Disusun oleh :
Ni NyomanTrioka R. 011813243055
Shindy Ayu W. 011813243056
Robiatul Isnaeni R. 011813213004
1. Definisi febris
Febris atau yang lebih dikenal dengan demam merupakan suatu keadaan dimana
pengeluaran produksi panas yang tidak mampu untuk dipertahankan karena terjadinya
penigkatan suhu tubuh abnormal (Valita,2007). Hal ini disebabkan adanya peningkatan titik
patokan (set point) suhu di hipotalamus (Corwin,2010). Seseorang dikatakan demam jika
memiliki suhu > 37,5ºC (Oswari,2009). Demam terjadi dikarenakan ada pelepasan pirogen
dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Noer,2008). Penyebab dari suhu tubuh yang meningkat dan
menurun dapat disebabkan oleh penyakit, stress, suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas
taupun dingin dapat memicu kematian (Hidayat,2008). Namun, menurut Widjaja (2001)
febris merupakan suatu reaksi alamiah tubuh dalam melakukan perlawanan terdapat
beragam penyakit yang masuk atau berada didalam tubuh manusia. Penyakit febris atau
demam tidak hanya diderita anak – anak tetapi pada orang dewasa maupun lansia juga
terganatung dari sisten imun setiap individu sendiri (Hidayat,2008)
2. Klasifikasi demam
Tipe demam sendiri dibagi menjadi 5 yaitu :
a. Demam septik
Suhu badan berangsur baik ketingkat yang tinggi sekali pad amalam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan mengggil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan
demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai 2 derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik. Biasanya ditemukan pada demam tifoid
fase awal dan berbagai penyakit virus.
c. Demam intermitten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam 2 hari disebut tersiana dan bila terjadi 2 hari terbebas
demam diantara 2 hari sekali siantara 2 serangan demam disebut kuartana. Contoh :
malaria, endocarditis, bakterialis, bruselosis.
d. Demam continue
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. Dalam kelompok demam ini
meliputi : penyakit pneumonia, infeksi kuman gram- negative, riketsia, demam tifid,
gangguan system saraf pusat, tularemia, dan malaria falciparum.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
3. Etiologi
Penyebab dari febris menurut Saifuddin (2014) yakni
a. Suhu lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Otitis media
f. Imunisasi
4. Manifestasi klinis
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam
meliputi :
a. Fase awal (dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
1) Peningkatan denyut jantung
2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot
4) Peningkatan suhu tubuh
5) Pengeluaran keringat berlebih
6) Rambut kulit berdiri
7) Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah.
b. Fase demam
Tanda dan gejala
1) Proses menggigil lenyap
2) Kulit terasa hangat/panas
3) Merasa tidak panas/dingin
4) Peningkatan nadi
5) Peningkatan rasa haus
6) Dehidrasi
7) Kelemahan
8) Kehilangan nafsu makan
9) Nyeri pada otot akibat katabolisme protein
c. Fase pemulihan
1) Kulit tampak merah hangat
2) Berkeringat
3) Menggigil ringan
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada psien demam yaitu
a. Pemeriksaa leukosit : pada kasus demam sebagian besar ditemukan jumlah leukosit
dalam dalam batas normal, namun terkadang ditemukan leukositosis walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder
b. Pemeriksaan SGOT (Serum Glutama Oksaloasetat Transaminase) dan SGPT ( Serum
Glutamate Piruvat Transaminase). Pada pasien demam biasanya terjadi peningkatan
kadar SGOT dan SGPT, namun akan kembali normal jika demam sembuh. Kenaikan
SGOT dan SGPT tidak memerlukan pembatasan pengobatan
c. Uji widal. Uji widal adalah suatu reaksi antigen dan antibody/agglutinin. Agglutinin
yang spesifik terdapat salmonella pada serum demam pasien. Uji widal biasanya
digunakan untuk menunjukkan adanya demam tifoid.
