungkinkan mereka akan bekerjasama dalam satu saluran untuk membantu

daripada penanganan erosi tersebut. Pernyataan dari BWS dibenarkan oleh Bapak

Ery Iswandi sebagai bagian dari komunitas peduli sungai terkait melakukan

kerjasama dengan beberapa pihak mengenai permasalahan Sungai Batang Anai,

Bapak Ery Iswandi juga merupakan selaku informan triangulasi pada penelitian

ini, beliau menyampaikan dalam wawancara sebagai berikut:66

“diskusi lintas sektoral ada terutama provinsi PUPR, dinas sosial, BNPB,
dan BWS, yang dibahas mengenai peraturan pemanfaatan area pinggir
sungai”

Aktor kedua yang mempunyai channel dalam penanganan erosi DAS

Batang Anai ini adalah Bupati Padang Pariaman (aktor potensial menolak), untuk

menangani persoalan ini, seharusnya Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman

memiliki saluran dan relasi yang cukup banyak untuk mereka melakukan diskusi

dan kerjasama yang memungkinkan percepatan terhadap penanganan kasus ini

menjadi cepat, namun setelah ditanya lansung kepada pihak Pemerintah

Kabupaten Padang Pariaman, mereka cenderung hanya menunggu dari pihak

66
Wawancara dilakukan dengan Ery Iswandi selaku Komunitas Peduli Sungai, Tabing, Padang, 5
Juni 2023
79

BWS, berdasarkan hasil wawancara dari Bapak Emri Nurman selaku Kepala

Bagian Tata Pemerintahan dan Kerjasama mengatakan bahwa:67

“pemerintah kabupaten tidak bisa masuk ke ranah itu, koordinasi


pemerintah kabupaten tetap ada, tetapi kembali ke anggaran BWS”

Berdasarkan hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa pemerintah

kabupaten tidak ikut campur dalam kewenangan BWS, namun menurut penilaian

peneliti, pemerintah kabupaten tidak reaktif dalam penanganan kasus ini dalam

hal channel karena bisa saja mereka membentuk suatu saluran diskusi, lobi dan

advokasi atas relasi politik yang dimiliki oleh Bupati Padang Pariaman untuk

percepatan penanganan erosi ini, karena melalui pemanfaatan melalui channel

yang dimiliki oleh Bupati Padang Pariaman merupakan opsi untuk penanganan ini

dipercepat. Selanjutnya untuk aktor ketiga dan keempat yaitu Wali Nagari dan

masyarakat (aktor potensial menolak), kedua aktor ini sama sekali tidak

mempunyai saluran dalam mereka melakukan advokasi yang kuat atas

permasalahan ini, seperti yang dijelaskan oleh Wali Nagari Sungai Buluh Selatan

Bapak Afrizal bahwa:68

“channel tidak ada, kami hanya melapor pada pimpinan yaitu kepada
Bupati, dan menunggu dari pihak BWS”

Berdasarkan wawancara tersebut, dapat dikatakan bahwa potensi channel

pada aktor berada pada BWS dan Bupati Padang Pariaman, sedangkan Wali

67
Wawancara dilakukan dengan Emri Nurman selaku Kabag Tata Pemerintahan dan Kerjasama,
Kantor Bupati Padang Pariaman, 8 Juni 2023
68 Wawancara dilakukan dengan Afrizal selaku Wali Nagari Sungai Buluh Selatan, Sungai Buluh

Selatan, 13 April 2023


80

Nagari dan masyarakat tidak mempunyai saluran tersebut, begitu juga dengan

Niniak Mamak dan Bamus.

5.2.6 Kemungkinan Partisipasi

Aspek selanjutnya untuk mengidentifikasi aktor berpotensi menolak dan

mendukung penanganan erosi DAS Batang Anai adalah kemungkinan partisipasi.

Kemungkinan partisipasi adalah besarnya kemungkinan mereka akan

berpartisipasi atau bersikap terkait dengan kepentingan mereka. Aspek ini

mempunyai hubungan dengan aspek kepentingan dan sumber daya, karena adanya

kepentingan dan didukung oleh sumber daya, kemungkinan partisipasi aktor

semakin besar, begitu juga dalam kasus penanganan erosi DAS Batang Anai ini,

jika pada sebelumnya telah dibahas bagaimana besarnya kepentingan dan sumber

daya yang dimiliki masing-masing stakeholder maka pada aspek ini akan dibahas

akibat yang kemungkinan dihasilkan dari kepentingan dan sumber daya yaitu

partisipasi.

Aktor pertama yang akan dilihat kemungkinan partisipasinya adalah BWS

Sumatera V (aktor potensial menolak). Sejauh ini, sejak terjadinya erosi DAS

Batang Anai dari 2017, pada dasarnya proses penanganan sudah dilakukan, dan

seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwasanya BWS mempunyai

kewenangan dan sumber daya yang cukup dalam partisipasi. Seharusnya dengan

kewenangan dan sumber daya yang besar, BWS memberikan kemungkinan

partisipasi yang besar terhadap penanganan erosi ini, namun sejauh ini dari sejak

kasus ini terjadi yang mana sudah memasuki enam tahun sejak kejadian,

partisipasi yang diberikan oleh BWS masih tergolong sangat rendah, karena dari
81

master plan penanganan eoris DAS Batang Anai oleh BWS ini baru memasuki

tahap ketiga dari enam tahapan yang ada.

Selain itu, penanganan erosi DAS Batang Anai memang tidak bisa

ditanganai oleh BWS sendiri, butuh beberapa aktor yang saling bekerjasama dan

partisipatif, diluar master plan BWS juga melakukan partisipasi dengan

melakukan advokasi terkait dengan tambang pasir ilegal dikawasan daerah aliran

sungai seperti mengirimi surat kepada Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman

untuk dibuat aturan atau perizinan. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Iwan

Hermawan selaku Kepala Bagian Seksi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur

Sumber Daya Air dalam wawancara sebagai berikut:69

“kita pernah bersurat ke pemkab, terkait pengendaliaan pemanfaatan pasir


disungai atau penambangan, sehingga tidak terlalu masif, untuk berupa
aturan atau perizinan untuk penggerusan, selebihnya kita mengikuti master
plan”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, BWS juga melakukan kemungkinan

partisipasi diluar master plan penanganan erosi ini, namun menurut penilaian

peneliti, kemungkinan partisipasi BWS seharusnya fokus pada percepatan langkah

yang telah ada pada master plan, sehingga tahap demi tahap bisa diselesaikan

secepatnya mengingat permasalahan erosi di Sungai Batang Anai bukanlah kasus

yang baru, namun sudah memasuki tahun ke enam.

Aktor kedua yang mempunyai kemungkinan partisipasi adalah masyarakat

(aktor potensial mendukung), masyarakat dengan sumber daya yang terbatas

mereka tentu mempunyai partisipasi yang besar, terutama dalam proses

69Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
82

penanganan pertama pada erosi ini, contohnya seperti yang terjadi di Sungai

Buluh Selatan, masyarakat melakukan penanganan sementara dengan memasang

bambu di daerah aliran sungai yang erosi, hal ini diungkapkan secara lansung

melalui wawancara bersama bapak Defriman sebagai masyarakat yang terdampak

erosi, beliau menjelaskan bahwa:70

“ado, waktutu awak pernah goro basamo memasang-mamasang buluah di


tapi-tapi aia, abis tu ndak ado lai”
“ada, saat itu kita pernah melakukan gotong royong bersama masyarakat
memasang bambu disekitar daerah aliran sungai, sesudah itu tidak ada
lagi”

Gambar 5.3 Partisipasi Masyarakat Penanganan Sementara Erosi

Pernyataan dari Bapak Defriman juga sama dengan yang sampaikan oleh

Wali Nagari berkaitan dengan kegiatan gotong royong bersama masyarakat,

dalam wawancara bersama Bapak Afrizal selaku Wali Nagari Sungai Buluh

Selatan sebagai berikut:71

70
Wawancara dilakukan dengan Defriman selaku Masyarakat, Korong Palapa Nagari Sungai
Buluh Selatan, 25 Mei 2023
71 Wawancara dilakukan dengan Afrizal selaku Wali Nagari Sungai Buluh Selatan, Sungai Buluh

Selatan, 13 April 2023


83

“tidak ada upaya, tetapi untuk menyenangkan hati masyarakat, sudah kita
coba digunakan tanam bambu di pingggir sungai, tapi pada saat air besar
datang, hanyut lagi”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, melihat dari aspek kemungkinan

partisipasi, aktor masyarakat dan Wali Nagari mempunyai hubungan

kemungkinan partisipasi satu sama lain dalam penanganan erosi ini, ketika Wali

Nagari memberikan partisipasi mereka dengan menggerakan masyarakat baik

yang terdampak secara lansung rumah dan tanahnya ataupun yang tidak terkena

dampak untuk melakukan gotong royong, dan masyarakat secara kolektif

melakukan kegiatan tersebut, selain itu di tempat berbeda yaitu di Sungai Buluh

Timur, juga melakukan kegiatan yang sama, masyarakat memberikan partisipasi

mereka dengan membangun jalan sementara akibat jalan akses masuk ke Nagari

mereka yang terputus, hal ini dijelaskan oleh Bapak Zulkifli selaku Wali Nagari

Sungai Buluh Timur dalam wawancara menyatakan sebagai berikut:72

“nggak ada, yang ada hanya swadaya masyarakat, buat jalan darurat di
bukik pakiah untuk akses masuk nagari, karena untuk membangun jalan
tersebut pihak nagari tidak bisa dibuatkan dari anggaran nagari”

