Anda di halaman 1dari 15

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

DINAMIKA HUKUM POLIGAMI TUNISIA DI


PERSPEKTIF GENDER
Ayyus Sahidatul Chusnayaini
Fakultas Syari'ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
surel:Hime_funkhow@yahoo.com

Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan dinamika hukum poligami Tunisia dalam
perspektif gender. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian normatif
dengan kolaborasi pendekatan historis, perundang-undangan, dan konseptual.
Hasilnya menentukan bahwa dinamika hukum poligami merupakan revolusi besar
di Tunisia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika tersebut:
pemahaman agama; ideologi sekuler; sosial budaya; politik; dan pendidikan.
Dinamika tersebut terlihat dari perkembangan hukum periode ketiga, yaitu: a)
masa prakemerdekaan b) masa setelah kemerdekaan c) masa revolusi (saat ini).
Ada beberapa isu mengenai wacana legalisasi hukum pelarangan hukum poligami
di Tunisia. Dinamika hukum poligami yang terjadi pada masa pasca kemerdekaan
menunjukkan adanya kemajuan dalam upaya Negara Tunisia dalam melindungi
hak-hak perempuan.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah dinamisasi hukum poligami di


Tunisia menurut gender. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian
normatif dengan mengolaborasikan sejarah, undang-undang dan konsep.
Hasil penelitian dinamika menunjukkan sebuah revolusi yang besar di Tunisia. Diantara
faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika tersebut adalah: pemahaman agama;
idiologi sekuler; susio-kultural; politik; dan pendidikan. Dinamika ini dapat dilihat dari 3
periode perkembangannya, yang meliputi: a) periode sebelum kemerdekaan; b) masa
setelah kemerdekaan; dan c) periode revolusi (sekarang). Ada beberapa persoalan
tentang wacana hukum yang melegalkan larangan poligami di Tunisia. Dinamika
hukum poligami yang terjadi setelah menunjukkan usaha negara Tunisia untuk
meningkatkan perlindungan terhadap hak-hak wanita. Kata Kunci: Dinamika, Gender,
Hukum Poligami, Tunisia

Salah satu fenomena yang muncul di Hukum Islam sebenarnya diterapkan di hampir
dunia Islam pada abad ke-20thAbad ini adalah setiap negara di dunia Islam.2
adanya reformasi hukum keluarga yang
dominan terjadi di negara-negara Islam.1 Reformasi hukum keluarga pertama kali
Hukum keluarga merupakan landasan syariat dilakukan oleh Turki ketika mengeluarkan Undang-
Islam dan menjadi ciri struktur dan etos peradaban undang Hukum Ottoman tentang Hak Keluarga
Islam selama berabad-abad. Selain itu Hukum (Qanun al-Huquq qarar al-'Â'ilah al-'Usmâniyyah)
Keluarga Islam merupakan bidang dimana pada tahun 1917.3Setelah itu disusul Lebanon

2 JND Anderson,Hukum Islam Di Dunia Modern,


Alih Bahasa Machnun Husain, Cet. I
1Atho'Mudzhar,“Hukum Keluarga di Dunia Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hal. 100.
Studi Modern Perbandingan dan Keberanjakan UU 3 Tahir Mahmood, Reformasi Hukum Keluarga di kalangan Muslim
Modern dari Kitab-Kitab Fikih”(Jakarta: Ciputat Dunia (Bombay: NM TRIPATHI PVT. LTD,
Press, 2003), hal. 10 1972), hal. 17

127
128|Ayyus Sahidatul,Dinamis Tunisia|

pada tahun 1919, Yordania pada tahun 1951, dan Suriah pada tahun dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam
1953, termasuk Tunisia pada tahun 1957.4 aktivitas kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat,
maupun berbangsa dan bernegara.8
Tunisia adalah negara Islam yang memiliki
nama resmi Republik Tunisia, ibu kotanya adalah Larangan poligami di Tunisia di atas,
Tunis, terletak di Afrika Utara. Negara ini sebenarnya Tunisia ingin mengangkat dan
berbatasan dengan Aljazair di barat, Mediterania di melindungi harkat dan martabat perempuan
utara dan timur, serta Libya di tenggara. Penduduk Tunisia. Pelarangan poligami mendapat kecaman
negara yang berjumlah 10 juta jiwa ini dari masyarakat yang mencoba melegalkannya
terkonsentrasi di bagian utara, 98% penduduknya kembali dengan berbagai alasan karena
beragama Islam.5Negara ini memperoleh bertentangan dengan prinsip syariah. Dari
kemerdekaan pada tahun 1956 dengan Habib permasalahan tersebut, penulis ingin melakukan
Bourguiba sebagai presiden pertama6. penelitian mengenai dinamika hukum poligami
Tunisia dalam perspektif gender.
Hukum poligami yang diterapkan di Tunisia
jauh berbeda dengan hukum keluarga modern di Berdasarkan latar belakang penelitian di atas
beberapa Negara Islam di dunia. Sebagaimana kita penulis dapat menyimpulkan beberapa tujuan
ketahui, poligami yang selama ini banyak dilakukan di penelitiannya adalah: 1) Untuk mendeskripsikan
kalangan umat Islam berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dinamika undang-undang poligami di Tunisia 2) Untuk
telah membolehkan secara tegas bagi umat Islam menganalisis dinamika undang-undang poligami
untuk melakukan poligami. Hal ini telah ditetapkan Tunisia dalam perspektif gender.
dalam QSAn-Nisa:7
Latar Belakang Sejarah Keluarga Islam
َ‫ﻭَﺇِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ َ ﺃ ﱠﻻ ﺗُﻘْﺴِﻄُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﯿَﺘَﺎﻣَﻰ ﻓَﺎﻧْﻜِﺤُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻁَﺎﺏ‬ Reformasi Hukum di Tunisia
‫ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِﺴَّﺎءِ ﻣَﺜْﻨَﻰ ﻭَﺛُﻼَﺙَ ﻭَ ﺭُﺑَﺎﻉَ ﻓَﺈِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﺃَ ﱠﻻﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍ‬
(3) ‫ﻓَﻮَﺍﺣِﺪَﺓً ﺃَﻭْ ﻣَﺎ َ ﻣﻠَﻜَﺖْ ﺃَﯾْﻤَﺎﻧُﻜُﻢْ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺩْﻧَﻰ ﺃَ ﱠﻻ ﺗَﻌُﻮﻟُﻮﺍ‬ Tunisia adalah negara Arab Muslim yang
terletak di wilayah Maghreb. Pada tahun 1956,
“Dan jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap Tunisia memperoleh status negara merdeka dan
perempuan yatim piatu, maka nikahilah perempuan kemudian, pada tahun 1957, menjadi Republik.
yang menyenangkan kamu dari perempuan (lainnya), Berdasarkan Konstitusi Tunisia, Islam adalah
dua, tiga, atau empat orang. Namun jika kamu takut wilayah negara.9Tunisia juga mempunyai nama
tidak berlaku adil, maka (kawinlah saja) salah satu atau resmi adalah Republik Tunisia dengan ibukotanya
orang yang dimiliki tangan kananmu. Itu lebih baik di Tunis, Afrika Utara. Jumlah penduduknya
agar kamu tidak condong (kepada ketidakadilan). (QS mencapai kurang lebih 10.732.900 jiwa.10
an-Nisa':3)
Ulama Maliki mempunyai peranan besar
Poligami pernikahan dulu sering dalam inisiasi penegakan hukum yang diakui
terkait dengan permasalahan gender yang merupakan salah satu secara resmi setelah Negara Tunisia terbentuk.
bentuk kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Kajian Dahulu negara ini merupakan kerajaan Charthage
gender bukan sekadar upaya memahami perempuan atau laki- pada tahun 814 SM. Kemudian Kerajaan Charthage
laki secara terpisah, namun bagaimana menempatkan keduanya mendapat pengaruh Islam dari sahabat Nabi yang
dalam konteks sistem sosial di mana keduanya merupakan bernama Uqbah bin Nafi ra. Akibat pergantian
bagian integral di dalamnya. Ia juga memposisikan antara laki-laki dinasti yang memimpin Islam, maka muncullah
dan perempuan secara setara beberapa dinasti. Hampir semuanya, mereka
mengaku keturunan Turki itu

4Ibid., hal. 73 dan 93


5 Jumlah Penduduk (Seluruhnya), 8Mufidah Ch,Psikologi Keluarga Islam Berwawasan
http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=penduduk_usi Jenis kelamin(Malang: UIN-Malang Press, 2008), hal.18.
a&info1=3, diakses pada tanggal 16 Desember 2013 Konstitusi Tunisia, 1959, pasal 1, dan lihat
9
Tahir Mahmood,Reformasi Hukum Keluarga Muslim, P. 99
6The New Encyclopedia Britannica, di bawah artikel
10
Tunisia.(AS: Encyclopedia Britannica Inc, Statistik Penduduk (seluruhnya),
1979) http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=penduduk_usi
7 QSan-Nisa'(4): 2-3 a&info1=3, diakses pada 16 Maret 2014.
`129

membawa ulama Hanafi ke Tunisia.11Akhirnya volume yang dianggap cukup komprehensif.


