Anda di halaman 1dari 3

Siaran Pers

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau

Sampena Ulang Tahun ke-239: Walikota dan DPRD Pekanbaru Belum Bekerja Maksimal
Membenahi Permasalahan Perkotaan Pemerintah Mengurus Kota Bertuah

Senin, 26 Juni 2023 – Kota Pekanbaru genap berusia ke-239 pada Jumat, 23 Juni 2023. Pada usia
ini, WALHI Riau menilai Kota Pekanbaru belum serius berbenah memperbaiki pelayanan
publiknya. Persoalan kerusakan jalan, banjir, transportasi publik, hingga pengelolaan sampah
tidak mengalami kemajuan signifikan. WALHI Riau mendesak Walikota dan DPRD Kota
Pekanbaru untuk lebih serius bekerja maksimal di sisa waktu periodesasi pemerintahan,
terlebih terkait pengelolaan sampah. Terlebih, terdapat Putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru
Nomor 262/Pdt/G/2021/PN.Pbr 21 Juli 2022 yang memerintahkan keduanya untuk memperbaiki
pengelolaan sampah di Pekanbaru dengan cara merevisi kebijakan pengelolaan sampah secara
menyeluruh, melakukan tindakan tertentu, menerbitkan kebijakan pembatasan plastik sekali
pakai, dan mengalokasikan anggaran yang cukup guna melaksanakan hal-hal tersebut.
keduang

Rezki Andika, Koordinator Relawan Pengorganisasian Rakyat WALHI Riau menyebut Pj


Walikota Pekanbaru belum berhasil melakukan pembenahan terkait persoalan kota Pekanbaru.
Tidak terdapat kemajuan signifikan terkait hal tersebut. Bahkan ia gagal menafsirkan sekaligus
melaksanakan Putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru.

“Pantauan kami selama bulan Agustus dan September 2022 menunjukkan terdapat persoalan
serius terkait kondisi dan keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) di Kota Pekanbaru. Selain itu, persoalan klasik seperti kerusakan
jalan dan banjir masih terus berulang hingga saat ini. Pertanyaan di tengah persoalan tersebut,
dimana anggota DPRD kita?,” sebut Rezky.

WALHI Riau juga menyoroti posisi Kota Pekanbaru yang mendapat Sertifikat Adipura. Terkait
hal ini Rezky menyampaikan hal tersebut cukup janggal di tengah kondisi Pekanbaru yang
belum banyak berubah. Bahkan banyak pohon di sepanjang jalan di Pekanbaru yang tidak
terurus dan hampir mati. Tidak jelas apa pertimbangan dan kriteria yang mebuat Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk memberi sertifikat tersebut kepada Pemerintah Kota.

Kondisi Pekanbaru yang tidak berubah Pj Walikota yang disampaikan dalam pidatonya pada
upacara HUT Pekanbaru, berupaya untuk mengoptimalkan penanganan sampah agar Kota
Pekanbaru bisa kembali meraih Adipura tidak akan pernah terwujud jika tidak serius mengurus
permasalahan sampah Pekanbaru. Tidak adanya perubahan signifikan terkait pengelolaan
sampah, TPA yang tidak menerapkan metode sanitary landfill hingga keliru menjalankan
putusan PN Pekanbaru membuktikan ketidakseriusan pemerintah Kota Pekanbaru,” ujar Rezki.

menyusun perencanaan kota berkelanjutan, khususnya persoalan pengelolaan sampah.


Permasalahan pengelolaan sampah yang tak yang tak kunjung usai membuktikan bahwa
ketidakseriusan pemerintah menyelesaikan persoalan isu perkotaan di Pekanbaru.

Selain persoalan TPA dan TPS, Sri Wahyuni, Dewan Daerah WALHI Riau juga menyoroti gagal
paham Walikota Pekanbaru terkait penerbitan Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 6 Tahun
2023 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik. Sesuai Putusan Pengadilan Negeri
Pekanbaru Nomor 262/Pdt/G/2021/PN.Pbr seharusnya Walikota Pekanbaru harus menerbitkan
aturan yang lebih luas cakupan, karena putusan Pengadilan memerintah untuk menerbitkan
aturan tentang pembatasan penggunaan plastikc sekali pakai.

