Anda di halaman 1dari 21

LAMPIRAN

1. Surat tugas wawancara dari sekolah

2. Daftar Pertanyaan Wawancara

Daftar pertanyaan wawancara ini berfungsi untuk menjawab

rumusan masalah pada penelitian yang berjudul “Tradisi Marangi Keris

Sebagai Warisan Budaya Jawa dalam Upaya Pembentukan Nilai-Nilai

Sepuluh Keutamaan Pangudi Luhur di Banyuripan Tirtosuworo

Giriwoyo Wonogiri Tahun 2022”. Berikut daftar pertanyaan wawancara

untuk menjawab rumusan masalah bagaimana keterkaitan tradisi Marangi

Keris dengan sepuluh keutamaan Pangudi Luhur serta pengaktualisasiannya

dalam kehidupan sehari-hari?

Daftar pertanyaan:

1) Profil mbah Gimun

2) Darimana Anda mendapat ilmu Marangi Keris ini?

3) Berapa keris yang sudah pernah Anda warangi dan namanya apa saja?

4) Apa tujuan dari melakukan Marangi Keris?

5) Apa saja bahan-bahan yang perlu disiapkan sebelum melakukan

Marangi Keris?

6) Bagaimana sikap yang harus dilakukan sang Resi saat melakukan

Marangi Keris?

7) Apa saja hal-hal khusus yang harus dilakukan oleh sang Resi?

8) Bagaimana proses melakukan Marangi Keris?

9) Apa saja nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi Marangi Keris?
10) Mengapa Anda masih setia menjadi seorang Resi sampai saat ini?

11) Apa harapan Anda terkait tradisi Marangi Keris kedepannya?


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

10
BAB II
METODOLOGI DAN PEMBAHASAN

A. Jadwal Penelitian

1) Waktu dan Tempat Penelitian

Hari, Tanggal : Rabu, 22 Desember 2021 – Rabu, 05 Januari 2022

Tempat : Kediaman Mbah Mun di Desa Banyuripan,

Tirtosuworo RT 001 RW 012, Giriwoyo, Wonogiri

2) Jadwal Penelitian

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Desember Januari Februari Maret


Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul 
serta persiapan
Penyusunan latar

belakang
Wawancara  
Analisis Data   
Penyusunan
  
laporan
Ujian/presentasi 
Revisi   

B. Metode Penelitian

1) Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Yaitu kegiatan menghimpun informasi yang relevan dengan topik

atau masalah yang menjadi objek penelitian. Di sini penulis mencari

referensi terkait tradisi Marangi Keris melalui media masa internet.

4
5

b. Observasi

Yaitu penelitian dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari

berbagai proses yang tampak pada objek penelitian. Dalam

penelitian ini penulis melakukan observasi jenis-jenis keris yang

dimiliki oleh sang Resi atau orang yang melakukan Marangi Keris.

c. Wawancara

Yaitu teknik komunikasi secara langsung untuk memperoleh

berbagai jenis data. Penulis melakukan wawancara kepada sang Resi

untuk menggali informasi tentang persiapan, cara pelaksanaan serta

nilai-nilai luhur apa saja yang terkandung dalam tradisi Marangi

Keris.

2) Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan penulis

adalah teknik analisa data secara kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan

informasi dari berbagai sumber dan informasi yang didapat

digabungkan untuk mendapatkan data yang aktual dan padu. Penulis

juga memaparkan hasil pengamatan dengan menggunakan uraian

kalimat secara objektif, tidak dipengaruhi harapan pribadi penulis.

3) Penarikan Kesimpulan

Penarikan simpulan merupakan langkah terakhir dari proses

penelitian. Setelah semua data dikumpulkan dan dianalisis maka

langkah berikutnya yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan data-data

yang diperoleh.
6

C. Pembahasan

Keris adalah senjata tikam gugusan belati yang termasuk salah satu

budaya khas Nusantara. Menurut Fatkurrohman dan Rifchatullaili (2018),

keris berasal dari bahasa Jawa kuno, yang merujuk pada kata 'kris' dalam

bahasa Sansekerta, yang artinya menghunus. Keris terbuat dari bahan dasar

besi, baja dan juga pamor yang ditempa berulang kali sampai berlapis-lapis.