setelah didominasi oleh Kesultanan Utsmaniyah Undang-undang ini telah mengalami tujuh kali
dan pemerintah Turki menganut paham Hanafi perubahan dalam kurun waktu 1958-1966, melalui
secara resmi, maka Hanafi juga berpengaruh di UU No. 70/1958, 77/1959, 41/1962, 1/1964,
Tunisia. 17/1964, 49/1966, dan terakhir kali perubahan UU
tersebut pada tahun 1981 (UU No. 7/1981),14
Pada tahun 1883, Tunisia menjadi yang memperkenalkan beberapa modifikasi penting
Protektorat Perancis olehLa MarsaKonvensi.12 dari undang-undang sebelumnya. Meskipun
Kedatangan penjajahan Perancis dimulai awal penerapannya berdasarkan madzhab Maliki secara
tahun 16thabad. Pada tahun 1957, Tunisia umum, namun tidak menutup kemungkinan undang-
merdeka. Presiden pertama adalah Habib undang ini memasukkan beberapa asas yang berasal
Bourguiba. dari mazhab hukum Islam lainnya.15Dalam uraian dan
kodifikasi sejarah reformasi hukum keluarga Tunisia
Pada akhir tahun empat puluhan, di atas, terdapat banyak sekali alasan diciptakan dan
beberapa ahli hukum Tunisia terkemuka berpikir diterapkannya hukum baru Tunisia, yaitu:161)
bahwa dengan perpaduan hukum Islam mazhab Menghindari konflik antara pemikir mazhab Hanafi
Maliki dan Hanafi, maka kode status pribadi dan Maliki; 2) Penyatuan peradilan menjadi peradilan
yang baru dapat dikembangkan agar sesuai nasional, sehingga tidak ada lagi perbedaan antara
dengan perubahan kondisi sosial di negara peradilan agama dan peradilan negeri; 3) Menetapkan
tersebut. Sekelompok ahli hukum menyiapkan peraturan perundang-undangan yang modern,
laporan perbandingan hukum di bawah kedua sebagai acuan para hakim; 4) Menyatukan pandangan
mazhab tersebut dan menerbitkannya dengan masyarakat secara keseluruhan akibat adanya
judulLaihat Majallat al-Ahkam al-Syar'iyyah(RUU perbedaan dengan mazhab klasik; 5)
Hukum Islam). Kemudian, pemerintah Memperkenalkan peraturan perundang-undangan
membentuk sebuah komite di bawah baru sesuai dengan tuntutan modernitas;
pengawasan Syekh Islam di negara tersebut,
Muhammad al-Ja'it, untuk secara resmi Kode Tunisia berlaku untuk semua warga
menyusun undang-undang tersebut. Syaikh negara Tunisia. Salah satu reformasi hukum
Universitas Zaytunah, Tahir bin' Ashur juga ikut keluarga Islam di Tunisia mengenai poligami
serta dalam musyawarah panitia. Panitia adalah “pluralitas istri dilarang. Barangsiapa
menyerahkan kepada pemerintah rancangan sudah kawin dan sebelum perkawinan itu putus
kode status pribadi. Itu akhirnya dituangkan secara sah, kawin lagi diancam dengan pidana
dengan judulMajallat al-Ahwal al-Syakhsiyyah( penjara satu tahun atau denda 240.000malim,
Kode Statuta Pribadi) 1956.13 atau kedua-duanya, meskipun perkawinan
kedua melanggar persyaratan apa pun dalam
Majallatsendiri yang memuat materi hukum Kode Etik ini”.17Amandemen UU tahun 1964
perkawinan, perceraian, dan pengasuhan anak, mempunyai menyelesaikan kontroversi tersebut dengan
perbedaan yang jauh dengan ketentuan hukum Islam klasik memasukkan perkawinan bigami ke dalam
sebelumnya (mazhab Maliki dan Hanafi). Dalam daftar tidak sah(fasid)pernikahan.
perkembangan selanjutnya, Majallatatau Kitab Undang-
Undang tentang Statuta Pribadi Tahun 1956 telah mengalami
beberapa kali perubahan, penambahan, dan modifikasi lebih
lanjut melalui amandemen Undang-Undang sampai dengan 14 Tahir Mahmood,Hukum Pribadi,dan juga lihat supra
catatan 8. Tahir Mahmood menyajikan pilihan
tahun 1981. Undang-undang tersebut terdiri dari 170 bab
artikel dari Codde dan terjemahan bahasa
yang ditulis dalam 10
Inggrisnya berdasarkan Pemerintah Tunisia,
Majalah al-Ahwal al-Shakhsiyah (Mulhiq al-Halat al
11“Mengetahui Sejarah Tunisia”, Madaniyah, al Walayah wa'l-Tabanni)-
http://www.bimbie.com/sejarah- Tunis, 1986.
negaratunisia.htm, diakses pada 12 Januari 2014. 15 Atho'Mudzhar,Hukum Keluarga di Dunia Islam
12 John P. Entelis, “Tunisa” dalam Jhon L. Esposito dkk. Modern(Ciputat Press: Jakarta Selatan), hal.86
(ed)”Tdia Ensiklopedia Oxford Dunia Modern, 16 JND Anderson, “Hukum Pribadi Tunisia
(New York: Oxford University Press, 1995), IV, Status”, dalam International and Comparative Law
hal. 236. Quarterly, 7 April 1985, hal. 262.
13Ibid., hal. 152. 17MelihatKode Status Pribadi 1957pasal 18
130|Ayyus Sahidatul,Dinamis Tunisia|

Poligami Dalam Islam jumlahnya hanya sampai empat istri. Dalam riwayat
Tsabit bin Qays yang lain berkata:
Secara etimologis, poligami berasal dari kataOrang
yunani,polusataupoliartinya banyak dan permainanatau “Ketika aku memeluk Islam mempunyai delapan istri. Aku
gamo,yang artinya menikah atau menikah. Secara bahasa, menyampaikannya kepada Nabi dan beliau bersabda:
poligami artinya adalah perkawinan yang lebih banyak “pilihlah dari empat orang itu.” "sejarah serupa Ghailan
memiliki laki-laki atau perempuan.18 bin Salamah Al-Thaqafi menjelaskan bahwa ia
Poligami dapat dibedakan menjadi poligami dan mempunyai sepuluh istri, Rasulullah bersabda: “pilihlah
poliandri. Sedangkan Dictionary of Popular Science empat dan cerailah yang satunya.
menyebutkan bahwa poligami adalah perkawinan
antara dua orang atau lebih, namun cenderung Kedua, menetapkan syarat-syarat ketat
diartikan adalah perkawinan satu suami dengan dua dalam berpoligami, yang harus bisa dilakukan
istri atau lebih, yang biasa disebut poligami.19 secara adil. Persyaratan yang dibolehkan poligami
sangat berat, dan hampir dapat dipastikan tidak
Dalam Islam, poligami dibatasi pada ada seorang pun yang mampu memenuhinya.
empat orang istri. Dasar hukum dibolehkannya Artinya, poligami Islam memperketat persyaratan
poligami terhadap empat istri dijelaskan oleh agar laki-laki tidak lagi sewenang-wenang
Allah:20 terhadap istrinya seperti dulu. Dengan demikian,
tampak bahwa praktik poligami dalam Islam
‫ﻭَﺇِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﺃَ ﱠﻻ ﺗُﻘْﺴِﻄُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﯿَﺘَﺎﻣَﻰ‬ sangat berbeda dengan praktik poligami
َ‫ﻓَﺎﻧْﻜِ ﺤُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻁَﺎﺏَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِﺴَّﺎءِ ﻣَﺜْﻨَﻰ ﻭَﺛُﻼَﺙ‬ sebelumnya.
ْ‫ﻭَﺭُﺑَﺎﻉَ ﻓَﺈِﻥْ ﺧِﻔْﺘُْ ﻢ ﺃَ ﱠﻻ ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍ ﻓَﻮَﺍﺣِﺪَﺓً ﺃَﻭْ ﻣَﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖ‬
(3) ‫ﺃَﯾْﻤَﺎﻧُﻜُﻢْ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺩْﻧَﻰ ﺃَ ﱠﻻ ﺗَﻌُﻮﻟُﻮﺍ‬ Kontekstualisasi Terhadap Teks Hukum
Keluarga Islam
“Dan jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap gadis-
gadis yatim piatu, maka nikahilah orang-orang yang Dalam menyikapi permasalahan yang
menyenangkan kamu dari wanita-wanita lain, dua atau terus berkembang, baik sumber Al-Quran
tiga atau empat orang. Namun jika kamu takut tidak maupun Hadits memerlukan perantara untuk
berlaku adil, maka (kawinlah saja) salah satu atau orang menyampaikan pesan-pesan moral dan
yang dimiliki tangan kananmu. Itu lebih baik agar kamu kebenaran Ilahi dalam konteks yang berbeda
tidak condong (kepada ketidakadilan) (QS an-Nisa':3)21 dengan wahyu. Proses ini sering disebut dengan
interpretasi, yaitu hubungan antara teks dan
Sejarah Poligami konteks dialektis. Kontekstualisasi hukum
keluarga Islam merupakan suatu cara melihat
Pada masa pra Islam, belum ada dan memahami suatu teks dengan melihat pada
ketentuan mengenai jumlah perempuan tataran luar teks dengan tidak mengabaikan
yang boleh menikah. Di Jazirah Arab, faktor sosial, budaya dan kondisi masyarakat.
masyarakat sudah melakukan poligami tanpa Singkatnya, hukum kontekstualisasi pelajaran
batas. Ketika Islam datang, kebiasaan adalah hikmah di balik teks.22
poligami tidak serta merta dihapuskan.
Namun setelah penyebutan ayat poligami Keadilan dalam Pernikahan Poligami
diturunkan, Rasulullah kemudian melakukan
perubahan radikal sesuai dengan petunjuk isi Definisi keadilan sulit untuk mendapatkan
ayat tersebut. Pertama, batasi jumlahnya definisi yang tepat. Secara umum, para ulama modern
memperketat kebolehan perkawinan poligami.
Bahkan ada pula yang mengharamkan perkawinan ini,
walaupun dibalik pelarangan tersebut tetap disertai
18Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,Ensiklopedi Islam,
dengan syarat-syarat yang masih memberikan
Jilid 4, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
kemungkinan untuk dilakukannya hal itu. Alasan para
1994), hal. 107.
19 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry,Kamus pemikir modern melarang menikah dengan wanita
Ilmiah Populer,(Surabaya: Arkola, 1994), hal. 606.
20 QS an-Nisa' (4): 2-3 Mufidah Ch (eds),Isu-Isu Gender Kontemporer
22
21 Alquran,http://quran.com/4 , diakses pada 12 Maret Dalam Hukum Keluarga(Malang: UIN-Maliki Press),
2014 hal. 66
`131

