Anda di halaman 1dari 126

JURNAL MAJELIS

Media Aspirasi Konstitusi

PENEGASAN PANCASILA
SEBAGAI DASAR NEGARA,
IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA

Badan Pengkajian MPR RI


2017
Susunan Dewan Redaksi

Penasehat : DR. (H.C.) Zulkifli Hasan, SE., M.M.


Mahyudin, S.T., M.M.
E.E. Mangindaan, S.IP.
DR. Hidayat Nur Wahid, M.A.
DR. (H.C.) Oesman Sapta Odang

Pengarah : DR. Bambang Sadono, S.H., M.H.


DR. Tb. Hasanuddin, S.E., M.M.
Rambe Kamarul Zaman, M.Sc., M.M.
Martin Hutabarat, S.H.
Tb. Soenmandjaja

Penanggung Jawab : Ma’ruf Cahyono, S.H., M.H.


Wakil Penanggung Jawab : Dra. Selfi Zaini
Pemimpin Redaksi : Drs. Yana Indrawan, M.Si.
Redaktur Pelaksana : Tommy Andana, S.IP, M.AP.
Agip Munandar, S.H., M.H.
Drs. Joni Jondriman
Editor : Siti Aminah; Pradita Devis Dukarno; Otto Trengginas Setiawan;
Muhammad Reza;
Pengumpul Bahan : M. Haris Purwa Priyambada; Riswandi; Endang Ita; Rindra
Budi Priyatmo; Dian Kartika Sari; Bayu Nugroho; Widhi Aditia Putra; Kartika
Lestari Sianipar; Elias Petege; Wafistrietman Corris; Rani Purwati Kemala Sari;
Wasinton Saragih;

Alamat Redaksi
Biro Pengkajian, Sekretariat Jenderal MPR RI
Gedung Bharana Graha, Lantai 3,
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 6 Jakarta 10270
Telp. (021) 57895421, Fax: (021) 57895420
E-mail : biro.pengkajian@setjen.mpr.go.id / biro.pengkajian@gmail.com
DAFTAR ISI
Hal

Daftar Isi I

Pengantar Redaksi III

Sambutan Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat IX


Republik Indonesia

Sambutan Pimpinan Badan Pengkajian Majelis Permusyawaratan XIII


Rakyat Republik Indonesia

Realisasi Kongkrit Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan 1


Ideologi Negara Republik Indonesia - RR Susilastuti DN

Mensinergikan Nilai-Nilai Pancasila 11


Dalam Haluan Negara - Abdul Aziz Nasihuddin

Rekonstruksi Pancasila Sebagai Landasan Sistem Hukum Di 31


Indonesia - Dody Nur Andriyan

Langkah Strategis Membumikan Pancasila Dalam Penegakkan 45


Hukum Di Indonesia Sebagai Upaya Penegasan Pancasila Sebagai
Dasar Negara Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 - Siti Kunarti

Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Negara, 57


Membumikan Pancasila Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa
Indonesia - Asep Mahpudz

Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan Bangsa 71


Di Tengah Globalisasi Dunia - Masroer

Urgensi Dan Kebutuhan Bangsa Indonesia Dalam Upaya 81


Menegaskan Kedudukan Pancasila Dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 - Supriyanto

Mengungkap Makna Kesalah Pahaman Pancasila 95


Sebagai Sumber Hukum Dalam Teori Dan Praktik
(Sumbangan Pemikiran Untuk Mensinergikan Pancasila
Dalam Haluan Negara) - Pramono Suko Legowo

I
II Edisi 04 / Tahun 2017
Pengantar Redaksi

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu


Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan Jurnal Majelis dengan pokok
bahasan “Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara, Ideologi Bangsa Dan Negara”
dapat diselesaikan. Jurnal ini berisikan artikel yang ditulis oleh beberapa
pakar dan akademisi dari berbagai kalangan yang merupakan salah satu
bentuk upaya dalam rangka memasyarakatkan sekaligus pengkajian sistem
ketatanegaraan, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta pelaksanaanya yang dilakukan oleh Alat Kelengkapan MPR yakni
Badan Pengkajian MPR.
Pemuatan artikel dengan tema “Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara,
Ideologi Bangsa Dan Negara” merupakan salah satu upaya MPR dalam rangka
mengemban amanah tugas MPR sebagaimana tertuang dalam Pasal 5 Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014, yaitu (a) memasyarakatkan Ketetapan MPR,
(b) memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika, (c) mengkaji sistem ketatanegaraan, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta pelaksanaanya, dan (d) menyerap
aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penyusunan Jurnal Majelis dimaksudkan untuk memberikan informasi
mendalam sekaligus membangun pemahaman yang sama mengenai Sistem
Ketatanegaraan dari sisi kajian akademis sekaligus merupakan salah satu
cara MPR menjaring aspirasi masyarakat yang seluas-luasnya sebagai bahan
masukan untuk Anggota MPR dan masyarakat. Sejalan dengan tujuan
penyusunan jurnal ini, artikel yang dimuat merupakan tulisan para pakar dari
berbagai latar belakang keilmuan dan profesi. Jurnal ini disajikan sesuai dengan
gagasan aslinya, baik yang disampaikan dalam kegiatan kajian yang dilakukan
oleh MPR maupun yang disampaikan secara langsung.
Dalam jurnal ini memuat pendapat dan pemikiran dari:
Pertama, RR Susilastuti DN dengan judul tulisan “Realisasi Kongkrit
Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Republik Indonesia”.

III
IV Edisi 04 / Tahun 2017

Penulis menjelaskan bahwa Agar pancasila sebagai pandangan hidup bangsa


dapat direalisasikan secara kongkrit seperti nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
filsafat negara, maka harus diupayakan pembudayaan. Jikalau kita pahami
secara sistematik wujud sistem kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu (1) sistem nilai, (2) sistem sosial dan (3) Wujud fisik baik dalam kebudayaan
maupun kehidupan masyarakat. Dalam hubungan ini Pancasila merupakan core
values sistem sosial-kebudayaan masyarakat Indonesia, yaitu merupakan suatu
esensi nilai kehidupan sosial-kebudayaan yang multikulturalisme. Oleh karena
itu dalam proses pembudayaan nilai-nilai Pancasila harus meliputi tiga dimensi
tersebut, sehingga dalam hubungan ini diperlukan suatu proses pembudayaan
nilai-nilai Pancasila. Hal ini memang tidak mudah dan sifatnya bukanlah
suatu proses doktriner melainkan justru pembudayaan dan internalisasi dalam
kehidupan sosial-budaya masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan sosial-
budaya masyarakat nampak semakin kuatnya pengaruh individualisme,
primordialisme serta fanatisme etnis, ras, golongan maupun agama. Bangsa
Indonesia adalah multikultural multi etnis dan multireligius, oleh karena itu
nilai-nilai persatuan dalam suatu karagaman harus dibudayakan dengan
berbasis pada etika religius dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kedua, Abdul Aziz Nasihuddin, dengan judul tulisan “Mensinergikan
Nilai-Nilai Pancasila Dalam Haluan Negara”, menuturkan bahwa Pancasila
disamping sebagai ideologi, dasar dan falsafah negara, juga menjadi cita cita
moral dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Seiring dinamika kehidupan
berbangsa dan bernegara, Pancasila telah menjadi sumber primer dalam
memecahkan persoalan bangsa yang bersifat multidimensional. Pancasila
mempunyai nilai historis yang kuat yang dapat meningkatkan spirit kebangsaan,
dan mempunyai nilai spiritual-ideologis yang dapat dijadikan sebagai kekuatan
untuk meneropong persoalan kekinian dan kemasadepanan. Mengingat
urgensi nilai-nilai Pancasila dalam setiap penyelenggaraan negara, baik dalam
hal hubungan antar lembaga-lembaga negara, upaya penegakan hukum,
pelaksanaan demokrasi, menjalankan tata kepemerintahan yang baik, maupun
pengaturan ekonomi negara, serta etika moral dalam kehidupan sosial budaya
dan kemasyarakatan, kita dihadapkan pada salah satu fakta yang menimbulkan
kekhawatiran memudarnya nilai dan menurunnya derajat Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni dengan tidak adanya kepastian
hukum atas penjabaran nilai dan kedudukan Pancasila.
Ketiga, Dody Nur Andriyan, dengan judul tulisan “Rekonstruksi Pancasila
Sebagai Landasan Sistem Hukum Di Indonesia”, menjelaskan bahwa Rekrutmen
calon anggota DPR, merupakan salah satu fungsi dari Partai Politik. Akan tetapi,
mekanisme rekrutmen yang tidak demokratis, akan menghasilkan kader yang
tidak berkualitas dan tidak berintegritas dalam menjalankan fungsi sebagai DPR
yakni fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Akibatnya, penyelenggaraan
pemerintahan oleh eksekutif menjadi tidak terkontrol secara efektif. Ditambah
Edisi 04 / Tahun 2017 V

lagi, dengan adanya pola transaksional dalam rekrutmen, yang juga akan
berpengaruh pada implementasi dari fungsi pengawasan akan memudarkan
sistem presidensiil yang dianut. Untuk itu kedepan diperlukan tim independen,
yang ikut andil dalam proses rekrutmen ini guna menjamin iklim demokrasi
dan tranparansi di tubuh partai politik.
Keempat, Siti Kunarti, dengan judul tulisan “Langkah Strategis
Membumikan Pancasila Dalam Penegakkan Hukum Di Indonesia Sebagai Upaya
Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945”, di dalam tulisannya mencoba mengangkat
persoalan Pancasila pada hakekatnya adalah sistem nilai (value system) yang
merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang
sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga
secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Pancasila
harus menjadi pedoman dalam penegakkan hukum di Indonesia yang masih
lemah, dan lemahnya penegakan hukum di Indonesia disebabkan aparatur
penegakan hukum seperti polisi, jaksa agung, pengacara, hakim, tidak mampu
memaknai hukum nasional, yang secara epistemologis dari nilai-nilai Pancasila.
Oleh karena itu, paradigma yang saat ini sedang digunakan oleh aparat penegak
hukum dengan menekankan pada ekonomi-politik itu perlu direduksi dan
dihindari dengan selalu mengedepankan nilai-nilai dalam sila pancasila, seperti
aspek moralitas, kemanusiaan, keadilan hukum, kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Langkah strategis dalam upaya menegakkan hukum
di Indonesia, yang perlu direformasi adalah mental dan watak penegak hukum,
dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila yang mengandung ajaran luhur harus
dimplementasikan oleh aparat penegak hukum dalam menjalankan peran dan
fungsi sesungguhnya sebagai pembentukan dasar watak dan kepribadian bagi
penegak hukum sehingga keadilan dapat tercapai.
Kelima, Asep Mahpudz, dengan judul artikel “Meneguhkan Pancasila
Sebagai Ideologi Negara, Membumikan Pancasila Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa
Indonesia”, mencoba mengangkat permasalahan dengan uraian bahwa Langkah
strategis yang dapat dikembangkan dalam penyelenggaraan pendidikan
sebagai upaya membumikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi Negara perlu
diarahkan untuk mengembangkan potensi kognitif, afektif dan konatif generasi
muda dengan memberi penguatan pada aspek pengembangan kepribadian yang
diimplementasikan dalam pengembangan pembelajaran. Proses pembelajaran
yang diorientasikan pada pengembangan kepribadian yang mendasarkan pada
nilai-nilai Pancasila selayaknya dikembangkan dalam proses pembelajaran
aktif, menempatkan peserta sebagai subjek belajar, interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang dan memotivasi untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan keleluasaan untuk prakarsa dan ide. Dengan demikian proses
pembelajaran sebagai revitalisasi nilai-nilai Pancasila yang dikembangkan
merupakan proses mendidik, yang didalamnya terjadi pembahasan kritis,
VI Edisi 04 / Tahun 2017

analitis, induktif dan reflektif melalui dialog kreatif.


Keenam, Masroer, dengan judul tulisan “Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Dan Bangsa Di Tengah Globalisasi Dunia”, menguraikan bahwa Sebagai kekuatan
ideologi sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang kemudian
melahirkan Indonesia merdeka, Pancasila tidak hanya mencerminkan
kepribadian nasional kita sebagai bangsa yang berbhineka, melainkan juga
menjadi filoosfi dasar berdirinya suatu negara kebangsaan. Dan bahkan Pancasila
kemudian tumbuh menjadi jatidiri nasional yang membuat bangsa dan negara
ini mampu bertahan dan malahan berkembang di tengah arus perubahan di
dunia global. Dan pada akhirnya, tugas kita adalah mempertahankan pandangan
“Pancasilais” itu dengan penuh kebangaaan dan kecintaan terhadap tanah air
yang telah diperjuangkan oleh para leluhur bangsa kita sejak era kemerdekaan
tahun 1945, demi mencapai cita-cita nasional yang abadi, yakni masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur
Ketujuh, Supriyanto, dalam artikelnya berjudul “Urgensi Dan Kebutuhan
Bangsa Indonesia Dalam Upaya Menegaskan Kedudukan Pancasila Dalam Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945”, menguraikan bahwa Kedudukan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sebagai Dasar
Negara RI, Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, Pancasila
sebagai ideologi negara dan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Upaya dan penegasan kedudukan Pancasila dalam Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia th 1945 adalah sangat urgen untuk memenuhi
kebutuhan bangsa saat sekarang ini mengingat Pancasila sering hanya dijadikan
sebagai pajangan, slogan, alat politik, dan alat pencitraan dari para elit politik.
Kedelapan, Pramono Suko Legowo, dengan judul tulisan “Mengungkap
Makna Kesalah Pahaman Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dalam Teori Dan Praktik
(Sumbangan Pemikiran Untuk Mensinergikan Pancasila Dalam Haluan Negara)
”, menguraikan bahwa Klaim Pancasila sebagai norma dasar ternyata tidak
mampu memenuhi empat kriteria norma dasar Kelsen. Pertama, norma dasar
(grundnorm) bukanlah norma yang “ditetapkan”. Kedua, norma dasar bukan
hukum kodrat. Ketiga, norma dasar memberikan keabsahan obyektif kepada
norma-norma dari konstitusi tanpa terikat kepada isi norma-norma tersebut.
Keempat, norma dasar harus menutup hierarki norma. Oleh karena itu,
tulisan ini menyimpulkan bahwa Pancasila bukanlah norma dasar (dalam arti
grundnormnya Kelsen) sebagaimana sudah diyakini luas selama ini. Padahal
fakta yuridis Pancasila yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 justru
lebih tepat dikatakan sebagai hukum positif karena sifatnya yang ditetapkan
dan hukum kodrat (natural law) karena wataknya sebagai prinsip-prinsip
sumber bagi produk-produk hukum di bawahnya. Pancasila telah ditetapkan
sebagai sumber dari segala sumber hukum (sebagai sumber hukum materiil
maupun formil). Pancasila juga ditetapkan oleh PPKI, sehingga Pancasila bukan
grundnorm.
Edisi 04 / Tahun 2017 VII

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para penulis atas partisipasi dan
kesediaanya menyampaikan tulisan serta memberikan izin untuk dimuat dalam
Jurnal Majelis. Harapan kami, semoga buku ini dapat bermanfaat dan menjadi
referensi bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya Anggota MPR, kalangan
akademisi dan kalangan cendekiawan.

PEMIMPIN REDAKSI,

t.t.d.

YANA INDRAWAN
VIII Edisi 04 / Tahun 2017
Sambutan Sekretaris Jenderal
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Pada tahun 2014, dalam Sidang Akhir Masa Jabatan Majelis


Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia periode 2009-2014, telah
diputuskan keputusan MPR Nomor 4/MPR/2014 tentang rekomendasi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia periode 2009-2014. Muatan
rekomendasi MPR masa jabatan 2009-2014 adalah: (1) Melaksanakan penataan
sistem ketatanegaraan Indonesia melalui perubahan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan tetap berdasarkan pada nilai-
nilai Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum negara dan Kesepakatan
Dasar untuk tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, tetap mempertahankan bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia, mempertegas sistem pemerintahan presidensial
serta melakukan perubahan dengan cara adendum, (2) Melakukan reformulasi
sistem perencanaan pembangunan nasional dengan model GBHN sebagai
haluan penyelenggaraan negara, (3) Melakukan revitalisasi nilai-nilai Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika secara melembaga
melalui semua tingkatan pendidikan nasional dalam rangka pembangunan
karakter bangsa, (4) Membentuk lembaga kajian yang secara fungsional bertugas
mengkaji sistem ketatanegaraan, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika serta implementasinya, (5)
Mewujudkan akuntabilitas publik lembaga negara dalam melaksanakan tugas
konstitusional yang diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Repbulik
Indonesia Tahun 1945 melalui laporan kinerja pelaksanaan tugas dalam Sidang
Tahunan MPR, (6) Melakukan penataan sistem peraturan perundang-undangan
dengan berdasarkan Pancasila sebgai sumber segala sumber hukum negara,
dan (7) Memperkuat status hukum Ketetapan MPRS dan MPR dalam sistem
hukum Indonesia.
Rekomendasi tersebut menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan
wewenang dan tugas MPR sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2014 juncto Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang

IX
X Edisi 04 / Tahun 2017

MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dalam rangka melaksanakan wewenang dan
tugasnya, dibentuk alat kelengkapan MPR yaitu Badan Sosialisasi, Badan
Pengkajian, dan Badan Penganggaran MPR. Selain alat kelengkapan MPR yang
beranggotakan Anggota MPR, MPR juga telah membentuk Lembaga Pengkajian
yang keanggotaanya berasal dari pakar ketatanegaraan, anggota MPR yang
pernah terlibat langsung secara aktif dalam proses perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sosialisasi Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, serta Ketetapan MPR maupun
kajian sistem ketatanegaraan.
Sesuai dengan sifat wewenang dan tugas, wewenang MPR adalah
insidentil dan dilaksanakan pada waktu tertentu sesuai dengan siklus
ketatanegaraan, seperti pelaksanaan sidang untuk pelantikan Presiden dan
Wakil Presiden hasil pemilihan umum. Wewenang lain menunggu mengikuti
mekanisme ketatanegaraan apabila hal tersebut terjadi, seperti mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar atau apabila dalam hal melaksanakan
tugas dalam rangka proses pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden
ataupun dalam hal pemilihan Presiden dan/atau Wakil Presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Peran MPR lebih lanjut pada pelaksanaan tugas sebagaimana diatur dalam
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014, yaitu (a) memasyarakatkan
Ketetapan MPR, (b) memasyarakatkan Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan Bhinneka Tunggal Ika, (c) mengkaji sistem ketatanegaraan, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta pelaksanaanya,
dan (d) menyerap aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, MPR dengan dukungan
Sekretariat Jenderal MPR menyusun dan menetapkan program serta rencana
kerja untuk menjadikan MPR sebagai Rumah Kebangsaan, Pengawal Ideologi
Pancasila, dan Kedaulatan Rakyat. MPR menetapkan program dan kegiatan
dengan fokus pada bidang tugas MPR, baik untuk pelaksanaan pemasyarakatan,
pengkajian, maupun penyerapan aspirasi masyarakat. Penerbitan buku Jurnal
Majelis yang berisi tentang artikel yang ditulis oleh beberapa pakar dan
akademisi dari berbagai kalangan ini merupakan salah satu bentuk upaya dalam
rangka memasyarakatkan sekaligus pengkajian sistem ketatanegaraan, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta pelaksanaanya
yang dilakukan oleh Alat Kelengkapan MPR yakni Badan Pengkajian MPR.
Artikel dalam bentuk jurnal yang disusun ini memuat tentang bahasan
mengenai “Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara, Ideologi Bangsa Dan Negara ”.
Dalam buku ini dibahas antara lain mengenai “Realisasi Kongkrit Penegasan Pancasila
Edisi 04 / Tahun 2017 XI

Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Republik Indonesia”, “Mensinergikan Nilai-
Nilai Pancasila Dalam Haluan Negara”, “Rekonstruksi Pancasila Sebagai Landasan
Sistem Hukum Di Indonesia”, “Langkah Strategis Membumikan Pancasila Dalam
Penegakkan Hukum Di Indonesia Sebagai Upaya Penegasan Pancasila Sebagai Dasar
Negara Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”,
“Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Membumikan Pancasila Untuk
Kelangsungan Hidup Bangsa Indonesia”, “Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan
Bangsa Di Tengah Globalisasi Dunia”, “Urgensi Dan Kebutuhan Bangsa Indonesia
Dalam Upaya Menegaskan Kedudukan Pancasila Dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945”, “Mengungkap Makna Kesalah Pahaman Pancasila
Sebagai Sumber Hukum Dalam Teori Dan Praktik (Sumbangan Pemikiran Untuk
Mensinergikan Pancasila Dalam Haluan Negara) ”,.
Penyusunan jurnal ini didasari dengan semangat untuk memberikan
informasi yang mendalam sekaligus membangun pemahaman mengenai
materi pentingnya Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara, Ideologi Bangsa
Dan Negara dalam menjalankan roda pemerintahan di negara Indonesia.
Artikel yang dimuat berisi tentang informasi dan kajian yang khusus sehingga
pembaca dapat memperoleh pandangan yang komprehensif mengenai pokok
bahasan yang disampaikan. Dengan penerbitan jurnal ini, diharapkan dapat
memberikan kemudahan kepada masyarakat yang hendak mengetahui dan
melakukan kajian tentang Pancasila. Dengan pengetahuan yang mendalam,
seluruh warga masyarakat dapat senantiasa memberikan sumbangsih pemikiran
untuk mewujudkan sistem ketatanegaraan yang ideal. Melalui jurnal ini juga,
diharapkan dapat memberikan infomasi serta menjadi rujukan yang berharga
bagi Anggota MPR dan pihak yang berkepentingan dalam rangka membangun
pendapat yang menyeluruh tentang Pancasila Sebagai Dasar Negara, Ideologi
Bangsa Dan Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.

