Oleh:
Hasyim Asy’ari*
1
RechtsVinding Online
gambaran betapa masalah Islam dan negara mengatur kehidupan masyarakat. Terhadap
merupakan persoalan yang sensitif untuk berbagai masalah yang muncul dalam
diperdebatkan (Bahtiar Effendy, 1998). masyarakat, negara cukup dengan merujuk
Untuk memecah kebuntuan dalam kembali kepada aturan normatif yang
serangkaian perdebatan itu, akhirnya terkandung di dalam dua sumber tadi.
diselesaikan dengan menerima Indonesia Arab Saudi dan Sudan dapat ditunjuk
sebagai negara-bangsa dan Pancasila sebagai contoh negara dalam kategori ini.
sebagai dasarnya. Perdebatan ini masih Namun begitu, seperti di Arab Saudi muncul
berlanjut dan berkepanjangan dalam Sidang persoalan penafsiran terhadap teks Al-
Konstituante, yang diakhiri dengan Qur’an dan Sunnah, karena di Arab Saudi
pembubaran Konstituante dan lebih menekankan pada madzhab Hanbali-
memberlakukan kembali UUD 1945 oleh Wahabi. Jadi ada semacam persoalan intern
Soekarno atas desakan kalangan militer di kalangan umat Islam Arab Saudi, yaitu
Angkatan Darat (Herbert Feith and Lance dalam praktik syari’ah Islam lebih tunduk
Castles, (eds.), 1988 & Adnan Buyung kepada madzhab yang dominan. Sementara
Nasution, 1995). dalam praktik-praktik hukum tertentu,
Serangkaian deskripsi historis tersebut seperti masalah perburuhan dan real estate,
menunjukkan bahwa Indonesia telah hukum yang digunakan adalah peraturan
memilih bercorak sebagai negara-bangsa, hukum yang dibuat oleh raja.
dan meninggalkan cita-cita sebagai negara Di Sudan ada kecenderungan
berdasarkan atas agama tertentu, dalam hal berlakunya syari’ah Islam dibarengi dengan
ini Islam. Sampai batas-batas tertentu upaya munculnya represifitas yang cukup tinggi
menolak munculnya negara Islam di oleh pihak penguasa terhadap pihak yang
Indonesia dan berlakunya syari’ah Islam, berbeda pendapat dengan penguasa negara
merupakan langkah awal sekularisasi hukum (Abdullahi Ahmed An-Naim, 1994).
di Indonesia (Noer Iskandar Al-Barsany, Mahmoud Mohammed Toha, seorang
1992: 81-93). ulama reformis yang memiliki sejumlah
Pada sejumlah negara yang gagasan pembaharuan pemahaman syari’ah
berpenduduk mayoritas muslim terdapat terpaksa harus tewas di tiang gantungan
beberapa bentuk praktik syari’ah Islam. rezim Ja’far Numeiry, hanya karena
Dengan maksud untuk memudahkan pandangannya berbeda dengan pendapat
klasifikasi dapat ditemukan dua corak resmi ulama negara.
utama praktik syari’ah Islam (Mohammad Kedua, negara yang hanya
Fajrul Falaakh, 1994). menempatkan syari’ah hanya sebagai
Pertama, negara yang menempatkan bagian pelengkap saja dari hukum negara.
syari’ah sebagai hukum negara. Negara Hukum yang berlaku hampir semuanya
macam ini menganggap bahwa syari’ah tidak bersumber dari syari’ah Islam, yaitu
yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Qur’an dan Sunnah secara tekstual-
sudah cukup lengkap dan memadai untuk formalistik. Syari’ah Islam di negara kategori
4
RechtsVinding Online
perundang-undangan harus dapat menjaga jauh dari pragmatis serta menjunjung tinggi
kelangsungan kehidupan dan melindungi akhlak mulia, sehingga segenap kehidupan
kehormatan umat manusia. Tidak manusia menjadi aman dan bahagia (Qs.
dibenarkan adanya undang-undang yang 17:70). Hal ini dapat terwujud manakala
merendahkan martabat manusia karena akal pikirannya positif, tidak terkotori
manusia diciptakan Allah dalam bentuk pengaruh narkotika dan obat-obat terlarang
yang sempurna (Q.S. Al Tin [95]: 4); (Q.S. Al dan mampu menyikapi semua hal secara
Isra’ [17]: 33). dewasa.