lebih dari satu atau jika dibiarkan diikuti dengan Definisi Gender
berbagai syarat yang hampir tidak mungkin
dipenuhi oleh seorang suami untuk berlaku adil Gender merupakan suatu hal yang melekat
terhadap istri. pada diri laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi
secara sosial, budaya atau hubungan sosial yang
Para ulama berbeda pendapat mengenai dikonstruksi antara perempuan dan laki-laki bersifat
persoalan keadilan yang harus dimiliki oleh seorang bervariasi dan sangat bergantung pada faktor budaya,
suami yang hendak melakukan poligami. Hanafiyah agama, sejarah, dan ekonomi.25Wilson26dan Elaine
Ulama menyatakan bahwa acuan untuk berbuat adil Sholwalter mengutip Zaitunah27bahwa gender bukan
adalah masalah sandang, pangan, dan pergaulan, sekedar pembedaan pandangan laki-laki dan
bukan dalam masalah hubungan seksual. Dengan perempuan terhadap konstruksi sosial budaya,
demikianHanafiyahulama dalam masalah keadilan namun lebih menekankan pada konsep analisis dalam
yang harus dilaksanakan oleh seorang suami adalah memahami dan menjelaskan sesuatu. Banyak sekali
adil dalam masalah pembagian materi atau biaya asosiasi dengan kata keadilan gender, kesetaraan dan
hidup,23bukan tentang hal yang tidak material. lain sebagainya yang mempunyai arti sulit untuk
dipisahkan.28
berbeda
Di dalam ekspresi, Fazlur
Rahman mengatakan, bolehnya beristri lebih Sedangkan pengertian jenis kelamin merupakan
dari satu merupakan pengecualian karena penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin manusia
keadaan tertentu. Karena kenyataannya yang secara biologis ditentukan secara permanen dan
diperbolehkannya poligami muncul jika terjadi universal. Mansour Fakih mengatakan, gender
perang, dimana banyak anak yatim dan janda merupakan sifat yang melekat pada laki-laki dan
yang ditelantarkan oleh orang tua dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan budaya.29
suaminya. Sebaliknya Muhammad Abduh
menyatakan bahwa poligami itu haram. Kesetaraan Gender dalam Islam
Poligami hanya boleh dilakukan oleh suami
dalam hal tertentu, seperti ketidakmampuan Kata gender, sebenarnya tidak ditemukan
istri untuk hamil atau melahirkan.24 dalam Al-Quran, namun kata tersebut terlihat dekat
dengan kata gender jika ditinjau dari fungsi peran dan
Setelah mengutip firman Tuhan diAn-Nisa: relasinya adalah kata tersebut.al rijalDan an-Nisa'.
3, ia mencatat bahwa Islam mengizinkan poligami Kataal-rijaladalah bentuk jamak dari kata tersebut
tetapi dituntut harus mampu melayani secara adil. rajalunditafsirkan oleh laki-laki, lawan perempuan.
Dari kondisi tersebut, menurut Abduh dapat Sedangkan kata al-Nisa' merupakan bentuk jamak dari
dirinci menjadi tiga syarat, yaitu: 1) al-mar'ah yang berarti wanita yang telah matang atau
diperbolehkannya poligami sesuai dengan kondisi dewasa.30
tuntutan zaman. 2) syarat dapat berbuat adil
merupakan suatu syarat yang sangat berat. 3)
suami yang tidak melaksanakan syarat-syarat
yang dituntut poligami tersendiri, maka
Sugihastuti dan Siti Hariti Sastriyani ,Glosarium Seks
25
monogami harus dilakukan.
& Jenis kelamin(Yogyakarta: Carasvati Buku: 2007, hal. 72.
Bagi Abduh, poligami merupakan perbuatan
yang haram jika tujuannya hanya untuk bersenang- 26HT, Wilson,Seks dan Gender, Masuk Akal Secara Budaya
senang, namun jika alasannya karena tuntutan zaman Peradaban(Laden: 1998), hal.2
atau darurat, maka kemungkinan besar diperbolehkan 27Zaitunah Subhan,Rekonstruksi Pemahaman Jender
Dalam Islam: Agenda Sosio-Kultural Dan Politik
untuk dilakukan.
Peran Perempuan(Jakarta: el-Kahfi, 2002), hal. 13.

28Mufidah Ch,Psikollogi Keluarga Islam Berwawasan


Jenis kelamin(UIN-Malang Press: 2008), hal. 2
29
Mansur Fakih,Isu-isu dan Manifestasi
Ketidakadilan Gender, dalam Mukhotib MD.,
23Rifyal Ka'bah,Hukum Islam di Indonesia,(Jakarta: (ed.), Menggagas Jurnalisme Sensitif Gender (
Yarsi, 1999), hal. 32. Yogyakarta: PMII Komisariat IAIN Sunan
24Muhammad Imarah,Al-Imam Muhammad Abduh, (Al- Kalijaga, 1998), hal. 3-4.
Mujaddid Al-Islam, 1981), hal. 24 30Mufidah Ch,Psikologi Keluarga…,P. 5
132|Ayyus Sahidatul,Dinamis Tunisia|

Konsep kesetaraan gender dalam Islam berdasarkan dua sekolah hingga lembaga
memang telah menjadi bagian substantif dari peradilan dengan dua orang hakim.34
nilai-nilai universal Islam melalui wahyu (Al-
Qur'an dan Hadits). Laki-laki dan perempuan Secara dinamis poligami hukum

mempunyai kedudukan antara persamaan hak Perkembangan yang terjadi di negara ini
dan kewajiban sebagai hamba Allah kecuali berjalan seiring dengan perubahan sosial
iman kepada Allah. Berbicara mengenai dalam masyarakat Islam. Ketentuan hukum
kedudukan perempuan, dalam hal ini dapat terkait poligami, Tunisia membolehkan
diangkat satu ayat dari firman Allah SWT:31 seorang suami mempunyai maksimal empat
istri. Ketentuan ini berdasarkan bunyi ayat
“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari poligami dalam QSan-Nisa': 3:
laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal-mengenal. ‫ﻭَﺇِﻥْ ﺧِﻔْ ﺘُﻢْ ﺃَ ﱠﻻ ﺗُﻘْﺴِﻄُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﯿَﺘَﺎﻣَﻰ ﻓَﺎﻧْﻜِﺤُﻮﺍ ﻣَﺎ‬
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi ْ‫ﻁَﺎﺏَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِﺴَّﺎ ءِ ﻣَﺜْﻨَﻰ ﻭَﺛُﻼَﺙَ ﻭَﺭُﺑَﺎﻉَ ﻓَﺈِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢ‬
Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah ‫ﺃَ ﱠﻻ ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍ ﻓَﻮَﺍﺣِﺪَﺓً ﺃَﻭْ ﻣَﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖْ ﺃَﯾْﻤَﺎﻧُﻜُﻢْ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺩْﻧَﻰ ﺃَ ﱠﻻ ﺗَﻌُﻮﻟُﻮﺍ‬
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat: 13)32. (3)

