Anda di halaman 1dari 7

RechtsVinding Online

RELASI NEGARA DAN AGAMA DI INDONESIA

Oleh:
Hasyim Asy’ari*

Dalam satu dasawarsa belakangan ini, “penyimpangan”. Di satu pihak diakui


sepanjang tahun 2000-2011, Indonesia bahwa Pancasila adalah pandangan hidup
diguncang oleh serangkaian peristiwa bom. resmi dalam berbangsa dan bernegara di
Pemboman itu secara massif terjadi secara Indonesia, namun di sisi lain Orde Baru
tersebar di sejumlah tempat. Oleh pihak telah memperlakukan Pancasila hanya
kepolisian diidentifikasi pelaku bom masih sebagai “alat pemukul” bagi pihak yang
saling terkait dengan peristiwa-peristiwa kritis terhadap negara (Arief Budiman (ed.),
terdahulu, seperti gerakan Negara Islam 1992: 121-149). Dalam konteks itu, pasca
Indonesia (NII), jaringan kekerasan Orde Baru masyarakat cenderung enggan
bersenjata Aceh, kerusuhan Maluku dan mendasarkan diri pada Pancasila, bahkan
Poso, dan kelompok Islam garis keras. Pancasila cenderung telah ditinggalkan
Jaringan pelaku bom juga diidentifikasi sebagai pandangan hidup dalam berbangsa
berbasis ideologi Islam garis keras. dan bernegara. Bahkan kurikulum
Kekerasan bom di Indonesia itu pendidikan di Indonesia juga telah
diidentifikasi telah mengalami regenerasi “meminggirkan” Pancasila dari ranah
dan modifikasi gerakan dan ideologi, baik pendidikan (Kompas, 6 Mei 2011).
dalam arti pelaku yang semula berkelompok Apakah warga muslim Indonesia selalu
dan berjejaring, kini telah bermodifikasi bersikap demikian ekstrem terhadap
menjadi pelaku individu. Demikian pula negara? Tentu saja tidak, karena masih ada
dalam penyebaran ideologi kekerasan telah warga muslim lainnya yang bersikap
menyebar hingga tingkat individual yang moderat dan jumlahnya lebih besar.
semakin sulit diidentifikasi karena tersebar
berserakan. Kondisi ini telah membawa Relasi Negara dan Agama: Pengalaman
“Indonesia menjadi medan Indonesia dan Perbandingan
perang”(Kompas, 2 Mei 2011). Perang Titik konflik yang menonjol di
dalam arti yang sesungguhnya yang Indonesia di antaranya diwarnai oleh relasi
melibatkan sarana kekerasan, dan perang negara dan agama. Konflik ini dapat
dalam arti perbenturan ideologi antara melibatkan antara otoritas negara versus
Pancasila berhadapan dengan liberalisme warga negara, dan konflik antar warga
sekaligus Islam garis keras. negara. Persoalan ini dapat diruntut dari
Dalam konteks ideologi, Pancasila bagaimana relasi antara negara dan agama,
pada praktik politik kenegaraan sepanjang serta pandangan masyarakat terhadap
era Orde Baru, telah mengalami negara dan agama. Relasi antara negara dan