”Peraturan yang diterbitkan Walikota Pekanbaru tidak akan membantu pengurangan timbulan
sampah secara signifikan. Beban TPS dan TPA di Pekanbaru akan terus bertambah. Terlebih
kami menemukan Dua tahun bertambah usia Kota
Pengelolaan sampah seharusnya menjadi prioritas yang harus diselesaikan oleh Pemerintah
Kota Pekanbaru. Terlebih pasca putusan Pengadilan Negeri (PN) Pekanbaru Nomor
262/Pdt.G/2021/PN yang memerintahkan Walikota, DLHK dan DPRD Pekanbaru untuk
menerbitkan aturan, melakukan tindakan hingga menyediakan alokasi anggaran terkait
pengelolaan sampah. Namun hal ini salah ditafsirkan oleh PJ Walikota, Muflihun. Putusan PN
tegas memerintahkan PJ Walikota menerbitkan kebijakan tentang pembatasan penggunaan
sampah plastik sekali pakai, sedangkan kebijakan yang diterbitkan malah pengurangan
penggunaan kantong plastik.

Rezki Andika, Staf Koordinator Relawan Pengorganisasian Rakyat WALHI Riau, menyebut
kekeliruan PJ Walikota menafsirkan putusan PN, mengindikasikan dua hal. Pertama PJ Walikota
tidak patuh pada putusan PN Pekanbaru. Kedua ketidakseriusan menyelesaikan permasalahan
pengelolaan sampah di Pekanbaru.

“Harapan PJ Walikota yang disampaikan dalam pidatonya pada upacara HUT Pekanbaru,
berupaya untuk mengoptimalkan penanganan sampah agar Kota Pekanbaru bisa kembali
meraih Adipura tidak akan pernah terwujud jika tidak serius mengurus permasalahan sampah
Pekanbaru. Tidak adanya perubahan signifikan terkait pengelolaan sampah, TPA yang tidak
menerapkan metode sanitary landfill hingga keliru menjalankan putusan PN Pekanbaru
membuktikan ketidakseriusan pemerintah Kota Pekanbaru,” ujar Rezki.

Sri Wahyuni, Dewan Daerah WALHI Riau dan juga salah satu penggugat pemerintah kota terkait
pengelolaan sampah, menyampaikan bahwa ketidakseriusan pemerintah Kota Pekanbaru
mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup. Hasil pantauan WALHI Riau pada Agustus s/d
September 2022 di TPA Muara Fajar 1 ditemukan tanaman yang terindikasifikasi tercemar
disekitaran TPA dimanfaatkan untuk pakan ternak. Sedangkan di Temuan kami juga
menunjukkan TPA Muara Fajar 2, pembuangan air limbah TPA Muara Fajar 2 diindikasikan
mencemari sungai sekitar. sekitar,” sebut Sri Wahyuni.

“Sri Wahyuni juga menyoroti persoalan pengelolaan sampah dengan Jika buruknya
pengelolaan sampah kondisi anak dan perempuan. ini terus dibiarkan, Pembenahan
pengelolaan sampah yang tidak signifikan akan artinya pemerintah Kota Pekanbaru
menempatkan perempuan dan , anak sebagai korban potensial -anak kota pekanbaru dan
generasi berikutnya sebagai korban pencemaran air dan tanahakibat sampah yang tidak
dikelola dengan baik. Mikroplastik dan cemaran lainnya akan berakibat buruk pada tumbuh
kembang anak dan kesehatan perempuan.

“Karena pemerintah Kota Pekanbaru berkewajiban memenuhi hak lingkungan yang baik dan
sehat demi terwujudnya Kondisi perempuan dan anak yang tidak sehat akan membuat Kota
Pekanbaru gagal untuk menunjukkan tuahnya sebagai kota yang menaruh aspek keadilan
keadilan iklim dan antargenerasi sebagai aspek penting pembangunan,” tutup Sri Wahyuni.

Narahubung:
Rezki Andika (082384627527)

Anda mungkin juga menyukai