“Dan jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap


Dinamika Hukum Poligami di Republik perempuan yatim piatu, maka nikahilah
Tunisia perempuan yang menyenangkan kamu dari
perempuan (lainnya), dua, tiga, atau empat
Era Pra Kemerdekaan (sebelum tahun 1956) orang. Namun jika kamu takut tidak berlaku adil,
maka (kawinlah saja) salah satu atau orang yang
Perkembangan hukum di Republik dimiliki tangan kananmu. Itu lebih baik agar
Tunisia dimulai pada masa sebelum kamu tidak condong (kepada ketidakadilan). (QS
kemerdekaan ketika negara tersebut masih an-Nisa':3)
dalam pengaruh penyebaran agama Islam oleh
Uqbah bin Nafi ra Islam diperkenalkan kepada Selain itu, hal ini disebabkan oleh beberapa hal
masyarakat yang pada saat itu Tunisia masih Faktor-faktor tersebut antara lain: a) Pemahaman agama
merupakan kerajaan Charthage yang masyarakat Tunisia terhadap ketentuan hukum Islam
mempunyai kepercayaan pada animisme. Saat
33 masih sangat sederhana(taklid)dan Imam Madzhab
itu Tunisia masih dipimpin oleh dinasti mempunyai kedudukan yang besar dalam masyarakat b)
raja (bergelar Teluk). laki-laki memiliki kontrol terhadap perempuan dalam
kehidupan sosial, budaya patriarki masih mendominasi
Pada tahun 1930 hukum keluarga dalam masyarakat Tunisia hingga diskriminasi dan
yang diterapkan di Tunisia didasarkan pada kesenjangan antara laki-laki dan perempuan c) muncul
syariat Islam. Dalam sejarah Tunisia, sejak gerakan Muda Tunisia d) tidak muncul ilmuwan muslim
awal masuknya Islam, mayoritas penduduk baru yang menjadi perhatian dalam hukum keluarga
Tunisia adalah Muslim Sunni (Malikiyyah). Islam.
Selain mazhab Maliki, pengaruh mazhab
Hanafi kemudian muncul dan mulai berlaku Periode Pasca Kemerdekaan Tunisia
setelah kekuasaan Usmani berkuasa secara (1956-2011)
resmi di wilayah Tunisia. Oleh karena itu
ketentuan peraturan perundang-undangan Pembentukan hukum di Tunisia
pada waktu itu adalah dalam kaitannya dengan perkembangan hukum
nasional, sebenarnya telah berlangsung sejak
tahun 1957, ketika Undang-undang Statuta Pribadi
(Republik Tunisia /‫)ﻣﺠﻠﺔﺍﻷﺣﻮﺍﻻﻟﺸﺨﺼﯿﺔ‬terapan.
Dari sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa
31QSal-Hujurat(49): 13
32Alquran,http://quran.com/49/13 , diakses pada 12 Atho'Muzdhar, Hukum Keluarga Dunia di Dunia
34
Maret 2014 Studi Islam Modern Perbandingan dan
33Tim,ensiklopedia Bangsa dan NegaraJilid 1 ( Jakarta: Keberanjakan UU Modern dari Kitab-Kitab Fikih
PT. Grolier Internasional Inc, 2000), hal. 88. (Jakarta: Coputat Press, 2003), hal.85
`133

hukum saat ini dipengaruhi oleh kekuatan hukum Islam yang dibuat oleh penguasa
politik. Tunisia pada saat itu. Melalui Code of
Personal Statuta Pasal 18 yang melarang
Hukum lebih akrab disebut dengan CPS poligami di Tunisia yang berbunyi :38
(Code of Personal Statutes)35dipandang sebagai
hukum Islam yang sangat sekuler. “pluralitas istri dilarang. Barang siapa yang
Pembaharuan ketentuan hukum yang ada di telah kawin dan sebelum perkawinan itu
Negara CPS Tunisia yang diberlakukan jauh putus secara sah, kawin lagi diancam dengan
berbeda dengan hukum Islam klasik di negara pidana penjara satu tahun atau denda
yang dulunya didominasi mayoritas mazhab 240.000 malim, atau kedua-duanya, sekalipun
Maliki. Hingga banyak kritik yang menyatakan perkawinan yang kedua itu melanggar syarat-
bahwa hukum keluarga Tunisia bertentangan syarat Kitab Undang-undang ini. .”
dengan beberapa praktik tradisional Islam Dalam Pasal 18 Kitab Undang-undang
(Syariah Islam).36 Status Pribadi Tahun 1957 di atas secara tegas
dan resmi pemerintah Tunisia menetapkan
Sebenarnya kalau kita teliti lebih dekat bahwa poligami dilarang dengan memberikan
Hukum perkawinan Islam yang berlaku di Tunisia, sanksi kepada pelanggar yang mengawini lebih
tidak keluar dari peraturan yang ditetapkan oleh dari satu isteri. Kriminalisasi praktik poligami di
syariat, namun para ilmuwan modern menekankan Tunisia diberlakukan sebagai bentuk ancaman
untuk melakukan re-interpretasi terhadap teks hukum dan imbalan bagi pelanggar kode etik.
Islam dengan melihat konteks sosial yang
melatarbelakangi ayat asbabun nuzul tersebut.37Hal
itu bisa berupa tuntutan hukum sesuai tuntutan Statuta yang adalah dilarang
zaman. poligami mendapat tanggapan beragam di
Tunisia. Bagi masyarakat Islam tradisional
Diberlakukannya Kitab Undang-Undang (konservatif) dan berilmu ilmu keislaman yang
Statuta Pribadi tahun 1957 membawa perubahan tinggi, UU tersebut menimbulkan semacam
radikal terhadap penafsiran hukum Islam yang reaksi berupa penyesalan yang mendalam
berhubungan dengan keluarga dan menetapkan terhadap cara berpikir pemerintah. Selain itu, di
syarat-syarat baru untuk pengembangan lebih lanjut. kalangan masyarakat yang terkena dampak
Aturan hukum keluarga Islam Tunisia yang tertuang imperialisme dan budaya organisasi
dalam CPS (Code of Personal Statutes) memuat aturan perempuan, larangan poligami dalam UU
hukum yang lebih responsif gender. tersebut mendapat sambutan hangat, dan
dianggap sebagai langkah maju dan upaya
Terakhir, melalui Code of Personal untuk membebaskan perempuan di Tunisia.39
Statutes 1956 pada pasal 18, Presiden
Bourguiba secara tegas telah melarang Hukum poligami tidak bisa dilarang
praktik pernikahan poligami di Tunisia. Habib lepas dari pengaruh beberapa faktor yang
Bourguiba adalah seorang penguasa Tunisia melatarbelakangi ditetapkannya undang-undang
yang dikenal berpendidikan barat, dan dia larangan poligami di Tunisia. Berikut faktor-faktor
mempunyai pemikiran dan kemauan bernada yang mempengaruhinya: a) ideologi sekuler
kebarat-baratan. Dengan demikian, muncul Borguiba sebagai presiden pertama dan
anggapan kuat mengenai sekularisasi dilanjutkan oleh Ben Ali pada periode berikutnya;
b) penafsiran ulang doktrin agama; c) ketentuan
35 hukum negara telah dikuasai oleh pemerintah; d)
MM Charrad,Pergeseran Kebijakan: Negara, Islam, dan Gender
di Tunisia, 1930an-1990an,(Musim panas: Oxford era modernisasi telah terjadi di Tunisia; e)
Universitas Press, 1997), hal. 294 perempuan mempunyai akses terhadap ruang
36 Atho'Mudzhar,Hukum Keluarga Dunia di Dunia publik; f) ada reformasi pendidikan di
Studi Islam Modern Perbandingan dan
Keberanjakan UU Modern dari Kitab-Kitab Fikih
(Jakarta: Coputat Press, 2003), hal. 84. Kode Status Pribadi pasal 18
38
37 Mufidah Ch (eds),Isu-Isu Gender Kontemporer 39Musthafa As-Siba'y,Wanita di Antara Hukum Islam
Dalam Hukum Keluarga(Malang: UIN-Maliki Press), dan Perundang-Undangan(Cet. 1., Bulan
hal. 66 Bintang: Jakarta, 1977), hal. 155.
134|Ayyus Sahidatul,Dinamis Tunisia|