Karena terbuat dari besi tentunya keris bisa berkarat, oleh karena itu

masyarakat melakukan tradisi pembersihan keris atau biasa yang dikenal

masyarakat desa Banyuripan sebagai Marangi Keris. Tradisi Marangi Keris

hanya dilakukan saat bulan suro (tahun baru Jawa) saja. Seseorang yang

membersihkan keris disebut sebagai Resi, seorang Resi harus laki-laki

karena apabila perempuan akan ada saat dimana perempuan tidak suci atau

datang bulan.

Di desa Banyuripan sendiri ada seorang Resi yang bernama Mbah

Gimun atau biasa dipanggil mbah Mun. Mbah Mun adalah orang asli dari

desa Banyuripan. Beliau lahir di Wonogiri, 01 Juli 1942. Umur beliau

sekarang sudah 80 tahun. Saat ayahnya meninggal pada tahun 1963, mbah

Mun meneruskan tradisi Marangi Keris yang dilakukan oleh ayahnya.

Sudah 59 tahun mbah Mun melakukan Marangi Keris di desa Banyuripan

ini. Dari 59 tahun mewarangi keris kira-kira sudah ada sebanyak 767 keris
7

yang sudah beliau bersihkan. Keris yang paling banyak beliau bersihkan

adalah Kebo Lajer, Tulang Mupeh, Ladrangan dan juga Gabelan.

Gambar 1. Kebo Lajer

Gambar 2. Tulang Mupeh


8

Gambar 3. Ladrangan

Gambar 4. Gabelan

Selain itu, juga ada Sampar Angin, Patrem, Sombro, dan Cundrik.

Biasanya setiap bulan suro mbah Mun bisa membersihkan kurang lebih 13

keris. Selama menjadi seorang Resi, mbah Mun tidak pernah memberikan

tarif harga akan jasanya. Karena, beliau murni ingin menolong masyarakat

yang mempunyai keris. Adapun tujuan beliau melakukan Marangi Keris

untuk melestarikan tradisi dari leluhur. Selain menjadi seorang Resi, mbah

Mun juga memiliki kesibukan lain yaitu bertani.


9

Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan tradisi Marangi Keris, sebelumnya ada hal-

hal yang perlu dipersiapakan oleh sang Resi terlebih dahulu.

Persiapan yang perlu dilakukan di antaranya persiapan diri dan

persiapan bahan.

i. Persiapan Diri

Seorang Resi harus melakukan puasa satu hari satu malam

sebelum melakukan Marangi Keris. Puasa satu hari satu

malam ini dilakukan sebagai bentuk introspeksi diri dalam

setahun menjalani kehidupan. Untuk pakaian sang Resi

boleh menggunakan pakaian apa saja yang penting bersih,

suci dan sopan.

ii. Persiapan Bahan

Umumnya, bahan-bahan yang digunakan dalam proses

Marangi Keris akan berbeda antara satu Resi dengan Resi

yang lain. Dalam tradisi Marangi Keris di desa Banyuripan

sendiri sang Resi lebih memilih menggunakan bahan-bahan

alami, di antaranya:

1. Buah jeruk warangan, jeruk nipis

2. Warangan

3. Buah pace atau mengkudu yang sudah matang

4. Katul yang ditumbuk, bukan yang diselep

5. Minyak kelapa murni


10

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan proses pembersihan benda-

benda pusaka dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah

disiapkan oleh sang Resi. Sebelum melakukan prosesi Marangi

Keris, sang Resi mengawali prosesi dengan membaca doa. Tata

cara Marangi Keris yang dilakukan pada prosesi ini di antaranya:

1. Sang Resi mengawali prosesi dengan membaca

“Bismillahirrahmannirrahiim” terlebih dahulu.

2. Kemudian, sang Resi menggosok pusaka yang

sebelumnya sudah direndam air campuran buah pace

(mengkudu) selama 1 hari 1 malam dengan

menggunakan jeruk nipis.

3. Setelah itu, keris diberi warangan yang sudah

dicampur dengan katul tumbuk. Proses ini dilakukan

supaya keris bersih dan terlihat pamornya.

4. Keris kemudian diolesi minyak kelapa murni.

5. Langkah yang terakhir, keris dibiarkan beberapa saat

sampai kering supaya saat dimasukkan ke warangka

tidak berjamur.