Wawancara dilakukan dengan Zulkifli selaku Wali Nagari Sungai Buluh Timur, Kantor Wali
72

Nagari Sungai Buluh Timur, 5 Mei 2023


84

Gambar 5.4 Pembangunan Jalan Sementara Oleh Masyarakat

Dengan demikian masyarakat mempunyai kemungkinan partisipasi besar

dalam penanganan erosi ini, namun karena masyarakat tidak memiliki

kewenangan yang besar, maka partisipasi masyarakat tidak memberikan dampak

yang signifikan terhadap proses penanganan. Terakhir, aktor yang terlibat yang

mempunyai kemungkinan partisipasi adalah Bupati Padang Pariaman (aktor

potensial menolak), pada penjelasan sebelumnya dikatakan bahwa Bupati

mempunyai kewenangan yang dibatasi dalam penanganan erosi ini, partisipasi

yang diberikan oleh Bupati terhadap penanganan ini hanya bisa mendampingi

BWS dan membantu menyampaikan aspirasi dan keluhan masyarakat dari Wali
85

Nagari kepada BWS terkait erosi yang terjadi. Selanjutnya aktor potensial

mendukung lainnya seperti Bamus dan Ninik Mamak tidak mempunyai

kemungkinan partisipasi karena dalam proses penanganan sejauh ini mereka tidak

dilibatkan oleh aktor lainnya seperti Wali Nagari, BWS dan Bupati.

5.2.7 Tingkat Pengaruh

Aspek selanjutnya yang mempengaruhi aktor tersebut mendukung atau

menolak pada stakeholder mapping dalam kasus erosi DAS Batang Anai ini

adalah tingkat pengaruh. Tingkat pengaruh yaitu pengaruh yang akan didapat dari

penguasaan sumber daya atau partisipasi stakeholder, jadi tinggi atau rendahnya

pengaruh stakeholder untuk proses percepatan penanganan erosi ini sangat

dipengaruhi oleh analisis stakeholder yang mempunyai sumber daya dan

partisipasi berdasarkan apa yang telah dibahas pada poin sebelumnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa besarnya sumber daya yang

dimiliki aktor bisa berdampak pada tingginya tingkat partisipasi aktor tersebut dan

begitu sebaliknya. Jika merujuk pada aspek sebelumnya aktor yang mempunyai

sumber daya besar terhadap penanganan ini pertama adalah BWS (aktor potensial

menolak), terbentuknya master plan yang dirancang untuk program penanganan

erosi ini dalam bentuk penanganan erosi DAS Batang Anai untuk pembangunan

normalisasi banjir kanal, tidak terlepas dari adanya pengaruh BWS, namun

menurut penilaian peneliti perlu disadari penanganan ini memang tanggungjawab

dan ranahnya BWS untuk mereka kerjakan. Hal ini di ungkapkan oleh Bapak
86

Iwan Hermawan selaku Kepala Bagian Seksi Keterpaduan Pembangunan

Infrastruktur Sumber Daya Air dalam wawancara sebagai berikut:73

“daya rusak air untuk batang anai, selain banjir ada erosi, sungai batang
anai bagian master plan pengendalian banjir kota padang, 3 stage, stage
pertama penanganan Batang Arau, Batang Kuranji, Stage dua Batang Air
Dingin sampai muara, Stage tiga muara Batang Anai, Batang Kandis.
Untuk stage tiga sudah dilaksanakan paket 1 mengamankan bagian hilir
sungai Batang Anai, mengamankan bantaran BIM, tentu bertahap,
menyesuaikan dengan kondisi anggaran yang ada, untuk saat ini paket 2
sudah masuk tahap pembebasan lahan, mulai pengadaan tanah 2017
memberikan usulan dokumen pengadaan tanah di PPAT, penlok sudah
ada, pembaharuan penlok, sebagian sudah bebas tapi belum seluruhnya”

73
Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
87

Gambar 5.5 Skema Pengendalian Daya Rusak Sungai Batang Anai

Berdasarkan penjelaasan diatas, dapat dilihat bahwa serangkaian proses

penanganan erosi ini memang begitu kompleks, selain itu pihak BWS juga

melibatkan aktor lain seperti BPN yang mengatur dalam pembebasan lahan,

semua ini tentu bisa berjalan dengan adanya pengaruh dari BWS, namun

disamping itu jika diperhatikan dalam program penanganan yang tersedia pada

master plam, penanganan erosi Sungai Batang Anai adalah bagian terakhir dari

master plan yaitu terletak pada stage tiga dan sejak terjadinya erosi dari 2017

penanganan ini baru berlansung pada tahapan pembebasan lahan untuk paket

kedua, maka dari itu menurut penilaian peneliti pada aspek tingkat pengaruh,

sebenarnya ada aktor lain yang bisa memberikan pengaruh dalam proses ini untuk

terjadi percepatan penanganan, mengingat dampak yang akan ditimbulkan. Aktor

kedua yang mempunyai tingkat pengaruh adalah Bupati Padang Pariaman (aktor

potensial menolak), Bupati sebenarnya mempunyai pengaruh yang cukup besar

dalam penanganan erosi ini, dan bisa mempengaruhi BWS untuk memberikan
88

prioritas pada penanganan erosi DAS Batang Anai diutamakan, hal ini juga di

jelaskan oleh Bapak Tommy Adam selaku informan triangulasi yang juga

merupakan Kepala Departemen Advokasi WALHI Sumatera Barat menjelaskan

bahwa:74

“persoalan dalam pemerintah kasus ini penting untuk di blow-up artinya


ada peran-peran dari luar pemerintahan seperti LSM dan lembaga lain
untuk mengadvokasi tersebut, seperti mengirim surat secara masif, tentu
ada partisipasi, jika faktanya sungai belum menjadi prioritas sementara
erosi sudah lama terjadi, berarti ada sesuatu yang miss baik ditingkat lokal,
seperti kecamatan dan kabupaten, bisa jadi pemerintah kabupaten padang
pariaman tidak begitu masif mengirimkan surat berkoordinasi,
menyampaikan ini harus di prioritaskan”

Berdasarkan hasil wawancara diatas menyatakan Bupati mempunyai

tingkat pengaruh yang kuat untuk memberi pengaruh baik itu dari diskusi maupun

lobi kepada BWS selaku pemegang kewenangan dalam penanganan ini, jika ini

dilakukan oleh Bupati hal ini bisa menjadi suatu partisipasi yang besar diberikan

oleh Bupati kepada masyarakatnya, namun karena fakta yang terjadi penanganan

bisa dikatakan lambat, hal ini bisa disebabkan karena ada sesuatu yang miss dalam

hal advokasi dan diskusi Bupati untuk penanganan ini. Bapak Tommy Adam

kembali menjelaskan mengenai kurangnya tingkat pengaruh dari Bupati terhadap

penanganan ini yang dijelaskan dalam kutipan wawancara sebagai berikut:75

“sesuatu hal dalam agenda diskusi jika kita tidak bisa membungkus
dengan akurat, kita tidak bisa mengharapkan BWS memprioritaskan untuk
ditangani, dari segi pemda, pemkab dan nagari belum optimal dalam
mengerjakan advokasinya, hal ini penting dilihat sudah sejauh mana
pemerintah provinsi terutama pemerintah Kabupaten berkirim surat,
berkoordinasi kepada BWS”

74
Wawancara dilakukan dengan Tommy Adam selaku Kepala Departemen Advokasi Lingkungan
Hidup WALHI Sumbar, via phone, 9 Juni 2023
75
Wawancara dilakukan dengan Tommy Adam selaku Kepala Departemen Advokasi Lingkungan
Hidup WALHI Sumbar, via phone, 9 Juni 2023
89

Dengan demikian peneliti menilai Bupati tidak memaksimalkan kekuatan

yang dimiliki dalam mengerjakan advokasi dan diskusi untuk percepatan

penanganan ini dengan harapan kasus ini menjadi prioritas, sehingga yang fakta

yang terjadi penanganan masih berjalan seperti merangkak karena sudah cukup

lama sejak 2017 dan bisa dilihat bahwa dalam penanganan ini pengaruh dari

Bupati rendah.

Sementara itu, aktor ketiga dan keempat seperti Wali Nagari dan

masyarakat (aktor potensial mendukung) tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam penanganan ini, karena sumber daya dan kewenangan yang

dimiliki oleh aktor sedikit, seperti Wali Nagari, walaupun menjadi tempat pertama

bagi masyarakat untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam penanganan sementara,

peran Wali Nagari tidak memberikan pengaruh besar, seperti yang dijelaskan

sebelumnya Wali Nagari hanya memfasilitasi dan merekomendasikan kepada

BWS agar penanganan bisa dilakukan secepatnya. Berdasarkan hasil wawancara

dari Bapak Alwis sebagai Wali Nagari Ketaping menjelaskan bahwa:76

“untuk kekuatan kita sebagai nagari tidak ada, dan tidak punya pengaruh
untuk sampai ke atas, kita hanya sebagai penghubung saja”

Dengan demikian menurut penilaian peneliti, Wali Nagari sebagai

stakeholder dalam konteks tingkat pengaruh tidak memberikan pengaruh yang

besar sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap proses

penanganan erosi. Begitu juga masyarakat, dalam hal ini juga tidak memiliki

Wawancara dilakukan dengan Alwis selaku Wali Nagari Ketaping, Kantor Wali Nagari
76

Ketaping, 3 Mei 2023


90

tingkat pengaruh yang besar walaupun mereka menjadi korban terdampak secara

lansung dengan erosi.