1
RechtsVinding Online

agama memiliki beberapa kecenderungan Membicarakan relasi agama dan


(Luthfi Assyaukanie, 2009; Musdah Mulia, negara dalam konteks Indonesia pada
2009; & Abdul Aziz, 2011). perkembangan awalnya tidak mungkin
Pertama, negara berdasar agama, melupakan tokoh-tokoh semacam Snouck
pada negara ini terjadi bersatunya Hurgronje, van den Berg dan Hazairin.
pemegang otoritas negara dan agama Dalam beberapa penelitian awal mereka
(waliyul amri kalifatullah sayyidin tentang praktik hukum di Indonesia dapat
panatagama, caesaro papisme). Negara dan ditemukan beberapa hal yang menarik
pemegang otoritas negara dijalankan untuk dikaji.
berdasarkan agama tertentu. Pada model Dalam beberapa praktik hukum
negara ini terdapat dua kemungkinan, yaitu masyarakat ditemukan praktik yang
warga negara diwajibkan memeluk agama berdasarkan kepada syari’ah Islam.
resmi negara dan kemungkinan lainnya Masyarakat bertindak dalam praktik hukum,
warga diberi kebebasan untuk memeluk seperti perkawinan, waris, jual beli dan
agama sesuai keyakinannya. beberapa lainnya menggunakan syari’ah
Kedua, agama sebagai spirit Islam sebagai dasar hukumnya
bernegara, pada model ini negara tidak (Abdurrahman Wahid et.al., 1990: 229-231).
secara formal menganut agama tertentu, Adat (perilaku keseharian) masyarakat pada
namun nilai-nilai agama menjadi spirit beberapa tempat di Indonesia banyak
penyelenggara dan penyelenggaraan ditentukan oleh aturan Islam.
negara, dan terdapat jaminan dari negara Dari hal inilah muncul teori receptio in
terhadap warga negara untuk memeluk complexu oleh van den Berg (Abdurrahman
agama tertentu dan beribadat berdasarkan Wahid et.al., 1990: 229-231). Berg
keyakinan agamanya itu. menganggap bahwa syari’ah Islam telah
Ketiga, negara sekuler, pada negara diambil sebagai pegangan masyarakat
model ini terdapat pemisahan otoritas dalam mengatur berbagai aspek kehidupan
negara dan agama, atau secara ekstrem mereka. Syari’ah Islam menjadi sendi dasar
negara tidak mengurus agama dan demikian bagi sebagian besar hukum adat masyarakat
juga agama tidak berkaitan dengan negara. Indonesia, terutama yang berada pada
Lalu Indonesia berada pada model busur Melayu Muslim, yaitu wilayah
yang mana? Dalam pandangan saya, nusantara yang menggunakan bahasa
Indonesia cenderung berada pada model Melayu sebagai pengantar dan pernah
kedua, yaitu agama sebagai spirit memiliki pengalaman dipimpin oleh
bernegara. Indonesia tidak menganut kerajaan-kerajaan Islam. Pada masyarakat
kepada agama tertentu, namun negara Melayu Muslim ini antara hukum adat
berdasar kepada prinsip ketuhanan, dan dengan syari’ah Islam tidak terdapat
negara memberikan jaminan kebebasan pemisahan sama sekali. Dalam pepatah
beragama kepada warganya. Minangkabau dikenal dengan sebutan:
“Adat basandi syara’, syara’ basandi
2
RechtsVinding Online