Dari tahap persiapan sampai tahap pelaksanaan dalam tradisi

Marangi Keris ini terdapat nilai-nilai luhur yang terkandung di

dalamnya.
11

2) Hubungan hasil temuan dengan sepuluh keutamaan Pangudi Luhur

Tradisi Marangi Keris sarat akan nilai-nilai luhur yang terkandung

didalamnya yang dapat kita petik dan aktualisasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini selaras dikaitkan dengan Sepuluh Keutamaan

Pangudi Luhur yakni kerendah hatian dan suci. Dalam proses Marangi

Keris terdapat bagian di mana keris diberi warangan yang sudah

dicampur dengan katul untuk memperlihatkan pamor dari kerisnya.

Pamor dari keris inilah yang menghilangkan kesan seram dan gagah dari

sebuah senjata tajam. Hal ini merupakan pesan simbolis yang

mengajarkan manusia supaya selalu menjadi manusia yang rendah hati

dan tidak sombong dengan memamerkan kekuatan dan kehebatan yang

dimilikinya. Akibat negatif yang ditimbulkan dari sifat sombong juga

tercermin pada kisah Kebo Ijo sahabar Ken Arok ketika dipinjami Keris

Empu Gandring, sifat sombong itu telah mengakibatkan dirinya

menerima hukuman dalam kasus terbunuhnya Akuwu Tunggul

Ametung.

Selain itu, sebelum melakukan Marangi Keris sang Resi juga harus

mempersiapkan rohani, tidak hanya fisik semata. Sebelum bertugas,

sang Resi harus berpuasa satu hari satu malam terlebih dahulu. Hal ini

bertujuan untuk menyucikan diri sang Resi. Selain itu, sang Resi juga

harus menjaga tutur kata, sikap dan juga perbuatan selama melakukan

Marangi Keris. Sang Resi diharuskan suci karena akan berkomunikasi

dengan Sang Hyang Tunggal, dimana berkomunikasi tentang rasa


12

syukur telah diberikan kesempatan untuk merawat pusaka leluhur. Hal

ini memiliki pesan simbolis bahwa sebagai manusia yang

berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa yang dipanjatkan, semestinya

harus menyiapkan jasmani dan juga rohani dalam keadaan suci.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keris diperkirakan dikenal masyarakat Indonesia sejak abad ke-19.

Hal ini terbukti dari beberapa kisah tradisional yang menyebut tentang keris,

seperti kisah Ken Arok dan Ken Dedes yang ada pada tahun 1965 dalam

buku Pararaton karangan R. Pitono. Senjata keris milik Indonesia dan resmi

diakui oleh UNESCO pada 25 November 2005 sebagai Warisan Budaya

Dunia Non-Bendawi. Keris dikategorikan sebagai Warisan Budaya Dunia

Non-Bendawi karena yang resmi diakui oleh UNESCO adalah nilai-nilai

yang terkandung di dalam keris bukan benda kerisnya.

Keris tidak hanya digunakan sebagai senjata, namun juga dipercaya

memiliki kekuatan supranatural. Sehingga masyarakat sangat mengagumi,

menghormati, menjaga serta melestarikan keris dengan sebaik mungkin.

Fungsi utama keris pada zaman dahulu sebagai senjata tradisional. Namun,

pada saat ini keris lebih berfungsi sebagai bagian kelengkapan pakaian adat

Jawa dan banyak disimpan masyarakat karena berbagai hal, seperti: untuk

dikoleksi, peninggalan leluhur, dan untuk dijadikan pegangan (meminta

kelancaran hidup, kesehatan, kelancaran panen, gangguan roh-roh jahat, dan

lain sebagainya).

Keris yang digunakan untuk kelengkapan pakaian adat Jawa adalah

keris biasa yang bisa dibeli di toko aksesoris pernikahan yang bagian

dalamnya berupa kayu bukan besi. Sedangkan, keris yang digunakan untuk

1
2

pegangan adalah keris pusaka yang berasal dari peninggalan leluhur atau

dibuat oleh sang Empu. Contoh keris pusaka yang terkenal yaitu: keris Kyai

Setan Kober milik Adipati Jipang, keris Kyai Condong Campur milik Arya

Penangsang, keris Taming Sari milik Taming Sari, keris Mpu Gandring

milik Ken Arok, keris Nogososro milik Prabu Brawijaya, keris Kyai

Carubuk milik Sunan Kalijaga, keris Kyai Sengkelat milik kerajaan Demak,

keris Nyai Sombro milik Nyi Sombro dan keris Nyai Blorong milik Nyi

Blorong.

Sebagai bentuk pelestarian keris, masyarakat terutama di daerah

Jawa biasanya melakukan tradisi yang dinamakan “Marangi Keris”. Ritual

memandikan pusaka ini dilakukan saat bulan suro (tahun baru Jawa).