Aktor potensial mendukung selanjutnya adalah Ninik Mamak, posisi Ninik

Mamak jika dimaksimalkan dalam penanganan ini, maka Ninik Mamak akan

memberikan pengaruh yang besar, Ninik Mamak akan memberikan fasilitas dalam

percepatan ganti rugi lahan, dan bersedia membantu jika terdapat hal yang

mengganggu proses penanganan, hal ini disampaikan oleh Mak Datuak selaku

Ninik Mamak Nagari Sungai Buluh dalam wawancara sebagai berikut:77

“sekarang anak kemenakan kami dapat ganti rugi banyak tidak merata, dan
udah lama ganti rugi ini juga tidak selesai, padahal sebagian besar dari
tanah merupakan tanah ulayat dalam lindungan KAN, jika mereka (aktor
terlibat) mengajak kami diskusi kami siap membantu ini, karna berguna
juga buat tanah anak kemenakan, namun sekarang kami tidak dilibatkan,
bagaimanapun kami tidak bisa terlalu jauh untuk mengintervensi masalah
ini”

Berdasarkan penjelasan dari wawancara di atas menjelaskan bahwa Ninik

Mamak tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam penanganan ini,

namun tidak menutup kemungkinan Ninik Mamak akan memberikan pengaruh

besar, jika dalam proses penanganan Ninik Mamak dilibatkan oleh aktor-aktor

lain yang terlibat yang mempunyai kewenanganan besar dalam hal ini seperti

Bupati Padang Pariaman dan BWS.

5.2.8 Implikasi

Implikasi merupakan akibat dari yang ditimbulkan karena suatu hal, dalam

hal ini implikasi yang dihasilkan aktor dalam stakeholder mapping penanganan

77Wawancara dilakukan dengan Mak Datuak selaku Niniak Mamak KAN Nagari Sungai Buluh,
27 Juli 2023
91

erosi DAS Batang Anai itu berarti implikasi pengaruh stakeholder terhadap

permasalahan ini. Adanya implikasi berarti ditimbulkan sebagai efek akibat dari

aspek lain yang diberikan aktor terhadap penanganan kasus erosi DAS Batang

Anai. Stakeholder yang terlibat dalam kasus erosi ini mempunyai implikasi yang

berbeda-beda atas pengaruh yang diberikan dari setiap aspek seperti sumber daya,

pengaruh dan kepentingan. Stakeholder pertama yang dilihat implikasinya adalah

BWS (aktor potensial menolak), sejauh ini dari segi tindakan dan sumber daya

yang diberikan BWS menghasilkan beberapa implikasi terhadap penanganan erosi

DAS Batang Anai sendiri yaitu, pertama, pada saat ini sudah dilakukan

pengukuran tanah dan rumah warga yang terdampak erosi, pengukuran ini

merupakan implikasi dari master plan BWS dalam penanganan ini, hal ini

dijelaskan oleh Bapak Iwan Hermawan selaku Kepala Bagian Seksi Keterpaduan

Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air dalam wawancara sebagai berikut:78

“penlok sudah kita tetapkan, tata bidang, tahun ini 2023 anggaran sudah
disediakan namun belum ada realisasi pembayaran, tahap inventarisasi dari
satgas, jika sudah siap sih, kalau sudah ada dari ketua panitia pengadaan
tanah menetapkan tata bidang, maka akan segera di appraisal (penaksiran
harga rumah atau tanah sebelum dibeli)”

78
Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
92

Gambar 5.6 DED Penanganan Daya Rusak Air Batang Anai

Senada dengan yang disampaikan pihak BWS, kondisi tersebut juga

disampaikan oleh Bapak Afrizal selaku Wali Nagari Sungai Buluh Selatan dalam

wawancara beliau menjelaskan sebagai berikut:79

“sekarang ini sedang bergulir pembebasan lahan, jika ganti rugi lahan
sudah selesai akan dilakukan pekerjaan, tapi realisasi belum ada, ini
menggunakan dana pusat dan dimana kendala tidak diketahui, nagari
sungai Buluh Selatan ada delapan titik lagi yang belum di ukur, sisanya
sudah, setelah itu baru turun appraisal”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, tindakan dari sumber daya yang

diberikan oleh BWS memberikan implikasi yang cukup nyata dalam penanganan

erosi, menurut pandangan peneliti, jika penanganan cepat dilakukan sampai pada

tahap terakhir maka implikasi kepada semua aspek akan berdampak baik, realisasi

penanganan erosi akan benar-benar terjadi, namun sejauh ini dari data di lapangan

79
Wawancara dilakukan dengan Afrizal selaku Wali Nagari Sungai Buluh Selatan, Sungai Buluh
Selatan, 13 April 2023
93

yang diperoleh implikasi yang dirasakan baru kepada pengukuran tanah dan

rumah masyarakat yang terdampak. Aktor kedua yang mempunyai implikasi

terhadap penanganan ini adalah Bupati Padang Pariaman (aktor potensial

menolak), jika dilihat dari penjelasan sebelumnya, dengan rendahnya tingkat

pengaruh yang diberikan oleh Bupati dalam penanganan ini, implikasi yang

dihasilkan oleh Bupati sebagai orang nomor satu di Kabupaten Padang Pariaman

hanya memberikan pendampingan dan diskusi bersama BWS untuk mengusulkan

permasalahan ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Emri Nurman selaku

Kepala BagianTata Pemerintahan dan Kerjasama bahwa:80

“dari pemerintah kabupaten ada melakukan followup dan bersurat ke BWS


serta diskusi, tentu kita menunggu dari BWS”

Gambar 5.7 Diskusi Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Bersama BWS

80
Wawancara dilakukan dengan Emri Nurman selaku Kabag Tata Pemerintahan dan Kerjasama,
Kantor Bupati Padang Pariaman, 8 Juni 2023
94

Namun sejauh ini implikasi yang diberikan belum membuahkan hasil yang

terlihat signifikan dan seolah menjadi ke arah negatif, menurut penilaian peneliti

lambatnya penanganan erosi yang sampai memakan waktu enam tahun lebih

adalah bagian dari salah satu implikasi atas pengaruh dari Bupati Padang

Pariaman yang lemah dan ada sesuatu yang miss dalam proses diskusi tersebut,

Bupati terlihat tidak mempunyai power dalam penanganan ini, padahal dalam

setiap proses dari penanganan yang dilakukan, BWS pasti selalu melibatkan

Pemerintah Kabupaten, jika pengaruh tersebut diberikan oleh Bupati dengan

demikian implikasi yang terjadi bisa membuat prroses ini bisa terselesaikan lebih

awal.

Aktor ketiga yang memberikan implikasi dari pengaruh yang diberikan

adalah Wali Nagari (aktor potensial mendukung), peran Wali Nagari sebagai

perpanjangan tangan dari masyarakat sebenarnya memberikan implikasi, seperti

yang terjadi pada Nagari Sungai Buluh Timur pada saat terjadi erosi yang

mengakibatkan putus jalan, dan adanya upaya dari Wali Nagari untuk

menyampaikan permohonan perbaikan kepada BWS, hal ini disampaikan secara

lansung oleh Bapak Zulkifli sebagai Wali Nagari Sungai Buluh Timur dalam

wawancara sebagai berikut:81

“pemerintah Nagari sudah berulangkali mendatangi kantor BWS untuk


memohon perbaikan, karena jalan tersebut, jalan satu-satunya akses nagari,
tapi penannganan belum ada, terakhir diminta pada nagari surat bebas
lahan dan nagari sudah membuatkan surat itu”

Wawancara dilakukan dengan Zulkifli selaku Wali Nagari Sungai Buluh Timur, Kantor Wali
81

Nagari Sungai Buluh Timur, 5 Mei 2023


95

Senada dengan Wali Nagari dari pihak BWS menyampaikan

perkembangan dari proses penanganan erosi di bagian Sungai Buluh Timur

tersebut, melalui wawancara Bapak Iwan Hermawan selaku Kepala Bagian Seksi

Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air menjelaskan bahwa:82

“masalah itu, diluar master plan, tetapi design dari pemda sudah ada,
pembebasan lahan ada, namun belum sepenuhnya, setelah itu menunggu
anggaran dari pusat tahun 2024 mudah-mudahan ada”

Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa tindakan dari Wali Nagari

memberikan implikasi terhadap penanganan erosi ini, walaupun tidak masuk

dalam master plan BWS dalam penanganan banjir kanal stage 3, namun progres

dari penanganan erosi di Sungai Buluh Timur sudah ada dalam tahapan

pembebasan lahan, menurut penilaian hal ini merupakan implikasi dari tindakan

yang dilakukan oleh Wali Nagari. Selanjutnya aktor keempat yang terlibat adalah

masyarakat (aktor potensial mendukung), dari penjelasan beberapa aspek

sebelumnya, masyarakat tidak memberikan implikasi dalam proses penanganan

ini, hanya saja bentuk swadaya masyarakat seperti gotong royong membangun

bambu di DAS yang erosi dan membangun jalan sementara di Sungai Buluh

Timur, yang diberikan itu setidaknya memberikan implikasi terbantunya

masyarakat itu sendiri seperti jalan yang awalnya putus sekarang bisa dilalui

sementara walaupun kondisinya sangat memprihatinkan untuk dilalui.