kitabullah. Syara’ mangata, adat mamakai” Teori Snouck Hurgronje nampaknya


(Abdurrahman Wahid et.al., 1990: 243-246). lebih diterima oleh penguasa kolonial
Berbeda dengan Berg, bagi Snouck Belanda. Syari’ah Islam yang tidak mengenal
Hurgronje, syari’ah Islam baru berlaku pemisahan antara “pesan ketuhanan”
dalam masyarakat bila telah diadatkan. dengan “peran kemanusiaan”, bahkan
Syari’ah Islam, menurut Hurgronje, baru justru peran kemanusiaan harus dilakukan
dapat diterima dan diberlakukan dalam sesuai dengan pesan ketuhanan, dilihat oleh
masyarakat bila telah diterima oleh adat Snouck Hurgronje dapat membawa potensi
masyarakat setempat. Dengan kata lain revolusioner yang dapat membahayakan
syari’ah Islam baru berlaku bila tidak kekuasaan kolonial Belanda. Dengan
bertentangan dengan adat. Pada akhirnya, demikian, tanpa melakukan pemisahan
dengan menggunakan konsepsi hukum antara keduanya, tidak mungkin bisa
modern, Hurgronje menganggap bahwa mematahkan berlakunya syari’ah Islam di
adat baru dapat berlaku jika tidak nusantara.
bertentangan dengan peraturan perundang- Pengambilan teori Snouck Hurgronje
undangan yang berlaku dan dibuat oleh ini masih dilanjutkan hingga kini dengan
negara. Inilah yang kemudian dikenal serangkaian pengaturan hukum dalam
dengan teori receptio. bentuk perundang-undangan formil yang
Tentunya dapat dipahami adanya diadopsi dari warisan kekuasaan Belanda
perbedaan antara dua orang ahli Islam dari secara konkordansi. Syari’ah Islam hanya
Belanda tersebut. Di satu pihak van den memiliki wilayah pengaturan selama
Berg ingin melihat praktik hukum ditentukan dan diberikan kewenangan oleh
masyarakat pada kondisi senyatanya. undang-undang resmi buatan negara.
Sementara Snouck Hurgronje di pihak lain, Sementara di wilayah lain, pengaturan
dalam merekonstruksi berlakunya syari’ah hukum masih menjadi kewenangan hukum
Islam di Indonesia memiliki motif-motif negara yang tidak mengadopsi syari’ah
politik tertentu. Melihat kenyataan bahwa Islam, dalam hal ini hukum penguasa
syari’ah Islam di sejumlah tempat di kolonial Belanda.
Indonesia telah mendarah daging dalam Menapaki zaman pascakolonial,
praktik hukum masyarakat dan tentu saja ini Indonesia mengalami suatu perdebatan
–dalam batas-batas tertentu— tidak panjang yang tak kunjung usai berkaitan
menguntungkan penguasa kolonial Belanda, dengan persoalan Islam dan negara.
maka sebagai salah seorang penasehat Perdebatan antar elemen masyarakat pada
penguasa Belanda, Hurgronje berkeyakinan saat merumuskan bentuk negara Indonesia,
bahwa satu-satunya jalan untuk memangkas dan perdebatan seputar “apa” yang akan
hubungan erat antara syari’ah dan hukum dijadikan dasar bagi negara, apakah
adat adalah dengan cara memisahkan Indonesia akan menjadi negara berdasarkan
wilayah dunia dari wilayah agama. agama, ataukah Indonesia akan bercorak
negara-bangsa (nation state) merupakan
3
RechtsVinding Online