SEKRETARIS JENDERAL MPR,

t.t.d.

MA’RUF CAHYONO
XII Edisi 04 / Tahun 2017
Sambutan Pimpinan Badan Pengkajian
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


pertama kali ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan telah diubah pada
tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002 adalah landasan bagi berjalannya sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. Berbagai muatan materi yang terkandung
di dalamnya telah mengalami perubahan sehingga mengubah praktek
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dinamika perubahan
yang telah terjadi menegaskan bahwa kedaulatan hukum di Indonesia tidak
menentang terhadap adanya perubahan konstitusi, tetapi sepanjang untuk
kepentingan negara dan penyesuaian perkembangan zaman, perubahan
terhadap konstitusi bukanlah sesuatu yang dilarang.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah
perubahan memberikan nuansa yang sangat berbeda pada tataran muatan
yang terkandung di dalamnya. Banyak muatan yang secara politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan hukum mengalami perubahan yang mendasar. Setiap
perubahan yang terjadi tidak dapat dipisahkan dari paham Indonesia sebagai
negara hukum. Paham konstitusionalisme merupakan upaya pembatasan
dan pengaturan kekuasaan negara, sehingga setiap perubahan yang terjadi
harus mencerminkan sikap warga negara yang menjunjung tinggi kedaulatan
hukum sebagai pelaksanaan ketatanegaraan dan kehidupan sehari-hari. Oleh
karenanya, muatan-muatan yang terkandung di dalam konstitusi seharusnya
dapat langsung dirasakan bagi masyarakat Indonesia agar tercipta keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
telah diubah tersebut dalam beberapa tahun terakhir ini banyak mendapat
tanggapan dari masyarakat dan daerah. Dalam Laporan Kinerja Pimpinan
MPR Masa Jabatan 2009-2014, antara lain disampaikan bahwa terdapat
aspirasi masyarakat dan daerah yang menghendaki adanya penataan sistem
ketatanegaraan Indonesia melalui Perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain tentang paham kedaulatan rakyat,
konsepsi negara hukum, kekuasaan pemerintah, otonomi daerah sistem
perwakilan, pemilihan umum, Mahkamah Konstitusi, Forum Previligiatum,

XIII
XIV Edisi 04 / Tahun 2017

Hak Asasi Manusia, Perekonomian Nasional, dan Pasal 37 Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sistem ketatanegaraan yang diatur dalam Undang-Undang Dasar,
idealnya mampu menampung berbagai dimensi strategis dinamika kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan hukum serta pertahanan dan keamanan. Aspirasi masyarakat
menghendaki adanya kejelasan, kepastian, ketertiban, dan keadilan dalam
kehidupannya melalui sistem ketatanegaraan yang presisi, akuntabel,
dan terukur demi terciptanya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sistem
ketatanegaraan Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah produk politik sebagai resultante
dari berbagai kepentingan politik masyarakat dan daerah, yang niscaya akan
terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penataan sistem
ketatanegaraan sangat penting untuk lebih membangun sistem ketatanegaraan
yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Perubahan merupakan
sesuatu yang pasti untuk sebuah produk peraturan, termasuk Undang-Undang
Dasar.
Proses reformasi yang sangat luas dan fundamental pada tahun 1998, telah
dilalui oleh bangsa Indonesia. Indonesia yang merupakan negara kepulauan
yang besar dan majemuk, yang terdiri dari 300 lebih suku bangsa, besar dan
kecil, dengan 500 lebih bahasa dan dialek, yang berdiam di 17.000-an pulau,
dengan sejarah panjang kerajaan-kerajaan Nusantara masing-masing, berhasil
menjalaninya dengan utuh tidak terpecah-belah, terhindar dari kekerasan dan
perpecahan. Selesainya perubahan-perubahan itu bermakna bahwa sistem
politik berdasar desain UUD NRI Tahun 1945 telah dikonsolidasikan untuk
mampu menerima dan mengarahkan beban dinamika politik seraya terus
melandasi proses demokratisasi dan reformasi berkelanjutan tanpa harus
terjerumus ke dalam situasi yang kacau (chaos).
Indonesia sekarang adalah negara demokrasi yang besar. Kebebasan
berpendapat, Hak Asasi Manusia, supremasi hukum, dan sistem politik checks
and balances, telah diatur dalam Undang-Undang Dasar. Walaupun prosedur
berdemokrasi telah dibangun, di hadapan kita terbentang tugas yang besar dan
penting untuk mengkonsolidasikannya, menjadikannya demokrasi substansial,
sebagai tata cara kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
tidak sekedar demokrasi prosedural-formal belaka. Membangun demokrasi
subtansial-prosedural seperti itu seyogyanya senantiasa menjadi tujuan kita
karena dengan itulah kesejahteraan dalam kualitasnya yang paling dalam akan
dapat diwujudkan.
Pada tahun 2014, pada Sidang Akhir Masa Jabatan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia periode 2009-2014, terjadi
momentum penting yaitu telah diputuskannya Keputusan MPR Nomor 4/
MPR/2014 tentang Rekomendasi Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Edisi 04 / Tahun 2017 XV

Indonesia Masa Jabatan Tahun 2009-2014. Dalam Rekomendasi tersebut antara


lain disebutkan sebagai berikut:
1. Melaksanakan penataan sistem ketatanegaraan Indonesia melalui
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dengan tetap berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila sebagai sumber segala
sumber hukum negara dan Kesepakatan Dasar untuk tidak mengubah
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, tetap mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia,
mempertegas sistem pemerintahan presidensial serta melakukan perubahan
dengan cara adendum;
2. Melakukan reformulasi sistem perencanaan pembangunan nasional dengan
model GBHN sebagai haluan penyelenggaraan negara;
3. Melakukan revitalisasi nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Bhinneka Tunggal Ika secara melembaga melalui semua tingkatan pendidikan
nasional dalam rangka pembangunan karakter bangsa;
4. Membentuk lembaga kajian yang secara fungsional bertugas mengkaji sistem
ketatanegaraan, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika serta
implementasinya;
5. Mewujudkan akuntabilitas publik lembaga negara dalam melaksanakan
tugas konstitusional yang diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 melalui laporan kinerja pelaksanaaan tugas
dalam Sidang Tahunan MPR RI;
6. Melakukan penataan sistem peraturan perundang-undangan dengan
berdasarkan Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum negara;
7. Memperkuat status hukum Ketetapan MPRS dan MPR dalam sistem hukum
Indonesia.

Berkembangnya aspirasi masyarakat yang dihimpun MPR periode


2009-2014 tentang perlunya penataan sistem ketatanegaraan melalui
perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
adalah produk legal yang dalam perjalanan dari waktu ke waktu tidak dapat
dipungkiri bahwa ada bagian-bagian yang tidak sesuai lagi dengan kenyataan
yang berlaku. Penyesuaian dan penyempurnaan Undang-Undaang Dasar
dimungkinkan sepanjang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pasal 5
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 juncto Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, dan DPD, dan DPRD menetapkan tugas MPR
adalah memasyarakatkan Ketetapan MPR, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika serta mengkaji sistem ketatanegaraan dan menyerap
XVI Edisi 04 / Tahun 2017

aspirasi masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Undang-undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan dilandasi oleh tugas tersebut,
MPR telah menetapkan berbagai program kegiatan berupa kegiatan sosialisasi,
kajian, dan penyelenggaran aspirasi masyarakat.
Dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi MPR sebagaimana terdapat
pada Keputusan MPR Nomor 4/MPR/2014, MPR melakukan berbagai kegiatan
yang membuka ruang untuk penjaringan aspirasi yang seluas-luasnya dari
berbagai kalangan dan berbagai bidang baik yang dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Kajian tentang 7 (tujuh) rekomendasi yang terdapat
pada keputusan MPR tersebut dilakukan dengan cara menghimpun pandangan
dan pendapat dari masyarakat, daerah, dan lembaga negara. Komunikasi
yang mendalam dan komprehensif terus dilakukan kepada seluruh kelompok
masyarakat, terutama kalangan penyelenggara negara dan akademisi untuk
memberikan masukan dan pendapat kepada MPR.
Dari serapan aspirasi masyarakat yang telah dilakukan oleh MPR dengan
masyarakat, akademisi, lembaga negara, ternyata ada aspirasi untuk membahas
juga persoalan mengenai penegasan pancasila sebagai dasar negara, ideologi
bangsa dan negara sebagai implementasi pelaksanaan pengkajian sistem
ketatanegaraan dalam konstruksi sistem pemerintahan negara. Penerapan
sistem presidensial di banyak negara memiliki karakteristik yang berbeda.
Ada negara yang stabil menerapkan sistem presidensial namun ada juga yang
tidak. Hal ini salah satunya disebabkan oleh perbedaan budaya politik di antar
negara tersebut. Oleh karena itu, setiap negara menghadapi permasalahan yang
berbeda dalam sistem pemerintahannya. Maka tidak menutup kemungkinan
ada negara yang tidak menerapkan presidensial secara murni.
Sama halnya dengan sistem pemerintahan yang diterapkan di Indonesia yang
tidak secara tegas menyatakan pemerintahan Indonesia menganut sistem
presidensiil, meskipun tidak mengesampingkan bahwa Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 banyak menunjukkan ciri-ciri bahwa
pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensiil. Disinilah perlu kiranya
ada Penegasan sistem pemerintahan yang di anut oleh Indonesia, meskipun
tidak mutlak karena hal ini bisa menjadi kharacter khusus bagi pemerintahan
Indonesia.
Edisi 04 / Tahun 2017 XVII

Penyusunan Jurnal Majelis tentang “Penegasan Pancasila Sebagai Dasar


Negara, Ideologi Bangsa Dan Negara” berisikan artikel dari berbagai kalangan
yang memuat gagasan dan pemikiran mengenai seputar pancasila sebagai dasar
negara, ideologi bangsa dan negara, sebagaimana tertuang di dalam UUD NRI
tahun 1945 dalam menjalankan roda pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Oleh karenanya, artikel maupun penelitian yang membahas mengenai
“Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara, Ideologi Bangsa Dan Negara” yang
terangkum dalam jurnal ini merupakan aspirasi yang berkembang dan berhasil
dihimpun dari kalangan masyarakat maupun akademisi.

BADAN PENGKAJIAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,

Ketua,

t.t.d

Dr. BAMBANG SADONO, S.H., M.H.


XVIII Edisi 04 / Tahun 2017
Pemilu Serentak Di Indonesia:
1
Kajian Sejarah dan Original Intent Pembentuk UUD

REALISASI KONGKRIT PENEGASAN PANCASILA SEBAGAI DASAR


NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dr. RR Susilastuti DN

1
2 Edisi 04
02 / Tahun 2017

A. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat di Indonesia terjadi pada tahun 1965


Negara Indonesia dan 1998 yaitu gerakan reformasi
(Assiddiqie, 2005: 25).
Negara modern yang melakukan Konsensus yang menjamin
pembaharuan dalam menegakkan tegaknya konstitusionalisme negara
demokrasi niscaya mengembangkan modern pada proses reformasi
prinsip konstitusionalisme. Menurut untuk mewujudkan demokrasi, pada
Friederich, negara modern yang umumnya bersandar pada tiga elemen
melakukan proses pembaharuan kesepakatan (consensus), yaitu: (1)
demokrasi, prinsip konstitusionalisme Kesepakatan tentang tujuan dan cita-
adalah yang sangat efektif, terutama cita bersama (the general goal of society or
dalam rangka mengatur dan general acceptance of the same philosophy
membatasi pemerintahan negara of government). (2) Kesepakatan
melalui undang-undang. Basis tentang the rule of law sebagai landasan
pokok adalah kesepakatan umum pemerintahan atau penyelenggaraan
atau persetujuan (consensus) di negara (the basis of government). (3)
antara mayoritas rakyat, mengenai Kesepakatan tentang bentuk institusi-
bangunan yang diidealkan berkenaan institusi dan prosedur ketatanegaraan
dengan negara (Assiddiqie, 2005: (the form of institutions and procedures).
25). Organisasi negara itu diperlukan (Andrews, 1968: 12).
oleh warga masyarakat politik agar Kesepakatan pertama, yaitu
kepentingan mereka bersama dapat berkenaan dengan cita-cita bersama
dilindungi atau dipromosikan melalui sangat menentukan tegaknya
pembentukan dan penggunaan konstitusi di suatu negara. Karena
mekanisme yang disebut negara. cita-cita bersama itulah yang pada
Dalam hubungan ini sekali lagi kata puncak abstraksinya memungkinkan
kuncinya adalah consensus atau general untuk mencerminkan kesamaan-
agreement. kesamaan kepentingan di antara
Bagi bangsa Indonesia consensus sesama warga masyarakat yang dalam
itu terjadi tatkala disepakatinya kenyataannya harus hidup ditengah-
Piagam Jakarta 22 Juni 1945 (Endang tengah pluralisme atau kemajemukan.
S. Anshori). Jika kesepakatan itu Oleh karena itu, dalam kesepakatan
runtuh, maka runtuh pula legitimasi untuk menjamin kebersamaan dalam
kekuasaan negara yang bersangkutan, kerangka kehidupan bernegara,
dan pada gilirannya akan terjadi suatu diperlukan perumusan tentang
perang sipil (civil war), atau dapat juga tujuan-tujuan atau cita-cita bersama
suatu revolusi. Hal ini misalnya pernah yang biasa juga disebut sebagai filsafat
terjadi pada tiga peristiwa besar dalam kenegaraan atau staatsidee (cita negara),
sejarah umat manusia, yaitu revolusi yang berfungsi sebagai philosofische
Perancis tahun 1789, di Amerika pada grondslag dan common platforms atau
tahun 1776, dan di Rusia pada tahun kalimatun sawa di antara sesama warga
1917, (Andrews, 1968: 12), adapun masyarakat dalam konteks kehidupan
Realisasi Kongkrit Penegasan Pancasila
Pemilu
Sebagai
Serentak
DasarDiNegara
Indonesia:
dan
3
Kajian Sejarah danIdeologi
Original
Negara
IntentRepublik
Pembentuk
Indonesia
UUD

bernegara (Assiddiqie, 2005: 26). hukum dasar, baik dalam arti naskah
Bagi bangsa dan negara Indonesia, tertulis atau Undang-Undang Dasar,
dasar filsafat dalam kehidupan bersama maupun tidak tertulis atau convensi.
itu adalah Pancasila. Pancasila sebagai Dalam pengertian inilah maka
core philosophy negara Indonesia, dikenal istilah constitutional state yang
sehingga konsekuensinya merupakan merupakan salah satu ciri negara
esensi staatsfundamentalnorm bagi demokrasi modern (Muhtaj, 2005: 24).
reformasi konstitusionalisme. Nilai- Kesepakatan ketiga, adalah
nilai dasar yang terkandung dalam berkenaan dengan (1) bangunan
filsafat negara tersebut, sebagai dasar organ negara dan prosedur-prosedur
filosofis-ideologis untuk mewujudkan yang mengatur kekuasaannya, (2)
cita-cita negara, baik dalam arti hubungan-hubungan antar organ
tujuan prinsip konstitusionalisme negara itu satu sama lain, serta (3)
sebagai suatu negara hukum formal, hubungan antara organ-organ negara
maupun empat cita-cita kenegaraan itu dengan warga negara. Dengan
yang terkandung dalam Pembukaan adanya kesepakatan itulah maka
UUD 1945, yaitu: (1) melindungi isi konstitusi dapat dengan mudah
segenap bangsa dan seluruh tumpah dirumuskan karena benar-benar
darah Indonesia, (2) memajukan mencerminkan keinginan bersama
(meningkatkan) kesejahteraan umum, berkenaan dengan institusi kenegaraan
(3) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mekanisme ketatanegaraan
dan (4) ikut melaksanakan ketertiban yang hendak dikembangkan
dunia berdasarkan perdamaian abadi dalam kerangka kehidupan negara
dan keadilan sosial. berkonstitusi (constitutional state).
Kesepakatan kedua, adalah suatu Kesepakatan-kesepakatan itulah
kesepakatan bahwa basis pemerintahan yang dirumuskan dalam dokumen
didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi yang diharapkan dijadikan
konstitusi. Kesepakatan kedua ini juga pegangan bersama untuk kurun
bersifat dasariah, karena menyangkut waktu yang cukup lama.
dasar-dasar dalam kehidupan Namun demikian kesepakatan
penyelenggaraan negara. Hal ini akan untuk mewujudkan suatu bangsa
memberikan landasan bahwa dalam tersebut bagi bangsa Indonesia terjadi
segala hal yang dilakukan dalam dalam kurun waktu yang cukup lama,
penyelenggaraan negara, haruslah melalui suatu proses sejarah. Setiap
didasarkan pada prinsip rule of the bangsa di dunia termasuk bangsa
game, yang ditentukan secara bersama. Indonesia senantiasa memiliki suatu
Istilah yang biasa digunakan untuk cita-cita serta pandangan hidup
prinsip ini adalah the rule of law (Dicey, yang merupakan suatu basis nilai
1973). Dalam hubungan ini hukum dalam setiap pemecahan masalah
dipandang sebagai suatu kesatuan yang dihadapi oleh bangsa tersebut.
yang sistematis, yang di puncaknya Bangsa yang hidup dalam suatu
terdapat suatu pengertian mengenai kawasan negara bukan terjadi secara
4 Edisi 04
02 / Tahun 2017

kebetulan melainkan melalui suatu pandangan dunia tentang kenegaraan


perkembangan kausalitas, dan hal disintesiskan secara eklektis,
ini menurut Ernest Renan dan Hans sehingga merupakan suatu local
Khons sebagai suatu proses sejarah genius dan sekaligus sebagai suatu
terbentuknya suatu bangsa, sehingga local wisdom bangsa Indonesia. Nilai-
unsur kesatuan atau nasionalisme nilai Pancasila sebelum terbentuknya
suatu bangsa ditentukan juga oleh negara dan bangsa Indonesia pada
sejarah terbentuknya bangsa tersebut. dasarnya terdapat secara sporadis
Secara historis Pancasila adalah dan fragmentaris dalam kebudayaan
merupakan suatu pandangan hidup bangsa yang tersebar di seluruh
bangsa yang nilai-nilainya sudah kepulauan nusantara baik pada abad
ada sebelum secara yuridis bangsa kedua puluh maupun sebelumnya,
Indonesia membentuk negara. Bangsa di mana masyarakat Indonesia telah
Indonesia secara historis ditakdirkan mendapatkan kesempatan untuk
oleh Tuhan YME, berkembang berkomunikasi dan berakulturasi
melalui suatu proses dan menemukan dengan kebudayaan lain. Nilai-
bentuknya sebagai suatu bangsa nilai tersebut melalui para pendiri
dengan jati-dirinya sendiri. Menurut bangsa dan negara ini kemudian
M. Yamin bahwa berdirinya negara dikembangkan dan secara yuridis
kebangsaan Indonesia terbentuk disahkan sebagai suatu dasar negara,
melalui tiga tahap yaitu: pertama, dan secara verbal tercantum dalam
zaman Sriwijaya di bawah wangsa Pembukaan Undang-Undang Dasar
Syailendra (sejak 600) yang bercirikan 1945 (Poespowardoyo, 1989: 5).
kedatuan, kedua negara kebangsaan Nilai-nilai kebudayaan dan nilai
zaman Majapahit (1293-1525) yang religius yang telah ada pada bangsa
bercirikan keprabuan. Kedua fase Indonesia, kemudian dibahas dan
kebangsaan Indonesia itu diistilahkan dirumuskan oleh the founding fathers
Yamin dengan kebangsaan Indonesia bangsa Indonesia, yang kemudian
lama. Kemudian ketiga, negara disepakati dalam suatu konsensus
kebangsaan modern, yaitu negara sebagai dasar hidup bersama dalam
Indonesia yang merdeka (sekarang suatu negara Indonesia. Menurut
negara Proklamasi 17 Agustus 1945) Notonagoro nilai-nilai yang dimiliki
(Sekretariat Negara RI, 1995: 11). oleh bangsa Indonesia merupakan
Secara kultural dasar-dasar suatu sebab bahan (kausa materialis),
pemikiran tentang Pancasila dan adapun BPUPKI kemudian juga
nilai-nilai Pancasila berakar pada PPKI adalah sebagai lembaga yang
nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai membentuk negara, yang juga
religius yang dimiliki oleh bangsa dengan sendirinya yang me-nentukan
Indonesia sendiri sebelum mendirikan Pancasila sebagai dasar negara
negara (Notonagoro, 1975). Adapun Republik Indonesia, disebut sebab
dalam proses pendirian negara, bentuk (kausa formalis) (Notonagoro,
dengan diilhami pandangan- 1975). Dalam hubungan inilah
Realisasi Kongkrit Penegasan Pancasila
Pemilu
Sebagai
Serentak
DasarDiNegara
Indonesia:
dan
5
Kajian Sejarah danIdeologi
Original
Negara
IntentRepublik
Pembentuk
Indonesia
UUD