Aktor potensial mendukung selanjutnya yang memberikan dampak

implikasi terhadap proses penanganan erosi DAS Batang Anai adalah Ninik

82Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
96

Mamak. Implikasi yang terjadi saat sekarang ini adalah terjadinya ganti rugi lahan

yang tidak merata sebagaimana yang dijelaskan oleh Ninik Mamak, hal ini

disebabkan karena para aktor yang berperan dalam proses ganti rugi lahan tidak

melibatkan peran Ninik Mamak.

5.2.9 Action (Aksi/Tindakan)

Salah satu aspek kunci dan penting dalam pemetaan ini adalah action atau

tindakan dan aksi yang diberikan aktor, aksi dan tindakan akan lahir dari pengaruh

dan sumber daya yang dimiliki oleh aktor tersebut. Aktor yang terlibat dalam

penanganan erosi ini masing-masing mempunyai action berdasarkan kemampuan

dan dipengaruhi oleh sumber daya dan tingkat pengaruh mereka, aksi dan

tindakan ini merupakan bagian dari bentuk kemungkinan partisipasi yang telah

dibahas pada penjelasan sebelumnya. Aktor yang mempunyai tindakan yang besar

dalam penanganan ini adalah BWS (aktor potensial menolak), karena sejauh ini

proses penanganan BWS yang menjadi pusat penanganan erosi DAS Batang Anai

dengan pembuatan master plan yang dirancang, dan sudah masuk pada tahap

ketiga yaitu land acquisition (proses pembebasan dan pengukuran lahan),

selanjutnya BWS juga menyurati kepada pemerintah kabupaten untuk dibuatkan

regulasi dari tambang pasir ilegal.

Selanjutnya aktor yang mempunyai action dalam kasus ini adalah Bupati

Padang Pariaman (aktor potensial menolak), beberapa tindakan Bupati yang bisa

dibilang sedikit memberikan dampak dalam kasus ini setidaknya memberikan

implikasi seperti menerbitkan larangan tambang pasir ilegal, diskusi, koordinasi

dan mendampingi BWS dalam rangkaian pelaksanaan kegiatan penanganan, dan


97

ikut serta menjadi bagian Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dalam satgas

penanganan erosi yang dibuat BWS. Selanjutnya adalah masyarakat dan Wali

Nagari (aktor potensial mendukung), walaupun dibatasi oleh kewenangan dan

sumber daya, masyarakat mempunyai tindakan yang nyata pada penanganan ini,

seperti aksi swadaya masyarakat bersama-sama menanam bambu di daerah aliran

sungai yang terdampak erosi dan di Sungai Buluh Timur melakukan gotong

royong berhasil membangun jalan sementara untuk digunakan sebagai jalan akses

masuk ke Nagari, sementara Wali Nagari memberikan tindakan terhadap

penanganan ini dalam bentuk memfasilitasi dan menyampaikan keluhan

masyarakat kepada aktor lain seperti Bupati dan BWS secara lansung, serta

memobilisasi masyarakat untuk melakukan kegiatan gotong royong dalam

penanganan sementara.

Dengan demikian menurut penilaian peneliti, action ini sebenarnya hampir

sama dengan sumber daya, akan tetapi action ini mengarah kepada sumber daya

yang telah di aplikasikan dalam bentuk tindakan dan aksi, dan jika melihat

beberapa aktor yang terlibat, sejauh ini action yang berdampak secara lansung

adalah dari masyarakat dan Wali Nagari, adapun tindakan dari BWS dan Bupati

belum terlihat namun untuk jangka panjang dari pada master plan penanganan ini

jika terealisasi maka BWS adalah aktor yang mempunyai action besar dari

penanganan erosi ini.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat pemetaan pemangku

kepentingan dalam penanganan DAS Batang Anai sebagai berikut.


98

Tabel 5.2
Aktor Potensial Mendukung (Wali Nagari)
Kategori Kepentingan Sumber Channel Kemung- Tingkat Implikasi Aksi
Stakeholder daya kinan pengaruh
partisipasi

Aktor •Wali •Wali • Wali • Bersama • Wali • Gotong •Wali


potensial Nagari Nagari Nagari masyarakat Nagari dan royong Nagari
mendukung Mempunyai menjadi tidak dan Wali masyarakat terhadap memfasilita
(Wali kepentingan fasilitator mempu- Nagari tidak pembangunan -si dan
Nagari) besar karena untuk nyai berpartisi- mempunyai jalan Menyampai
merasakan penanganan saluran pasi pengaruh sementara di -kan
secara dan melakukan signifikan, sungai Buluh keluhan
lansung memfasilita penanganan hanya Timur dan masyarakat
dampak si aspirasi sementara pengaruh penanaman kepada bws
erosi yang masyarakat di dua titik yang bambu di dan Bupati
di rasakan kepada lokasi erosi diberikan sungai Buluh • Menanam-
masyarakat pemerintah. seperti di atas Selatan kan bambu
•Tiga Wali Sumber Korong penanganan berimplikasi di daerah
Nagari daya yang Palapa sementara pengurangan aliran
mempunyai dimiliki Sungai sebelumnya terhadap sungai dan
kepentingan wali nagari Buluh dampak membangu
yang besar sedikit Selatan kerusakan n jalan
atas dampak dibandingk warga erosi sementara
Erosi DAS an BWS melakukan sementara di sungai
di daerah dan Bupati gotong Buluh
mereka royong Timur
namun Wali penanaman
Nagari bambu
dibatasi untuk
dengan mencegah
kekuatan erosi
yang rendah semakin
meluas dan
di Sungai
Buluh
Timur
dengan
melakukan
pembangun
an jalan
sementara
bersama
wali nagari

Sumber : dioleh oleh peneliti tahun 2023


99

Tabel 5.3
Aktor Potensial Mendukung (Masyarakat)
Kategori Kepentingan Sumber Channel Kemung- Tingkat Implikasi Aksi
Stakeholder daya kinan pengaruh
partisipasi

Aktor • Masyarakat •Masyara- • Masyara • Masyarakat • Masyara- • Gotong • Aksi


potensial menjadi kat tidak -kat tidak bersama kat tidak royong Menanamkan
mendukung aktor yang mempu- mempu- wali nagari mempunyai terhadap bambu di
(masyarakat) mempunyai nyai nyai berpartisi- pengaruh pembangu- daerah aliran
kepentingan sumber saluran pasi signifikan, nan jalan sungai dan
besar, daya melakukan hanya sementara membangun
mereka penanganan pengaruh di sungai jalan
terdampak sementara yang Buluh sementara di
lansung atas di dua titik diberikan Timur dan sungai Buluh
erosi dengan lokasi erosi atas penanaman Timur
rumah dan seperti di penanganan bambu di
tanah yang Korong sementara sungai
longsor Palapa sebelumnya Buluh
tergerus Sungai Selatan
erosi Buluh implikasi
Selatan penguranga
warga n terhadap
melakukan dampak
gotong kerusakan
royong erosi
penanaman sementara
bambu
untuk
mencegah
erosi
semakin
meluas dan
di Sungai
Buluh
Timur
dengan
melakukan
pembangun
an jalan
sementara
bersama
wali nagari

Sumber : dioleh oleh peneliti tahun 2023


100

Tabel 5.4
Aktor Potensial Mendukung (Ninik Mamak dan Bamus)
Kategori Kepentingan Sumber Channel Kemung- Tingkat Implikasi Aksi
Stakeholder daya kinan pengaruh
partisipasi

Aktor • Ninik • Ninik • Ninik • Ninik • Ninik • tidak • Ninik


potensial Mamak Mamak Mamak Mamak dan Mamak dilibatkannya Mamak
mendukung mempunyai dan dan Bamus berpotensi Ninik dan
(Ninik kepentingan Bamus Bamus tidak memberikan Mamak Bamus
Mamak dan karena tidak tidak mempunyai pengaruh berimplikasi tidak
Bamus) persoalan mempu- mempu- partisipasi untuk mem- terjadi ganti mempu-
ganti rugi nyai nyai percepat rugi lahan nyai aksi
lahan sumber saluran proses ganti yang berjalan
melibatkan daya rugi lahan lambat dan
tanah ulayat yang tidak merata
namun ninik berkaitan
mamak tidak dengan tanah
dilibatkan ulayat
dalam • Bamus
proses tidak
tersebut mempu-nyai
• bamus tingkat
bagian dari pengaruh
nagari
mendukung
penanganan
namun juga
merupakan
aktor yang
tidak
dilibatkan

Sumber : dioleh oleh peneliti tahun 2023

Tabel 5.5
Aktor Potensial Menolak (BWS)
Kategori Kepentingan Sumber Channel Kemung- Tingkat Implikasi Aksi
Stakeholder daya kinan pengaruh
partisipasi