beberapa universitas; g) penyatuan wilayah mengubah seluruh ketentuan sekuler, termasuk


hukum (antara ulama Maliki dan Hanafi) larangan poligami dalam bidang hukum keluarga.
menjadi peradilan nasional. Dalam pandangan konservatif, pelarangan
poligami menimbulkan banyak perawan tua dan
Tunisia dapat dianggap sebagai a dugaan prostitusi serta perselingkuhan meningkat.
contoh utama pasca tahun 1956, Pembaruan Sebuah surat kabar nasional menyebutkan bahwa
yang lebih lembut berdasarkan pada hak-hak 80% suami dan 68% istri di kota Tunis mengaku
yang dinyatakan negara-negara Muslim, melalui pernah berselingkuh.42
para penguasanya untuk ijtihad. Dan akhirnya Oleh karena itu, banyak di antara mereka yang
Tunisia menghapus hak poligami melalui Pasal meminta agar praktik poligami dilegalkan kembali.
18 Tunisian Code of Personal Law Statuta, 1956, Berikut faktor-faktor yang mempengaruhinya: a)
40didasarkan pada penafsiran ulang surat an- Kemenangan pemilu oleh partai Islam (an-Nahdah) b)
Nisa ayat 3. era kebebasan besar di segala bidang c) perbedaan
pemahaman agama terhadap doktrin Islam antara
Era Saat Ini (2011-sekarang) modernis dan Islamis di Tunisia.

Dalam kondisi hukum saat ini Adel Elmi, ketua Asosiasi Moderat
Isu pembangunan yang terjadi di Tunisia Tunisia untuk Kesadaran dan Reformasi
adalah tentang melegalkan kembali gugatan Moderat, mengatakan bahwa undang-undang
praktik poligami. Persoalan ini terjadi sejak perkawinan harus diubah dengan usulan
revolusi Arab spring berkembang di Tunisia. amandemen undang-undang keluarga Tunisia.
Dinamakan Arab Spring karena terjadi di (Majallah al ahwal as syakhsiyyah)pada waktu
jazirah Arab dan mulai terlihat mekar pada itu. Hukum keluarga yang ditetapkan oleh
musim semi.41 Presiden Habib Borguiba yang bersifat sekuler
dan dianggap paling progresif di dunia Islam
Era kebebasan yang melanda Tunisia
saat itu, kembali mendapat tanggapan negatif
memberikan kesempatan kepada masyarakat
dari masyarakat.43
untuk mulai berani bersuara di muka umum.
Mereka mulai menyuarakan kekecewaannya Menurut mereka, pelarangan
terhadap kinerja pemerintah sehingga terlihat poligami tidak membawa manfaat bagi umat
banyak demonstrasi besar-besaran yang diwarnai Islam di Tunisia. Yang terjadi justru
berbagai macam kerusuhan, kekerasan dan anarki sebaliknya, muncul permasalahan sosial.
yang memakan korban luka-luka dan meninggal Misalnya perselingkuhan, nikah dibawah
dunia. Hal ini terjadi karena kediktatoran Presiden tangan (Zawaj 'urfi),fenomena meningkatnya
Ben Ali. angka perceraian dan perawan tua.

Situasi ini juga membuat kelompok Dinamika Hukum Poligami Tunisia dalam
konservatif Tunisia angkat bicara untuk Perspektif Gender
kembali pada prinsip syariah, mengingat
pemenang pemilu adalah an-Nahdah (partai Kajian gender bukan sekadar upaya
Islam) menggantikan presiden Ben Ali. Dari memahami perempuan atau laki-laki
hasil pemilu tersebut, komunitas konservasi secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkannya dalam konteks a
Islam menuntut untuk kembali sistem sosial dimana keduanya merupakan bagian
integral didalamnya. Dalam Islam, konsep kesetaraan
gender nyatanya telah menjadi bagian substantif dari
40Tahir Mahmood,Hukum pribadi…., P. 156-157.
nilai-nilai universal Islam melalui wahyu (Qur’an dan
41Geopolitik Arab Spring: Tunisia dan Suriah,
Hadits). Pria dan wanita mempunyai a
http://angela-na-
fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49639-
Dede Permana nugraha,Larangan Poligami Digugat
42
GeoGeo
Kembali,
Geopolitik%20Arab%20Musim semi:
http://permana.blogspot.com/2013_03_01_archiv
%20Tunisia%20da n%20Suriap.html , diakses pada e.html, diakses pada tanggal 22 Desember 2013
13 Januari 2014 43 Muslimdaily.net,Organisasi Islam Minta Tunisia
Legalkan Poligami
`135

kedudukannya dan mendapatkan hak dan kewajiban yang keharusan, namun juga merupakan syarat
setara dengan hamba Allah kecuali keimanan kepada Allah:44“ preseden hukum poligami, dalam artian tidak
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan seorang pun boleh melakukan perkawinan
kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu kedua kecuali sampai terbukti dapat
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal- menerapkan hal yang sama (egaliter) dimana
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara para istri diperlakukan secara adil. Namun
kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. melihat kondisi modern, keadilan sosial dan
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha ekonomi nampaknya menjadi suatu hal yang
Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat : 13) mustahil maka hukum poligami Tunisia sempat
menyatakan bahwa poligami dilarang.

Dalam perspektif gender, tidak


Masa Pra Kemerdekaan berbicara tentang izin dan larangan praktik
poligami, namun berbicara tentang kesetaraan
Penerapan poligami gender. Masalah perkawinan poligami
Hukum di Tunisia berdasarkan ketentuan merupakan bentuk ketimpangan dan
hukum Islam berdasarkan mazhab Maliki ketidakadilan gender. Indikator kesetaraan
dan Hanbali memberikan praktik surat gender dalam pernikahan poligami telah
nikah poligami pada saat itu. Dalam hal ini dimungkinkan. Apalagi kehidupan budaya
diperbolehkannya putusan hukum sistem keluarga patriarki muncul di Tunisia.47
poligami didasarkan pada penafsiran teks
Al-Qur'an dalam Surat.an-Nisa'ayat 3: Anggapan poligami menunjukkan
kedudukan laki-laki lebih tinggi dibandingkan
‫ﱠﻻ ﻭَﺇِﻥْ ﺧِﻔْ ﺘُﻢْ ﺃَ ﱠﻻ ﺗُﻘْﺴِﻄُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﯿَﺘَﺎﻣَﻰ ﻓَﺎﻧْﻜِﺤُﻮﺍ ﻣَﺎ‬ perempuan sehingga akan menimbulkan dampak
َ‫ﻁَﺎﺏَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِﺴَّﺎءِ ﻣَْ ﺜﻨَﻰ ﻭَﺛُﻼَﺙَ ﻭَﺭُﺑَﺎﻉَ ﻓَﺈِﻥْ ﺧِﻔْﺘُﻢْ ﺃ‬ negatif terhadap perempuan. Indikasi bentuk
‫ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍ ﻓَﻮَﺍﺣِﺪَ ﺓً ﺃَﻭْ ﻣَﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖْ ﺃَﯾْﻤَﺎﻧُﻜُﻢْ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺩْﻧَﻰ ﺃَ ﱠﻻ‬ subordinasi perempuan akan menghambat akses
(3)‫ﺗَﻌُﻮﻟُﻮﺍ‬ partisipasi, kontrol, khususnya terkait peran
pengambilan keputusan.48Subordinasi dalam
“Dan jika kamu khawatir bahwa kamu tidak akan
perkawinan poligami akan menyebabkan
berlaku adil terhadap anak-anak yatim piatu,
kedudukan istri dalam rumah tangga menjadi
maka nikahilah perempuan-perempuan yang
bagian dari kehidupan suami. Citra stereotip
kamu sukai, dua atau tiga atau empat orang.
perempuan sebagai manusia yang lemah,
Tetapi jika kamu takut tidak berlaku adil, maka
emosional, tidak bertanggung jawab, dan
[nikahilah saja] salah satu orang yang dimiliki
bergantung pada laki-laki menganggap wajar jika
tangan kananmu. Itu lebih baik agar kamu tidak
seorang istri menerima perlakuan tidak baik dari
condong [kepada ketidakadilan].” (QS an-Nisa' :3)
suaminya, rentan mendapatkan kekerasan dalam
45
rumah tangga. Di satu sisi, umumnya istri tidak
mempunyai daya yang baik untuk menempatkan
Sedangkan hadis yang sering dikemukakan antara lain :
dirinya setara dengan suami, di sisi lain secara
psikologis istri semakin bergantung pada suami.
“Dari Ibnu Umar: bahwa Ghailan bin
Salamah ketika masuk Islam mempunyai 10
istri (yang menikah pada masa jahiliyah),
Demikian pula marginalisasi terjadi di
Nabi memerintahkannya untuk memilih
kehidupan rumah tangga akibat
empat diantaranya sebagai istri.46
subordinasi perempuan dalam perkawinan
Dasar hukum di atas seharusnya poligami. Bentuk-bentuk marginalisasi
ditafsirkan juga, bukan sekedar moral yang muncul misalnya dalam pengaturan