menurut Andrews (1968: 12), bahwa pelaksanaan dan penyelenggaraan


tegaknya suatu negara modern harus negara. Konsekuensinya bahwa
dilandasi oleh suatu konsensus yang sistem ketatanegaraan Indonesia,
tertuang dalam suatu cita-cita serta kelembagaan negara serta strategi
tujuan bersama dalam suatu landasan dan kebijakan dalam pelaksanaan
filosofis, the general goal of siciety or negara misalnya dalam kebijakan
general acceptance of the same philosophy politik, ekonomi, sosial-kebudayaan
of government (Kaelan, 2017). serta kehidupan kebangsaan dan
Dalam proses perumusan tentang kehidupan antar umat beragama
cita-cita bersama yaitu dasar filosofi mendasarkan pada nilai-nilai
negara Indonesia, diawali dengan Pancasila. Namun demikian harus
dibentuknya BPUPKI dan pada disadari bahwa Pancasila sebagai
awalnya tercapai suatu konsesnsus suatu dasar filsafat negara, sebagai
yang disebut dengan Piagam Jakarta pandangan hidup bangsa adalah
pada 22 Juni 1945, yang dikenal dalam merupakan suatu sistem nilai. Dengan
sejarah rumusan sila pertamanya sendirinya sistem nilai itu tidak
berbunyi, ’Ketuhanan dengan secara langsung dijabarkan dalam
kewajiban menjalankan syari’at realisasi kebijakan dalam berbagai
Islam bagi pemeluk-pemeluknya’. bidang politik, ekonomi, sosial-
Kemudian pada sidang PPKI 18 kebudayaan serta kehidupan antar
Agustus dilakukan suatu kesepakatan umat beragama, melainkan terlebih
lagi, sehingga menjadi Pancasila dahulu harus dijabarkan menjadi
sebagaimana tercantum dalam asas-asas, kemudian dari asas-asas
Pembukaan Undang-Undang Dasar itu kemudian dirumuskanlah norma-
1945. Berdasarkan fakta sejarah norma yang merupakan pedoman
tersebut, maka Pancasila ditetapkan dalam realisasi Pancasila secara
sebagai dasar negara merupakan kongkrit. Penjabaran norma-norma
suatu hasil philosophical consesnsus tersebut dalam kedudukan Pancasila
(konsesnsus filsafat), karena sebagai dasar negara dijabarkan
membahas dan menyepakati suatu dalam norma-norma hukum, adapun
dasar filsafat negara, dan polotical dalam kedudukan Pancasila sebagai
consensus (konsensus politik). pandangan hidup bangsa dijabarkan
dalam norma-norma moral-etika.
B. Penjelasan Pancasila Sebagai Problema penegasan Pancasila
Dasar Filsafat Negara Indonesia dalam UUD 1945 adalah bahwa secara
historis kedudukan Pancasila sebagai
Berdasarkan penjelasan fungsi dasar negara dibahas dan ditentukan
Pancasila sebagai dasar filsafat negara oleh pembentuk negara dalam
tersebut di atas, maka merupakan hubungan ini adalah BPUPKI-PPKI.
suatu keharusan filosofis dan yuridis Dalam kenyataannya hasil naskah
bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan UUD 1945 tidak mencantumkan
sumber bagi realisasi seluruh aspek secara eksplisit Pancasila sebagai
6 Edisi 04
02 / Tahun 2017

dasar negara, melainkan suatu Oleh karena itu berdasarkan kaidah


interpretasi historis-yuridis yaitu tertib hukum serta interpretasi historis,
terkandung dalam Pembukaan UUD maka hanya konsisten dengan tertib
1945 alinea IV. Dalam hubungan hukum manakala ditegaskan dalam
ini Soekarno tatkala berpidato di ketentuan yang setingkat dengan
depan sidang BPUPKI pada tanggal Grundnorm, namun kiranya hal ini
1 Juni beliau menegaskan bahwa lima sangat sulit atau bahkan mustahil dapat
prinsip yang diutarakan dalam pidato diwujudkan, karena harus melalui
1 Juni 1945 adalah sebagai dasar suatu amandemen terhadap UUD 1945
negara dan diberi nama Pancasila, atas tersebut. Kemungkinan yang cukup
saran seorang teman Soekarno diberi rasional adalah ditentukan dalam
nama Pancasila. Kemudian naskah suatu ketentuan hukum yang tertinggi
yang disepakati yang akan disahkan yang menegaskan bahwa urutan dasar
pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam negara sebagaimana terkandung
kenyataannya tidak memuat istilah dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
pancasila. disebut Pancasila, jadi bukan dalam
Demikian juga tatkala pasca arti menentukan substansi Pancasila
reformasi kelalaian historis Pancasila itu sendiri dan produk hukum yang
justru ditenggelamkan, yang tertinggi itu adalah Grundgesetznorm
jadi rujukan suci adalah prinsip atau Ketetapan MPR.
liberalisme, individualisme yaitu Dalam hubungannya dengan
checks and balance sehingga akibatnya realisasi pelaksanaan dan
pancasila menghilang dari pikiran penyelenggaraan negara derivasi dan
rakyat Indonesia pada saat itu. Oleh penjabaran telah direalisasikan secara
karena itu berdasarkan realitas kongkrit dalam Undang-Undang
historis tersebut maka mustahil Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila dicantumkan dalam UUD Tahun 1945. Namun secara objektif
1945. Berdasarkan teori Hans Kelsen dalam Undang-Undang Dasar Negara
dan Nawiaski bahwa grundnorm Republik Indonesia Tahun 1945
itu tidak ditentukan berdasarkan harus diakui bahwa terdapat banyak
suatu ketentuan hukum, melainkan pasal yang tidak konsisten dan tidak
ditetapkan oleh masyarakat, dan koheren dengan Pancasila dasar
dalam hal ini adalah masyarakat filsafat negara. Oleh karena itu hal
Indonesia dalam membentuk negara. ini merupakan suatu kelemahan hasil
Grundnorm pada hakikatnya adalah reformasi di mana tatkala penyusunan
merupaan suatu sumber norma UUD 1945 Hasil Amandemen
hukum, oleh karena itu Pancasila tidak mendasarkan pada Pancasila
tidak mungkin ditentukan atau melainkan mendasarkan pada prinsip
tercantum dalam ketentuan peraturan checks and balances saja serta demokrasi
perundang-undangan hukum positif kuantitatif. Konsekuensinya sistem
yang merupakan derivasi normatif demokrasi di Indonesia dewasa ini
dari Pancasila-Grundnorm itu sendiri. dengan sistem kuantitatif-langsung,
Realisasi Kongkrit Penegasan Pancasila
Pemilu
Sebagai
Serentak
DasarDiNegara
Indonesia:
dan
7
Kajian Sejarah danIdeologi
Original
Negara
IntentRepublik
Pembentuk
Indonesia
UUD

sehingga konsekuensinya harus pengetahuan. Namun das sein pasca


didukung dengan biaya yang sangat reformasi bangsa Indonesia justru
tinggi, yang menggunakan uang mengubur Pancasila hampir selama
rakyat. Pada hal dana itu seharusnya 19 tahun. Jadi realisasi kenegaraan
untuk digunakan sebesar-besarnya dewasa ini menurut Bagir Manan dan
kemakmuran dan kesejahteraan Panca Astawa tidak lebih dari realisasi
rakyat. Akibatnya nilai luhur yang sistem liberalisme di negara Indonesia.
terkandung dalam Pancasila yaitu Dalam kehidupan ketatanegaraan
demokrasi yang mendasarkan pada Indonesia Pancasila pada hakikatnya
nilai moral, Kemanusiaan serta adalah sebagai sumber nilai sehingga
Musyawarah/Mufakat diabaikan das sollen Pancasila sebagai dasar
bahkan dilupakan oleh bangsa filsafat negara Indonesia. Namun
Indonesia hampir selama 19 tahun. sebagaimana dijelaskan di atas pasca
Selain itu dalam sistem demokrasi reformasi sistem ketatanegaraan
sekarang dengan biaya yang tinggi, Indonesia mendasarkan pada
tidak memperhatikan kapabelitas para sistem individualisme-liberalisme.
calon pemimpin sehingga demokrasi Realitas yang demikian ini dapat
sangat diwarnai oleh kemampuan disimpulkan bahwa das sollen dalam
financial serta aspek kuantitas. Pembukaan UUD 1945, yang dalam
Meskipun demikian bagaimanapun filsafat hukum berkedudukan
juga UUD 1945 Hasil Amandemen sebagai staatsfundamentalnorm,
sebagai tolok ukur normatif dalam namun das sein atau pelaksanaan
pelaksanaan dan penyelenggaraan praksis negara mendasarkan pada
negara, meski tidak koheren dengan filsafat individualisme-liberalisme.
dasar filsafat Pancasila. Konsekuensinya agar terdapat suatu
Bangsa Indonesia menentukan koherensi maka yang paling mungkin
dasar filosofis dalam berbangsa dan dapat dilakukan adalah dengan
bernegara yang ditentukan melalui melakukan amandemen UUD 1945
founding fathers Negara Indonesia. dengan mendasarkan pada dasar
Konsekuensi logis dari penentuan filsafat negara Pancasila, meskipun
dasar filosofis tersebut, maka hal ini bukanlah merupakan suatu
Pancasila harus merupakan sumber persoalan yang mudah.
nilai dan sumber hukum dalam Berdasarkan realitas tersebut,
negara Indonesia. Dalam realisasi konsekuensinya karena sistem
praksis negara das sollen nilai-nilai negara telah mendasarkan pada
Pancasila merupakan dasar haluan sistem liberalisme, maka sulit
dalam menentukan kebijakan dalam untuk meletakkan Pancasila
pelaksanaan dan penyelenggaraan sebagai haluan dalam menentukan
negara–bidang politik dan berbagai kebijakan di bidang
pemerintahan, dalam bidang ekonomi- politik-pemerintahan, ekonomi-
bisnis, sosial-kebudayaan, bidang bisnis, sosial-kebudayaan, bidang
penegakan hukum, serta bidang ilmu penegakan hukum, serta bidang ilmu
8 Edisi 04
02 / Tahun 2017

pengetahuan, karena negara telah berbagai bidang.


meletakkannya pada basis ideologi Agar pancasila sebagai pandangan
liberalisme-kapitalisme. Sebagai hidup bangsa dapat direalisasikan
suatu contoh kongkrit dewasa ini secara kongkrit seperti nilai-nilai
kebijakan pemerintah DKI jakarta Pancasila sebagai dasar filsafat negara,
beserta pemerintah pusat dalam maka harus diupayakan pembudayaan.
pelaksanaan mega proyek reklamasi Jikalau kita pahami secara sistematik
di Jakarta, meskipun kalangan wujud sistem kebudayaan dapat
rakyat kecil berteriak, demo karena dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1)
kehilangan lahan, mata pencaharian, sistem nilai, (2) sistem sosial dan (3)
tempat tinggalnya tergusur, akan Wujud fisik baik dalam kebudayaan
tetapi toh proyek berjalan lancar. maupun kehidupan masyarakat.
Bahkan fakta proyek dilaksanakan Dalam hubungan ini Pancasila
sementara ijin, termasuk ijin Amdal merupakan core values sistem sosial-
belum ada. Sistem kebijakan dalam kebudayaan masyarakat Indonesia,
pembangunan itu sama sekali tidak yaitu merupakan suatu esensi nilai
mendasarkan pada haluan yang kehidupan sosial-kebudayaan yang
bersumber pada nilai-nilai Pancasila, multikulturalisme. Oleh karena itu
melainkan pada prinsip kekuasaan dalam proses pembudayaan nilai-
kapitalisme, liberalisme. Upaya nilai Pancasila harus meliputi tiga
kongkrit dalam ketatanegaraan dimensi tersebut, sehingga dalam
agar Pancasila dapat diposisikan hubungan ini diperlukan suatu proses
sebagai haluan dalam menentukan pembudayaan nilai-nilai Pancasila. Hal
berbagai kebijakan adalah dengan ini memang tidak mudah dan sifatnya
mengembalikan kekuasaan dan bukanlah suatu proses doktriner
kedaulatan rakyat dalam MPR, melainkan justru pembudayaan dan
serta menghidupkan kembali Garis- internalisasi dalam kehidupan sosial-
garis Besar Haluan Negara (GBHN). budaya masyarakat Indonesia. Dalam
Karena dengan jalan tersebut maka kehidupan sosial-budaya masyarakat
pembangunan dapat terkontrol dan nampak semakin kuatnya pengaruh
benar-benar dapat diperuntukkan individualisme, primordialisme
sebesar-besarnya kemakmuran serta fanatisme etnis, ras, golongan
rakyat. Namun demikian dalam maupun agama. Bangsa Indonesia
jangka pendek jikalau ada kemauan adalah multikultural multi etnis dan
politis dari semua kalangan elit politik multireligius, oleh karena itu nilai-nilai
serta penyelenggara negara lainnya, persatuan dalam suatu karagaman
yaitu melalui langkah praktis yang harus dibudayakan dengan berbasis
dapat diterapkan dengan meletakkan pada etika religius dan kemanusiaan
Pancasila sebagai dasar moralitas para yang adil dan beradab.
pelaksana dan penyelenggara negara Suatu keharusan bahwa dalam
dalam menentukan haluan dalam penyelenggaraan negara Pancasila
berbagai kebijakan programnya dalam merupakan suatu sumber hukum serta
Realisasi Kongkrit Penegasan Pancasila
Pemilu
Sebagai
Serentak
DasarDiNegara
Indonesia:
dan
9
Kajian Sejarah danIdeologi
Original
Negara
IntentRepublik
Pembentuk
Indonesia
UUD

moral-etika. Menurut filsafat pancasila Pancasila sebenarnya sudah


sistem demokrasi sebagaimana banyak dilakukan kajian sebagai ilmu,
terkandung dalam sila keempat yaitu kajian Pancasila secara ilmiah,
Pancasila meletakkan kedaulatan bahkan pakar internasional dari Cornell
pada Rakyat dengan berbasis pada University USA, George Mc Turner
moral-etika Ketuhanan Yang maha Kahin, telah mengakji pancasila secara
Esa (sila 1), Kemnausiaan yang adil ilmiah. Hasil kajian dipublikasikan
dan beradab (sila2), etika persatuan dalam bukunya Nationalism and
(sila 3) serta moral musyawarah/ Revolution. Kahin mengungkapkan
mufakat (sila 4) serta moralitas bahwa “Pancasila is the best exposition
untuk meletakkan tujuan negara I have ever seen”. Kajian ilmiah juga
adalah kesejahteraan seluruh rakyat dilakukan oleh Dham dan Bertrand
Indonesia yang berbasis pada keadilan Russel yang mengungkapkan bahwa
sosial. Dalam hubungan dengan aspek Pancasila Soekarno merupakan suatu
moral penyelenggaraan negara yang sintesis dari Islamisme, Liberalisme,
mendasarkan pada sistem liberalisme, Komunisme, Nasionalisme Sun Yat
sulit dapat dipertanggungjawabkan Sen dan Humanisme Gandhi. Oleh
moralitas kedaulatan rakyat. Hal ini karena itu seharusnya dewasa ini
dalam pengertian bahwa dengan justru harus semakin dikembangkan
sistem politik kuantitatif dan biaya kajian ilmiah tentang pancasila dan
tinggi, maka aspek keterwakilan rakyat dalam kajian secara ilmiah haruslah
dengan moralitas demokrasi sulit memenuhi syarat-syarat ilmiah yaitu,
diwujudkan. Konsekuensinya politik objek ilmu yaitu Pancasila, kemudian
senantiasa diperhitungkan dari aspek metode tertentu, sistematis dan
untung dan rugi secara ekonomis dan bersifat universal. Oleh karena itu
kuantitatif. Namun demikian dalam jikalau Pancasila senantiasa aktual
hubungannya dengan moralitas maka haruslah dilakukan kajian
pemimpin yang memegang amanah, ilmiah secara terus-menerus.
untuk mewujudkan cita-cita rakyat
yang luhur, maka dapat diwujudkan
berbagai program-program yang
mampu mengangkat harkat, martabat,
serta tingkat kesejahteraan rakyat.
10 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Daftar Pustaka
Asshiddiqie, J., 2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Konstitusi
Prss, Jakarta.
Asshiddiqie, J., 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Konstitusi Press,
Jakarta.
Kaelan, 2017, Inkonsistensi dan Inkoherensi dalam UUD 1945 Hasil Amandeman,
Badan Pengkajian MPR-Paradigma, Jakarta-Yogyakarta.
Mahfud, M.D., 1999, ”Pancasila sebagai Paradigma Pembaharuan Hukum”, dalam
Jurnal Filsafat Pancasila, Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Notonagoro, 1975, Pancasila Secara Ilmiah Populer, Pantjuran Tudjuh, Jakarta
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Indonesia 1

MENSINERGIKAN NILAI-NILAI PANCASILA


DALAM HALUAN NEGARA 1

Abdul Aziz Nasihuddin 2

1) Makalah disampaikan pada kegiatan Workshop kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Pancasila dan Wawasan
Kebangsaan Unsoed dengan MPR RI, kamis, 4 Mei 2017 di Hotel Java Heritage Purwokerto.
2) Staf Pengajar Fakultas Hukum Unsoed.

11
2
12 Edisi 04
02 / Tahun 2017

A. PENDAHULUAN tata kepemerintahan yang baik,


maupun pengaturan ekonomi negara,
Term of Reference Majelis serta etika moral dalam kehidupan
Permusyawaratan Rakyat dalam sosial budaya dan kemasyarakatan,
pendahuluannya memberikan kita dihadapkan pada salah satu fakta
penegasan bahwa kajian “Penegasan yang menimbulkan kekhawatiran
Pancasila sebagai Dasar Negara, memudarnya nilai dan menurunnya
Ideologi Bangsa dan Negara Dalam derajat Pancasila dalam kehidupan
Undang-Undang Dasar Negara berbangsa dan bernegara, yakni
Republik Indonesia Tahun 1945” dengan tidak adanya kepastian hukum
telah menjadi diskursus publik yang atas penjabaran nilai dan kedudukan
sangat kuat, hal ini disebabkan karena Pancasila.
semakin berkembangnya berbagai Undang Undang Dasar Negara
pemikiran dan koreksi atas dinamika Republik Indonesia Tahun 1945
kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai konstitusi negara Indonesia
dalam upaya mewujudkan cita-cita ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
nasional sebagaimana termaktub 1945, secara yuridis konstitusional
dalam Pembukaan Undang-Undang sejak 18 Agustus 1945 UUD NRI
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak hanya menjadi
Tahun 1945. dasar pembentukan negara Indonesia,
Lebih lanjut diuraikan bahwa tetapi memuat landasan yuridis
Pancasila disamping sebagai ideologi, Pancasila sebagai norma fundamental
dasar dan falsafah negara, juga menjadi Negara (Staatfundamentalnorm), yang
cita cita moral dan pandangan hidup merupakan cita hukum (rechtidee)
bangsa Indonesia. Seiring dinamika Negara Kesatuan Republik Indonesia.
kehidupan berbangsa dan bernegara, Terkait dengan cita hukum (rechtidee)
Pancasila telah menjadi sumber primer negara Indonesia yang berdasar
dalam memecahkan persoalan bangsa Pancasila, Pancasila ialah cita hukum
yang bersifat multidimensional. rakyat Indonesia, dijabarkan atau
Pancasila mempunyai nilai historis dirinci oleh UUD 1945 ke dalam
yang kuat yang dapat meningkatkan pasal-pasalnya ke dalam ketentuan-
spirit kebangsaan, dan mempunyai ketentuan batang tubuhnya. Dengan
nilai spiritual-ideologis yang dapat perkataan lain norma-norma hukum
dijadikan sebagai kekuatan untuk yang ada dalam batang tubuh UUD
meneropong persoalan kekinian dan 1945 pada hakikatnya dibentuk oleh
kemasadepanan. norma fundamental Negara Pancasila.
Mengingat urgensi nilai- Mengenai posisi dan peran Pancasila
nilai Pancasila dalam setiap dalam kehidupan bernegara, lebih
penyelenggaraan negara, baik dalam lanjut Ketetapan MPR Nomor XVIII/
hal hubungan antar lembaga-lembaga MPR/1998 tentang Pencabutan
negara, upaya penegakan hukum, Ketetapan MPR RI Nomor II/
pelaksanaan demokrasi, menjalankan MPR/1978 tentang Pedoman
Demokrasi Lokal
Mensinergikan
dalam Pemilihan
Nilai-Nilai
KepalaPancasila
Daerah Langsung
Dalam Haluan
Di Indonesia
Negara 133

Penghayatan dan Pengamalan 1945 yang menempatkan Pancasila


Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) sebagai dasar dan ideologi Negara
dan Penetapan dan Penegasan serta sekaligus dasar filosofis bangsa
Pancasila Sebagai Dasar Negara, dan negara sehingga setiap materi
menyatakan bahwa: Pancasila muatan peraturan perundangan-
sebagaimana dimaksud dalam undangan tidak boleh bertentangan
Pembukaan Undang-Undang Dasar dengan nilai-nilai Pancasila.”
1945 adalah dasar negara dari Negara Nilai-nilai Pancasila terurai di dalam
Kesatuan Republik Indonesia yang UUD NRI 1945. Ketiadaan haluan
harus dilaksanakan secara konsisten negara menjadikan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bernegara. yang telah terurai dalam UUD
Mencermati makna yang NRI 1945 mengalami kesenjangan
terkandung dalam Pancasila sebagai ketika diimplementasikan ke dalam
norma fundamental negara, maka peraturan perundang-undangan.
menjadi keniscayaan bahwa nilai- Persoalannya adalah apakah
nilai Pancasila harus menjiwai seluruh diperlukan adanya haluan negara. Bila
pengaturan kehidupan berbangsa dan diperlukan apakah bentuk payung
bernegara dalam pasal-pasal UUD hukumnya.
NRI Tahun 1945. Pancasila harus
menjadi sumber dari segala sumber B. Permasalahan
hukum dalam setiap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang Berdasarkan uraian tersebut diatas
berlaku. Dengan demikian, Pancasila penulis hanya akan membatasi pada
adalah landasan bagi pembangunan permasalahan sinergitas nilai-nilai
hukum nasional yang dicita-citakan Pancasila ke dalam haluan negara.
(ius constituendum) maupun landasan
hukum yang berlaku di Indonesia saat C. Pembahasan
ini (ius constitutum) yang mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara. C.1. Nilai – nilai Pancasila
Berkenaan dengan itu, ditegaskan
pula dalam Pasal 2 Undang Undang Nilai adalah sesuatu yang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang berharga, bermutu, menunjukkan
Peraturan Perundang Undangan kualitas, dan berguna bagi manusia.
yang menyatakan bahwa “Pancasila Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu
adalah sumber dari segala sumber itu berharga atau berguna bagi
hukum Negara” kemudian dijelaskan kehidupan manusia. Adanya dua
bahwa “Penempatan Pancasila macam nilai tersebut sejalan dengan
sebagai sumber dari segala sumber penegasan pancasila sebagai ideologi
hukum Negara adalah sesuai dengan terbuka. Perumusan pancasila sebagai
Pembukaan Undang Undang Dasar dalam pembukaan UUD 1945.3 Alinea
Negara Republik Indonesia Tahun 4 dinyatakan sebagai nilai dasar
3) http://www.kompasiana.com/mat-nasir/nilai-nilai-Pancasila_58ad4ec70e93735510deeef4, diakses 25 April 2017.
4
14 Edisi 04
02 / Tahun 2017

dan penjabarannya sebagai nilai menjauhi segala laranganNya.