Aktor •BWS • BWS • BWS • Dari • BWS • BWS • Sejauh


potensial mempunyai memberik- selalu SIDLACOM bisa memberikan ini aksi
menolak kewenangan an sumber ber- BWS sudah memberi- implikasi dari BWS
(BWS) yang besar daya kontribusi melakukan kan yaitu hanya
dalam dengan dan proses pengaruh pengukuran sebatas
101

penanganan proses berdialog penanganan atas tanah dan berpato-


ini. yang telah dengan pada tahap persoalan rumah warga kan pada
•BWS berjalan KPS ketiga dan Erosi bisa yang master
mempunyai berdasark- (komuni- keempat teratasi terdampak plan dan
kepentingan an master tas peduli yaitu proses secepat- erosi dan sekarang
kecil karena plan, pada sungai) desain dan nya, pada pembaharuan menunggu
ada prioritas saat ini pengukuran saat penlok, tahap dari pihak
penanganan ber- serta ganti sekarang selanjutnya BPN
yang harus langsung rugi lahan ini sudah rencana untuk
didahulukan proses dari enam masuk appraisal dari menyele-
beberapa ketiga dan tahapan yang pada bws untuk saikan
sungai keempat sudah pembebas rumah dan pada
dari enam direncakan -an lahan, lahan yang tahap
kaidah sejak 2017 pembaha- sudah diukur. ganti rugi
penangan- ruan lahan
an oleh penlok
BWS dan
•Melihat beberapa
dari histori rumah
permasalah dan tanah
-an ini warga
sejak 2017, sudah di
BWS ukur dan
belum ada juga
memberi- yang
kan sumber sudah
daya ditetapkan
dengan proses
maksimal ganti rugi
terhadap namun
permasalah belum ada
-an ini realisasi
karena anggaran,
belum ditarget-
sampai kan 2023
pada proses selesai
konstruksi
dan operasi

Tabel 5.6
Aktor Potensial Menolak (Bupati)
Kategori Kepentingan Sumber Channel Kemung- Tingkat Implikasi Aksi
Stakeholder daya kinan pengaruh
partisipasi

Aktor • Kepentingan • Bupati • Bupati, • Bupati • Bupati • Rendahnya • Bupati,


potensial Bupati mendampi- tidak mempunyai tidak tingkat melaku-
102

menolak rendah dalam ngi dan mempu- kemungkinan memberi- pengaruh kan
(Bupati) penanganan memfasili- nyai partisipasi kan yang koordinasi
ini dibatasi tasi proses saluran rendah pengaruh diberikan dan
oleh penangana kerja karena sebagai Bupati mendam-
kewenangan n bersama sama sejauh ini kepala berimplikasi pingi bws
dan BWS dan dengan hanya daerah pada realita dalam
penanganan melakukan pihak melakukan untuk yang terjadi rangkaian
tidak dapat diskusi lain, pendampi- melaku- pada proses pelaksa-
dikelola oleh untuk cenderung ngan BWS kan penanganan naan
anggaran kemajuan bersifat dalam diskusi yang tidak kegiatan
pemerintah proses pasif dan menjalankan dan kunjung Penangan-
kabupaten penanga- me- tugas dan advokasi selesai an dan
nan nunggu menyampai- untuk ikut serta
dari pihak kan aspirasi menjadi- dalam
BWS masyarakat kan Satgas
dari wali permasa- penangan-
nagari lahan ini an erosi
kepada BWS prioritas bersama
dalam bentuk BWS
diskusi
Sumber : dioleh oleh peneliti tahun 2023

Diagram 5.1
Policy Implementation Mapping
103

Keterangan:

1. Garis lurus ( ) menandakan aktor memiliki upaya besar dalam


indikator tersebut
2. Garis putus-putus (----) menandakan aktor upaya yang kecil dalam
indikator tersebut
Sumber : dioleh oleh peneliti tahun 2023

5.3 Power Versus Interest Grid

Rangkaian pelaksanaan penanganan kasus erosi Sungai Batang Anai

merupakan kasus yang sangat kompleks, melibatkan berbagai aktor dalam

penanganan ini, namun untuk melihat stakeholder mapping penanganan ini

semakin jelas tentu harus diketahui aktor mempunyai peran pada masing-masing

kewenangannya. Untuk mengetahui itu semua pentingnya menggunakan

stakeholder mapping dengan metode power versus interest grid yaitu pada konsep

ini power dan interest menjadi fokus utama dalam analisis, dan menggunakan

model grid. Power bisa berasal dari potensi stakeholder untuk mempengaruhi

kebijakan atau organisasi, dalam hal ini bisa melihat aktor politik yang
104

mempunyai kekuatan dari kekuasaan yang berbasis kedudukan dalam

mempengaruhi kebijakan penanganan erosi DAS Batang Anai. Sedangkan interest

aktor terhadap sebuah kebijakan diukur melalui tingkat keaktifannya. Selanjutnya

aktor dibedakan atas empat kuadran yaitu Crowd, Contest Setters, Subjects,

Player. Perlu dipahami bahwa dalam empat kategori ini aktor akan cenderung bisa

berubah dan bersfiat dinamis tergantung situasi dan kondisi yang mereka hadapi.

5.3.1 Crowd/Follower (lemah dalam power serta interest)

Stakeholder mapping yang tergolong dalam crowd yaitu mempunyai

kekuatan dan kepentingan yang rendah, posisi aktor ini cenderung berubah

berdasarkan kepentingannya nanti, dalam penanganan erosi DAS Batang Anai.

Menurut penilaian peneliti stakeholder yang tergolong follower adalah masyarakat

yang tidak terdampak oleh erosi sungai, namun merasa terancam akan

permasalahan ini, posisi masyarakat yang tidak terdampak tersebut sangat

dinamis, mereka juga membantu masyarakat yang terdampak untuk melakukan

gotong royong dan kerjasama dalam penanganan sementara, sewaktu-waktu

follower ini akan berubah menjadi subject jika permasalahan erosi ini kedepannya

meluas dan mengancamnya secara pribadi, selanjutnya aktor yang dikategorikan

sebagai crowd adalah Wali Korong, yang merupakan perangkat Nagari dibawah

Wali Nagari, Wali Korong disini berperan menjadi penghubung akses masyarakat

menuju Wali Nagari untuk memberikan laporan dan keluhan terhadap

permasalahan erosi. Aktor selanjutnya yang berada pada posisi crowd adalah

Bamus, Bamus merupakan bagian dari pemerintah nagari yang seharusnya bekerja

sama bersama Wali Nagari dan perangkat nagari merumuskan dan mendiskusikan
105

permasalahan ini, namun Bamus sama sekali tidak dilibatkan oleh Wali Nagari

dalam kasus penanganan erosi DAS Batang Anai sehingga Bamus menjadi aktor

yang mempunyai kepentingan dan kekuatan yang sedikit pada proses penanganan.

5.3.2 Contest Setter (memiliki power tetapi memiliki interest yang kecil)

Stakeholder Mapping selanjutnya adalah contest setter, aktor pada posisi

ini mempunyai peran kekuatan yang besar dan mempunyai kepentingan lansung

dan ketertarikan dengan permasalahan ini kecil, menurut penilaian peneliti aktor

yang dimaksud adalah BWS Sumater V, salah satu sebabnya adalah Sungai

Batang Anai terletak di daerah Provinsi Sumatera Barat dan lokasi erosi terjadi di

Kabupaten Padang Pariaman yang mana merupakan wilayah kerja BWS Sumatera

V, selain itu dalam hal kekuatan dapat dilihat dari penjelasan sebelumnya bahwa

BWS mempunyai kewenangan yang penuh atas pelaksanaan kasus erosi ini

dengan adanya program yang telah dibuatkan master plan penanganan erosi DAS

Batang Anai ini, hal ini disampaikan lansung dari pihak BWS terkait dengan

kekuatan yang dimiliki oleh Bapak Iwan Hermawan selaku Kepala Bagian Seksi

Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air menjelaskan dalam

wawancara sebagai berikut:83

“tentu kita punya, karena BWS merupakan unit perpanjangan tangan


PUPR, dan ada tupoksi, kami dalam hal penyusunan kegiatan, untuk
anggaran kembali kepada kementerian dan Bapenas”

Berdasarkan wawancara diatas menjelaskan bahwa BWS dalam hal ini

mempunyai power dan kewenangan dan diatur dalam pelaksanaan program

83Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
106

penanganan. Namun jika dilihat dari sisi kepentingan lansung BWS cenderung

belum menjadikan penanganan eoris DAS Batang Anai ini sebagai prioritas dan

menjadi sebuah kepentingan lansung dari BWS, akan tetapi ketika ditanya secara

lansung terkait dengan kepentingan BWS terhadap permasalahan ini, pihak BWS

memberikan jawaban berbeda sebagaimana yang dijelaskan kembali oleh Bapak

Iwan Hermawan selaku Kepala Bagian Seksi Keterpaduan Pembangunan

Infrastruktur Sumber Daya Air sebagai berikut:84

“oiya tentu, karena ini wilayah sungai ini dari Batang Anai ini bagian dari
wilayah sungai idragiri-akuaman yang merupakan bagian dari BWS
Sumatera V, itu kami mempunyai kewenangan dalam pengelolaan sumber
daya air, termasuk pemberdayagunaan, konservasi dan pengendalian daya
rusak, itu tu kami kalau bisa semua, kami tanganin semua, Cuma itu
anggaran tidak sebanyak itu.