gambaran betapa masalah Islam dan negara mengatur kehidupan masyarakat. Terhadap
merupakan persoalan yang sensitif untuk berbagai masalah yang muncul dalam
diperdebatkan (Bahtiar Effendy, 1998). masyarakat, negara cukup dengan merujuk
Untuk memecah kebuntuan dalam kembali kepada aturan normatif yang
serangkaian perdebatan itu, akhirnya terkandung di dalam dua sumber tadi.
diselesaikan dengan menerima Indonesia Arab Saudi dan Sudan dapat ditunjuk
sebagai negara-bangsa dan Pancasila sebagai contoh negara dalam kategori ini.
sebagai dasarnya. Perdebatan ini masih Namun begitu, seperti di Arab Saudi muncul
berlanjut dan berkepanjangan dalam Sidang persoalan penafsiran terhadap teks Al-
Konstituante, yang diakhiri dengan Qur’an dan Sunnah, karena di Arab Saudi
pembubaran Konstituante dan lebih menekankan pada madzhab Hanbali-
memberlakukan kembali UUD 1945 oleh Wahabi. Jadi ada semacam persoalan intern
Soekarno atas desakan kalangan militer di kalangan umat Islam Arab Saudi, yaitu
Angkatan Darat (Herbert Feith and Lance dalam praktik syari’ah Islam lebih tunduk
Castles, (eds.), 1988 & Adnan Buyung kepada madzhab yang dominan. Sementara
Nasution, 1995). dalam praktik-praktik hukum tertentu,
Serangkaian deskripsi historis tersebut seperti masalah perburuhan dan real estate,
menunjukkan bahwa Indonesia telah hukum yang digunakan adalah peraturan
memilih bercorak sebagai negara-bangsa, hukum yang dibuat oleh raja.
dan meninggalkan cita-cita sebagai negara Di Sudan ada kecenderungan
berdasarkan atas agama tertentu, dalam hal berlakunya syari’ah Islam dibarengi dengan
ini Islam. Sampai batas-batas tertentu upaya munculnya represifitas yang cukup tinggi
menolak munculnya negara Islam di oleh pihak penguasa terhadap pihak yang
Indonesia dan berlakunya syari’ah Islam, berbeda pendapat dengan penguasa negara
merupakan langkah awal sekularisasi hukum (Abdullahi Ahmed An-Naim, 1994).
di Indonesia (Noer Iskandar Al-Barsany, Mahmoud Mohammed Toha, seorang
1992: 81-93). ulama reformis yang memiliki sejumlah
Pada sejumlah negara yang gagasan pembaharuan pemahaman syari’ah
berpenduduk mayoritas muslim terdapat terpaksa harus tewas di tiang gantungan
beberapa bentuk praktik syari’ah Islam. rezim Ja’far Numeiry, hanya karena
Dengan maksud untuk memudahkan pandangannya berbeda dengan pendapat
klasifikasi dapat ditemukan dua corak resmi ulama negara.
utama praktik syari’ah Islam (Mohammad Kedua, negara yang hanya
Fajrul Falaakh, 1994). menempatkan syari’ah hanya sebagai
Pertama, negara yang menempatkan bagian pelengkap saja dari hukum negara.
syari’ah sebagai hukum negara. Negara Hukum yang berlaku hampir semuanya
macam ini menganggap bahwa syari’ah tidak bersumber dari syari’ah Islam, yaitu
yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Qur’an dan Sunnah secara tekstual-
sudah cukup lengkap dan memadai untuk formalistik. Syari’ah Islam di negara kategori
4
RechtsVinding Online