instrumental. Nilai dasar tidak berubah Nilai ketuhanan Yang Maha Esa
dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun Mengandung arti adanya pengakuan
pentingnya nilai dasar yang tercantum dan keyakinan bangsa terhadap
dalam pembukaan UUD 1945 itu, adanya Tuhan sebagai pencipta alam
sifatnya belum operasional. Artinya semesta. Dengan nilai ini menyatakan
kita belum dapat menjabarkannya bangsa Indonesia merupakan bangsa
secara langsung dalam kehidupan yang religius bukan bangsa yang ateis.
sehari-hari. Nilai-nilai dasar yang Nilai ketuhanan juga memiliki arti
terkandung dalam pembukaan UUD adanya pengakuan akan kebebasan
1945 itu memerlukan penjabaran untuk memeluk agama, menghormati
lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai kemerdekaan beragama, tidak
arahan untuk kehidupan nyata. ada paksaan serta tidak berlaku
Penjabaran itu kemudian dinamakan diskriminatif antarumat beragama.
Nilai Instrumental. Nilai Instrumental
harus tetap mengacu kepada nilai- Implementasi nilai ketuhanan adalah :
nilai dasar yang dijabarkannya. 1. Percaya dan takwa terhadap
Penjabaran itu bisa dilakukan secara Tuhan sesuai dengan agama dan
kreatif dan dinamis dalam bentuk- kepercayaan masing-masing.
bentuk baru untuk mewujudkan 2. Hormat menghormati dan bekerja
semangat yang sama dan dalam batas- sama antar pemeluk agama dan
batas yang dimungkinkan oleh nilai penganut kepercayaan yang
dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak berbeda-beda sehingga terbina
boleh bertentangan dengan nilai-nilai kerukunan hidup.
dasarnya. 3. Saling menghormati dan
kebebasan menjalankan ibadat
Nilai Ketuhanan sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
Didalam Pancasila sila pertama 4. Tidak memaksakan suatu agama
yang berbunyi “ Ketuhanan Yang dan kepercayaan kepada orang
Maha Esa” terkandung nilai lain.
ketuhanan. Nilai ketuhanan adalah
nilai yang menggambarkan bahwa Nilai Kemanusiaan
rakyat Indonesia adalah rakyat yang
memiliki agama dan meyakini akan Didalam sila kedua Pancasila
adanya Tuhan. Dengan keyakinan yang berbunyi “ Kemanusiaan yang
tersebut maka secara langsung adil dan beradab” terkandung nilai
harus bertakwa kepada Tuhan dan kemanusiaan. Dan makna dari
menjalankan aturan-aturan yang nilai kemanusiaan tersebut adalah
ada didalam agama oleh setiap pengakuan dan menghormati
pemeluknya. Dengan kata lain martabat dan hak orang lain / sesama
menjalankan semua perintahNya dan manusia, saling tolong menolong,
Demokrasi Lokal
Mensinergikan
dalam Pemilihan
Nilai-Nilai
KepalaPancasila
Daerah Langsung
Dalam Haluan
Di Indonesia
Negara 155

dan bersikap sebagai manusia yang cinta tanah air, dimana setiap rakyat
beradab. Indonesia haruslah bersatu dan rela
Nilai kemanusiaan yang adil dan berkorban demi tanah air tercinta.
beradab mengandung arti kesadaran Nilai persatuan Indonesia mengandung
sikap dan perilaku sesuai dengan makna usaha ke arah bersatu dalam
nilai-nilai moral dalam hidup bersama kebulatan rakyat untuk membina rasa
atas dasar tuntutan hati nurani nasionalisme dalam Negara Kesatuan
dengan memperlakukan sesuatu hal Republik Indonesia. Persatuan
sebagaimana mestinya. Indonesia sekaligus mengakui dan
menghargai sepenuhnya terhadap
Implementasi nilai kamanusiaan keanekaragaman yang dimiliki bangsa
adalah : Indonesia.
1. Mengakui persamaan derajat,
persamaan hak, dan persamaan Implementasi nilai persatuan :
kewajiban antara sesama manusia. 1. Menempatkan persatuan,
2. Saling mencintai sesama manusia. kesatuan, kepentingan bangsa dan
3. Mengembangkan sikap tenggang negara serta keselamatan bangsa
rasa. dan negara diatas kepentingan
4. Mengakui adanya masyarakat pribadi atau golongan.
yang bersifat majemuk dan saling 2. Rela berkorban demi kepentingan
menghargai adanya perbedaaan bangsa dan negara.
tersebut. 3. Cinta tanah air dan bangsa.
5. Melakukan musyawarah, jujur 4. Bangga sebagai bangsa indonesia.
dan saling berkerjasama. 5. Saling menghormati adanya
6. Melakukan sesuatu dengan perbedaan suku, ras etnis dan
pertimbangan moral dan agama sehingga dapat terjadinya
ketentuan agama sebagai manusia persatuan.
yang beradab.
Nilai Kerakyatan
Nilai Persatuan
Dalam sila keempat Pancasila
Untuk sila ketiga Pancasila yang yang berbunyi “ Kerakyatan yang
berbunyi “Persatuan Indonesia” dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
terdapat nilai persatuan yang dalam permusyawaratan/
memiliki makna walaupun Indonesia perwakilan” yang dimana nilai yang
merupakan negara kepulauan dan terkandung dalam sila ini adalah nilai
dihuni oleh berbagai suku bangsa, kerakyatan yang berarti kedaulatan
persatuan haruslah tetap dijunjung berada di tangan rakyat, setiap rakyat
dengan tidak saling membeda- berhak memilih perwakilan mereka,
bedakan apalagi sampai terjadi setiap rakyat memiliki kedudukan,
perpecahan. Dalam nilai persatuan hak, dan kewajiban yang sama, dan
juga terkandung nilai patriotisme dan musyawarah serta gotong royong
6
16 Edisi 04
02 / Tahun 2017

merupakan nilai yang terkandung lahiriah atau batiniah. Nilai-nilai dasar


dalam sila keempat. itu sifatnya abstrak dan normatif.
Nilai kerakyatan yang dipimpin Karena sifatnya abstrak dan normatif,
oleh hikmat kebijaksanaan dalam isinya belum dapat dioperasionalkan.
permusyawaratan/perwakilan Agar dapat bersifat operasional dan
mengandung makna suatu eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam
pemerintahan dari rakyat, oleh nilai instrumental. Contoh nilai
rakyat, dan untuk rakyat dengan instrumental tersebut adalah UUD
cara musyawarah mufakat melalui 1945 dan peraturan perundang-
lembaga-lembaga perwakilan. undangan lainnya.

Implementasi nilai kerakyatan : Implementasi nilai keadilan :


1. Mengutamakan kepentingan 1. Berbuat luhur dan saling
bersama. membantu dan gotong royong.
2. Tidak memaksakan kehendak 2. Bersikap adil.
kepada orang lain. 3. Menjaga keseimbangan antara hak
3. Mengutamakan musyawarah dan kewajiban.
dalam pengambilan keputusan 4. Menghormati hak-hak orang lain.
untuk kepentingan bersama. 5. Suka memberi pertolongan kepada
4. Keputusan musyawarah orang lain.
yang diambil harus dapat 6. Tidak melakukan perbuatan yang
dipertanggung jawabkan. merugikan kepentingan umum.

Nilai Keadilan Jadi, kesimpulannya menurut saya


adalah setiap nilai yang terkandung
Terakhir untuk sila kelima dalam Pancasila merupakan nilai-
Pancasila yang berbunyi “Keadilan nilai yang saling berkaitan sehingga
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” tidak dapat dipisahkan. Karena
yang dimana didalamnya terkandung dengan adanya sikap percaya kepada
nilai keadilan yang berarti keadilan Tuhan, maka seseorang dapat menjadi
dalam kehidupan sosial haruslah manusia yang saling menghormati
meliputi seluruh rakyat Indonesia, sehingga dapat tercapai suatu
persamaan hak dalam berbagai hak persatuan dan didalam persatuan
yang dilandasi dengan hak dan tersebut pasti akan ada musyawarah
kewajiban setiap orang, dan sikap yang ditujukan untuk kepentingan
saling menghormati orang lain agar bersama sehingga dapat terjadi
dapat tercapainya keadilan. keadilan. Contoh keadilan dalam
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh kebebasan memeluk agama, maka
rakyat Indonesia mengandung makna orang tersebut dapat menghargai
sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu orang lain, demikian seterusnya.
tercapainya masyarakat Indonesia Sehingga sudah jelas bahwa setiap
Yang Adil dan Makmur secara nilai yang terkandung dalam
Demokrasi Lokal
Mensinergikan
dalam Pemilihan
Nilai-Nilai
KepalaPancasila
Daerah Langsung
Dalam Haluan
Di Indonesia
Negara 177

Pancasila semuanya penting dan harus (staatsfundamentalnorm) dengan


diamalkan dalam kehidupan sehari- menggunakan teori dari Hans Kelsen
hari oleh seluruh rakyat Indonesia. dan Hans Nawiasky.
Teori Hans Kelsen yang mendapat
C.2. Nilai – nilai Pancasila banyak perhatian adalah hierarki
Didalam Konstitusi norma hukum dan rantai validitas yang
membentuk piramida hukum. Salah
Pancasila sebagai dasar negara seorang tokoh yang mengembangkan
Indonesia dan Undang-Undang Dasar teori tersebut adalah murid Hans
1945 sebagai konstitusi Indonesia pada Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori
dasarnya merupakan satu kesatuan Nawiasky disebut dengan theorie
yang utuh. Di dalam Pembukaan UUD von stunefunbau der rehtsortdnung, 5
1945 tercantum dasar negara yaitu susunan norma menurut teori tersebut
Pancasila, yang dapat disimpulkan adalah :
melaksanakan konstitusi pada 1 Norma fundamental negara
dasarnya juga melaksanakan dasar (staatsfundamentalnorm)
negara. Dasar negara yaitu Pancasila 2) Aturan dasar negara
yang secara jelas termuat dalam (staatsgrundgesetz)
konstitusi negara Indonesia yaitu pada 3) Undang-undang formal (formell
Alinea 4 Pembukaan UUD 1945, pada gesetz)
dasarnya merupakan suatu tujuan 4) Peraturan pelaksanaan dan
bangsa Indonesia untuk mewujudkan peraturan otonom (verordnung en
suatu kehidupan berbangsa dan autonome satzung)
bernegara sesuai dengan dasar negara
Indonesia. Staatsfundamentalnorm adalah
Dalam kehidupan bangsa norma yang merupakan dasar
Indonesia, Pancasila merupakan bagi pembentukan konstitusi atau
filosofische grondslag dan common Undang-Undang Dasar dari suatu
platform atau kalimatun sawa.4 Pada negara. Polisi hukum dari suatu
masa lalu timbul suatu permasalahan Staatsfundamentalnorm adalah sebagai
yang mengakibatkan Pancasila syarat berlakunya suatu konstitusi
sebagai alat yang digunakan untuk Staatsfundamentalnorm ada terlebih
mengesahkan suatu kekuasaan dan dahulu dari konstitusi suatu negara.
mengakibatkan Pancasila cenderung Berdasarkan teori Nawiasky
menjadi ideologi tertutup. Hal ini tersebut, A. Hamid S. Attamimi
terjadi karena adanya anggapan membandingkannya dengan teori
bahwa Pancasila berada di atas dan Kelsen dan menerapkannya pada
di luar konstitusi. Pancasila disebut struktur tata hukum di Indonesia.
sebagai norma fundamental Negara Attamimi menunjukkan struktur

4) Jimly Asshiddiqie, 2009,Ideologi, Pancasila dan Konstitusi, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, hlm. 10
5) Ibid
8
18 Edisi 04
02 / Tahun 2017

hierarki tata hukum Indonesia dengan fundamen, filsafat, pikiran yang


menggunakan teori Nawiasky. sedalam-dalamnya yang di atasnya
Berdasarkan teori tersebut, 6 tata akan didirikan bangunan negara
hukum Indonesia adalah sebagai Indonesia. Soekarno juga menyebutnya
berikut : dengan istilah Weltanschauung atau
1) Staatsfundamentalnorm : Pancasila pandangan hidup. Pancasila adalah
(Pembukaan UUD 1945) lima dasar atau lima asas. 8 Jika
2) Staatsgrundgesetz : Batang Tubuh masalah dasar negara disebutkan
UUD 1945, Tap MPR, dan oleh Soekarno sebagai Philosofische
Konvensi Ketatanegaraan Grondslag ataupun Weltanschauung,
3) Formell gesetz : Undang-undang maka hasil dari persidangan-
4) Verordnung en Autonome Satzung: persidangan tersebut adalah, Piagam
secara hierarkis mulai dari Jakarta yang kemudian disebut
Peraturan Pemerintah hingga dengan Pembukaan UUD 1945, yang
Keputusan Bupati atau Walikota merupakan Philosofische Grondslag dan
Weltanschauung bangsa Indonesia.
Penetapan Pancasila sebagai Seluruh nilai-nlai dan prinsip-
suatu Staatsfundamentalnorm prinsip dalam UUD 1945 adalah dasar
dikemukakan pertama kali oleh negara Indonesia yang di dalamnya
Notonagoro.7 Posisi ini mengharuskan termasuk Pancasila. Dengan demikian
pembentukan hukum positif adalah menjalankan konstitusi atau Undang-
untuk mencapai ide-ide dalam Undang Dasar 1945 pada dasarnya
Pancasila, serta dapat digunakan juga telah melaksanakan dasar negara
untuk menguji hukum positif. yaitu Pancasila yang telah termuat
Dengan ditetapkannya Pancasila di dalam konstitusi, yaitu dalam
sebagai Staatsfundamentalnorm maka Pembukaan Undang-Undang Dasar
pembentukan hukum, penerapan, 1945.
dan pelaksanaannya tidak dapat
dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila. C.3. Sinergitas Nilai – nilai Pancasila
Dengan menempatkan Pancasila Kedalam Haluan Negara
sebagai Staatsfundamentalnorm maka
kedudukan Pancasila berada di atas Keberadaan pola pembangunan
Undang-Undang Dasar. Pancasila nasional, baik berupa Pembangunan
tidak termasuk dalam pengertian Nasional Semesta Berencana maupun
konstitusi, karena berada di atas GBHN, keduanya tidak mungkin
konstitusi. dilepaskan dari peran sentral
Dalam pidato Ir. Soekarno, MPR dalam sistem ketatanegaraan
disebutkan bahwa dasar negara Indonesia. Mengambil contoh
sebagai Philosofische Grondslag sebagai Ketetapan MPRS Nomor I/

6) Ibid
7) Ibid
8) Ibid
Demokrasi Lokal
Mensinergikan
dalam Pemilihan
Nilai-Nilai
KepalaPancasila
Daerah Langsung
Dalam Haluan
Di Indonesia
Negara 199

MPRS/1960 tentang Manifesto Politik (wakil presiden). Karena itu, MPR


RI sebagai Garis-garis Besar Haluan memegang kekuasaan negara yang
Negara (Tap MPRS No I/MPRS/1966) tertinggi, sedangkan presiden harus
dan serangkaian GBHN yang lahir menjalankan haluan negara menurut
semasa Orde Baru, produk hukum ini garis-garis besar yang telah ditetapkan
tidak mungkin dilepaskan dari posisi oleh MPR. Mengingat dinamika
MPR dalam UUD 1945. masyarakat, sekali dalam lima tahun
Sebelum perubahan UUD MPR menetapkan haluan negara yang
1945, Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 dipakai di kemudian hari.
secara eksplisit menyatakan bahwa Konstruksi yuridis Pasal 1 Ayat
kedaulatan adalah di tangan rakyat (2) UUD 1945 serta penjelasannya
dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. yang dikaitkan dengan Pasal 3 UUD
Sebagaimana dikemukakan Penjelasan 1945 serta penjelasannya, secara
UUD 1945, MPR merupakan konstitusional pembentukan GBHN
penyelenggara negara yang tertinggi tak terlepas dari posisi MPR sebagai
dan sekaligus pemegang kuasa negara pemegang kedaulatan rakyat dan
tertinggi (die gezamte staatgewalt lembaga tertinggi negara. Posisi
liegi allein bei der Majelis). Penegasan sentral semakin tak terhindarkan
posisi ini tak terlepas dari posisi MPR karena bertemu dengan peran MPR
yang dianggap penjelmaan rakyat dalam pemilihan presiden dan wakil
yang memegang kedaulatan negara. 9 presiden. Dalam hal ini, Pasal 6 Ayat
Melanjutkan posisi tersebut, (2) UUD 1945 menyatakan, presiden
Penjelasan UUD 1945 menyatakan: dan wakil presiden dipilih oleh MPR
kedaulatan rakyat dipegang oleh dengan suara terbanyak.
suatu badan, bernama MPR, sebagai Dengan konstruksi hukum dalam
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia UUD 1945 tersebut, sangat kuat alasan
(vertretungsorgan des willens des untuk membentuk GBHN sebagai pola
staatsvolkes). Karena posisi sentral pembangunan nasional dalam jangka
dalam desain bernegara, Pasal 3 UUD waktu tertentu. Dalam posisi sebagai
1945 menyatakan, MPR menetapkan pemegang daulat rakyat, lembaga
UUD dan Garis-garis Besar Haluan negara yang tertinggi, dan yang
Negara. Dalam Penjelasan Pasal 3 memilih presiden/wakil presiden,
UUD 1945 dinyatakan, karena MPR MPR memiliki wewenang sangat kuat
memegang kedaulatan negara, untuk mengatur penyelenggaraan
kekuasaannya tidak terbatas. 10 negara oleh presiden. Bahkan, jika
Lebih lanjut, posisi sentral MPR presiden melanggar haluan negara,
dalam hubungan antarlembaga negara MPR melaksanakan sidang istimewa
bisa dilacak dari Penjelasan UUD 1945: meminta pertanggungjawaban
MPR juga mengangkat kepala negara presiden.
(presiden) dan wakil kepala negara

9) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebelum dilakukan Amandemen.