6. Penatalaksanaan
Cara penatalaksanaan demam dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Metode Farmokologi/ obat – obatan
Penanganan pasien demam dapat dilakukan dengan memberikan obat – obatan
antipiretik. Indikasi pemberian antipiretik menurut IDAI (2010) antara lain :
1) Demam > 39ºC yang berhubungan dengan gejala nyeri atau tidak nyaman, biasa
timbul pada keadaan otitis media atau myalgia.
2) Demam > 40ºC
3) Demam berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism. Keadaan
undernutrition, penyakit jantung, luka baar atau pasca operasi memerlukan
antipiretik.
4) Anak dengan riwayat kejang atau delirium yang disebabkan demam.
Obat antipiretik bekerja dengan merangsang penurunkan suhu pada hipotalamus
sehingga mencegah pembentukan prostaglandin dan menghambat enzim
cyclooxygenase yang mana diperintah memproduksi panas diatas batas normal dan
pengeluaran panas. Obat – obatan yang sering digunakan yakni :
1) Paracetamol
Obat ini aman diberikan kepada bayi dan anak. Pengunaan dengan dosis berlebih
dapat menimbulkan gangguan fungsi hati. Paracetamol dapat diberikan setiap 6-8
jam sesuai dengan kebutuhan. Jenis obat yang mengandung paracetamol seperti
tempra, sanmol, praxion, naprex, bodrexin, dumin, termorex, dll. Obat ini tersedia
dalam sedian tablet, drop dan suppositoria.
2) Ibuprofen
Ibu profen dapat diberikan pada kondisi demam yang tinggi (>40ºC), demam
membandel yang tidak responsive terhadap pemberian paracetamol atau demam
yang disertai peradangan. Contoh obat yang mengandung ibuprofen yakni proris,
rhelafen, fenris, bufect, dll.
Dalam memilih obat demam, pilihlah obat yang tidak mengandung alkohol, karena
beberapa produk sirup juga ada yang menggunakan alkohol sebagai campurannya.
Menurut Ristan (2015) dalam sebuah artikel mengungkapkan bahwa penggunaan
alkohol pada obat digunakan sebagai pelarut pembantu untuk melarutkan zat obat,
namun alkohol yang diberikan pada obat memiliki kadar tertentu berdasarkan usia
pemberian obat. Kadar alkohol yang mencapai 0,15 -0,2% pada darah anak dapat
mengakibatkan muntah/mabuk dan tidak dianjurkan pada anak yang memiliki hepatitis
karena dapat menyebabkan sirosis.
b. Metode non farmakologik
Penatalaksanaan penurunan suhu badan tanpa menggunakan obat yakni dapat dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
1) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2) Memperhatikan aliran udara didalam ruangan
3) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang
akan berakibat rusaknya sel – sel otak
4) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak – banyaknya. Minuman yang daapat
diberikan berupa air putih, susu, air buah atau air teh.
5) Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
6) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak , lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan
membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan
alcohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan). Saat ini yang lazim
menggunakan kompres air hangat sebab tubuh akan mneginterpretasikan bahwa
suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol
pengaruh suhu diotak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi.
Disamping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di
kulit melebar atau mengalami vasoliditasi, juga akan membuat pori – pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
7. Komplikasi
a. Dehidrasi. Dehidrasi biasanya diakibatkan peningkatan penguapan cairan tubuh.
b. Kejang demam. Jarang sekali terjadi pada anak (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.
Namun, apabila kejang terjadi dengan durasi yang lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputus suplai
oksigen ke otak akan berakibat kerusakan sel – sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
Daftar pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta ; Salemba Medika
IDAI.2010. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Jakarta
Ristan.2015. Tanggapan : Efek Obat Batuk Beralkohol Pada Anak.
https://www.kompasiana.com/ris.tan/551b1b37a333118f23b65d61/tanggapan-efek-obat-
batuk-beralkohol-pada-anak diakses pada tanggal 24 Juni 2015
Saifuddin, Abdul Bari, et al. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta. YBP-SP