44 QS al-Hujurat(49): 13 MM Charrad, PPergeseran olicy: Negara, Islam, dan


47

45 Al-Qur'an, http://quran.com/4/3, diakses pada tanggal 13 Gender di Tunisia, 1930an-1990an,(Musim Panas:


Maret 2014 Oxford University Press, 1997), hal. 290
46 at-Tirmidzi,Sunan at-Tirmidzi,juz II (Dar al-Fikr: 48 Mufidah Ch,Psikologi Islam Berwawasan gender
Beirut, 1994), hal. 368. (Malang: UIN Pers, 2008),. hal.15.
136|Ayyus Sahidatul,Dinamis Tunisia|

perekonomian dan pemanfaatan sumber daya berlaku adil terhadap istrinya saja.49 Di dalam

dalam rumah tangga. Beban ganda dapat Selain itu, cita-cita Al-Qur'an tentang
menimpa istri yang tidak mendapatkan pernikahan sebenarnya adalah monogami.
penghidupan yang layak dari suaminya, dan
sebaliknya dalam konteks perkawinan poligami, Di sini, menurut Esposito,
suami harus berjuang lebih keras lagi untuk menambahkan bahwa pandangan Muhammad
memenuhi segala kebutuhan istri dan anak- Abduh terhadap ayat-ayat poligami juga menjadi
anaknya. Sehingga akan terjadi beban kerja ganda acuan pemerintah Tunisia dalam menetapkan
yang mungkin tidak proporsional karena undang-undang pelarangan poligami. Menurut
banyaknya kebutuhan yang harus diselesaikan. Abduh, Al-Qur'an yang membolehkan seorang
laki-laki beristri lebih dari satu telah dibatasi
Dalam hal kemampuan berbuat adil secara serius oleh Al-Qur'an itu sendiri. Dengan
dalam perkawinan poligami ada jaminan yang demikian, Al-Qur'an adalah idealisme monogami.
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan Apalagi syarat yang diajukan agar suami berlaku
dalam pemenuhan kebutuhan materi boleh saja adil terhadap isterinya merupakan suatu kondisi
tercukupi, namun kebutuhan imateriil juga yang sangat sulit, bahkan mustahil untuk
menjadi kebutuhan seorang istri. Dalam hal ini, diwujudkan sepenuhnya.50
banyak suami yang berpoligami tidak bisa
mewujudkan keadilan.
Di dalamTafsir al-ManarMuhammad
Masa setelah Kemerdekaan Abduh juga menjelaskan, rumah tangga
poligami dengan istri lebih dari satu dengan
Pada periode setelah kemerdekaan, seorang suami, selamanya suasananya tidak
Dinamika hukum poligami mulai menunjukkan akan tenang dan tidak bisa diterapkan aturan
perubahan yang sangat radikal. Poligami apa pun di dalamnya. Dengan demikian, ekses
dilarang dalam Pasal 18 CPS 1957 yang poligami menyebar dari individu ke rumah-
menyatakan: rumah dan dari rumah-rumah di seluruh
negeri.51Dampak poligami menebarkan istri-
“pluralitas istri dilarang. Barang siapa istri yang berpoligami, anak-anaknya, orang
yang telah kawin dan sebelum tuanya, dan keluarganya hingga menimbulkan
perkawinan itu putus secara sah, permusuhan dan kebencian satu sama lain.
kawin lagi diancam dengan pidana
penjara satu tahun atau denda Dalam hal ini, para reformis
240.000 malim, atau kedua-duanya, Para pemikir Islam juga berkontribusi dalam
sekalipun perkawinan yang kedua itu pelarangan hukum poligami di Tunisia. Seperti
melanggar syarat-syarat Kitab yang disampaikan oleh Gerakan Emansipasi
Undang-undang ini. .” Perempuan di Tunisia, Tahir al Hadad
(1899-1935), dalam bukunya yang sangat populer
Itu dasar dari larangan di Tunis adalahImroatuna fi al-Shari'ah wa al-
poligami yang digunakan oleh Pemerintah mujtama'. Tahir Hadad mengatakan bahwa
Tunisia, menurut John L. Esposito poligami merupakan salah satu bentuk
menyatakan bahwa poligami sebagai keburukan yang terdapat pada masyarakat Arab
perbudakan, seperti sebuah institusi yang terdahulu (Sayyiah Min Sayyiat al-Jahiliyah al-Ula).
tidak dapat diterima mayoritas umat Hadad menggambarkan fenomena laki-laki Arab
manusia dimanapun selamanya. Poligami saat itu, sebagian orang biasanya menikahi
hanya diperbolehkan pada masa perempuan, bahkan tidak terbatas.
pembangunan atau masa transisi umat
Islam, namun dilarang pada masa
Norman Anderson,Reformasi Hukum di Dunia Muslim
49
pembangunan atau masyarakat beradab. (London: The Athlone Press, 1976), hal. 63.
Selain itu syarat izin poligami yang terdapat Khoiruddin Nasution,Riba dan Poligami,
50

dalam Al-Qur’an yaitu mampu berlaku adil (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 84
terhadap istri, sedangkan fakta sejarah Musthafa As-Siba'y,Wanita di Antara Hukum Islam
51

dan Perundang-Undangan,(Cet. SAYA; Bulan


membuktikan bahwa Nabi mampu
Bintang: Jakarta, 1977), hal.149.
`137

Istri mendapat perlakuan tidak adil dan ْ‫ﻭَﻟَﻦْ ﺗﺴَْﺘَﻄِﯿﻌُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍ ﺑَﯿْﻦَ ﺍﻟﻨﺴَّﺎءِ ﻭَﻟَﻮ‬
sewenang-wenang. Poligami tidak ada ْ‫ﺣَﺮَﺻْﺘُﻢْ ﻓَﻼ ﺗَﻤِﯿﻠُ ﻮﺍ ﻛُ ﱠﻞ ﺍﻟْﻤَﯿْﻞِ ﻓَﺘَﺬَﺭُﻭﮪَﺎ ﻛَﺎﻟْﻤُﻌَﻠﱠﻘَﺔِ ﻭَﺇِﻥ‬
dasarnya dalam Islam, sebenarnya Islam (129)‫ﺗُْ ﺼﻠِﺤُﻮﺍ ﻭَﺗَﺘﱠﻘُﻮﺍ ﻓَﺈِ ﱠﻥ ﺍ ﱠ ﻛَﺎﻥَ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ ﺭَﺣِﯿﻤًﺎ‬
bermaksud menghapuskan poligami. Haddad
juga menilai poligami tidak sejalan dengan hal “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat menyamakan
tersebutmaqasid pernikahan itu sendiri, yang [perasaan] di antara istri-istri, meskipun kamu harus
mewujudkan sakinah, mawaddah wa rahmah berusaha [melakukannya]. Maka janganlah kamu
keluarga kepada setiap pasangan. Ketiga hal condong sepenuhnya [kepada yang satu] dan
itu akan terwujud jika suami mencurahkan membiarkan yang lain menggantung. Dan jika kamu
kasih sayang kepada satu istri saja.52 mengubah [urusanmu] dan bertakwalah kepada
Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
Secara teologis, Islam mempertimbangkan lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nisa':129)
bahwa poligami merupakan konsep
kontekstual yang diikuti dengan kualifikasi Nabi melakukan poligami, tapi
yang sangat berat yaitu keadilan. Setelah dia tidak merestui menantunya untuk berpoligami. Hal ini
disinggung ayat poligami diturunkan, barulah terkait dengan keadilan yang seharusnya dilakukan
Rasulullah melakukan perubahan radikal dalam poligami, yang mana tidak semua orang akan
sesuai dengan arahan isi ayat tersebut. mampu melakukan hal tersebut, termasuk Ali bin Abi
Perubahan mendasar yang dilakukan Thalib, ketika ia telah teruji keimanannya, namun sebagai
Rasulullah berkaitan dengan dua hal. Yang manusia ia tidak akan mampu berbuat adil sebagaimana
pertama adalah jumlah istri dari jumlah yang mestinya. melakukan Rasulullah seperti yang disabdakan
tidak terbatas dibatasi hanya empat. Kedua, Allah dalam surahan-Nisa' (4):129.
dalam hal poligami, itu harus bisa adil. Dengan
demikian, hakikat ayat tersebut menekankan Dengan demikian, poligami dapat disimpulkan

peringatan kepada umat manusia agar secara ekstrim bahwa Islam ingin menghapus secara

terhindar dari tindakan yang tidak adil dan perlahan tradisi poligami, walaupun tidak secara

diskriminatif. Mengingat kesulitan bersikap langsung terkandung dalam poligami.Al-Qur'an dan

adil yang termuat dalam ayat berikutnyaan- Sunnah. Hal tersebut dapat ditegaskan dengan ilustrasi