10) Ibid
10
20 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Kini, setelah perubahan, Pasal 1 pelaksanaan pemilihan, hampir dapat


Ayat (2) UUD 1945 tak lagi meletakkan dipastikan semua calon hanya perlu
daulat rakyat di tangan MPR, tetapi menyampaikan dalam kampanye
dilaksanakan menurut UUD 1945. 11 bahwa jika terpilih, mereka akan
Karena perubahan ini, UUD 1945 tak melaksanakan yang telah digariskan
lagi menempatkan MPR dalam posisi dalam GBHN.
sebagai lembaga negara tertinggi. Sebaliknya, jikalau disusun
Begitu pula dalam hubungan setelah pemilihan, substansi GBHN
dengan pengisian jabatan eksekutif tentu lebih banyak mengakomodasi
tertinggi dalam situasi normal, MPR pohon janji yang disampaikan
tidak memiliki wewenang memilih pasangan calon terpilih dalam masa
presiden dan wakil presiden. Dengan kampanye. Bagaimanapun, dalam
perubahan posisi MPR, bagaimana batas penalaran yang wajar, janji-janji
mungkin menghadirkan GBHN atau selama kampanye pasti menjadi salah
pola Pembangunan Nasional Semesta satu perimbangan penting dalam
Berencana? menentukan pilihan. Jikalau presiden
Ketika berlangsung tahap yang terpilih tidak menunaikan janji
perubahan UUD 1945 (1999-2002), karena tidak diakomodasi dalam
salah satu kesepakatan yang diambil GBHN, tentu saja hal itu menimbulkan
MPR adalah tetap mempertahankan rasa kecewa bagi mereka yang telah
sistem pemerintahan presidensial. memilih.
Tidak berhenti sampai disitu, pilihan Masalah lain yang tidak kalah
politik mempertahankan sistem serius, membayangkan GBHN
tersebut diikuti upaya melakukan dibuat MPR tentu saja menempatkan
pemurnian (purifikasi). Di antara kembali MPR sebagai lembaga
bentuk purifikasi yang dilakukan tertinggi negara. Dalam posisi seperti
adalah mengubah model pemilihan ini, GBHN yang dibuat MPR tentu
presiden dan wakil presiden dari saja akan menghadirkan pola sistem
dipilih lembaga perwakilan (MPR) pertanggungjawaban presiden kepada
menjadi pemilihan langsung oleh MPR. Sekiranya ini, sebagaimana
rakyat. pengalaman sebelumnya, tidak
Pertanyaan mendasar yang harus mungkin menghindarkan
dijelaskan: bagaimana menempatkan pertanggungjawaban politik presiden
GBHN dalam proses pemilihan kepada MPR. Melihat perilaku
presiden secara langsung? Pertanyaan sebagian kekuatan politik dan elite
berupa gugatan tentu saja, misalnya, politik saat ini, bukan tidak mungkin
kapan GBHN tersebut akan disusun? konsekuensi kehadiran GBHN akan
Apakah disusun sebelum proses sangat menyulitkan presiden. Pada
pemilihan atau setelah pemilihan saat ini, dengan hilangnya bentuk
presiden? Jika disusun sebelum proses pertanggungjawaban politik kepada

11) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah Amandemen.
Demokrasi Lokal
Mensinergikan
dalam Pemilihan
Nilai-Nilai
KepalaPancasila
Daerah Langsung
Dalam Haluan
Di Indonesia
Negara 11
21

MPR, presiden pun hampir selalu pola GBHN dengan meletakkan peran
berada dalam tekanan politik untuk di MPR sangat mungkin berbenturan
dimakzulkan. dengan sistem presidensial yang
Begitu pula dengan keinginan disepakati dipertahankan saat
membuat GBHN untuk mewadahi perubahan UUD 1945. Kalau hendak
pembangunan jangka panjang, mengembalikan pola lama, jalan yang
semisal 30-50 tahun ke depan. Hampir harus ditempuh kembali secara utuh
dapat dipastikan gagasan ini lebih pada pola hubungan antarlembaga
banyak hadir karena romantisme sebelum perubahan UUD 1945 atau
pengalaman di bawah pemerintahan campakkan sistem presidensial.
Presiden Soekarno dan Presiden Selain soal itu, bagi pasangan
Soeharto. Namun perlu diingat, di calon presiden, seberapa jauh mereka
era sebelumnya, terutama di era merujuk perumusan visi-misi
pemerintahan Presiden Soeharto, sebagai calon pada tujuan bernegara
GBHN sangat mungkin membuat sebagaimana termaktub dalam
jangka waktu yang begitu panjang Pembukaan UUD 1945. Dalam konteks
karena kekuatan politik mayoritas ini, seharusnya calon presiden tidak
di MPR berada dalam kendali perlu menyusun visi lagi dan cukup
sepenuhnya Presiden Soeharto. menjadikan tujuan bernegara sebagai
Melihat situasi politik saat ini, siapa visi. Yang harus dilakukan, bagaimana
pun yang terpilih menjadi presiden menurunkan tujuan bernegara (yang
hampir dapat dipastikan tidak juga visi calon presiden) ke dalam misi
akan memiliki kemampuan untuk atau agenda-agenda sentral bilamana
mengendalikan secara total kekuatan- terpilih sebagai presiden. Jikalau
kekuatan politik di MPR. Artinya, jika semua calon meletakkan tujuan
terjadi pergeseran kekuatan politik bernegara menjadi visi, tidak perlu
di MPR karena perubahan dukungan ada perdebatan dan kita tidak perlu
suara pemilih di pemilu legislatif, khawatir karena semuanya hendak
sangat mungkin kekuatan politik baru mencapai tujuan bernegara.
akan mengubah GBHN yang telah Sebelum adanya perubahan
ditetapkan MPR sebelumnya. Dengan UUD 1945, MPR berwenang untuk
demikian, gagasan membuat GBHN menetapkan garis-garis besar
untuk pola pembangunan jangka daripada haluan negara. Hal ini secara
panjang pasti tidak akan semudah era tersurat disebutkan dalam Pasal 3
pemerintahan Presiden Soeharto. UUD 1945 yang menyatakan bahwa
Namun, di atas itu semua, meski MPR menetapkan Undang-Undang
dengan sesadar-sadarnya kita Dasar dan garis-garis besar daripada
memerlukan arah pembangunan haluan negara. Perumusan kata garis-
nasional, membayangkan GBHN garis besar daripada haluan negara
dengan pola MPR sebelum perubahan merupakan perumusan kata-kata yang
UUD 1945 tentu tidak begitu tepat menyimpang dari tata bahasa yang
lagi. Yang perlu dipertimbangkan, baik dan benar. Namun, kesalahan
12
22 Edisi 04
02 / Tahun 2017

gramatikal tersebut dimanfaatkan kembali GBHN dilatarbelakangi oleh


untuk mengembangkan penafsiran adanya anggapan bahwa GBHN
bahwa yang dimaksud dengan garis- lebih jelas dalam menentukan arah
garis besar daripada haluan negara pembangunan bangsa dibandingkan
mencakup dua pengertian, yaitu garis- Rencana Pembangunan Jangka
garis besar haluan negara dalam arti Panjang (RPJP) dan Rencana
sempit, dan dalam arti luas. Yang Pembangunan Jangka Menengah
dipahami dalam arti sempit adalah (RPJM). 14
Garis-Garis Besar Haluan Negara, UUD NRI 1945 telah
sebagaimana yang ditetapkan setiap menghilangkan kewenangan MPR
lima tahunan yang dijadikan acuan dalam menetapkan garis-garis besar
bagi Presiden untuk melaksanakan daripada haluan negara melalui
tugas-tugas pembangunan, sedangkan amandemen Pasal 3. Melalui Pasal
yang dipahami dalam arti luas adalah 3, UUD NRI 1945 secara eksplisit
segala arahan bagi haluan negara menentukan bahwa MPR berwenang
yang diperlukan selain naskah GBHN untuk mengubah dan menetapkan
tersebut. 12 Oleh karena itu, dapat Undang-Undang Dasar, melantik
dipahami bahwa pemberlakuan Presiden dan/atau Wakil Presiden,
kembali GBHN dalam konteks ini dan memberhentikan Presiden dan/
adalah pemberlakuan garis-garis atau Wakil Presiden dalam masa
besar haluan negara dalam arti sempit, jabatannya menurut Undang-Undang
untuk selanjutnya disebut GBHN. Dasar. Namun, apakah pemberlakuan
Pemberlakuan kembali GBHN kembali GBHN tidak dimungkinkan
menguat ketika dilaksanakannya dalam sistem ketatanegaraaan
Kongres Kebangsaan Forum Pemred Indonesia saat ini?
yang bertajuk “Menggagas Kembali
Haluan Negara Menuju 100 Tahun a. Pro Pemberlakuan Kembali GBHN
Kemerdekaan Indonesia” yang Dalam Undang-Undang Dasar
berlangsung di Hotel Bidakara Jakarta
pada 10-11 Desember 2013. Kongres Pasal 2 ayat (1) UUD NRI
tersebut menghadirkan sejumlah 1945 menyatakan bahwa Majelis
pimpinan lembaga negara kala itu Permusyawaratan Rakyat terdiri atas
sebagai pembicara seperti Ketua DPR anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
RI Marzuki Alie, Ketua DPD RI Irman anggota Dewan Perwakilan Daerah
Gusman, Ketua Badan Pemeriksa yang dipilih melalui pemilihan umum
Keuangan (BPK) Hadi Poernomo, dan diatur lebih lanjut dengan undang-
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko undang. Berdasarkan rumusan pasal
dan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut, terdapat dua pernyataan
Hamdan Zoelva.13 Pembelakuan yang disebutkan dalam UUD, yaitu

12) Jimly Asshiddiqie. 2011. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 266
13) http://www.pusakaindonesia.org/perlukah-gbhn-diberlakukan-kembali/, diakses Jumat, 29 Mei 2015 pukul 14.45 wib
14) http://tangerangekspres.com/mpr-untirta-sosialisasikan-pentingnya-gbhn/, diakses Jumat, 29 Mei 2015 pukul 14.48 wib.
Demokrasi Lokal
Mensinergikan
dalam Pemilihan
Nilai-Nilai
KepalaPancasila
Daerah Langsung
Dalam Haluan
Di Indonesia
Negara 13
23

pertama, Majelis Permusyawaratan dan serasi antara inisiatif pemerintah


Rakyat terdiri atas anggota Dewan dan partisipasi masyarakat. 16
Perwakilan Rakyat dan anggota Dalam paradigma otonomi
Dewan Perwakilan Daerah yang daerah, partisipasi daerah haruslah
dipilih melalui pemilihan umum, diperhatikan. Pola pembangunan
dan kedua Majelis Permusyawaratan nasional saat ini tidak berkonsepsikan
Rakyat diatur lebih lanjut dengan negara integralistik yang dianut oleh
undang-undang. Dengan demikian, Indonesia. Hal ini dapat ditunjukkan
dapat disimpulkan bahwa pengaturan dengan Undang-Undang Republik
lebih lanjut mengenai MPR dapat Indonesia Nomor 25 Tahun 2004
diatur dengan undang-undang. tentang Sistem Perencanaan
Dalam setiap pembicaraan Pembangunan Nasional, untuk
mengenai lembaga negara, ada dua selanjutnya disebut UU SPPN,
unsur pokok yang saling berkaitan, yang merupakan dasar hukum
yaitu organ dan fungsi. 15 Pengaturan pembangunan nasional Indonesia,
lebih lanjut mengenai MPR yang yang hanya menitikberatkan pada
dapat diatur dengan undang-undang partisipasi masyarakat melalui
bukan hanya pengaturan mengenai DPR. 17 Dengan demikian, konsep
kedudukan MPR semata, tetapi pembangunan nasional Indonesia
juga kewenangannya. Oleh karena saat ini tidak menyeimbangkan
itu, UUD 1945 membuka ruang kepentingan pemerintah dan daerah.
terhadap pengaturan kewenangan Padahal, pembangunan nasional
MPR, termasuk kewenangan dalam Indonesia harus dilaksanakan melalui
menetapkan GBHN. Dengan demikian, sinergisitas antarpenyelenggara
pemberlakuan kembali GBHN adalah negara secara berkesinambungan.
hal yang tidak bertentangan dengan Selain itu, Pembangunan
UUD NRI 1945. Nasional merupakan tanggung jawab
Pada dasarnya, konsep dasar bersama, bukan hanya tanggung
negara Indonesia yang berlandaskan jawab lembaga eksekutif semata.
Pancasila yang berintikan Pembangunan yang baik, konsisten
kekeluargaaan dan kebersamaan dan berkesinambungan akan
adalah negara yang beraliran memperbaiki kualitas suatu negara
integralistik. Dalam kehidupan sehingga hal tersebut tidak dapat
nasional bangsa Indonesia, kehidupan dibebankan kepada seorang presiden
integralistik ini menitikberatkan beserta wakilnya untuk merencanakan
pada kebersamaan dan kekeluargaan sendiri, melaksanakan sendiri,
menuntut keseimbangan yang dinamik mengawasi sendiri, mengontrol

15) Jimly Asshiddiqie. 2005. Implikasi Perubahan UUD 1945 terhadap Pembangunan Nasional disampaikan dalam Pembukaan
Seminar Pengkajian Hukum Nasional (SPHN) 2005 yang diselenggarakan oleh Komisi Hukum Nasional (KHN) Republik Indonesia
di Jakarta tertanggal 21 November 2005, hlm.
16) Noor Ms. Bakry. 2001. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Liberty, hlm. 79-85
17) Hal ini dapat dilihat dalam Konsiderans Mengingat terlihat bahwa undang-undang tersebut merupakan prakarsa DPR,
tanpa melibatkan DPD dan Presiden, walaupun dibahas secara bersama-sama oleh Presiden dan DPR.
14
24 Edisi 04
02 / Tahun 2017

sendiri dan menilai sendiri rancangan kekuasaan. Undang-Undang Dasar


pembangunan tersebut. Oleh karena 1945 adalah suatu konstitusi yang
itu, pemberlakuan kembali GBHN merupakan hukum dasar dan sumber
merupakan komitmen bersama hukum sebagai kendali yuridis setiap
bangsa Indonesia dalam membangun hukum, undang-undang, peraturan-
dan memperbaiki kualitas bangsa dan peraturan yang lebih rendah
negara. Oleh karena sejalan dengan tingkatnya, tetapi saat ini Indonesia
tujuan bangsa Indonesia yang tertuang tidak memiliki rambu-rambu kendali
pada alinea keempat UUD NRI 1945, politis yang ditentukan oleh hukum.
pemberlakuan kembali GBHN sangat Oleh karena itu, pemberlakuan
diperlukan. Sebagai kesepakatan kembali GBHN merupakan langkah
bersama antara pemerintah dan MPR yang penting, karena GBHN
sebagai penjewantahan rakyat dalam merupakan garis kendali politis dan
melaksanakan visi, misi, tujuan dan hukum bagi pengelola Negara dalam
program pemeritahan sesuai dengan membuat perencanaan, kebijakan dan
Pancasila dan UUD 1945, GBHN akan pelaksanaan pembangunan Indonesia.
menjadikan pembangunan nasional Dalam menjalankan
yang dilaksanakan oleh pemerintah pembangunan, faktor finansial
menjadi lebih konsisten dan merupakan faktor yang sangat
berkesinambungan sehingga amanah penting dan esensial. GBHN akan
konstitusi dalam alinea keempat dapat mengoptimalkan penggunaan
pembukaan UUD 1945 akan terwujud. keuangan negara. Hal ini dikarenakan
Mochtar Kusumaatmadja GBHN akan dapat memetakan rencana
berpendapat bahwa semua masyarakat pembangunan yang akan dilakukan
yang sedang membangun selalu oleh pemerintah sehingga anggaran
dicirikan oleh perubahan dan hukum yang diperlukan dalam pembangunan
berfungsi agar menjamin bahwa tersebut menjadi lebih jelas, dan tidak
perubahan tersebut terjadi dengan cara akan terjadi pemborosan. Bahkan,
teratur. Dalam melaksanakan fungsi pemberlakuan kembali GBHN akan
tersebut, implementasi dari fungsi dapat menghindari pemborosan
hukum hanya dapat diwujudkan anggaran yang dapat terjadi akibat
apabila hukum dijalankan oleh rencana pembangunan yang tidak
sesuatu kekuasaan, akan tetapi terlalu penting.
kekuasaan itu sendiri harus berjalan
dalam batas rambu-rambu yang b. Kontra Pemberlakuan Kembali
ditentukan di dalam hukum tersebut.18 GBHN Dalam Undang-Undang
Berdasarkan pendapat Mochtar Dasar
tersebut, terdapat dua fungsi hukum
yang penting dalam upaya melakukan Landasan filosofis adanya
pembangunan nasional, yaitu sebagai kewenangan MPR dalam menetapkan
dasar hukum dan kendali atas GBHN adalah mengingat MPR
18) Romli Atmasasmita. 2012. Teori Hukum Integratif. Yogyakarta: Genta Publishing, hlm. 65-66
Demokrasi Lokal
Mensinergikan
dalam Pemilihan
Nilai-Nilai
KepalaPancasila
Daerah Langsung
Dalam Haluan
Di Indonesia
Negara 15
25

sebagai pemegang kedaulatan Pasal 3 UUD NRI 1945 secara limitatif


rakyat yang memegang kekuasaan menentukan kewenangan apa saja
yang tidak terbatas sehingga MPR yang dimiliki oleh MPR dalam
menetapkan haluan-haluan apa yang susunan ketatanegaraan Indonesia.
hendak dipergunakan dalam lima Berdasarkan rumusan kewenangan
tahun dengan memperhatikan segala MPR yang ditentukan secara limitatif
yang terjadi dan segala aliran pada oleh UUD NRI 1945 DAN diperkuat
waktu tersebut. Semenjak perubahan dengan dihapusnya kewenangan
UUD NRI 1945, Indonesia telah MPR dalam menetapkan garis-
berkomitmen untuk memperkuat garis besar daripada haluan negara
sistem presidensial. Hal ini dapat dapat dikatakan bahwa keberadaaan
ditunjukkan dengan adanya kewenangan MPR dalam menetapkan
perubahan posisi antara presiden dan GBHN tidak lagi memiliki constitutional
MPR yang semula “untergeordnet” importance dalam sistem hukum
menjadi “neben” mengakibatkan ketatanegaraan Indonesia. Oleh karena
presiden bukan lagi sebagai itu, pemberlakuan kembali GBHN
mandataris MPR, tetapi mandataris merupakan hal yang inkonstitusional
rakyat. Pemberlakuan kembali GBHN mengingat tidak dilindunginya
akan mengakibatkan pemerintah kepentingan konstitusional GBHN
harus mengikuti kembali pedoman oleh UUD NRI 1945.
pembangunan yang ditetapkan oleh Saldi Isra berpendapat bahwa
MPR. Pemikiran dari Presiden yang perubahan UUD 1945 yang tidak
bersifat progresif dan diperlukan yang lagi menempatkan kedudukan
tidak terpetakan dalam GBHN menjadi MPR sebagai lembaga tertinggi
sulit untuk dilakukan. Oleh karena menyebabkan pergeseran kewenangan
itu, pemberlakuan kembali GBHN MPR. MPR tidak lagi dapat melahirkan
merupakan bentuk inkonsistensi produk hukum berupa Ketetapan yang
bangsa Indonesia terhadap komitmen bersifat regeling, tetapi MPR hanya
awalnya untuk memperkuat sistem dapat mengeluarkan Ketetapan yang
presidensial. bersifat menetapkan atau beschikking
Jimly Asshiddiqie berpendapat saja.20 GBHN yang ditetapkan setiap
terdapat 28 subjek hukum kelembagaan lima tahunan yang dijadikan acuan
atau subjek hukum tata negara atau bagi Presiden untuk melaksanakan
subjek hukum tata usaha negara yang tugas-tugas pembangunan tidaklah
disebutkan keberadaanya dalam UUD mungkin dibuat dalam bentuk
1945. Namun, hanya 24 organ yang beschikking. Hal ini dikarenakan
keberadaan dan kewenangannya GBHN tidak bersifat individual dan
ditentukan secara tegas oleh UUD konkret, tetapi bersifat mengatur
NRI 1945, salah satunya MPR. 19 secara umum mengingat GBHN

19) Jimly Asshiddiqie. 2005. Op.Cit, hlm. 15-16


20) http://www.indopos.co.id/2012/08/pemberlakuan-kembali-gbhn-perlu-kajian-lagi.html, diakses Jumat, 29 Maret 2016
pukul 14.53 wib.
16
26 Edisi 04
02 / Tahun 2017

merupakan sebuah acuan yang harus Pengganti Undang-Undang. Ketika


dilaksanakan oleh penyelenggara materi muatan GBHN (yang sudah
negara sehingga haruslah ditetapkan semestinya ditetapkan dalam bentuk
melalui Ketetapan yang bersifat Ketetapan MPR) bertentangan
regeling. Oleh karena itu, UUD NRI dengan peraturan perundang-
1945 tidak memberikan kemungkinan undangan yang lebih tinggi, tidak
terhadap adanya pemberlakuan ada lembaga negara yang berhak
kembali GBHN. menguji ketetapan MPR tersebut. Hal
Dalam konsep negara hukum ini dikarenakan Pasal 24 C ayat (1)
demokratik, setiap pembentukan UUD NRI 1945 menentukan bahwa
peraturan-peraturan negara, baik Mahkamah Konstitusi berwenang
di tingkat pusat maupun daerah mengadili pada tingkat pertama dan
harus dapat dipertanggungjawabkan terakhir yang putusannya bersifat
keabsahannya kepada rakyat. Rakyat final untuk menguji undang-undang
yang menjadi sasaran berlakunya terhadap Undang-Undang Dasar,
suatu peraturan perundang-undangan dan Pasal 24 A ayat (1) menyatakan
memiliki hak untuk mengontrol bahwa Mahkamah Agung berwenang
materi hukum (peraturan perundang- menguji peraturan perundang-
undangan) yang dibuat oleh badan- undangan di bawah undang-undang.
badan berwenang. GBHN, yang ditetapkan melalui
Dalam hal secara materiil Ketetapan MPR, menjadi peraturan
ditemukan adanya materi muatan perundang-undangan yang “kebal”
peraturan perundang-undangan terhadap pengujian atasnya. Oleh
yang bertentangan dengan peraturan karena itu, UU SPPN sebagai pengganti
perundang-undangan yang lebih GBHN merupakan skema yang lebih
tinggi, rakyat berhak menggugat atau demokratis. Hal ini dikarenakan ketika
mengajukan keberatan atas keabsahan materi muatan UU SPPN bertentangan
berlakunya peraturan perundang- dengan UUD NRI, materi muatan UU
undangan tersebut kepada badan- SPPN tersebut dapat diajukanjudicial
badan yang berwenang. review ke Mahkamah Konstitusi.
Badan-badan tersebut selanjutnya Setelah terjadinya perubahan UUD
melakukan pengujian atas keabsahan 1945, presiden dan wakil presiden
(validitas) peraturan perundang- dipilih secara langsung oleh rakyat.
undangan itu. 21 Berdasarkan Pasal Perubahan tersebut mengakibatkan
7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun perubahan pertanggungjawaban
2011 tentang Pembentukan Peraturan presiden yang semula
Perundang-undangan, kedudukan bertanggungjawab kepada MPR
Ketetapan MPR berada di bawah selaku pemberi mandat, kini beralih
UUD NRI 1945 dan di atas Undang- kepada rakyat Indonesia. Perubahan
Undang/Peraturan Pemerintah pola pertanggungjawaban tersebut

21) Widodo Ekatjahjana dan Totok Sudaryanto. 2001. Sumber Hukum. Jakarta: Citra Aditya Bakti, hlm. 3
Demokrasi Lokal
Mensinergikan
dalam Pemilihan
Nilai-Nilai
KepalaPancasila
Daerah Langsung
Dalam Haluan
Di Indonesia
Negara 17
27

mengakibatkan pula terjadinya sudah diatur dalam UU SPPN


perubahan dalam pengelolaan sudah cukup ideal, karena sistem
pembangunan. Peralihan kekuasaan tersebut mengadopsi pendekatan
Presiden yang dapat berlangsung politik, teknokratik, partisipatif dan
setiap lima tahunan sesuai dengan perpaduan pendekatan top down dan
ketentuan UUD 1945 mengakibatkan bottom up. SPPN merupakan sebuah
masing-masing calon presiden yang sistem perencanaan pembangunan
dalam proses demokratisasi pengisian yang integratif, yang menjanjikan
jabatan kepresidenan memiliki keterpaduan proses pembangunan
program-program pembangunan nasional, pembangunan daerah
sendiri yang harus ditawarkan kepada maupun pembangunan antar daerah,
para pemilih untuk menyakinkan dengan melibatkan multi-stakeholder.
mereka dalam menentukan pilihannya Oleh karena itu, UU SPPN akan
masing-masing.22 Pengelolaan memberikan arah bagi penyelenggara
pembangunan nasional yang telah negara untuk melaksanakan
menjadi wewenang Presiden yang pembangunan nasional dalam
dipilih secara langsung oleh rakyat mewujudkan tujuan negara. Dengan
mengakibatkan tidak diperlukan demikian, tidak ada urgensi untuk
lagi adanya bimbingan MPR melalui memberlakukan kembali GBHN.
GBHN yang menjadi adanya tolok
ukur pembangunan nasional. 23 D. Penutup
Dengan demikian, tidak ada urgensi
untuk memberlakukan kembali Berdasarkan uraian-uraian
GBHN sebagai pedoman penyusunan tersebut di atas dapat disimpulkan
rencana pembangunan nasional. bahwa mensinergikan nilai-nilai
Sejatinya, Pembentukan GBHN ini Pancasila ke dalam haluan negara
dimaksudkan untuk memberikan arah adalah sebagai berikut :
bagi perjalanan bangsa yang sedang 1. Bahwa nilai-nilai Pancasila
menjalani proses pembangunan terimplementasikan ke dalam
dengan tujuan mewujudkan keadaan UUD NRI 1945 baru kemudian
yang diinginkan dalam waktu 5 disinergikan ke dalam haluan
(lima) tahun ke depan. Namun, negara ( sekarang dengan
hilangnya GBHN tidak membuat UUSPPN ).
Indonesia kehilangan pegangan dalam 2. Pro dan kontra kembali
perencanaan pembangunan nasional. menggunakan Garis-Garis
GBHN telah digantikan dengan Besar Haluan Negara menjadi
Sistem Perencanaan Pembangunan perdebatan akademik dan politik
Nasional. Sistem Perencanaan tetapi yang pasti adalah bahwa
Pembangunan Nasional sebagaimana haluan negara sangat dibutuhkan
22) Jimly Asshiddiqie, Op.Cit, hlm. 267
23) Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Naskah Komprehensif Perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Latar Belakang, Proses, dan Hasil Pembahasan 1999-2002, Buku III Lembaga
Permusyawaratan dan Perwakilan Jilid 1, Edisi Revisi, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010, hlm. 326
18
28 Edisi 04
02 / Tahun 2017

hanya tinggal yang tepat apa


yang menjadi payung hukumnya
( apakah tetap dengan UU SPPN
atau lainnya).