Berdasarkan wawancara diatas dapat dikatakan bahwa BWS mempunyai

kepentingan tapi hanya sebatas karena memang ini merupakan bagian dari

tanggungjawab BWS sebagai pemegang kewenangan, hal ini juga diungkapkan

oleh Bapak Tommy Adam selaku Infroman Triangulasi dalam wawancara sebagai

berikut:85

“wewenang paling tinggi BWS, mereka mempunyai kewenangan untuk


Badan Sungai dari 0-100”

Dengan demikian, menurut penilaian peneliti BWS Sumatera V adalah

aktor yang bersifat contest setter pada proses penanganan erosi sejauh ini sejak

erosi terjadi dari 2017 sampai sekarang, BWS mempunyai power yang besar atas

84
Wawancara dilakukan dengan Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air, Kantor BWS Sumatera V Padang, 17 Mei 2023
85 Wawancara dilakukan dengan Tommy Adam selaku Kepala Departemen Advokasi Lingkungan

Hidup WALHI Sumbar, via phone, 9 Juni 2023


107

kewenangan yang besar dimiliki dalam pengelolaan sungai, namun disisi lain

BWS mempunyai skala kewenangan yang tidak menjadikan kasus ini menjadi

kepentingan yang besar untuk ditangani, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti anggaran dari pusat yang terbatas, kelengkapan dari dokumen kasus erosi

Sungai Batang Anai dari pihak pemerintah kabupaten. Tetapi BWS bisa berubah

menjadi key player yaitu aktor kunci yang memiliki kekuatan dan kepentingan

lansung yang besar jika ada pengaruh dari aktor lain seperti pemerintah kabupaten

untuk mengadvokasi agar penanganan sungai menjadi prioritas.

5.3.3 Subject (memiliki interest tapi dengan power yang kecil)

Pada kuadran subject, posisi ini ditempati oleh aktor yang mempunyai

interest yang tinggi tetapi mempunyai kekuatan yang rendah. Menurut penilaian

peneliti pada kuadran ditempati oleh aktor masyarakat terdampak. Masyarakat

dalam penanganan ini mempunyai kepentingan yang besar dalam penanganan ini,

hal yang menjadikan mereka menjadi subject adalah akibat rumah dan tanah

mereka ambruk tergerus erosi yang menyebabkan mereka kehilangan hunian,

selain itu terlihat dari upaya dan tindakan yang dilakukan masyarakat, merupakan

bagian dari respon atas musibah yang berdampak pada rumah dan tanah mereka,

direct interest masyarakat sangat tinggi, bisa dilihat dari upaya gotong royong

yang diilakukan untuk melakukan penanaman bambu pada DAS yang terkena

erosi dan membantu membangun jalan sementara untuk akses ke Nagari. Hal ini
108

dikonfirmasi lansung oleh masyarakat yang terdampak dalam wawancara bersama

Bapak Defriman sebagai masyarakat yang terdampak sebagai berikut:86

“kalau awak masyarakat ketek ko tu apo dayo, usaho awak bisa tu


malapor ka wali korong tu beko dari wali korong manyampaian ka wali
nagari, yang untuk surek diminta alah om agiahan waktu itu”
(“kalau kami sebagai masyarakat kecil ini tentu tidak ada daya dan upaya,
usaha yang bisa yaitu melapor kepada wali korong dan diteruskan kepada
wali nagari, berkaitan dengan surat sudah om berikan ketika itu”)

Berdasarkan hasil wawancara diatas semakin mempertegas posisi

masyarakat yang terdampak sebagai subject yaitu karena ada kepentingan lansung

yang mereka perjuangkan atas rumah mereka yang terdampak erosi, namun disisi

lain masyarakat mempunyai kekuatan yang lemah sehingga tindakan dan upaya

yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan

erosi ini.

Aktor selanjutnya yang berperan dan dikategorikan dalam kuadran subject

adalah Wali Nagari, peran Wali Nagari dalam permasalahan ini cukup krusial,

karena Wali Nagari mempunyai kepentingan yang besar atas kasus ini, dari ketiga

Wali Nagari dari tiga nagari yang terdampak menyatakan rasa empati dan

mempunyai kepentingan yang besar atas permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Pernyataan ini disampaikan oleh Bapak Alwis selaku Wali Nagari Ketaping dalam

wawancara sebagai berikut:87

86
Wawancara dilakukan dengan Defriman selaku Masyarakat, Korong Palapa Nagari Sungai
Buluh Selatan, 25 Mei 2023
87
Wawancara dilakukan dengan Alwis selaku Wali Nagari Ketaping, Kantor Wali Nagari
Ketaping, 3 Mei 2023
109

“kepentingan kita disini untuk masyarakat, agar proses ganti rugi cepat dan
masyarakat mendapat hak mereka dan meningkatkan taraf hidup dan
hunian yang lebih layak”

Senada yang disampaikan oleh Wali Nagari Ketaping, dari Wali Nagari

Sungai Buluh Timur juga menyampaikan rasa prihatin kepada masyarakat yang

terdampak, apalagi di daerah Sungai Buluh Timur terdapat akses jalan yang putus

akibat dampak dari erosi, dalam wawancara Bapak Zulkifli selaku Wali Nagari

Sungai Buluh Timur menyatakan sebagai berikut:88

“nagari mendukung penanganan ini, apalagi kita prihatin dampak kepada


masyarakat ekonomi terhambat karena akses mereka membawa hasil
kebun tidak lancar”

Sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Wali Nagari atas kepedulian

kepada masyarakat mempertegas posisi Wali Nagari dalam penanganan erosi ini

sebagai subject, karena Wali Nagari tidak mempunyai kekuatan besar dalam kasus

ini, tapi yang merasakan dan melihat secara lansung bagaimana dampak yang

dirasakan atas kasus ini bersama masyarakat adalah Wali Nagari.

Aktor berikutnya yang menjadi bagian pada posisi subject adalah Ninik

Mamak. Persoalan erosi DAS Batang Anai pada proses ganti rugi lahan

seharusnya melibatkan Ninik Mamak dalam proses diskusi untuk ganti rugi lahan

berjalan dengan lancar, namun fakta di lapangan terbukti bahwa pada proses ini

Ninik Mamak setempat tidak dilibatkan oleh pihak berwenang dalam penanganan

ini padahal untuk persoalan tanah yang melibatkan tanah ulayat peran dan

Wawancara dilakukan dengan Zulkifli selaku Wali Nagari Sungai Buluh Timur, Kantor Wali
88

Nagari Sungai Buluh Timur, 5 Mei 2023


110

kepentingan Ninik Mamak sangat besar dalam hal pengelolaan, maka dari itu

menurut penilaian peneliti Ninik Mamak pada persoalan ini mempunyai

kepentingan dalam persoalan ini terutama pada proses ganti rugi lahan, namun

tidak mempunyai kekuatan yang besar.

5.3.4 Key Player (memiliki kekuatan dan kepentingan yang besar)

Stakeholder mapping yang berpotensi berperan sebagai key player adalah

Bupati Padang Pariaman, peran Bupati sangat sentral dalam proses penanganan

erosi DAS Batang Anai, Bupati bisa melakukan advokasi secara masif dan

mempunyai kekuatan untuk melakukan diskusi dan dengan kepemimpinannya

bisa memberikan pengaruh kepada BWS untuk melakukan percepatan

penanganan, begitu juga dengan kepentingan, erosi yang terjadi di Sungai Batang

Anai terletak pada Kecamatan Batang Anai yang merupakan bagian dari wilayah

Kabupaten Padang Pariaman, oleh karena itu kepentingan Bupati seharusnya

besar terhadap penanganan erosi ini selesai. Namun menurut penilaian peneliti

potensi pada posisi key player tersebut yang pada saat sekarang ini tidak

digunakan dengan maksimal oleh Bupati Padang Pariaman, berdasarkan

penjelasan pada aspek sebelumnya mengenai kepentingan dan kekuatan, Bupati

seolah-olah mempunyai kepentingan kecil karena dibatasi oleh kewenanganan

dalam penanganan, padahal Bupati bisa memberikan kekuatannya terhadap

penanganan kasus ini tidak hanya melalui pelaksanaan penanganan secara

lansung, namum bisa menggunakan diskusi, advokasi dan lobi politik. Dengan

demikian peran Bupati sebagai Key Player akan bisa berhasil.


111

Gambar 5.8 Stakeholder Mapping Erosi DAS Batang Anai

Menurut penilaian peneliti stakeholder mapping penanganan erosi DAS

Batang Anai berdasarkan pemetaan power versus interest grid, memetakan bahwa

masyarakat terdampak dan Wali Nagari merupakan aktor yang tergolong pada

kelompok subject, Bupati Padang Pariaman tergolong kepada kelompok key

player, masyarakat terdampak dan Wali Korong sebagai crowd/follower dan BWS

Sumatera V menjadi kelompok contest setter.


112

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Erosi daerah aliran Sungai Batang Anai sudah terjadi sejak tahun 2017,

erosi menimbulkan banyak akibat seperti rumah dan tanah warga yang ambruk,

bahkan membuat jalan akses satu-satunya untuk masuk ke Nagari terputus,

beberapa nagari terdampak di kecamatan Batang Anai, yaitu, Nagari Ketaping,

Sungai Buluh, Sungai Buluh Selatan, Sungai Buluh Barat, dan Sungai Buluh

Timur. Persoalan ini seolah larut karena tidak terlihat bentuk penyelesaian erosi

yang terjadi secara signifikan, serta ketidakjelasan aktor yang mempunyai peran

untuk bertanggungjawab atas penyelesaian kasus erosi ini. Beberapa kebijakan

regulasi lokal telah mengatur mengenai pengelolaan air dan daya rusak air di

wilayah sungai, yakni Peraturan Menteri PUPR No.5 tentang Organisasi Dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian PUPR pasal 4 serta Peraturan

Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai Pasal 4.