Nisa 'ayat 129, sebenarnya ayat tersebut grafis sebagai berikut:

mengandung ancaman poligami daripada


membolehkannya.53Dalam hal ini, hanya Nabi
Muhammad SAW sebagai pengecualian yang
terbukti mampu berlaku adil terhadap istri-
istrinya. Ayat berikut Q.S an-Nisa'ayat 129
ketetapan:

Poligami Keterbatasan Keterbatasan monogami


tanpa batas poligami, Poligami,
pernikahan
Dan longgar diperketat
tidak tidak persyaratan

52Dede Permana nugraha, Larangan Poligami Digugat


Kembali, http://an-
Nisa'permana.blogspot.com/2013_03_01_archive .
html, diakses pada 22 Desember 2013.
53Musda Mulia,Pandangan Islam Tentang Poligami,
(Cet.1, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan
Gender, 1999) hal. 49.
138|Ayyus Sahidatul,Dinamis Tunisia|

Dalam konteks pernikahan itulah sebelumnya tidak dianggap sebagai suatu peristiwa pidana,

kesetaraan dan kesetaraan gender berdasarkan namun kemudian digolongkan sebagai suatu tindak pidana oleh

beberapa indikator yaitu suami dan istri sama-sama masyarakat.58 Dengan demikian kriminalisasi
mempunyai akses dalam kehidupan rumah tangga, poligami di sini dipahami sebagai isyarat untuk
mendapatkan peran yang seimbang dalam rumah mengkategorikan praktik/perbuatan poligami
tangga, menerima wewenang dan tanggung jawab sebagai suatu tindak pidana (tindak pidana),
yang sama, mendapatkan manfaat yang sama dalam yang diancam dengan bentuk pidana tertentu,
rumah tangga. Dalam perspektif gender, bentuk baik pidana penjara maupun pidana denda.59
perkawinan monogami menjadi salah satu pilihan
yang memudahkan untuk membangun sakinah, Penghapusan poligami ini adalah
mawaddah wa rahmah rumah tangga serta sehat dilaksanakan dengan tujuan untuk
jasmani dan rohani bagi suami istri.54 menutup praktik poligami. Dalam pasal 18
CPS pemerintah Tunisia secara tegas
Hubungan suami istri dalam perkawinan melarang poligami dan menjatuhkan
monogami didasarkan pada asasmu'asyarah bi al- hukuman jika melanggar aturan:60
ma'rufdapat diimplementasikan. Perkawinan
monogami dapat membangun hubungan dalam “pluralitas istri dilarang. Barang siapa
pola interaksi yang positif, selaras dengan suasana yang telah kawin dan sebelum
hati yang damai, yang juga ditandai dengan perkawinan itu putus secara sah, kawin
keseimbangan hak dan kewajiban di antara lagi diancam dengan pidana penjara satu
keduanya. Sakinah mawaddah wa Rahmah tahun atau denda 240.000 malim, atau
keluarga dapat diwujudkan sebagai keluarga ideal. kedua-duanya, sekalipun perkawinan
55 yang kedua itu melanggar syarat-syarat
Kitab Undang-undang ini. .”
Hukum adalah itu paling resmi
manifestasi dari pemerintah kebijakan. Dari pasal di atas kita dapat mengetahui
Tanpa perlindungan hukum, tidak ada penolong atau bahwa Negara Tunisia memberlakukan ketentuan
perlindungan bagi perempuan. Reformasi hukum hukum perkawinan sesuai dengan prinsip-prinsip
diperlukan untuk mencapai kesetaraan gender yang yang dianut dalam perkawinan monogami.
dapat dilihat dari sudut pandang yang Larangan poligami berdasarkan Kitab Undang-
menghilangkan dikotomi antara ranah publik dan undang Status Pribadi tahun 1957 pasal 18. Dalam
domestik, sehingga menghasilkan peraturan ketentuan ini memuat : a) pelarangan poligami
(peraturan) yang lebih adil bagi suami dan istri.56 secara mutlak b) tidak ada persyaratan sebagai
pengecualian d. kriminalisasi praktik poligami c)
Jika kita cermati, undang-undang poligami merupakan salah satu perkawinan tidak
pelarangan poligami di Tunisia tidak hanya sah dalam perspektif gender ketentuan ini
menghentikan pelarangan praktik pernikahan merupakan salah satu produk unggulan hukum
poligami, namun juga memberikan hukuman bagi keluarga Islam.
yang melanggarnya. Bahkan pada tahun 1964,
pemerintah Tunisia tidak hanya menghukum Situasi saat ini
pelaku poligami, namun poligami termasuk
sebagai batalnya perkawinan.57 Kekecewaan yang muncul sebagai
respon masyarakat konservatif Tunisia akhirnya
DalamKamus Besar Bahasa berujung pada isu amandemen undang-undang
IndonesiaDalam bukunya, kriminalisasi tentang larangan poligami yang mengundang
berarti proses menunjukkan perilaku itu kontroversi di Tunisia. Situasi ini

54Mufidah Ch,Psikologi Keluarga...,P. 238 Tim Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia,


58

55Mufidah Ch,Psikologi Keluarga…,P. 178 Edisi III, (Balai Pustaka: Jakarta, 2001), hal. 600.
56Shelby Quast,Reformasi Keadilan dan Gender, terj. 59 Andi Hamzah,Asas-Asas Hukum Pidana, (Rineka
Catherine Muir (Jakarta: IDSPS Press, 2008), hal. 5 Cipta: Jakarta, 1991), hal. 5
57Tahir Mahmood,Reformasi Hukum Keluarga Muslim,P. 101, 60 Tahir Mahmood,Hukum Pribadi di Negara Islam
lihat juga pasal 21 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang no. 1 (New Delhi: Akademi Hukum dan Agama,
tahun 1964 1987),P. 156.
`139

menjadi wacana pada saat terjadi kecelakaan Arab dan toleransi untuk memegang ketentuan hukum yang
spring pada tahun 2011 hingga saat ini. Negara masih terjadi di Tunisia.
Islam moderat yang mengusung konsep gender
untuk membela hak-hak perempuan telah Kesimpulan
dimasukkan dalam ketentuan hukum yang berlaku
di Tunisia sejak tahun 1957. Muslim moderat yang Berdasarkan apa yang telah diuraikan secara
memahami bahwa diperbolehkannya poligami menyeluruh dan rinci terkait penelitian ini, selanjutnya
dalam Islam dikaitkan denganpenyakit/ alasan/ peneliti akan memberikan kesimpulan sebagai hasil
konteks tertentu setuju dengan pelarangan akhir:
undang-undang poligami untuk konteks Tunisia.
Dinamika hukum poligami menunjukkan
Pro dan kontra memang terus terjadi antara setuju
perkembangan yang revolusioner di
dengan amandemen dan tidak setuju. Namun dari
Tunisia. Ada beberapa faktor yang
ketentuan undang-undang tersebut, kalangan
mempengaruhi dinamika tersebut, yaitu
Islam konservatif menilai bahwa pelarangan
pemahaman agama, ideologi sekuler, sosial
poligami di CPS bertentangan dengan ketentuan
budaya, politik, dan pendidikan. Dinamika
hukum Islam dan tidak menjadikan nasib
tersebut terlihat dari perkembangan hukum
perempuan Tunisia lebih baik dibandingkan
periode ketiga, yaitu: a) Pada awal masa pra
perempuan di negara Arab lainnya.61Mereka
kemerdekaan, hukum diperbolehkannya
merasa ada pergeseran konsep gender yang
poligami bagi seorang suami. b) pasca
melindungi hak-hak perempuan. Larangan
kemerdekaan terdapat larangan hukum
poligami di Tunisia membawa dampak negatif bagi
poligami melalui Kode Status Pribadi pasal
perempuan akhir-akhir ini, karena informasi
18. Pelanggaran terhadap ketentuan ini
menyebutkan banyak terjadi pernikahan ilegal
mendapat hukuman penjara 1 tahun dan/
(nikah tidak tercatat), prostitusi, dan lain-lain.
denda 240.000malim. c) Sedangkan
Dalam perspektif gender, perdebatan perkembangan terkini, terdapat persoalan
poligami yang mengemuka di masyarakat mengenai tuntutan hukum terhadap pelarangan
sejauh mana dampak buruknya terhadap masa depan poligami untuk dilakukan amandemen.
perempuan dan memberikan kebebasan bagi
Dalam perspektif gender, dinamika poligami
perempuan untuk mengoptimalkan kegunaannya
di Tunisia yang terjadi pada masa pasca
terhadap laki-laki dalam mencintai banyak
kemerdekaan menunjukkan suatu langkah
perempuan. Hal ini mengingat dalil-dalil yang
maju Negara Tunisia sebagai upaya
digunakan para ulama modern merupakan ciri khas
melindungi hak-hak perempuan dengan
yang cenderung mempersulit syarat-syarat keadilan di
melakukan reinterpretasi terhadap konteks
masa sekarang dan mewujudkan keinginan
sosial dari ayat-ayat poligami dengan
perkawinan monogami dan terjaminnya generasi
menyatakan bahwa poligami dilarang di
yang akan datang. Di sisi lain, argumen Islam militan
Negara Tunisia. Namun pada periode
konservatif, cenderung menyederhanakan masalah
berikutnya hingga penulis menyelesaikan
dengan menggunakan argumen agama untuk
penelitiannya, muncul isu mengenai gugatan
melegalkan poligami.
pelarangan poligami untuk dilegalkan di
Sebenarnya tidak ada kewajiban pelarangan Tunisia. Hingga saat ini isu tersebut menjadi
poligami secara mutlak untuk melindungi hak-hak wacana hukum di Tunisia.
perempuan dalam bidang hukum keluarga. Wacana yang
masih muncul mengenai legalisasi kembali pelarangan
Saran
poligami di kalangan komunitas Islam dan modernis di
Sebenarnya poligami merupakan perkawinan
Tunisia, akan lebih baik jika ada kompromi.
yang tidak dianjurkan dan dilarang dalam Islam.
Larangan hukum poligami di Tunisia merupakan
langkah strategis yang dipilih pemerintah Tunisia
61Dede Permana Nugraha, “Larangan Poligami Digugat untuk melindungi hak-hak perempuan dari
Kembali”, http://an-
diskriminasi dan ketidakadilan.
Nisa'permana.blogspot.com/2013_03_01_archive .
html , diakses pada 22 Desember 2013
140|Ayyus Sahidatul,Dinamis Tunisia|