Rekomendasi

Penulis berpendapat bahwa


mensinergikan nilai-nilai Pancasila
ke dalam haluan negara berarti
melakukan harmonisasi antara
Pancasila dengan UUD NRI 1945 dan
dimanifestasikan ke dalam Haluan
Negara.
Demokrasi Lokal
Mensinergikan
dalam Pemilihan
Nilai-Nilai
KepalaPancasila
Daerah Langsung
Dalam Haluan
Di Indonesia
Negara 19
29

Daftar Pustaka
Jimly Asshiddiqie. 2005. Implikasi Perubahan UUD 1945 terhadap
Pembangunan Nasional disampaikan dalam Pembukaan Seminar Pengkajian
Hukum Nasional (SPHN) 2005 yang diselenggarakan oleh Komisi Hukum
Nasional (KHN) Republik Indonesia di Jakarta tertanggal 21 November 2005.
Jimly Asshiddiqie, Ideologi, Pancasila, dan Konstitusi, Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia.
Jimly Asshiddiqie, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta:PT.
RajaGrafindo Persada.
Jimly Asshiddiqie. 2011. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia.
Jakarta: Sinar Grafika
Nasution, Mirza, 2004, Negara dan Konstitusi. (diakses melalui internet)
http://www.wikipedia.com
Noor Ms. Bakry. 2001. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Liberty.
R. Herlambang Perdana Wiratraman. 2008. UUD sebagai Sumber Utama
hukum Tata Negara. Surabaya. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Airlangga.
Romli Atmasasmita. 2012. Teori Hukum Integratif. Yogyakarta: Genta
Publishing
Soehino, 2005, Ilmu Negara, Yogyakarta:Liberty.
Widodo Ekatjahjana dan Totok Sudaryanto. 2001. Sumber Hukum. Jakarta:
Citra Aditya Bakti.
30 Edisi 04 / Tahun 2017
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Indonesia 1

REKONSTRUKSI PANCASILA SEBAGAI LANDASAN


SISTEM HUKUM DI INDONESIA 1

Dody Nur Andriyan 2

1) Makalah disampaikan dalam acara Focus Group Discussin (FGD) “Penegasan Pancasila Sebagai Dasar Negara, Ideologi
Bangsa dan Negara Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” Dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto bekerjasama dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Kamis 04 Mei 2017, di Hotel
Aston Purwokerto.
2) Dosen Hukum Tata Negara IAIN Purwokerto

31
2
32 Edisi 04
02 / Tahun 2017

A. PENDAHULUAN sangat mendalam terkait Pancasila


sebagai landasan hukum Indonesia
Membaca tema dari acara sangat diperlukan untuk memperoleh
Focus Grup Discussion (FGD) yaitu kesamaan pandangan, kesamaan
Penegasan Pancasila Sebagai Dasar ide dan kesamaan paradigma.
Negara, Ideologi Bangsa Dan Negara Oleh karenanya, makalah ini akan
Dalam Undang-Undang Dasar membahas mengenai rekonstruksi
Negara Republik Indonesia Tahun pancasila sebagai landasan sistem
1945, penulis menjadi bersemangat hukum di Indonesia.
untuk mengikuti dan membuat paper
(makalah). Sebab masalah Pancasila ini B. RUMUSAN MASALAH
memang menurut penulis akhir-akhir
ini menjadi urgent dan menimbulkan Berdasarkan latar belakang
keprihatinan. sebagaimana diuraikan diatas, maka
Keprihatinan dan kegalauan kemudian rumusan masalah dalam
tersebut bukan tanpa sebab dan alasan, makalah ini adalah sebagai berikut:
melainkan muncul dari fakta dan bukti Bagaimanakah upaya
yang ada. Bahwa selama 19 tahun rekonstruksi Pancasila sebagai
bangsa dan negara kita melaksanakan landasan sistem hukum di
reformasi, yang salah satu agendanya Indonesia?
adalah perbaikan hukum, nyatanya
hukum kita, baik dalam hal perumusan C. PEMBAHASAN
maupun penegakan masih belumlah
cukup baik, terutama dari segi 1. Indonesia Sebagai Negara
keadilan hukum. Mahfud MD bahkan Hukum
mengatakan bahwa kegaulauan
terbesar bangsa dan negara Indonesia Di dalam Pembukaan UUD 1945,
dalam berhukum adalah hilangnya konsep negara hukum tercantum
dan lepasnya hukum dari sukma dalam salah satu kalimat pada alinea
dari ruh utamanya dari moralitas empat yang menyatakan, “ ... maka
kuncinya yaitu keadilan.3 Dengan disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
kata lain, kehidupan kita berbangsa Indonesia itu dalam suatu Undang-
dan bernegara masih jauh dari cita-cita Undang Dasar Negara Indonesia, ... “.
Pancasila. Kalimat tersebut menunjukkan
Apabila kemudian kita lakukan bahwa negara Indonesia merdeka
kontemplasi dan penelitian lebih lanjut, akan dijalankan berdasarkan hukum,
sejatinya kita akan menemukan bahwa dalam hal inilah UUD diletakkan pada
memang akses hukum dan keadilan posisi sebagai aturan hukum tertinggi.
berkaitan erat dengan sistem hukum Konsep negara hukum tersebut
dan landasan hukum. Pandangan yang simetris dan sebangun dengan kalimat:

3) Ceramah Kunci Machfud MD dalam acara Konferensi dan Dialog Nasional Negara Hukum, Jakarta, 9-10 Oktober 2012.
Demokrasi
Rekonstruksi
Lokal Pancasila
dalam Pemilihan
SebagaiKepala
Landasan
Daerah
Sistem
Langsung
HukumDidi Indonesia 333

“ …melindungi segenap bangsa yang berbeda. Pendapat Stahl yang


Indonesia dan seluruh tumpah dikutip oleh Miriam Budiardjo dalam
darah Indonesia dan untuk bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik
memajukan kesejahteraan umum, menyebutkan 4 unsur rechsstaat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, arti klasik yaitu :
dan ikut melaksanakan ketertiban a) hak-hak manusia;
dunia yang berdasarkan b) pemisahan atau pembagian
kemerdekaan, perdamaian abadi, kekuasaan untuk menjamin hak-
dan keadilan, sosial…” hak itu (di negara-negara Eropa
Kontinental biasanya disebut
Kalimat diatas sering kita dengan trias politica);
identifikasikan sebagai tujuan negara c) pemerintah berdasarkan
dan bangsa Indonesia. peraturan-peraturan (wetmatigheid
Mengenai asal dari istilah negara van bestuur);
hukum sebenarnya adalah merupakan d) peradilan administrasi dalam
terjemahan dari dua kata yang berasal perselisihan. 4
dari dua tradisi hukum yang berbeda,
yaitu rechtsstaat dan the rule of law. International Commisison of Jurists
Istilah rechtsstaat pada umumnya yang merupakan suatu organisasi
dipakai di negara-negara Eropa ahli hukum international, dalam
Kontinental yang berdasar pada sistem konferensinya di Bangkok pada tahun
civil law. Di sisi lain the rule of law 1965, mengadakan peninjauan kembali
muncul dari negara-negara Anglo Saxon terhadap perumusan negara hukum
yang bertumpu pada sistem common yang berkembang sebelumnya,
law. Kedua sistem tersebut memiliki terutama konsep rule of law.5 Konteks
perbedaan titik berat pengoperasian. ini merumuskan tentang pengertian
Civil law menitikberatkan dan syarat bagi suatu negara hukum/
pada administrasi sedangkan pemerintah yang demokratis di bawah
common law menitikberatkan rule of law sebagai berikut
pada aktivitas yudisial. Konsep a) adanya proteksi konstitusional
rechtsstaat mengutamakan prinsip b) pengadilan yang bebas dan tidak
wetmatigheid yang kemudian memihak
menjadi rechtmatigheid sedangkan the c) pemilihan umum yang bebas
rule of law mengutamakan equality d) kebebasan untuk menyatakan
before the law yang memberi kebebasan pendapat
kepada hakim untuk menciptakan e) kebebasan untuk berserikat/
hukum demi keadilan. Perbedaan- berorganisasi dan beroposisi
perbedaan tersebut menyebabkan f) pendidikan kewarganegaraan.6
kedua konsep itu memiliki ciri

4) Ibid, hal 57-58


5) Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi), Gramedia Pustaka, Jakarta, hal 60
6) Loc.Cit.,
4
34 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Sri Soemantri lebih mempertegas dilihat dalam pernyataannya bahwa


lagi mengenai unsur-unsur yang Republik Indonesia ialah negara
terpenting dalam negara hukum yang hukum (rechtsstaat, government of law).9
dirinci menjadi 4 (empat) unsur, yaitu: Sudargau Gautama dan Ismail Sunny
a) Pemerintahan dalam juga mengguanakan istilah the rule of
melaksanakan tugas dan law sebagai terjemahan dari negara
kewajibannya harus berdasarkan hukum.10
hukum atau peraturan perundang- Perbedaan penggunaan istilah
undangan negara hukum sebagai terjemahan
b) Adanya jaminan terhadap hak-hak dari rechtsstaan maupun the rule of
asasi manusia (warga negara) law juga berpengaruh terhadap para
c) Adanya pembagian kekuasaan ahli dan pemerhati masalah-masalah
dalam negara hukum dari negara-negara barat.
d) Adanya pengawasan dari badan- Crince Le Roy memakai istilah negara
badan peradilan (rechterlijke hukum sama dengan the rule of law. 11
controle) 7 Sedangkan ahli lainnya berpendapat
bahwa antar istilah rechtsstaat dengan
Munculnya dua istilah yakni the rule of law adalah sama. 12
rechtsstaat dan the rule of law, telah Munculnya perbedaan antara
banyak mempengaruhi pendapat istilah rechtsstaat dan the rule of law
para sarjana di Indonesia. Sunaryati dilatarbelakangi oleh sistem hukum
Hartono lebih suka menggunakan yang berbeda. Paham rechtsstaat lahir
istilah “negara hukum” sama dengan sebagai akibat menentang absolutisme,
the rule of law. Hal tersebut dapat karena itu sifatnya revolusioner
disimpulkan dengan statemennya dan bertumpu pada sistem hukum
yang menyatakan bahwa agar tercipta kontinental yang disebut civil law.
suatu negara hukum yang membawa Sedangkan istilah the rule of law
keadilan bagi seluruh rakyat, maka perkembangannya terjadi secara
penegakan the rule of law itu harus evolusioner, dan bertumpu pada
dalam arti materiil.8 Kemudian salah sistem hukum common law. 13 Namun
satu the founding father negara Kesatuan demikian dalam perkembangnnya
RI Mohammad Yamin memakai kata perbedaan latar belakang itu sekarang
negara hukum sama dengan rechtsstaat tidak diperdebatkan lagi, oleh karena
dan the rule of law. Hal tersebut dapat tujuannya menuju pada sasaran yang

7) Ibid, hal 6
8) Sunaryati Hartono, 1976, Apakah the Rule of Law, Alumni, Bandung, hlm. 35
9) Mohammad Yamin, 1982, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 72
10) Sudargo Gautama, 1973, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni, Bandung., hlm. 3, dan Ismail Sunny, 1982, Mencari
Keadilan, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 123
11) R. Crience Le Roy, 1976, De Vierde Macht, Alih Bahasa oleh Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Unair,
Surabaya, hlm 17
12) Mauro Capelletti1971,, Judicial Review in the Contemporary World, New York, The Balbs Merril Company Inc., hlm. 42
13) Dody Nur Andriyan, 2016, Hukum Tata Negara dan Sistem Politik: Kombinasi Presidensial dengan Multipartai di
Indonesia, Deepublish, Jogjakarta, hal. 37
Demokrasi
Rekonstruksi
Lokal Pancasila
dalam Pemilihan
SebagaiKepala
Landasan
Daerah
Sistem
Langsung
HukumDidi Indonesia 355

sama, yaitu sama-sama bertujuan Meskipun sebenarnya tak


untuk perlindungan terhadap hak-hak hanya rechtsstaats dan the rule of
asasi manusia. 14 law saja, negara hukum Indonesia
Penjelasan UUD 1945 (sebelum juga dipengaruhi oleh sistem
UUD 1945 diamandemen) menyebut hukum lainnya, seperti misalnya
secara eksplisit istilah rechtsstaats menerima nilai spiritual dari hukum
yang seolah-olah menunjukkan agama dan hukum adat, yang
Indonesia menganut konsep negara kesemuanya menyatu (integratif) dan
hukum rechtsstaats. Kemudian setelah implementasinya disesuaikan dengan
Amandemen UUD 1945 pada Pasal 1 tuntutan perkembangan zaman.
Ayat (3) UUD 1945 disebutkan bahwa
“Negara Indonesia adalah negara 2. Keadilan dan Kepastian Hukum
hukum”, sehingga konsepsi negara Dalam Sistem Hukum Indonesia
hukum yang dahulu dikonsepsikan yang berlandaskan Pancasila
sebagai rechtsstaats kemudian setelah
Amandemen I-IV UUD 1945 menjadi Benang merah dari Pancasila
negara hukum saja, tanpa ada embel- sebagai landasan sistem hukum
embel rechtsstaats. Indonesia, kaitannya dengan
Setelah Amandemen I-IV UUD rechtsstaats dan the rule of law sudah
1945 tersebut maka Negara Hukum berhasil dikupas. Bahwa ternyata ada
Indonesia dikonsepkan secara tegas dua sisi inti dari hukum yaitu keadilan
sebagai negara hukum yang prismatis, dan kepastian yang melingkupinya.
yakni yang menggabungkan segi- Kegalauan tentang keadilan dan
segi positif antara rechtstaats dengan kepastian hukum sebagaimana di
kepastian hukumnya dan the rule of ungkap dalam latar belakang makalah
law dengan rasa keadilannya secara ini kemudian menemukan titik
integratif, bukan hanya rechtstaats dan temunya dalam bingkai Pancasila.
bukan pula hanya the rule of law. Pasal Menurut Aristoteles, keadilan
1 Ayat (3) UUD 1945 hasil perubahan hanya ada dua yaitu keadilan
menyebutkan bahwa Indonesia distributif dan keadilan komutatif.
adalah “negara hukum” saja tanpa Keadilan distributif adalah keadilan
ada tambahan lain, tanpa ada kata yang memberikan kepada setiap orang
rechtsstaat yang diletakkan di dalam sesuai dengan jatah menurut jasanya.
kurung. Hal itu harus diartikan bahwa Penekanannya adalah kesebandingan
negara hukum Indonesia menerima antara apa yang dikerjakan dengan
asas kepastian hukum, yang titik hasil yang didapatkan. Sedangkan
beratnya pada rechtsstaats, sekaligus keadilan komulatif adalah keadilan
menerima asas rasa keadilan, yang yang memberikan jatah tiap orang
titik beratnya pada the rule of law. sama banyak tanpa mengingat jasa

14) Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Sebuah Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya,
Penerapannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara,
Bina Ilmu, Surabaya, hlm. 72
6
36 Edisi 04
02 / Tahun 2017

yang pernah dilakukan oleh orang rumusan adil bagi Rawls menjadi:
tersebut. 15 (1) setiap orang harus memiliki hak
John Rawls juga mempunyai yang sama atas kebebasan dasar
konsep tentang keadilan yaitu yang paling luas, seluas kebebasan
keadilan adalah fairness, justice is yang sama bagi semua orang;
fairness. Rawls menyatakan bahwa, I (2) ketidaksamaan sosial dan ekonomi
consider justice only as a vitue of social harus diatur sedemikian rupa
institutions, or what I shall call practice. sehingga diharapkan memberi
Rawls menjelaskan lebih lanjut bahwa keuntungan bagi setiap orang dan
adanya person moral (diilhami dari semua posisi dan jabatan terbuka
Immanuel Kant), dimana ada dua jenis bagi semua orang 17
kemampuan person moral yaitu :16
(a) kemampuan untuk mengerti Ada perbedaan antara keadilan
dan bertindak berdasarkan Aristoteles dengan John Rawls.
rasa keadilan dan dengan itu Menurut Aristoteles hukum terwujud
juga didorong untuk terus dalam pertimbangan moral sesuai
mengusahakan suatu kerja sama dengan hak dan kewajibannya,
sosial; sedangkan Rawls menekankan
(b) kemampuan untuk membentuk, kerjasama sosial yang terbentuk
merevisi, dan secara rasional sedemikian rupa sehingga mampu
mengusahakan terwujudnya menghasilkan keadilan yang lebih
konsep yang baik, mendorong bersifat utilitarianisme (membawa
semua orang untuk mengusahakan kemanfaatan). Dengan kata lain,
terpenuhinya nilai-nilai manfaat- keadilan diasaskan pada manfaat yang
manfaat primer bagi dirinya. dihasilkan dari adanya sebuah hukum.
Karenanya konsep keadilan yang
John Rawls menjabarkan lebih diinginkan dari hukum/peraturan
lanjut tentang prinsip yang harus tentunya harus memperhatikan asas
ada pada keadilan yaitu: Pertama, distributif, kesesuaian hukum dengan
kebebasan ditempatkan sejajar dengan tindakan yang dilakukan, dan juga asas
nilai-nilai lainnya, dan dengan itu utilitarian yang mengedepankan asas
juga konsep umum keadilan ini tidak kemanfaatan terutama kemanfaatan
memberi tempat istimewa terhadap secara sosial. Lebih lanjut maka hal
kebebasan. Kedua, keadilan tidak tersebut akan membawa akibat bahwa
selalu berarti semua orang harus keadilan akan juga terbawa dalam
selalu mendapatkan sesuatu dalam konsep hukuman yang diberikan.
jumlah yang sama. Tidak ada hukum atau peraturan
Implikasi yang ditimbulkan pada yang tidak memiliki hukuman atau
kedua prinsip tersebut membuat sanksi hukum. Sebab hukuman atau

15) Dudu Duswara Machmudin, 2000. Pengantar Ilmu Hukum (Sebuah Sketsa). Bandung: Refika, hal 24
16) Andre Ata Ujan. 2001. Keadilan dan Demokrasi (Telaah Filsafat Politik John Rawls). Yogyakarta: Kanisius. hal 37
17) Ibid
Demokrasi
Rekonstruksi
Lokal Pancasila
dalam Pemilihan
SebagaiKepala
Landasan
Daerah
Sistem
Langsung
HukumDidi Indonesia 377

sanksi adalah bagian tak terpisahkan 3. Pancasila sebagai sumber hukum


dari hukum atau peraturan itu sendiri. dan landasan hukum Indonesia
Hukum memang mengandung
sanksi yang memaksa bagi setiap Notonagoro adalah yang
pelanggarnya. Satjipto Rahardjo pertama kali menempatkan Pancasila
menuliskan bahwa hukum adalah sebagai staatsfundamentalnorm.19
untuk manusia, dengan konsekuensi Pancasila dilihat sebagai cita hukum
jika setiap kali ada masalah dan (rechtsidee) merupakan bintang
dengan hukum. Hukumlah yang pemandu. Posisi ini mengharuskan
ditinjau dan diperbaiki serta bukan pembentukan hukum positif adalah
manusia yang dipaksa-paksa untuk untuk mencapai ide-ide dalam
dimasukkan ke dalam skema hukum.18 Pancasila, serta dapat digunakan
Jika kita renungkan memang benar untuk menguji hukum positif.
bahwa seharusnya hukum bertujuan Dengan ditetapkannya Pancasila
untuk membuat kehidupan manusia sebagai staatsfundamentalnorm maka
mencapai kebahagiaan seperti apa pembentukan hukum, penerapan, dan
yang dikatakan Aquinas. Disisi yang pelaksanannya tidak dapat dilepaskan
lain kepastian hukum juga harus dari nilai-nilai Pancasila.
terwujud dalam aturan perundang- Permasalahannya adalah
undangan sebagaimana Austin yang dengan menempatkan Pancasila
sangat menginginkan kodifikasi sebagai staatsfundamentalnorm berarti
hukum yang lengkap dan yang tidak menempatkannya di atas Undang-
kalah penting adalah asas kemanfaatan undang Dasar 1945. Oleh karenanya,
baik secara sosial maupun individual Pancasila tidak termasuk dalam
sebagaiana Rawls yang menekankan pengertian konstitusi, karena berada di
pada aspek utilitarian. atas konstitusi. Pembahasan ini dapat
Dari paparan diatas, dapat dilakukan dengan menelusuri kembali
ditarik benang merah bahwa sistem konsep norma dasar dan konstitusi
hukum Indonesia yang berlandaskan menurut Kelsen dan pengembangan
Pancasila harus menempatkan yang dibuat Hans Nawiasky, serta
keadilan, kepastian dan kemanfaatan melihat hubungan antara Pancasila dan
dalam posisi yang mendekati titik UUD 1945. Sampai saat ini memang
keseimbangan. Dengan tetap melihat masih terjadi polemik di kalangan ahli
kontekstualisasi kasus yang terjadi. hukum mengenai apakah Pancasila,
Dalam ungkapan sederhana, dikenal atau Pembukaan UUD 1945, atau
dengan hukum progresif. Proklamasi Kemerdekaan, sebenarnya
yang dapat disebut sebagai sumber
dari segala sumber hukum.