Berdasarkan dari teori teknik stakeholder mapping, terdapat dua teknik

pemetaan pemangku kepentingan yang berperan dalam penanganan erosi DAS

Batang Anai yaitu pertama teknik policy implementation mapping dengan

pemetaan aktor yang berpotensi menolak dan mendukung penanganan erosi DAS

Batang Anai dengan mengidentifikasi tujuh aspek yang dimiliki oleh aktor yakni

kepentingan, sumber daya, channel, kemungkinan partisipasi, tingkat pengaruh,

implikasi dan action, kedua teknik power versus interest grid yaitu dengan
113

pemetaan aktor berdasarkan kekuatan dan kepentingan dan dibagi atas empat

kuadran yaitu crowd, subject, contest setter dan key player. Dalam realitasnya

para aktor yang terlibat terlihat tidak jelas peran dan tanggungjawabnya yang

mengakibatkan penanganan erosi yang sangat lambat sehingga peneliti berasumsi

Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman mempunyai kekuatan yang kuat dalam

penanganan kasus ini, namun memiliki kepentingan yang rendah, sedangkan

masyarakat mempunyai kepentingan kuat, tetapi tidak memiliki kekuatan besar

dalam penanganannya.

Berangkat dari asumsi yang berdasar pada beberapa data dilapangan,

peneliti akan melihat bagaimana pemetaan dan peran pemangku kepentingan

dalam penanganan erosi DAS Batang Anai dimana kajian dalam penelitian ini

menggunakan konsep stakeholder mapping yang dikemukakan oleh Bryson

dengan menggunakan dua dari delapan teknik pemetaan yaitu policy

implementation mapping dan power versus interest grid .

Stakeholder mapping penanganan erosi DAS Batang Anai dilihat dari

aktor yang berpotensi mendukung dan menolak penanganan, aktor yang

berpotensi menolak adalah BWS, dilihat dari tujuh aspek yang mempengaruhi

yaitu kepentingan, sumber daya, channel, kemungkinan partisipasi, tingkat

pengaruh, implikasi dan action. Dari tindakan BWS berdasarkan aspek tersebut

menurut penilaian peneliti bahwa BWS menjadi aktor berpotensi menolak

penanganan erosi DAS Batang Anai, hal ini bisa dilihat langkah BWS yang belum

menjadikan kasus ini menjadi prioritas sehingga implikasinya penanganan sangat

lambat karena sejak terjadi dari 2017 sampai sekarang belum selesai, dan merujuk
114

pada master plan yang ada BWS baru memasuki pada tahap ketiga dari enam

tahapan yang akan memakan waktu lebih banyak lagi. Aktor yang berpotensi

menolak selanjutnya adalah Bupati Padang Pariaman, dilihat dari ketujuh aspek

juga. Menurut penilaian peneliti Bupati Padang Pariaman tidak mempunyai

sumber daya yang besar dalam penanganan ini, cenderung hanya bertumpu pada

BWS, selanjutnya sebagai orang nomor satu di Kabupaten Padang Pariaman

seharusnya Bupati mempunyai peran pengaruh dan memberikan advokasi secara

masif atas permasalahan erosi ini kepada pihak BWS sehingga kasus ini menjadi

blowup untuk diatasi secapatnya mengingat dampak yang terjadi pada masyarakat

dan daerah.

Aktor yang berpotensi mendukung, adalah masyarakat terdampak, Wali

Nagari, Ninik Mamak dan Bamus. Penilaian ini berdasar pada ketujuh aspek yang

dilakukan oleh kedua aktor. Pertama dari masyarakat secara normatif tentu

menginginkan penanganan cepat terealisasi karena mereka merasakan dampak

dari erosi secara lansung dan menginginkan haknya terpenuhi seperti ganti rugi

rumah dan tanah yang ambruk, selanjutnya dari keterbatasan sumber daya yang

dimiliki masyarakat masih mampu memberikan peran dan action dalam

melakukan gotong royong untuk penanganan sementara. Oleh karena itu menurut

penilaian peneliti masyarakat merupakan aktor yang berpotensi mendukung

penanganan erosi DAS Batang Anai. Aktor yang berpotensi mendukung

selanjutnya adalah Wali Nagari, berdasarkan aspek kepentingan Wali Nagari,

aktor ini menjadi penghubung aspirasi dan keluhan masyarakat kepada

pemerintah kabupaten, bahkan aktor ini yang paling aktif untuk membantu
115

memfasilitasi, berdiskusi baik kepada masyarakat maupun kepada pihak BWS dan

Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Wali Nagari juga mempunyai peran

yang sentral, dengan keterbatasan sumber daya dan kewenangan yang dimiliki

Wali Nagari nyatanya bisa memberikan implikasi dan action dalam penanganan

ini bersama masyarakat seperti memobilisasi masyarakat untuk melakukan

penanganan sementara. Dengan demikian menurut penilaian peneliti Wali Nagari

merupakan aktor yang berpotensi mendukung penanganan erosi DAS Batang

Anai. Aktor potensial mendukung lainnya adalah Ninik Mamak dan Bamus, peran

dan kepentingan Ninik Mamak pada proses ganti rugi lahan karena banyak dari

tanah yang terdampak erosi merupakan tanah ulayat yang dikelola oleh Ninik

Mamak, namun mereka tidak dilibatkan oleh aktor yang memiliki kewenangan

untuk menyelesaikan permasalahan ini bersama, namun Ninik Mamak sendiri siap

membantu percepatan proses ini, dengan demikian menurut penilaian peneliti

Ninik Mamak merupakan aktor potensial mendukung, begitu juga dengan Bamus

yang juga tidak dilibatkan dalam persoalan ini, namun secara normatif Bamus

mendukung dan menginginkan persoalan erosi DAS Batang Anai cepat selesai.

Stakeholder mapping dilihat dari teknik power versus interest grid, dalam

hal ini dapat dilihat aktor yang menjadi crowd/follower yang mempunyai

kekuatan dan kepentingan yang lemah yaitu masyarakat yang tidak terdampak

atau masyarakat yang tidak menjadi korban, selanjutnya aktor yang diposisi

contest setter yang mempunyai kekuatan yang besar tetapi tidak mempunyai

kepentingan yang besar yaitu BWS, karena dalam hal kewenangan BWS

mempunyai kewenangan yang besar terhadap kasus ini, namun dari skala
116

kewenangan, kasus ini tidak dijadikan prioritas dibandingkan dengan kasus-kasus

erosi pada sungai lainnya. Selanjutnya aktor yang berada diposisi subject yang

memiliki kepentingan tinggi namun kekuatan kecil yaitu masyarakat terdampak,

Wali Nagari dan Ninik Mamak, realita yang dilihat bahwa masyarakat terdampak

dan Wali Nagari dalam proses penanganan sangat antusias untuk kasus erosi ini

terlaksana dan selesai karena mereka yang secara nyata merasakan dampak dari

erosi sungai ini, begitu juga dengan Ninik Mamak yang menginginkan proses

ganti rugi lahan sesuai dengan prosedur yaitu berdiskusi dengan Ninik Mamak

agar ganti rugi lahan terhadap anak kemenakan diperoleh secara merata. Terakhir

aktor yang berada di posisi key player adalah Bupati Padang Pariaman, posisi ini

merupakan aktor yang mempunyai kepentingan dan kekuatan yang besar, namun

fakta yang terjadi dilapangan hal ini berbanding terbalik apa yang dilakukan oleh

Bupati, dan posisi key player yang dimiliki oleh Bupati tidak digunakan dengan

maksimal.

Berdasarkan paparan singkat mengenai poin-poin kesimpulan dari hasil

penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, penanganan erosi

DAS Batang Anai sudah dilaksanakan dan sudah memasuki tahap ketiga yaitu

pengukuran dan pembebasan lahan sebelum dilakukan konstruksi dan operasi

pengerjaan banjir kanal yaitu bentuk dari akhir penanganan antisipasi erosi.

Stakeholder mapping dalam penanganan erosi DAS Batang Anai terdiri dari

beberapa aktor yang berpotensi mendukung yaitu masyarakat Wali Nagari, Ninik

Mamak dan Bamus, serta yang berpotensi menolak adalah BWS dan Bupati

Padang Pariaman, dan untuk posisi aktor berdasarkan power dan interest, aktor
117

yang mempunyai kepentingan yang rendah tetapi mempunyai kekuatan tinggi

adalah BWS, sedangkan yang mempunyai kekuatan rendah dan kepentingan

tinggi adalah masyarakat, Wali Nagari dan Ninik Mamak, dan aktor yang

mempunyai kepentingan dan kekuatan yang rendah adalah masyarakat tidak

terdampak dan Bamus, serta terakhir aktor yang mempunyai kepentingan yang

tinggi dan kekuatan yang tinggi adalah Bupati Padang Pariaman. Meskipun

beberapa aktor yang telah dipetakan sudah melakukan tugasnya, namun ada

harapan kepada Bupati untuk menggunakan peran sebagai key player dengan

maksimal untuk memberikan pengaruh kepada BWS bahkan sampai kepada pusat

untuk percepatan penanganan erosi DAS Batang Anai.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti jabarkan serta merujuk pada

hasil temuan peneliti di lapangan mengenai stakeholder mapping penanganan

DAS Batang Anai, maka terdapat saran-saran dari peneliti untuk memaksimalkan

penelitian ini, yaitu:

1. Dalam penanganan erosi DAS Batang Anai, agar terjadi percepatan

penanganan, Bupati dan lembaga non pemerintah hendaknya lebih

masif melakukan advokasi kepada BWS dan pemerintah pusat untuk

kasus erosi ini terselesaikan.