macam ini hanya digunakan untuk peraturan perundang-undangan hendaklah


mengatur hal-hal yang sifatnya privat. dapat memperkuat lima tujuan
Sementara di bidang lain yang bersifat diturunkannya syari’at (maqashid al
publik tidak tersentuh sama sekali oleh syari’at) (Imam Abu Ishaq Ibrahim, 2004).
pengaturan syari’ah. Dapat dikatakan, pada Pertama, hifz al din. Setiap kegiatan
negara macam ini sekularisasi dalam arti didasarkan untuk kepentingan
pemisahan antara wilayah pengaturan pemeliharaan ajaran Islam, oleh karena
agama dan pengaturan negara benar-benar kehidupan itu baru bernilai apabila selalu
terjadi. didasarkan kepada ajaran Islam. Setiap
Turki sebagai pewaris terakhir dari peraturan perundang-undangan tidak boleh
kekhalifahan Islam dapat ditunjuk dalam hal bertentangan dengan hakikat ajaran Islam
ini. Hampir semua produk hukum Turki malah justru semua undang-undang
merupakan konkordansi dari hukum haruslah bertujuan memperkuat komitmen
Perancis. Sementara syari’ah hanya semua umat beragama terhadap ajaran
menempati pengaturan dalam wilayah agamanya. Oleh karena itu pertimbangan
hukum keluarga, seperti perkawinan, untuk kepentingan syari’at haruslah
perceraian dan pewarisan. ditempatkan di atas segala-galanya. Semua
peraturan perundang-undangan hendaklah
Relasi Negara dan Agama di Indoonesia yang dapat memudahkan orang beribadah
Seluruh praktik penyelenggaraan oleh karenanya tidak boleh ada yang
negara tidak saja mempunyai dimensi bertentangan dengan ajaran Islam (Q.S. Ali
kepentingan sesaat, akan tetapi hendaklah ‘Imran [3]:83). Mengingat agama yang
memiliki pandangan yang jauh ke depan. dianut oleh mayoritas rakyat Indonesia
Kepentingan ke depan itu harus selalu adalah Islam, maka setiap undang-undang
didasarkan pada pertimbangan kepentingan hendaklah memberi kemudahan bagi umat
pelaksanaan nilai-nilai ajaran Islam, karena Islam untuk mengamalkan ajaran
pelaksanaan ajaran Islam pada dasarnya agamanya, dan pada saat yang sama juga
tidak hanya penting bagi umat Islam saja memberikan kemudahan bagi umat lainnya
akan tetapi bermanfaat bagi keluhuran sifat dalam mengamalkan ajaran agamanya.
dasar kemanusiaan. Bertolak pada pemikiran tersebut, setiap
Secara umum pembuatan peraturan undang-undang tidak boleh bertentangan
perundangan-undangan di Indonesia harus dengan semangat spiritual yang hidup di
mengacu kepada kaidah “kebijakan dalam masyarakat Indonesia.
pemimpin terhadap rakyatnya harus Kedua, hifz al nafs. Setiap pelaksanaan
berdasarkan pada kemaslahatan” (tasharraf ajaran Islam harus selalu memelihara
al imam ‘ala raiyyah manuuthun bi al kelangsungan hidup manusia, oleh karena
mashlahah). Secara lebih khusus lagi, sesuai itu tidak dibenarkan upaya-upaya
dengan dasar filosofi ajaran Islam kehidupan yang justru berakibat hilangnya
(maqashid al syari’at), maka semua keberadaan manusia. Seluruh peraturan
5
RechtsVinding Online

perundang-undangan harus dapat menjaga jauh dari pragmatis serta menjunjung tinggi
kelangsungan kehidupan dan melindungi akhlak mulia, sehingga segenap kehidupan
kehormatan umat manusia. Tidak manusia menjadi aman dan bahagia (Qs.
dibenarkan adanya undang-undang yang 17:70). Hal ini dapat terwujud manakala
merendahkan martabat manusia karena akal pikirannya positif, tidak terkotori
manusia diciptakan Allah dalam bentuk pengaruh narkotika dan obat-obat terlarang
yang sempurna (Q.S. Al Tin [95]: 4); (Q.S. Al dan mampu menyikapi semua hal secara
Isra’ [17]: 33). dewasa.
Ketiga, hifz al nasl. Seluruh Berdasarkan kepada prinsip-prinsip
perundang-undangan harus dapat tersebut, maka produk peraturan
memelihara kelangsungan berketurunan, perundangan hendaklah dapat: (1)
oleh karena itu tidak dibenarkan adanya melindungi semua golongan; (2)
upaya pembunuhan atau pemutusan berkeadilan; (3) sesuai dengan
keturunan atas dasar alasan apapun juga. agama/keyakinan/kepercayaan masyarakat
Serta tidak dibenarkan aktifitas perusakan yang disahkan keberadaannya di Indonesia;
lingkungan hidup karena dapat mengancam (4) sesuai dengan nilai-nilai kepatutan dan
eksistensi kelangsungan hidup manusia. budaya masyarakat yang tidak bertentangan
Seluruh produk perundang-undangan dengan agama; (5) selalu memiliki wawasan
hendaklah bertujuan memuliakan manusia ke depan.
(Q.S. Al Isra’ [17]: 31). Penyerapan hukum Islam dalam
Keempat, hifz al mal. Seluruh hukum nasional adalah suatu keniscayaan,
perundang-undangan hendaklah dapat karena sebagian besar masyarakat
memelihara kepemilikan harta, baik Indonesia beragama Islam di mana ada
kepemilikan harta yang sempurna (milk bagian-bagian dari hukum Islam yang dapat
taam) maupun kepemilikan tak sempurna terlaksana secara paripurna memerlukan
(milk naaqish) dan hak-hak kepemilikan peranan dan dukungan negara. Oleh karena
kebendaan termasuk hak cipta maupun itu, penyerapan hukum Islam dalam hukum
budaya bangsa. Islam menegaskan adanya nasional dapat diwujudkan sejalan dengan
kepemilikan perorangan dan kepemilikan semangat bhineka tunggal ika dalam bingkai
syirkah, namun harta yang dimiliki itu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
memiliki nilai ibadah dan sosial yang disebabkan karena hukum Islam adalah
ditunaikan melalui zakat, infak dan semuanya membawa kemaslahatan bagi
shadaqah (Q.S. Al Hijr [15]: 20). umat manusia dan alam semesta, sehingga
Kelima, hifz al aql. Peraturan tidak akan terjadi diskriminasi terhadap
perundang-undangan hendaklah warga negara yang berbeda budaya
memuliakan manusia sebagai makhluk Allah maupun agama.
yang mulia yang memiliki akal sehat dengan Pola penyerapan itu dapat dilakukan
kemampuan berfikir yang baik dan benar, dalam tiga hal yaitu formal, substansial, dan
terbebas dari hedonisme dan materialisme,
6
RechtsVinding Online