Adapun tujuan dari ritual Marangi Keris ini untuk menghindarkan diri sang

pemilik keris dari gangguan-gangguan keris miliknya dan untuk

melestarikan tradisi leluhur.

Marangi Keris tidak boleh dilakukan asal-asalan dan tidak boleh

dilakukan oleh sembarang orang. Terdapat prosedur dan sarana khusus

dalam melakukan ritual ini. Keris diperlakukan dengan baik dan tidak asal-

asalan karena keris dibuat dengan penuh filosofi, dibuat dengan harapan,

keinginan, dan cita-cita dari pemesannya. Dari filosofi inilah, masyarakat

Jawa percaya bahwa sebuah keris memiliki ajaran moral berupa nilai-nilai

kehidupan. Nilai-nilai kehidupan ini tidak hanya terdapat pada sebuah keris,

dalam tradisi Marangi Keris pun terkandung nilai-nilai kehidupan di

antaranya: kerendah hatian, kesucian dan berpengetahuan.


3

Mengingat alasan di atas, penulis merasa terpanggil untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Tradisi Marangi Keris sebagai

Warisan Budaya Dalam Upaya Pembentukan Nilai-Nilai Sepuluh

Keutamaan Pangudi Luhur di Banyuripan Tirtosuworo Giriwoyo Wonogiri

Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang di atas, tampak bahwa

permasalahan yang akan dibahas masih terlalu luas. Agar mampu menyusun

pembahasan secara rinci dan mendalam penulis mempersempit

permasalahan dengan merumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana keterkaitan tradisi Marangi Keris dengan sepuluh keutamaan

Pangudi Luhur serta pengaktualisasiannya dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai-nilai

yang terkandung dalam tradisi Marangi Keris dan keterkaitannya dengan

sepuluh keutmaan Pangudi Luhur serta pengaktualisasiannya dalam

kehidupan sehari-hari.
KARYA TULIS
TRADISI MARANGI KERIS SEBAGAI WARISAN BUDAYA JAWA
DALAM UPAYA PEMBENTUKAN NILAI-NILAI
SEPULUH KEUTAMAAN PANGUDI LUHUR
DI BANYURIPAN TIRTOSUWORO GIRIWOYO WONOGIRI
TAHUN 2022

Disusun oleh:

Winangsih Pramanajati XI MIPA

Linda Yuli Astuti XI IPS 1

SMA PANGUDI LUHUR St. VINCENTIUS GIRIWOYO


TERAKREDITASI A
Kotak Pos 5 – Sejati – Giriwoyo – Wonogiri – Jawa Tengah 57675
 +62 815 4827 3536  smaplgio@yahoo.co.id,
smaplgio@pangudiluhur.org
website: smaplgio.pangudiluhur.org

2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Disahkan oleh Kepala SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo,

pada:

Hari, tanggal : ……………………………….

Di : Giriwoyo

Kepala Sekolah,

Br. YOHANES SINU, FIC., S. Psi

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

BAB II METODOLOGI DAN PEMBAHASAN

A. Jadwal Penelitian ........................................................................ 4

B. Metode Penelitian ....................................................................... 4

C. Pembahasan ................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................

B. Saran ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

LAMPIRAN ..................................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Gambar Keris Pusaka ....................................................................

Gambar 2. Gambar Juru Kunci .......................................................................

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Tugas Penelitian

Lampiran 2 : Instrumen Angket

Lampiran 3 : Pedoman Observasi

Lampiran 4 : Jawaban Responden

v
KARYA TULIS
TRADISI MARANGI KERIS SEBAGAI WARISAN BUDAYA JAWA
DALAM UPAYA PEMBENTUKAN NILAI-NILAI
SEPULUH KEUTAMAAN PANGUDI LUHUR
DI BANYURIPAN TIRTOSUWORO GIRIWOYO WONOGIRI
TAHUN 2022

Disusun oleh:

Winangsih Pramanajati XI MIPA

Linda Yuli Astuti XI IPS 1

SMA PANGUDI LUHUR St. VINCENTIUS GIRIWOYO


TERAKREDITASI A
Kotak Pos 5 – Sejati – Giriwoyo – Wonogiri – Jawa Tengah 57675
 +62 815 4827 3536  smaplgio@yahoo.co.id,
smaplgio@pangudiluhur.org
website: smaplgio.pangudiluhur.org

2022

Anda mungkin juga menyukai