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Timur Tengah dan Afrika Utara (Agen
ketentuan hukum perkawinan poligami yang Perubahan)”. AS: Routledge, 2011.
terdapat dalam peraturan perundang-undangan
Kode Status Pribadi saja. Sejauh mana UU Departemen Pendidikan dan
tersebut efektif di masyarakat dan bagaimana Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa
implementasinya di masyarakat, penulis sendiri Indonesia.Edisi 2. Jakarta: Balai
masih belum mengetahui secara jelas. Peneliti Pustaka, 1996.
mempunyai harapan besar agar kedepannya ada
penelitian yang membahas tentang dinamika Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam.
hukum perkawinan poligami di Tunisia dengan Ensiklopedi Islam,Jilid 4. Jakarta : PT.
fokus permasalahan yang berbeda-beda. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Sehingga dapat menambah ilmu keislaman
kedepannya.
Entelis, John P.Tunisiadalam Jhon L.
Esposito dkk. (ed)” Oxford
REFERENSI Ensiklopedia Dunia Modern. New
York: Pers Universitas Oxford, 1995.
Buku, Penelitian atau Jurnal:
Fahmi, Anshori.Siapa Bilang Poligami
Al-Jashash.Ahkam al-Qur'an.Beirut: Dar itu Sunnah?.Bandung: Pustaka Iman, 2007.
al-Kitab al-Islamiyah, tt.
Hamzah, Andi.Asas-Asas Hukum
Anderson, JNDHukum Islam Di Dunia Pidana.Rineka Cipta: Jakarta, 1991.
Modern.Terj. Machnun Husain, Cet. Saya
Yogyakarta : Tiara Wacana, 1994. Handayani, Trisakti dan Sugiarti,
Konsep dan Tekhnik Penelitian Gender.
Anderson, Norman.Reformasi Hukum Malang: Pers UMM, 2006.
di Dunia Muslim. London: Athlone Press, 1976.
Imarah, Muhammad. Al-Imam
Muhammad Abduh. Al-Mujaddid Al-
As-Siba'y, Musthafa.Wanita di Antara Islam, 1981.
Hukum Islam dan Perundang-Undangan. Cet 1.
Bulan Bintang: Jakarta, 1977 Jones, Christina.Women Under Islam
(Gender, Keadilan dan Politik Hukum Islam.
As-Syaibaniy, Ahmad bin Hanbal Abu New York: IB Tauris, 2011.
Abdillah ,Musnad Ahmad.Juz 2 Mesir :
Muasasah, tt. Ka'bah, Rifial. Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta: Yarsi, 1999.
at-Tirmidzi.Sunan at-Tirmidzi. juz II.
Dar al-Fikr: Beirut, 1994. Mahmood, Tahir.Reformasi Hukum
Keluarga di Dunia Muslim.Bombay: NM
Ch, Mufidah (eds). Isu-Isu Jenis kelamin TRIPATHI PVT. LTD, 1972.
Kontemporer Dalam Hukum Keluarga.
Malang: UIN-Maliki Press. Mahmood, Tahir. Phukum pribadi di
Negara Islam. New Delhi: Akademi Hukum
Ch, Mufidah.Psikologi Keluarga Islam dan Agama, 1987.
Berwawasan Gender. Pers UIN-Malang:2008.
Mulia, Siti Musdah, Dr., MA., APU.,
Charrad, MMPergeseran Kebijakan: Negara Bagian, Pandangan Islam Tentang Poligami, Jakarta:
Islam, dan Gender di Tunisia, 1930an-1990an. Lembaga Kajian Agama dan Genderh.
Musim Panas: Oxford University Press, 1997. September 1. 1999.

Charrad, M.Tunisia di Garis Depan Muzdhar, Atho'.Hukum Keluarga


Dunia Arab,dalam Fatima Sadiqi dan Dunia di Dunia Islam Modern Studi
Moha Ennaji (ed.) et.al., “Women in The Perbandingan dan Keberanjakan UU
`141

Modern dari Kitab-Kitab Fikih. Jakarta: Kode Status Pribadi Tunisia 1957
Coputat Press, 2003
Wilson, HT.Seks dan Gender, Membuat
Nasution, Khoiruddin. Riba dan Budaya Merasakan Peradaban. Sarat:
Poligami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. 1998.

Partanto, Pius A. dan M. Dahlan al- Zaki Saleh, Muhammad. "Kecenderungan

Barry.Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Kriminalisasi Dalam Hukum Keluarga Di


Arkola, 1994. Negara-Negara Muslim”. Makalah.Disajikan
di forum “Tahunan Konferensi Kajian
Quast, Shelby.Reformasi Keadilan dan Islam Lembang”. Bandung, 2006.
Gender,terj. Catherine Muir. Jakarta: IDSPS
Pers, 2008. Situs web

Ridha, Muhammad Rasyid.Tafsir Al- Dede Permana nugraha, Larangan


Manar.juz 4. Kairo : Al-Manar, 1367. Poligami Digugat Kembali,
http://permana.blogspot.com/2013_03_
Simon, Reeva S. dkk. (Ed.). 01_archive.html , diakses pada 22th2013
Desember
Ensiklopedia Timur Tengah Modern. Baru
York: AS, 1996.
Geopolitik Arab Spring: Tunisia dan
Subhan, Zaitunah. Rekonstruksi Suriah, http://angela-na-
Pemahaman Jender Dalam Islam:Agenda fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49639-
Sosio-Kultural Dan Politik Peran GeoGeo
Perempuan. Jakarta: el-Kahfi, 2002. Geopolitik%20Arab%20Spring:%20Tunisia%2
0dan%20Suriah.html, diakses pada 13 Januari
Sugihastuti dan Siti Hariti Sastriyani. th2014
Glosarium Seks & Gender.Yogyakarta :
Carasvati Buku : 2007. Jumlah Penduduk (Seluruhnya),
http://statistik.ptkpt.net/_a.php?
Syihab, Quraisy.Wawasan Al-Qur'an : _a=pen duduk_usia&info1=3 , diakses 16 pada
Tafsir Maudhu'i atas Perbagai Persoalan Desemberth2013
Umat.Bandung: Mizan, 1996.
Mengetahui Sejarah Tunisia,
Tim Depdikbud,Kamus Besar Bahasa http://www.bimbie.com/sejarah-
Indonesia, Edisi 3. Balai Pustaka: Jakarta, 2001. negaratunisia.htm , diakses pada 12 Januarith,
2014

Tim.Ensiklopedia Bangsa dan Negara. Alquran, http://quran.com/4 , dulu


Jilid 1. Jakarta : PT. Grolier diakses pada 12 Maretth2014
Internasional Inc, 2000.

Anda mungkin juga menyukai