Ketiga, hifz al nasl. Seluruh Berdasarkan kepada prinsip-prinsip
perundang-undangan harus dapat tersebut, maka produk peraturan
memelihara kelangsungan berketurunan, perundangan hendaklah dapat: (1)
oleh karena itu tidak dibenarkan adanya melindungi semua golongan; (2)
upaya pembunuhan atau pemutusan berkeadilan; (3) sesuai dengan
keturunan atas dasar alasan apapun juga. agama/keyakinan/kepercayaan masyarakat
Serta tidak dibenarkan aktifitas perusakan yang disahkan keberadaannya di Indonesia;
lingkungan hidup karena dapat mengancam (4) sesuai dengan nilai-nilai kepatutan dan
eksistensi kelangsungan hidup manusia. budaya masyarakat yang tidak bertentangan
Seluruh produk perundang-undangan dengan agama; (5) selalu memiliki wawasan
hendaklah bertujuan memuliakan manusia ke depan.
(Q.S. Al Isra’ [17]: 31). Penyerapan hukum Islam dalam
Keempat, hifz al mal. Seluruh hukum nasional adalah suatu keniscayaan,
perundang-undangan hendaklah dapat karena sebagian besar masyarakat
memelihara kepemilikan harta, baik Indonesia beragama Islam di mana ada
kepemilikan harta yang sempurna (milk bagian-bagian dari hukum Islam yang dapat
taam) maupun kepemilikan tak sempurna terlaksana secara paripurna memerlukan
(milk naaqish) dan hak-hak kepemilikan peranan dan dukungan negara. Oleh karena
kebendaan termasuk hak cipta maupun itu, penyerapan hukum Islam dalam hukum
budaya bangsa. Islam menegaskan adanya nasional dapat diwujudkan sejalan dengan
kepemilikan perorangan dan kepemilikan semangat bhineka tunggal ika dalam bingkai
syirkah, namun harta yang dimiliki itu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
memiliki nilai ibadah dan sosial yang disebabkan karena hukum Islam adalah
ditunaikan melalui zakat, infak dan semuanya membawa kemaslahatan bagi
shadaqah (Q.S. Al Hijr [15]: 20). umat manusia dan alam semesta, sehingga
Kelima, hifz al aql. Peraturan tidak akan terjadi diskriminasi terhadap
perundang-undangan hendaklah warga negara yang berbeda budaya
memuliakan manusia sebagai makhluk Allah maupun agama.
yang mulia yang memiliki akal sehat dengan Pola penyerapan itu dapat dilakukan
kemampuan berfikir yang baik dan benar, dalam tiga hal yaitu formal, substansial, dan
terbebas dari hedonisme dan materialisme,
6
RechtsVinding Online
esensial, tergantung pada materi dan ruang terserapnya esensi hukum jinayah. Misalnya
lingkup berlakunya. pidana terhadap pelaku zina (ghairu
Pertama, pola formal (rasmiah). muhson) yang dalam KUHP tidak dianggap
Formal artinya penyerapan hukum Islam sebagai pidana harus diperjuangkan
pada hukum nasional secara formal. Ada menjadi delik pidana dengan hukuman
bagian-bagian hukum Islam yang harus ta’zir.
diserap dalam hukum nasional secara Relasi negara dan Islam di Indonesia
formal dan hanya berlaku bagi umat Islam, diwarnai oleh ketegangan dan moderasi.
seperti zakat, wakaf, peradilan agama, dan Dengan demikian relasi negara dan Islam di
haji. Indonesia tidak selalu ditempuh melalui
Kedua, substansial (dzatiah). Ajaran jalur ketegangan yang berwatak kekerasan,
Islam adalah ajaran universal (rahmatan lil namun ketegangan itu dapat dikelola secara
alamin), untuk itu NU berupaya agar nilai- kreatif melalui jalur moderasi dan toleransi.
nilai ajaran Islam dapat dirasakan
kemaslahatannya bukan hanya oleh bangsa
*
Indonesia saja akan tetapi oleh seluruh Hasyim Asy’ari, S.H., M.Si., Ph.D. adalah Dosen
Hukum Tata Negara (HTN) Fakultas Hukum
umat manusia. Karena sistem sosial politik Universitas Diponegoro, Semarang
bangsa Indonesia belum memungkinkan
berlakunya ajaran Islam secara formal,
maka memperjuangkan nilai-nilai substansi
dalam peraturan perundang-undangan,
seperti masalah pornografi, perjudian,
penyalahgunaan narkoba dan lain-lain.
Ketiga, esensial (ruhiah). Hal ini terkait
dengan kebinekaan bangsa Indonesia dan
mendukung tegaknya NKRI. Karena itu
dalam penerapan syariah, perlu
menggunakan pola tadriji untuk
menghindarkan penolakan masyarakat yang
berakibat kontraproduktif bagi
perkembangan sosialisasi syariah pada masa
depan. Hukum Islam yang belum
memungkinkan diterapkan, diupayakan
untuk memasukkan esensi Hukum Islam ke
dalam perundangan yang berlaku di
Indonesia. Seperti dalam hukum pidana
Islam, belum perlu mendorong berlakunya
hukum jinayat Islam secara formal ataupun
substansial, tetapi mengupayakan
7