Anda di halaman 1dari 6

6 Strategi Snouck Hurgronje Membentuk

Sekularisme Di Indonesia
Snouck Hurgronje adalah sosok yang sangat kontroversial dalam sejarah
kolonialisme di Indonesia. Sebagai seorang ilmuwan jebolan universitas Leiden dan
penasihat kolonial yang terkemuka, Ia telah berhasil membangun dasar-dasar
pemikiran yang kemudian diadopsi pemerintah kolonial Belanda, pemerintah orde
baru, dan bahkan bukan tidak mungkin diterapkan hingga saat ini.
Ajaran snouck hurgronje sebagai Inlands Policy memisahkan secara ketat tiga
masalah utama dalam kehidupan kegamaan umat Islam di Indonesia: masalah ritual,
muamalah dan politik.

Semoga 6 siasat snouck hurgronje ini dapat menunjukkan bahwa pemisahan antara
ritual keagamaan dan aspek-aspek penting lainnya dalam Islam seperti muamalah dan
politik telah SUKSES BESAR berdampak terhadap rusaknya kebangsaaan di
Indonesia

1. Pemisahan Ibadah dan Ritual Keagamaan

Sejak abad ke 7M, Islam masuk ke nusantara kemudian mepersatukan, menguatkan


plus menjadi benteng pada masyarakatnya. Seiring waktu berjalan, maka perilaku
bid’ah pun merebak.

Berdasarkan penelitian snouck hurgronje yang telah melakukan riset di mekah maka
Snouck memberikan saran kepada pemerintah kolonial terhadap kehidupan
keagamaan yakni memisahkan antara Ibadah muamalah dengan Ritual keagamaan
umat muslim.

Snouck memformulasikan dan mengkategorikan permasalahan Islam menjadi tiga


kategori, yaitu; bidang Agama Murni, bidang Sosial Kemasyarakatan dan bidang
Politik.

Pada hakikatnya, Islam tidak memisahkan ketiga bidang tersebut, namun oleh


Snouck diusahakan agar umat Islam terjerumus dan menikmati sistem sekuler tanpa
menyadarinya. Sehingga aturan bernegara yang sudah ada panduannya dalam Al-
Quran akan terabaikan, sementara hanya menyisakan ritual keagamaan seperti Sholat,
Zakat, dan Haji.
Seperti halnya umat kristen yang memisahkan gereja dengan kehidupan sosial, akibat
traumatik yang amat sangat terhadap praktik Inkuisisi gereja (yang hal ini tidak
pernah terjadi di umat muslim).

2. Pemberian Gelar Haji Untuk Mengontrol Pemberontakan

Pemisahan ritual keagamaan Islam dengan hukum syariat dalam bersosialisasi Snouck
mengkritik kebijakan Belanda yang selalu menghalang-halangi ibadah dan ritual umat
Islam. Buat Snouck ini merupakan salah satu pangkal penyebab terjadinya
pemberontakan umat Islam di berbagai daerah.

Menurut Snouck, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan politik, maka pemerintah


kolonial semestinya dapat memberikan keleluasaan kepada umat Islam untuk
melaksanakan ajaran agamanya.

Pemerintah harus memperlihatkan sikap seolah-olah memperhatikan agama Islam


dengan memperbaiki tempat peribadatan, serta memberikan kemudahan dalam
melaksanakan ibadah.

Dalam kasus Haji misalnya, Snouck menolak kebijakan pemerintah yang melarang
umat Islam untuk pergi Haji ke Mekah.

Menurutnya yang perlu dilakukan pemerintah adalah mencatat orang-orang yang


pergi haji. Oleh sebab itu diterapkan dua (2) siasat kelicikan snouck hurgronje, yakni
pemberian gelar “Haji” untuk mereka yang pergi Haji dan melarang mereka untuk
tinggal lebih lama di kota Mekah.

3. Membangun Kader Kader Lokal Berjiwa Pendidikan Barat

Melalui “Politik Asosiasi” diprogramkan agar lewat jalur pendidikan bercorak barat
dan pemanfaatan kebudayaan Eropa diciptakan kaum pribumi yang lebih terasosiasi
dengan negeri dan budaya Eropa yang berorientasi jangka pendek serta memuja
hedonisme.

Program Asosiasi ini ternyata sukses besar, karena berhasil menempatkan beberapa
tokoh negara, yang dikemudian hari dikenal sebagai tokoh tokoh nasionalis.

4. Kriminalisasi: Merusak peran ulama dan Dekontruksi Image dari Ulama dan
Syariat
Upaya membangun kader lokal lewat membentuk lembaga lembaga pendidikan
menjadi salah satu ruang untuk membentuk stigma negatif terhadap ulama dan syariat
Islam. Peran ulama dan syariat Islam yang telah terbangun sejak abad ke-7 M di
citrakan seakan akan merusak persatuan dan justru membangun sikap fanatisme
agama.

Bagi Snouck Hurgronje, Islam politik adalah sesuatu yang perlu dihindari, dibatasi
bahkan harus dilarang. Pembiaran terhadap aktifitas politik hanya akan melahirkan
fanatisme keagamaan yang sangat membahayakan kekuasaan kolonialisme.

Berbagai bentuk muamalah politik Islam yang dipandu Al-Quran dengan tafsir yang
lurus akan mendorong rakyat kepada fanatisme dan Pan Islam yang akibatnya belanda
akan kehilangan jajahan koloninya. Untuk menghadapinya pemerintah diperbolehkan
untuk menumpas Islam politik, bila diperlukan, dengan kekerasan dan kekuatan
senjata.