esensial, tergantung pada materi dan ruang terserapnya esensi hukum jinayah. Misalnya
lingkup berlakunya. pidana terhadap pelaku zina (ghairu
Pertama, pola formal (rasmiah). muhson) yang dalam KUHP tidak dianggap
Formal artinya penyerapan hukum Islam sebagai pidana harus diperjuangkan
pada hukum nasional secara formal. Ada menjadi delik pidana dengan hukuman
bagian-bagian hukum Islam yang harus ta’zir.
diserap dalam hukum nasional secara Relasi negara dan Islam di Indonesia
formal dan hanya berlaku bagi umat Islam, diwarnai oleh ketegangan dan moderasi.
seperti zakat, wakaf, peradilan agama, dan Dengan demikian relasi negara dan Islam di
haji. Indonesia tidak selalu ditempuh melalui
Kedua, substansial (dzatiah). Ajaran jalur ketegangan yang berwatak kekerasan,
Islam adalah ajaran universal (rahmatan lil namun ketegangan itu dapat dikelola secara
alamin), untuk itu NU berupaya agar nilai- kreatif melalui jalur moderasi dan toleransi.
nilai ajaran Islam dapat dirasakan
kemaslahatannya bukan hanya oleh bangsa
*
Indonesia saja akan tetapi oleh seluruh Hasyim Asy’ari, S.H., M.Si., Ph.D. adalah Dosen
Hukum Tata Negara (HTN) Fakultas Hukum
umat manusia. Karena sistem sosial politik Universitas Diponegoro, Semarang
bangsa Indonesia belum memungkinkan
berlakunya ajaran Islam secara formal,
maka memperjuangkan nilai-nilai substansi
dalam peraturan perundang-undangan,
seperti masalah pornografi, perjudian,
penyalahgunaan narkoba dan lain-lain.
Ketiga, esensial (ruhiah). Hal ini terkait
dengan kebinekaan bangsa Indonesia dan
mendukung tegaknya NKRI. Karena itu
dalam penerapan syariah, perlu
menggunakan pola tadriji untuk
menghindarkan penolakan masyarakat yang
berakibat kontraproduktif bagi
perkembangan sosialisasi syariah pada masa
depan. Hukum Islam yang belum
memungkinkan diterapkan, diupayakan
untuk memasukkan esensi Hukum Islam ke
dalam perundangan yang berlaku di
Indonesia. Seperti dalam hukum pidana
Islam, belum perlu mendorong berlakunya
hukum jinayat Islam secara formal ataupun
substansial, tetapi mengupayakan
7

Anda mungkin juga menyukai