18) Satjipto Rahardjo, 2009, Hukum Progresif. Yogyakarta, Genta Publishing hal. 5
19) Jimly Assihiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Tata Negara, Sekretariat Jenderal dan Kesekretariatan Mahkamah Konstitusi RI,
Jakarta, hal 43
8
38 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Jika kita telusuri ke sejarah konstitusional dan secara objektif


Pancasila, hal ini mencuat ketika Muh. ilmiah. Secara yuridis konstitusional,
Yamin pada tahun 1959 menggunakan Pancasila sebagai dasar negara yang
istilah sumber dari segala sumber dipergunakan sebagai dasar mengatur
hukum tidak untuk Pancasila menyelenggarakan pemerintahan
seperti yang lazim digunakan saat negara. Secara objektif ilmiah karena
ini, melainkan untuk Proklamasi Pancasila adalah suatu paham filsafat,
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang suatu philosophical way of thinking
disebutnya dengan ”maha-sumber system, sehingga uraiannya harus
dari segala sumber hukum,”the logis dan dapat diterima akal sehat. 21
source of the source”. 20 Tujuan utama
dirumuskannya Pancasila adalah 4. Pancasila Sebagai Cita Hukum
sebagai dasar negara republik Negara Bangsa Indonesia
Indonesia. Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Hamid S. Attamimi dalam
Pembentukan Peraturan Perundang- karangannya yang berjudul ”Pancasila
undangan yang menyatakan bahwa Cita Hukum dalam Kehidupan
”Pancasila merupakan sumber dari Hukum Bangsa Indonesia” membahas
segala sumber hukum negara”, Pancasila dari sudut filsafat hukum.
dengan tegas menyebutkan Pancasila Hamid lebih setuju menggunakan
sebagai sumber dari segala sumber istilah cita hukum (rechtsidee)
hukum sebagai berikut: ”Penempatan daripada istilah ideologi, karena
Pancasila sebagai sumber dari segala menurutnya istilah cita hukum
sumber hukum negara adalah sesuai (rechtsidee) lebih tepat. Dijelaskannya
dengan Pembukaan UUD 1945 yang bahwa ideology mempunyai konotasi
menempatkan Pancasila sebagai dasar kearah program sosial politik yang
ideologi negara serta sekaligus dasar cenderung menempatkan lain-lainnya
filosofis bangsa dan negara, sehingga termasuk hukum, sebagai alatnya
setiap materi muatan peraturan dan oleh karena itu berada dalam
perundang-undangan tidak boleh subordinasinya. Cita hukum itu tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang lain adalah Pancasila sebagai pokok-
terkandung dalam Pancasila”. pokok pikiran yang mewujudkan cita
Dardji Darmodihadjo hukum bangsa Indonesia. 23
menuliskan, bahwa Pancasila yang Pancasila yang merupakan
sah dan benar adalah yang dapat grundnorm atau sebagai sumber
dipertanggungjawabkan secara yuridis dari segala sumber hukum negara

20) Deny Indrayana, 2007, Penerapan Konsepsi Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum dalam Penyusunan
Perundang-undangan (Studi Kasus UU No.11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Nangroe Aceh Darussalam), FH UGM
21) H.A.S. Natabaya, 2006 Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi, Jakarta, hal 32
22) H.A.S. Natabaya, 2006 Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, Jakarta, hal 32
23) Maruarar Siahaan, 2008, Undang-undang Dasar 1945 Konstitusi yang Hidup, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konsitusi, Jakarta, hal 592
Demokrasi
Rekonstruksi
Lokal Pancasila
dalam Pemilihan
SebagaiKepala
Landasan
Daerah
Sistem
Langsung
HukumDidi Indonesia 399

dalam sistem hukum Indonesia tata hukum terdapat suatu norma


yang memberikan arah dan jiwa yang tertinggi (der oberste Norm),
serta menjadi paradigma norma- yang kedudukannya lebih tinggi dari
norma dalam pasal-pasal UUD 1945. konstitusi atau undang-undang dasar
Interpretasi norma hukum dalam UUD (die verfassung). Berdasarkan norma
1945 sebagai hukum tertinggi akan tertinggi inilah konstitusi atau undang-
didasarkan pada jiwa bangsa dalam undang dasar suatu negara dibentuk.
Pancasila yang berfungsi sebagai Sebenarnya Nawiasky dengan
cita hukum yang akan menjadi dasar mengikuti ajaran gurunya Hans Kelsen
dan sumber pandangan hidup atau yang mengatakan bahwa norma yang
falsafah hidup bangsa yang menjadi tertinggi dalam kesatuan tata hukum
pedoman dalam pembentukan negara dinamakan grundnorm. Akan
undang-undang dan peraturan lain tetapi kedua pendapat di atas terdapat
yang lebih rendah. Cita hukum dan perbedaan, grundnorm sebagaimana
falsafah hidup serta moralitas bangsa dikemukakan Hans Kelsen yang
yang menjadi sumber segala sumber merupakan norma tertinggi pada
hukum negara akan menjadi patokan dasarnya tidak berubah. Tetapi Hans
dan tonggak untuk menilai kebijakan Nawiasky melihat bahwa norma
hukum (legal Policy) atau dapat tertinggi dalam suatu negara selalu
dipergunakan sebagai paradigma mempunyai kemungkinan mengalami
yang menjadi landasan pembuatan perubahan, baik oleh peristiwa-
kebijakan (policy making) dibidang peristiwa seperti pemberontakan, coup
hukum dan perundang-undangan d’etat, putsch, atau anschluss.
maupun bidang sosial, ekonomi, dan Sebagai filsafat hidup, nilai
politik. 24 Pancasila merupakan landasan
Pidato Notonagoro dalam idiil kebangsaan dan kenegaraan.
Dies Natalis Universitas Airlangga Pemikiran mendasar tentang
pada tanggal 10 November 1955 jatidiri bangsa, peranannya dalam
mengemukakan bahwa Pancasila memberikan identitas sistem
adalah norma fundamental negara kenegaraan dan sistem hukum,
(staatsfundamentalnorm), atau menurut dikemukakan juga oleh Carl von
istilah digunakannya pokok kaidah Savigny (1779-1861) dengan teorinya
fundamentil negara. Asal muasal volkgeist yang dapat disamakan
istilah staatsfundamentalnorm pertama dengan jiwa bangsa dan atau jatidiri
kali diperkenalkan oleh Hans nasional. Demikian pula di Perancis
Nawiasky dalam bukunya Allgemeine dengan teori “raison d’ etat” (reason
Rechtslehre als System der rechtlichen of state) yang menentukan eksistensi
Grundbegriffe yang diterbitkan tahun suatu bangsa dan negara (the rise of
1940. Menurut Nawiasky, dalam suatu souvereign, independent, and national
negara yang merupakan kesatuan state).

24) Notonagoro, 1991, Pidato Dies Natalis Universitas Airlangga pada tanggal 10 November 1955, dalam Pancasila sebagai
Ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, BP-7 Pusat
10
40 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Oleh sebab itu, penulis Indonesia yang berlandaskan


berpendapat bahwa UUD Negara Pancasila adalah sistem hukum
Republik Indonesia Tahun 1945 tidak yang prismatik: yakni yang
tepat dikatakan sebagai peraturan menggabungkan segi-segi positif
perundang-undangan disebabkan oleh antara rechtstaats dengan kepastian
alasan bahwa UUD Negara Republik hukumnya dan the rule of law
Indonesia Tahun 1945 terdiri atas dua dengan rasa keadilannya secara
kelompok norma hukum yaitu: integratif
2. Sistem hukum Indonesia
a. Pembukaan UUD Negara Republik yang berlandaskan Pancasila
Indonesia Tahun 1945 yang harus menempatkan keadilan,
merupakan staatsfundamentalnorm kepastian dan kemanfaatan
atau norma fundamental negara dalam posisi yang mendekati
yang merupakan norma hukum titik keseimbangan. Dengan tetap
yang tertinggi bersifat ”pre- melihat kontekstualisasi kasus
sup-posed” dan merupakan yang terjadi. Dalam ungkapan
landasan dasar bagi pengaturan sederhana, dikenal dengan hukum
negara lebih lanjut. Sifat norma progresif.
hukumnya masih secara garis 3. Meskipun terdapat perbedaan
besar dan merupakan norma istilah staatsfundamentalnorm,
hukum tunggal, dalam arti belum grundnorm, cita negara hukum
dilekati oleh norma hukum yang (rechtsidee). Semua sepakat
berisi sanksi; bahwa Pancasila adalah dasar
b. Pasal-pasal UUD Negara Republik fundamental Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 merupakan Indonesia yang menjadi sumber
staatsgrundgesetz atau aturan dasar segala sumber hukum negara
negara/aturan pokok negara akan menjadi patokan dan
yang merupakan garis-garis besar tonggak dalam menilai kebijakan
atau pokok-pokok kebijaksanaan hukum (legal Policy) atau dapat
negara untuk menggariskan tata dipergunakan sebagai paradigma
cara pembentukan peraturan yang menjadi landasan pembuatan
perundang-undangan yang kebijakan (policy making) dibidang
mengikat umum; hukum dan perundang-undangan
maupun bidang sosial, ekonomi,
D. PENUTUP dan politik
4. UUD Negara Republik Indonesia
Sebagai akhir dari tulisan makalah Tahun 1945 tidak tepat dikatakan
ini, maka dapat di sampaikan hal-hal sebagai peraturan perundang-
berikut: undangan disebabkan oleh alasan
1. Bahwa sistem hukum bahwa UUD Negara Republik

11) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah Amandemen.
Demokrasi
Rekonstruksi
Lokal Pancasila
dalam Pemilihan
SebagaiKepala
Landasan
Daerah
Sistem
Langsung
HukumDidi Indonesia 11
41

Indonesia Tahun 1945 terdiri atas b. Pasal-pasal UUD Negara


dua kelompok norma hukum Republik Indonesia
yaitu: Tahun 1945 merupakan
staatsgrundgesetz atau aturan
a. Pembukaan UUD Negara dasar negara/aturan pokok
Republik Indonesia Tahun negara yang merupakan
1945 yang merupakan garis-garis besar atau pokok-
staatsfundamentalnorm atau pokok kebijaksanaan negara
norma fundamental negara untuk menggariskan tata
yang merupakan norma cara pembentukan peraturan
hukum yang tertinggi perundang-undangan yang
bersifat ”pre-sup-posed” dan mengikat umum;
merupakan landasan dasar
bagi pengaturan negara lebih
lanjut. Sifat norma hukumnya
masih secara garis besar dan
merupakan norma hukum
tunggal, dalam arti belum
dilekati oleh norma hukum
yang berisi sanksi;
12
42 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Daftar Pustaka
Andriyan, Dody Nur, 2016, Hukum Tata Negara dan Sistem Politik: Kombinasi
Presidensial dengan Multipartai di Indonesia, Deepublish, Jogjakarta,
Attamimi, A. Hamid S. 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia
dalam Menyelenggarakan Pemerinahan Negara (Studi Analisis Mengenai Keputusan
Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I-VII), Disertasi
Doktor, Universitas Indonesia, Jakarta,
Assihiddiqie, Jimly, 2006 Pengantar Ilmu Tata Negara, Sekretariat Jenderal dan
Kesekretariatan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta,
Budiarjo, Miriam, 2006, Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi), Gramedia
Pustaka, Jakarta
Capelletti, Mauro, 1971, Judicial Review in the Contemporary World, New York,
The Balbs Merril Company Inc
Gautama, Sudargo, 1973, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni, Bandung
Hadjon, Philipus M, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Sebuah
Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya, Penerapannya Oleh Pengadilan Dalam Lingkungan
Peradilan Umum Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Bina
Ilmu, Surabaya
Hartono, Sunaryati, 1976, Apakah the Rule of Law, Alumni, Bandung
Indrayana, Deny Penerapan Konsepsi Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber
Hukum dalam Penyusunan Perundang-undangan (Studi Kasus UU No.11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Nangroe Aceh Darussalam), FH UGM, 2007.
Le Roy, R. Crience 1976, De Vierde Macht, Alih Bahasa oleh Departemen
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Unair, Surabaya
Machmudin, Dudu Duswara, 2000. Pengantar Ilmu Hukum (Sebuah Sketsa).
Bandung: Refika
MD, Machfud Ceramah Kunci dalam acara Konferensi dan Dialog Nasional
Negara Hukum, Jakarta, 9-10 Oktober 2012.
Natabaya, H.A.S., Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2006Sunny, Ismail 1982,
Mencari Keadilan, Ghalia Indonesia, Jakarta
Notonagoro, pidato Dies Natalis Universitas Airlangga pada tanggal 10
November 1955, dalam Pancasila sebagai Ideologi dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, BP-7 Pusat, 1991.
Demokrasi
Rekonstruksi
Lokal Pancasila
dalam Pemilihan
SebagaiKepala
Landasan
Daerah
Sistem
Langsung
HukumDidi Indonesia 13
43

Rahardjo, Satjipto. 2009. Hukum Progresif. Yogyakarta: Genta Publishing


Siahaan, Maruarar. Undang-undang Dasar 1945 Konstitusi yang Hidup,
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konsitusi, Jakarta, 2008
Ujan, Andre Ata. 2001. Keadilan dan Demokrasi (Telaah Filsafat Politik John
Rawls). Yogyakarta: Kanisius
Yamin, Mohammad, 1982, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta
44 Edisi 04 / Tahun 2017
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Indonesia 1

LANGKAH STRATEGIS MEMBUMIKAN PANCASILA


DALAM PENEGAKKAN HUKUM DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA
PENEGASAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Siti Kunarti

45
2
46 Edisi 04
02 / Tahun 2017

A. PENDAHULUAN arah ang lebih baik, dengan tujuan


memperbaiki aspek ketahanan
Pancasila dijadikan ideologi nasional, dan bidang penegakan
dikarenakan, Pancasila memiliki hukum di Indonesia. Akan tetapi,
nilai-nilai falsafah mendasar dan persoalannya secara filosofis, nilai-
rasional demikian juga Pancasila nilai filsafat Pancasila yang sudah
telah teruji kokoh dan kuat sebagai begitu baik dan nilai luhur dengan
dasar dalam mengatur kehidupan adanya prinsip keadilan sosial,
bernegara. Pancasila juga merupakan kemanusiaan yang adil dan beradab
wujud dari konsensus nasional karena belum mampu menyentuh kesadaran
negara bangsa Indonesia ini adalah berpikir para penegak hukum seperti
sebuah desain negara modern yang hakim dan, pengacara, jaksa Agung.
disepakati oleh para pendiri negara Tidaknya adanya kesadaran akan
Republik Indonesia yang kemudian penghayatan makna filosofis dari
nilai kandungan Pancasila dilestarikan nilai-nilai Pancasila bagi para penegak
dari generasi ke generasi. Pancasila hukum ini akhirnya menciptakan
pertama kali dikumandangkan oleh kelumpuhan dalam bidang hukum.
Soekarno pada saat berlangsungnya Penegak hukum di Indonesia sangat
sidang Badan Penyelidik Usaha lemah dan mereka mudah di suap
Persiapan Kemerdekaan Republik dan ironisnya penegak hukum tidak
Indonesia (BPUPKI). Pada pidato takut atas aturan hukum yang ada.
tersebut, Soekarno menekankan Mudahnya aparat penegak hukum
pentingnya sebuah dasar negara. Istilah disuap disebabkan tidak mampu
dasar negara ini kemudian disamakan mengimplementasikan nilai-nilai
dengan fundamen, filsafat, pemikiran filosofis dari Pancasila. Oleh karena
yang mendalam, serta jiwa dan hasrat itu, tulisan paper ini akan berusaha
yang mendalam, serta perjuangan mengimplementasikan makna filosofis
suatu bangsa senantiasa memiliki dari nilai-nilai yang terkandung dalam
karakter sendiri yang berasal dari Pancasila secara praksis terhadap
kepribadian bangsa. paradigma penegakan hukum di
Pancasila secara formal yudiris Indonesia .
terdapat dalam alinea IV pembukaan Penegakan hukum yang saat ini
UUD 1945. Di samping pengertian terjadi Indonesia sangat carut marut,
formal menurut hukum atau karena para penegak hukum, hanya
formal yudiris maka Pancasila menekankan pada aspek material
juga mempunyai bentuk dan juga dalam artian honor berapa yang akan
mempunyai isi dan arti. diterima ketika membela klainnya
Pancasila sebagai sebuah dasar yang salah tersebut dan bahkan pihak
ideologi negara dan pandangan hidup Pengadilan Tinggi atau Jaksa serta
(way of life) sudah seharusnya bisa hakim mudah sekali disuap. Mereka
dijadikan paradigma bersama dalam tidak melihat segala sesuatu sesuai
membangun bangsa Indonesia ke dengan kaidah yang hukum yang
Langkah Strategis Membumikan Pancasila Dalam Penegakkan Hukum
Demokrasi Lokal
Di Indonesia dalamUpaya
Sebagai Pemilihan KepalaPancasila
Penegasan Daerah Langsung Di Indonesia
Sebagai Dasar Negara 473
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
berlaku, kualitas penegakan hukum di nasional, maka hukum nasional akan
Indonesia masih sangat rendah. Oleh mati. Kalaupun hukum nasional ada,
karena itu, rendahnya penegakan ia sekedar merupakan zoombi (mayat
hukum di Indonesia disebabkan hidup) yang menakutkan, merusak,
paradigma yang salah kaprah dan dan mengganggu kenyamanan
tidak merenungkan akan esensi hidup dan kehidupan manusia. 1
filosofis dari Pancasila. Karena hukum yang ada di Indonesia
Pancasila sebagai sistem nilai memerlukan nilai-nilai luhur
telah mengakar dalam kehidupan Pancasila. Sebab apa, hukum positif
bangsa Indonesia. Di dalam nilai-nilai itu landasan epistemologinya dari
Pancasila itu telah tertanam dalam nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai
tradisi, sikap, perilaku, adat-istiadat ideologi negara Indonesia, sudah
dan budaya bangsa. Pancasila sebagai seharusnya dijadikan langkah awal
pandangan hidup (Weltanschauung) dan refleksi kritis sebagai upaya dalam
juga mengandung nilai kerohanian memecahkan persoalan kebangsaan.
yang di dalamnya terkandung nilai- Saat ini seolah-olah nilai-nilai Pancasila
nilai lain secara lengkap dan harmonis, yang menjadi dasar negara Indonesia
baik dari segi nilai materiil, nilai vital, tidak mampu diimplementasikan
nilai kebenaran/kenyataan, nilai oleh elite politik, pejabat negara dan
aesthetis, nilai ethis/moral maupun anggota DPR, DPRD dan masyarakat,
nilai religius. Hal itu dapat terlihat sehingga tak salah kiranya jika banyak
pada susunan sila-sila Pancasila yang terjadi kehancuran peradaban bangsa
sistematis-hierarkis, yang dimulai Indonesia.
dari sila pertama “Ketuhanan Yang Menguatnya praktek korupsi di
Maha Esa” sampai dengan sila ke lima Indonesia itu disebabkan para penegak
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat hukum, polisi, hakim dan Jaksa Agung,
Indonesia”. Filsafat Pancasila lahir itu tidak mampu mengamalkan nilai-
sebagai pandangan hidup dan metode nilai pancasila. Bahkan mereka sangat
refleksi sudah seharusnya diwujudkan apatis, dan tidak peduli dengan apa itu
oleh aparat penegak hukum. Di dalam Pancasila. Pancasila hanya dijadikan
sila-sila dalam Pancasila sebenarnya sebagai sebuah identitas saja. Tapi,
semua tercakup unsur dari prinsip- tidak pernah diejawantahkan di dalam
prinsip hukum positif. kehidupan berbangsa dan bernegara,
Pancasila adalah roh/jiwa hukum apalagi dalam proses penegakan
nasional. Pancasila sebagai sistem hukum. Padahal, sebagaimana yang
nilai, keberadaannya abstrak, tak kita ketahui secara bersama. Pancasila
terlihat dengan mata kepala, tetapi sebagai sebuah pandangan hidup (way
keberadaan dan dan perannya dapat of life) itu memberikan suatu petunjuk
ditangkap dengan mata hati. Apabila bagi masyarakat Indonesia. Pancasila
Pancasila terlepas dari hukum yang mempunyai nila-nilai luhur itu
4) Sudjito, 2009, Negara Hukum Dalam Perspektif Pancasila, Makalah Disampaikan Dalam Kongres Pancasila di Balai Senat
UGM, Yogyakarta. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume V, No 1, Januari 2015, hlm. :16.
4
48 Edisi 04
02 / Tahun 2017