2. Untuk masyarakat yang tinggal di sempadan sungai hendaknya

dilakukan sosialisasi dan proses edukasi oleh BWS agar pemanfaatan

lahan daerah aliran sungai tidak mudah terjadi erosi.


118

3. Adanya koordinasi yang kuat antara Bupati dan BWS dalam

penanganan ini apalagi dalam proses penggantian lahan, dengan proses

surat menyurat dan negosiasi agar semua saling di untungkan

4. Pada penelitian ini fokus peneliti hanya melihat stakeholder mapping

dengan menggunakan 2 teknik dari 7 teknik yang ada pada teori, saran

peneliti untuk penelitian selanjutnya, untuk dapat melihat stakeholder

mapping menggunakan ketujuh teknik yang ada.

5. Pada penjelasan penelitian diatas terlihat ada penanganan sungai yang

menjadi prioritas BWS untuk ditangani, dan adanya peran Bupati yang

bisa dilakukan untuk melakukan lobi politik dan advokasi untuk

memperjuangkan daerahnya, Berdasarkan hal ini, saran peneliti untuk

lanjutan pada penelitian selanjutnya melihat pola hubungan kepala

daerah terhadap pengaruh prioritas sebuah kebijakan.


119

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. R., Pudyono, M, S. (2009). Penanggulangan Erosi Secara Struktural
Pada Daerah Aliran Sungai Bango. Jurnal Rekayasa Sipil, Volume 3, No.1
– 2009 Issn 1978 – 5658, 51-63.
Anugraha, Aulya. Dwi Lega Hati dan Hazna Hidayah. Kecamatan Batang Anai
Dalam Angka Batang Anai Subdistricts In Figures 2021. Padang Pariaman:
Penerbit BPS Padang Pariaman,2021.

Aqilla, N. A. (2022). Tata Kelola Lingkungan Hidup Dalam Pengendalian


Pencemaran Sungai Batang Arau Kota Padang. Skripsi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas.
Banuaminang.Co.Id. 2021. Masyarakat Palapa Kecewa, Menantikan Bupati
Sampai Jam 5 Sore (Online). (https://banuaminang.co.id/masyarakat-
palapa-kecewa-menantikan-bupati-sampai-jam-5-
sore/?share=facebook&nb=1 diakses pada 27 september 2022).

Bps.go.id. 2016. Nama Sungai, Daerah Yang Dilalui dan Panjangnya Tahun 2015
(online).
(https://padangpariamankab.bps.go.id/statictable/2016/07/27/365/nama-
sungai-daerah-yang-dilalui-dan-panjangnya-tahun-2015.html diakses pada
20 September 2022).
Daus, Syafril. (2019). Analisis Degradasi Dasar Sungai Batang Anai Dan
Pengaruhnya Terhadap Kestabilan Bendung Anai di Sumatera Barat
(online). (https://hathi-pusat.org/ejournalv2/index.php/pit-
36/article/view/262 diakses pada 18 September 2022).
Fauzi, A. N., Rostyaningsih, D. (2018). Analisis Peran Aktor Dalam Formulasi
Kebijakan Semarang Smart City. Departemen Politik Dan Pemerintahan,
1-18.
Hardani, Helmina Adriani Jumari Ustiawati, Emi Fatmi Utami, Ria Rahmatul
Istiqomah, Roushandy Asri Fardani, Dika Juliana Sukmana & Nur
Hikatul Auliya. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
Yogyakarta:Pustaka Ilmu
Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP No. 38 Tahun
2011 Tentang Sungai.
Junengsih, J., Putri, E. I. K., Ismail, A. (2017). Analisis Stakeholder Dalam
Pengelolaan Das Citarum Dan Limbah Industri . Risalah Kebijakan
Pertanian Dan Lingkungan , 112-124.
Kustriani, Sri Hadiati Wara. (2015). Modul Pelatihan Analisis Kebijakan.
Jakarta:Deputi Bidang Kajian Kebijakan
120

Lukman, D. W. (2017). Identifikasi Aktor Dan Relasi Kuasa Dalam Pengelolaan


Hutan Kemasyarakatan (Hkm) Pada Kawasan Bangkeng Bukit, Desa
Bukit Harapan Dan Desa Bontonyeleng, Kecamatan Gantarang,
Kabupaten Bulukumba. Skripsi, Fakultas Kehutanan Universitas
Hasanuddin Makassar.
Mania, Sitti. 2008. “Obesevasi Sebagai Alat Evaluasi Dalam Dunia Pendidikan
dan Pengajaran”. Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Vol 11 (2) 220-233
Mekarsasi, R., Utomo, P. (2019). Analisis Tingkat Bahaya Erosi Pada Waduk
Wadaslintang Dengan Aplikasi ARCGIS. Jurnal Geografi Gea, Volume
19, Nomor 2, Oktober 2019, 93-104.
Miles, B. M., Huberman, A. M. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. (Jakarta:UI Press, 1992), hal 16
MinangkabauNews.com. 2022. Batang Anai Mengamuk, Jalan Putus Total
(online). (https://minangkabaunews.com/batang-anai-mengamuk-jalan-
putus-total/?amp diakses pada 27 september 2022).

Muhadjir, Noeng, 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positivistik,


Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi
Teks dan Penelitian Agama diakses melalui https://schoolar.google.com
pada 20 September 2022
Open Data PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 16
Desember 2020. Tentang Wilayah Sungai. Diakses pada 8 November
2022 dari https://data.pu.go.id/dataset/wilayah-sungai
Padang Pariaman. 15 Januari 2013.Tentang Padang Pariaman. Diakses pada 20
September 2022, dari
https://padangpariamankab.go.id/2013/01/15/hidrologi/
Padangpariamankab.go.id. 2022. Halaman Profil Situs Resmi Pemerintah
Kabupaten Padang Pariaman (online).
(https://padangpariamankab.go.id/profil/profil_detail/25 diakses pada 27
April 2023 Pukul 18.00 wib)
Putri, N.A.Dwi. (2011). Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Pencemaran
Air Sungai Siak ( Studi Pada Daerah Aliran Sungai Siak Bagian Hilir ).
Jurnal Ilmu Politik Dan Ilmu Pemerintahan, 68-79.
Rahardjo, M. 2010. Triangulasi dalam penelitian kualitatif. UIN Maulana Malik
Ibrahim. Malang. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2022. www.uin.malang.ac.id.

Sanusi, A. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba Empat


Siahaan, V. R. (2020). Politik Lingkungan Indonesia Teori & Studi Kasus.
Jakarta: Uki Press.
121

Sda.pu.go.id. 2022. Tugas dan Fungsi Balai Wilayah Sungai V Sumatera (online).
(https://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera5/profil/tugas-dan-fungsi/ diakses
pada 24 Mei 2023, pukul 22.51 wib)
Sda.pu.go.id. 2022. Visi Misi Balai Wilayah Sungai V Sumatera (online).
(https://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera5/profil/visi-dan-misi/ diakses
pada 24 Mei 2023, pukul 22.40 wib)
Sugiyono, 2013, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
(Bandung: ALFABETA).
TrbunPadang.com. 2021. Wali Nagari Sungai Buluh Timur Memohon Jalan
Amblas Segera Diperbaiki (online). 19 Agustus 2021.
(https://padang.tribunnews.com/amp/2021/08/19/wali-nagari-sungai
buluh-timur-memohon-jalan-amblas-segera-diperbaki-jalan-utama-ke
pemukiman-warga) diakses pada 10 Juni 2023).

TVRINews.com. 2022. Korban Erosi Batang Anai Minta Penanganan Dipercepat


(online). ( https://www.tvrinews.com/id/berita/tdy6pei-korban-erosi-
batang-anai-minta-penanganan-dipercepat diakses pada 27 september
2022).
122

LAMPIRAN

DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Kondisi Rumah Warga terdampak erosi Sungai Buluh Timur

2. Kondisi rumah warga terdampak erosi Sungai Buluh Selatan

3. Swadaya masyarakat menanam bambu mencegah erosi


123

4. Swadaya masyarakat membuat jalan sementara akses Nagari Sungai Buluh

Timur

5. Master Plann Penanganan erosi DAS Batang Anai


124

6. DED Penanganan erosi DAS Batang Anai


125

7. Diskusi Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman bersama Wali Nagari dengan

BWS terkait permasalahan erosi DAS Batang Anai

8. Wawancara bersama Bapak Afrizal selaku Wali Nagari Sungai Buluh Selatan
126

9. Wawancara bersama Bapak Alwis selaku Wali Nagari Ketaping

10. Wawancara bersama Bapak Zulkifli Selaku Wali Nagari Sungai Buluh

Timur
127

11. Wawancara bersama Bapak Iwan Hermawan selaku Kepala Seksi

Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air BWS Sumatera V


128

12. Wawancara bersama Bapak Emri Nurman selaku Kabag Tata

Pemerintahan dan Kerjasama

13. Wawancara dengan Bapak Defriman sebagai masyarakat terdampak


129

14. Wawancara bersama Bapak Ery Iswandi selaku informan triangulasi

(komunitas peduli sungai )

15. Wawancara bersama Bapak Tommy Adam selaku Informan Triangulasi

via phone (WALHI SUMBAR)


130

16. Wawancara bersama Bapak Dasmi selaku Informan Bamus Nagari Sungai

Buluh Selatan

17. Wawancara bersama Mak Datuak selaku Ninik Mamak Nagari Sungai

Buluh

Anda mungkin juga menyukai