Namun demikian segera setelah diperoleh ketenangan, pemerintah kolonial harus


menyediakan pendidikan, kesejahteraan dan perekonomian, agar kaum pribumi
mempercayai maksud baik pemerintah kolonial dan pada akhirnya rela diperintah.

Hal ini juga yang dikemudian hari melahirkan para sekularis dan liberalis dengan
slogan “Islam yes!, politik Islam No”.

5.Deislamisasi Sejarah Nusantara Sebagai Bagian Dari Strategi reconquista

K.H Abdullah Bin Nuh. Seperti masalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, fakta
bahwa masuknya Islam terjadi di abad ke-7 M namun berdasarkan strategi snouck
hurgronje, waktu dimundurkan hingga abad ke 13 M yang kemudian dikenal dengan
teori gujarat snouck hurgronje.

Strategi reconquista usulan snouck hurgronje terhadap negri jajahan, khususnya Islam
diharapkan tidak hanya menjajah wilayah jajahan melainkan juga pola pikir
masayarakatnya dengan mendistorsikan sejarah lewat penulisan ulang sejarah dan
penjajahan berita.

Dari hasil penulisan ulang sejarah, akan berdampak tebentuknya perubahan sistem
keimanan dan tingkah laku sosial – politik dan berbudaya. Yang selanjutnya memihak
penjajah
6 “Theorie Receptie”: Mengutamakan hukum adat diatas syariat

Strategi snouck hurgronje


Sebagai seorang etnolog yang memiliki pengalam riset di berbagai daerah Snouck
mengembangkan suatu gagasan tentang perlunya mendorong “adat-adat”lokal.
Snouck memandang bahwa upaya untuk mengurangi militansi dan keteguhan
keagamaan orang-orang Islam maka perlu dibangun instrumen rivalitas dengan
hukum Islam.

Pembangunan rivalitas antara hukum adat dan hukum syariat ini pula yang menjadi
bagian dari politik Devide et impera

Pemerintah kolonial harus bisa memanfaatkan adat kebiasaan yang berlaku dan
membantu menggalakkan rakyat agar tetap berpegang pada adat tersebut.

Snouck berupaya agar hukum Islam menyesuaikan dengan adat istiadat dan kenyataan
politik yang menguasai kehidupan pemeluknya. Islam jangan sampai mengalahkan
adat istiadat.

“Theorie Receptie” disarankan memanfaatkan kelompok Elite Priyayi dan Islam


Abangan untuk meredam kekuatan Islam dan pengaruhnya di masyarakat. Kelompok
ini paling mudah diajak kerjasama karena ke- Islaman mereka cenderung tidak
memperdulikan tegaknya syariat Islam.

Sementara Kaum pribumi yang telah mendapat pendidikan bercorak Barat dan telah
terasosiasikan dengan kebudayaan Eropa, harus diberi kedudukan sebagai pengelola
urusan politik dan administrasi setempat. Termasuk pendirian orgnisasi semacam budi
oetomo

Snouck seakan-akan menunjukkan diri sebagai tokoh Belanda yang moderat,


membela hak-hak keagamaan umat Islam, melindungi peribadatan dari pelarangan
pemerintah Belanda. Namun bila dianalisis lebih dalam apa yang dikemukakan
Snouck justru melemahkan sendi-sendi kehidupan umat Islam khususnya di bidang
hukum dan politik.

Menurut kamu, benarkah dampak dari pemikiran snouck hurgronje tersebut masih
terasa hingga saat ini?

Sumber Rujukan
1. Patria, Nezar dan Andi Arief. 2003. Antonio Gramschi; Negara dan
Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baso, Ahmad. 2005. Islam 

2. Pascakolonial; Perselingkuhan Agama, Kolonialisme dan Liberalisme. Bandung:


Mizan. 

3. Ernas, Saidin. 2001. Pendapat Snouck Hurgronje tentang Islam di Indonesia


dan Iplikasinya terhadap Susunan dan Kekuasaan Peradilan Agama,
IAIN  Bandung. 

4. H.T, Faruq. 2007. Belenggu Pasca Kolonial: Hegemoni dan Resistensi dalam


Sastra Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 

5. Hurgronje, Sonuck. 1985. ACEH; di Mata Kolonialisme, Jilid I dan II.


Jakarta: Yayasan Soku Guru. _. 1996. Kumpulan Karangan Snouck Hurgronej,
Jilid III, IV, V, VII dan XII. JakartaINIS. 

6. Lev, Daniel S. 1990. Hukum dan Politik di Indonesia; Kesinambungan dan


Perubahan. Jakarta: LP3S. 

7. Noeh, Zaini dkk. 1983. Sejarah Singkat pengadilan Agama di Indonesia.


Surabaya: PT. Bina Ilmu. 

8. Noer, Deliar. 1996. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:


PT. Pustaka LP3S Indonesia. 

9. Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Postkolonialisme Indonesia Relevansi Sastra.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 

10.Steenbrink, Karel A. 1984. Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-


19. Jakarta: Bulan Bintang. 

11.Suminto, Aqib. 1985. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES. 

12.Van Koeningsvald. 1989. Snouck Hurgronje dan Islam, Delapan Karangan


tentang Hidup dan Karya Seorang Orientalist Zaman Kolonial. Jakarta: PT.
Grimukti Pusaka. 
13.Woodward, Mark R. 1998. Indonesia, Islam dan Oriantalisme; Sebuah Wacana
yang Melintas, Pengantar dalam “Jalan Baru Islam”. Bandung: Mizan. 

14.Ahmad mansyur suryanegara, Buku Api sejarah

Anda mungkin juga menyukai