sudah seharusnya mampu dijadikan ketika para hakim menangani kasus


alat dan tindakan dalam setiap rakyat kecil, begitu serius dalam
mengambil keputusan dan kebijakan menjatuhkan hukuman. Inikah yang
di dalam sistem pemerintahan di disebut dengan penegakkan hukum di
Indonesia. Indonesia ? Sementara itu, terkadang
Pancasila yang juga memiliki para hakim dan penegak hukum
sumber-sumber ilmu pengetahuan dan justru bermain-main dengan hukum,
memiliki nilai-nilai yang luhur sudah para penegak hukum mudah disuap
seharusnya dapat diwujudkan oleh dan bahkan ketika para penegak
setiap penegak hukum. Akan tetapi, hukum ketika dihadapkan dengan
persoalannya secara filosofis adalah para penguasa yang terlibat dalam
kenapa Pancasila itu sulit diterapkan kasus korupsi pun, yang jelas-jelas
di dalam diri bangsa Indonesia, terlibat sebaliknya diloloskan dari
seolah –olah Pancasila itu hanya vonis hukuman.
sebagai sebuah simbol saja, tapi tak Praktek peradilan dan penegakan
memiliki arti dan sumbangasih dalam hukum di Indonesia itu pun
menyelesaikan persoalan negara. menyebabkan kontroversi dan
Berdasarkan asumsi itu, persoalan paradoksal dengan rakyat kecil.
mengenai lunturnnya pemahaman Realitas itu mencerminkan bahwa
bangsa Indonesia mengenai Pancasila sejatinya di negara Indonesia banyak
menjadi tugas dari disiplin filsafat terjadi praktek-praktek ketidakadilan
Pancasila. Apabila, aparat hukum hukum. Keadilan hukum dijadikan
mau kembali pada nilai-nilai filosofis alat jual beli hukum, keadilan hukum
dari Pancasila, kebenaran dan seolah-olah menjadi sesuatu yang
keadilan akan terwujudkan secara adil komersial dan bisa dijual kepada yang
dan perbaikan atas kondisi hukum siapa saja yang memiliki uang banyak
di Indonesia yang sangat “busuk” dan kekuasaaan. Itulah fakta yang saat
akan bisa dibenahi dengan selalu ini sedang menimpa pengadilan dan
mengedepankan pada Pancasila kejaksaan tinggi, kepolisian Republik
yang sesunggguhnya mencerninkan Indonesia di Indonesia, yang dengan
sumber tertib hukum Indonesia. mudahnya para polisi, hakim dan
jaksa bisa disuap.Hukum harusnya
B. PEMBAHASAN adil, tapi nyatannya seringkali hukum
berpihak pada yang bayar . Karena
1. Penegakan Hukum Di Indonesia itu, potret buram penegakan hukum
di Indonesia ini disebabkan karena
Penegakan hukum di Indonesia para penegak hukum tidak pernah
masih setengah hati, dan terkesan memahami secara filosofis dan esensi
diskriminasi terlihat dari banyak dari apa itu yang disebut dengan
kasus besar seperti korupsi yang hukum. Sehingga menyebabkan
dilakukan pejabat negara lolos dari keadilan hukum terhadap masyarakat
jeratan hukuman, namun sebaliknya semakin terdiskriminasikan dan
Langkah Strategis Membumikan Pancasila Dalam Penegakkan Hukum
Demokrasi Lokal
Di Indonesia dalamUpaya
Sebagai Pemilihan KepalaPancasila
Penegasan Daerah Langsung Di Indonesia
Sebagai Dasar Negara 495
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tergadaikan dengan uang. yang justru merugikan pihak rakyat
Komersialiasasi hukum telah kecil dan negara Indonesia. Sebab
mencoreng dan mencemarkan wajah paradigma itu telah melunturkan
hukum kita. Tolak ukur untuk kinerja penegakan hukum. Oleh
menentukkan mana yang benar, salah, karena itu paradigma penegakan
boleh, bohong, jujur, menyimpang hukum memerlukan kesadaran dalam
dan melanggar mengalami perumitan diri manusia dengan selalu berpijak
bentuk (sophisticated), atau kian pada filosofi Pancasila yang sudah
kabur sebab mereka terjun ke politik semestinya ini dijadikan landasan
tidak memiliki kepekaan nilai nilai ontologis dalam membina penegakan
moral dalam hidup manusia. 2 Lebih hukum di Indonesia. Segala keputusan
parahnya, hukum di Indonesia telah dan penyelidikan harus atas dasar
diintervensi oleh ekonomi dan politik, dan bersumber dari sila-sila dalam
sehingga justru yang penegakkan Pancasila, yang memiliki makna
hukum tidak bisa berjalan sesuai luhur sebagai upaya menjalankan
prosedur hukum yang ada. Hal roda demokrasi dalam mewujudkan
itu semua disebabkan, pemahaman tegaknya hukum di Indonesia.
penegakan hukum di Indonesia tidak Hukum bertujuan untuk menjaga
dilandasi oleh nilai-nilai filosofis yang ketertiban masyarakat agar kehidupan
terkandung dalam filsafat Pancasila. sehari-hari dapat berjalan dengan
Penegakan hukum hanya akan benar, teratur dan aman. Hukum
bisa tegak dan adil, sesuai dengan mempunyai fungsi untuk membela
pemberian uang kepada para penegak keadilan bagi seluruh masyarakat
hukum. Hukum saat ini telah dinodai dan bukan untuk kepentingan pribadi
oleh praktek kuasa ekonomi dan atau kelompok. Karena itu, hukum
politik. Sehingga penegakan hukum harus selalu diikuti dengan sanksi
sulit ditegakkan karena paradigma riil. Dengan demikian, kejahatan
yang di gunakan dalam menegakkan korupsi dapat berkurang, masyarakat
hukum hanya berdasarkann sejauh merasa lebih aman dan mendapatkan
mana pemberian uang itu diberikan. perlindungan.3 Di sisi lain, negara
Dengan demikian, paradigma dalam Indonesia berdasarkan atas hukum
memahami esensi hukum yang (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
bersumber dari nilai-nilai Pancasila kekuasaan belaka (machtsstaat), hal
tidak mampu menyentuh pada ini mengandung arti bahwa negara,
“kesadaran”, “Nurani” dan “Proses termasuk di dalam pemerintah dan
Berpikir” oleh polisi, hakim dan lembaga-lembaga negara yang lain
kejaksaan dan penegak hukum di dalam melaksanakan tindakan-
Indonesia. Nalar ekonomi-politis tindakan apapun, harus dilandasi
dalam menegakkan hukum ini oleh hukum atas harus dapat

2) Ferry Edwin, dkk, 2006, Prof. Notonagoro Dan Pancasila: Analisis Tekstual Dan Kontekstual, Universitas Gadjah Mada:
Yogyakata, hlm. 69.
3) Poespowardojo Sunarjo, 1989, Filsafat Pancasila : Sebuah Pendekatan Sosio-Budaya, Gramedia. Jakarta , hlm. 122.
6
50 Edisi 04
02 / Tahun 2017

dipertanggungjawabkan secara hukum, bukan kemauan seseorang


hukum. Karena itu, keberadaan hukum yang menjadi dasar kekuasaan.4
yang sudah dibentuk dengan tujuan Ketika hakim, dan Jaksa Agung,
untuk mengatur ketertiban bangsa Polisi sebagai penegak hukum,
Indonesia harus segera dilaksanakan, menjadikan paradigma terhadap
ketika hukum dimaknai hanya untuk keberadaan hukum hanya sebagai
kekuasaan atau bahkan kepentingan bentuk menciptakan kekuasaan,
politik. Hal inilah yang memunculkan maka yang terjadi sesungguhnya,
kerusakan pada nalar penegak hukum di Indonesia akan mandul.
hukum, sehingga melahirkan para Karena, para penegak hukum masih
hakim-hakim yang mudah ditekan memikirkan aspek ekonomi dalam
secara politis dan disuap. Melainkan diri, tidak pada aspek kualitas,
juga, paradigma penegakan hukum kebenaran, dan objektifitas pada
harus sesuai dengan undang-undang penegakan hukum (law). Oleh karena
konstitusi yang telah ada. itu, ketika kita berbicara mengenai
Penegak hukum jangan pernah hukum, maka akan terpikirkan
takut terhadap siapa saja, meski oleh kita suatu proses pengadilan,
penguasa dan pejabat negara terlibat ada hakim, jaksa, penuntut, dan
dalam kasus tindak pidana, semua pengacara, yang semuanya mencoba
harus diproses berdasarkan pada untuk menyelesaikan suatu perkara
hukum. Hal itu telah diajarkan dalam agar terpenuhi suatu keadilan.5
pancasila yang harus juga memegang Akan tetapi, hukum bukan hanya di
teguh terhadap hukum Tuhan, hukum dalam pengadilan saja, melainkan
kodrat dan hukum filosofis. Kalau dalam hukum itu ada juga di dalam
memang ada pejabat negara yang masyararat, misalnya terdapat
salah harus dihukum dan dijatuhi hukum adat, hukum kodrat yang
sanksi. Jangan sebaliknya, malah sesungguhnya telah tercermin dalam
dilindungi. Lembaga penegakan nilai-nilai pancasila yang sejatinya
hukum akan menjadi lebih baik, bila memiliki kebenaran dan ajaran lebih
penegakan hukum mempunyai visi baik dalam proses penegakan hukum
dan misi yang berpandangan pada dan keadilan.
filsafati pancasila. Dengan demikian,
Pancasila sebagai dasar negara yang 2. Implementasi Nilai-nilai
mencerminkan jiwa bangsa Indonesia Pancasila Dalam Penegakkan
harus menjiwai semua peraturan Hukum
hukum dan pelaksanaannya.
Ketentuan ini menunjukkan bahwa Pancasila sebagai pedoman bagi
di negara Indonesia dijamin adanya hidup kenegaraan dan hukum republik
perlindungan hak-hak azasi manusia Indonesia dalam konkretnya dan tidak
berdasarkan ketentuan-ketentuan sekedar cita-cita dalam abstraknya saja.
4) Kaelan, 1993, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Paradigma, Yogyakarta, hlm. 121.
5) Daruni Endang Asdi, 1998, Implikasi Teori-Teori Moral Pada Hukum, Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu-Ilmu
Humaniora, University Gadjah Mada. Yogyakarta, hlm. 518.
Langkah Strategis Membumikan Pancasila Dalam Penegakkan Hukum
Demokrasi Lokal
Di Indonesia dalamUpaya
Sebagai Pemilihan KepalaPancasila
Penegasan Daerah Langsung Di Indonesia
Sebagai Dasar Negara 517
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih lanjut, Notonagoro memberikan dan relativisme hukum. Pengaturan
penegasan bahwa Pancasila tidak kehidupan masyarakat akhirnya
tinggal cita-cita dalam angan-angan, mendapatkan makna dan aspirasi
akan tetapi telah mempunyai bentuk dasarnya pada orientasi Pancasila yang
dan isi yang formal dan material mendambakan suasana kehidupan
untuk menjadi pedoman bagi hidup manusia, adil dan sejahtera. 8
kenegaraan dan hukum Indonesia Ada beberapa faktor yang
dalam secara konkret. Dengan begitu, harus dilakukan dalam upaya
ketika nilai-nilai Pancasila telah mengimplementasikan Pancasila
mengejawantahkan ke dalam hukum terhadap penegakan hukum di
di Indonesia. Pernyataan nilai-nilai Indonesia:
luhur Pancasila sudah ada di dalam Pertama, diperlukan iktikad
pembukaan UUD 1945 sebenarnya baik yang dibangun atas dasar
telah terkandung pengakuan hukum pemikiran Pancasila sebagai upaya
Tuhan, hukum kodrat, hukum etis penegakan hukum, sehingga
serta hukum filosofis. Bilamana kita yang terjadi, sebelum mengambil
rinci urut-urutan hukum tersebut kebijakan dan keputusan. Para
dalam kaitannya dengan realisasi dan penegak hakim harus menelusuri
pelaksanaan tertib hukum Indonesia6 terlebih dahulu dari Pancasila,
Negara Indonesia yang berdasarkan sebelum mengacu pada undang-
pancasila itu tentunya, tentunya undang yang telah berlaku.
sumber hukum nasional bersumber Kedua, secara ontologis, hukum
dari hukum-hukum yang berasal dari di Indonesia itu terlahir dari
pembukaan UUD 1945. rahim nilai-nilai Pancasila, yang
Secara ideologis kita sepakat sesungguhnya telah mengajarkan
untuk membangun negara hukum pada kita untuk selalu berbuat
versi Indonesia yaitu Negara hukum jujur, benar, dan adil. Apabila
berdasarkan Pancasila. Pancasila kita para penegak hukum sudah
jadikan sebagai sumber dari segala menjalankan rule of law secara baik
sumber hukum. Nilai-nilai Pancasila dan benar, barangkali paradigma
harus mewarnai secara dominan atas pencitraan hukum Indonesia
setiap produk hukum, baik pada yang semakin buruk ini bisa
tataran pembentukan, pelaksanaan dikembalikan dengan baik sebagai
maupun penegakannya 7 Oleh aparat penegakan yang lebih
karena itu, penegakan sistem hukum tegas, bertindak sesuai dengan
di Indonesia harus dikembangkan hukum yang telah ada. Dengan
berdasarkan nilai-nilai Pancasila demikian, selama ini kesadaran
sebagai sumbernya. Dengan demikian, manusia masih berkembang,
Pancasila tidak menganut positivisme selama itu pula manusia Indonesia

6) Kaelan, Op. Cit, hlm. 43.


7) Sudjito, Op. Cit, hlm. 3
8) Sunarjo Wreksosuhardjo , 2001, Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan Dan Ilmu Filsafat Pancasila, Andi, Yogyakarta, hlm. 162.
8
52 Edisi 04
02 / Tahun 2017

harus mengamalkan nila-nilai yang kita ketahui bahwa Pancasila


Pancasila.9 telah memuat ajaran-ajaran yang baik
dan benar, ketika manusia mampu
Mengingat Pancasila itu titik menjalankannya. Oleh karena itu,
tolaknya eksistensi, berada pada kewajiban bagi setiap penyelenggaraan
manusianya, sebagai penegak hukum. negara untuk menegakkan keadilan
Maka kita akan selalu dibawai ke sikap dan kebenaran berdasarkan pancasila
yan realistis dan objektif. Dengan yang selanjutnya melakukan pedoman
demikian, kritik yang dilakukan peraturan-peraturan pelaksanaan
oleh Herbert Feith, yakni bahwa kita merupakan sebuah keniscayaan
sering lari kepada moralisme dalam dan kewajiban oleh aparat penegak
memecahkan masalah 10 Sehinggga hukum. Di samping itu, sifat hukum
penegakan hukum akan semakin berakar pada kepribadian bangsa dan
gugur dengan sendirinya. Oleh karena bagi Indonesia sebagai negara hukum
itu, masyarakat Indonesia ini harus yang berdasarkan pancasila, hukum
mampu menengimplementasikan mempunyai fungsi pengayoman
nilai-nilai pancasila yang penuh agar cita-cita luhur bangsa Indonesia
dengan moralitas, dan harus tercapai dan terpelihara. 11
dilaksanakan aparat penegak Setidaknya ada beberapa langkah
hukum, sebagai acuan dasar dalam strategis agar nilai-nilai Pancasila
mengambil kebijakan dan keputusan. mampu dilaksanakan pada tataran
Sehingga, makna filsafat pancasila praksis :
yang dicetuskan oleh Bung Karno Pertama, membangun pada
memiliki kegunaan secara pragmatis aspek mental penegak hukum,
sebagai upaya menjalankan konstitusi dari mental dan jiwa manusia
penegakan hukum yang adil, bersih itu sesungguhnya secara murni
dari unsur KKN. tercermin jiwa-jiwa dari Pancasila
dengan semangat berbuat atau
3. Langkah-langkah strategis yang kita sebut dengan rasa, rasa
Membumikan Pancasila Dalam menjadi satu hal yang paling
Penegakan Hukum. fundamental dalam menjalankan
tindakan pada tataran praksis.
Pancasila saat ini hanya dipahami Apabila di dalam jiwa atau rasa
oleh penegak hukum sebagai sebuah manusia itu terlahir dari sesuatu
“konseptual” dan “simbol” belaka. hal yang bersih, kemungkinan
Hal inilah yang menyebabkan besar iktikad yang baik pada
lumpuhnya sistem penegakan hukum praksis penegakan hukum akan
Indonesia. Padahal sebagaimana segera tercapai.

9) Syahrul Kirom, Mempraksiskan Pancasila dalam Penegakan Hukum di Indonesia, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume V, No 1,
Januari 2015, Hlm.
10) Soerjono Poespowardojo , Op. Cit, hlm 53.
11) Kaelan, 1993, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Paradigma, Yogyakarta, hlm. 121
Langkah Strategis Membumikan Pancasila Dalam Penegakkan Hukum
Demokrasi Lokal
Di Indonesia dalamUpaya
Sebagai Pemilihan KepalaPancasila
Penegasan Daerah Langsung Di Indonesia
Sebagai Dasar Negara 539
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Kedua, diperlukan pembenahan pada nilai luhur Pancasila. Mereka
watak pada penegak hukum harus melakukan pelatihan dulu
termasuk polisi, hakim dan jaksa selama 1 bulan terhadap konsepsi
agung sebagai media upaya filsafat pancasila, sehingga kita
penegakan hukum. Watak atau hanya berharap kepada individu
karakter ini sebenarnya bisa diubah manusia yang berada di dalam
dengan memberikan “kesadaran” kejaksanaan tinggi, agar bisa
secara terus menerus terhadap membangun cipta, rasa dan karsa
nilai-nilai pancasila. Sudah dalam menerapkan pancasila
seharusnya upaya doktrinasi pada sebagai sumber tertib hukum pada
pancasila harus selalu ada pada tataran praksis ketika menangai
tiap individu penegak hukum. sebuah kasus-kasus korupsi dan
Dengan harapan, agar setiap penegakan hukum di Indonesia.
kebijakan –kebijakan yang di
dasarkan pada nilai-nilai pancasila Manusia sebagai makhluk yang
mampu mewujud dalam tataran memiliki rasionalitas, kebebasan dan
praksis hukum di Indonesia sesuai kemandirianya, yang terpancarkan
dengan kebenaran dan keadilan dari nilai-nilai pancasila, sejatinya
hukum. mampu mengembangkan pola
Ketiga, lingkungan, dalam konteks berpikir manusia yang “sadar” akan
ini, yang penulis maksudkan di segala perbuatanya, dengan kata lain,
lingkungan institusi Kejaksaan manusia harus bertanggung jawab atas
Tinggi dan Kepolisian Republik segala perbuatannya. Manusia harus
Indonesia yang memiliki kekuatan mampu mengatasi segala problema
dan kekuasaan yang cukup yang dihadapi. Unsur Jiwa adalah
ampuh sebenarnya dalam upaya cipta atau akal, rasa dan kehendak
memberantas korupsi sebagai atau karsa. 12 Bila ketiga unsur jiwa
institusi penegak hukum. Akan yang bersumber dari Pancasila. Di
tetapi, justru di lingkungan itu dalam nilai-nilai Pancasila terdapat
terlahir “koruptor-koruptor” pesan pesan moralitas, jika moralitas
besar, fenomena ini muncul atas itu mampu diterapkan dalam tataran
paradigma yang tidak kokoh dari praksis akan membawa angin segar
aparat penegak hukum yang tidak dalam penegakan hukum. Dengan
memiliki integritas tinggi terhadap demikian, jadi jelas bahwa pembukaan
nilai-nilai pancasila. Pancasila UUD 1945 mengenalkan dan mengakui
hanya dianggap “angin yang telah adanya hukum Tuhan, hukum kodrat,
berlalu”, jika lingkungan buruk, hukum etis, hukum adat sebagai
maka yang harus dilakukan sumber bahan dan hukum filosofis
adalah memberikan “cuci otak” dan hukum positif negara Republik
terhadap pandangan-pandangan Indonesia. Jadi, sebagai bahan bagi

12) Sunoto, 1985, Filsafat Sosial dan Politik Pancasila, Andi Offset: Yogyakarta, hlm. 28.
10
54 Edisi 04
02 / Tahun 2017

hukum positif. Hukum filosofis Pancasila yang ditunjuk sebagai


dalam mempelajari filsafat Pancasila prinsip hukum tertinggi: sumber
dapat diketahui semuanya adalah dari segala sumber hukum, yang
karena Pancasila yang menjadi pusat, tidak dapat diubah oleh kekuasaan
dasar, dan inti dari pembukaan UUD pemerintah tanpa merusak negara itu
194513 Oleh karena itu, kepala negara sendiri,16 karena itu, ketika Pancasila
dan badan-badan pemerintah lain telah dijadikan sumber hukum, maka
harus memiliki sifat pemimpin yang proses penegakan hukum di Indonesia
sejati, penunjuk jalan ke arah cita-cita harus juga melihat pada seluruh
luhur, yang diidam-idamkan oleh aspek sila-sila tersebut, sehingga
rakyat. Negara harus bersifat”badan mampu melahirkan keputusan
penyelenggara, badan pencipta yang tepat dan adil, sesuai dengan
hukum timbul dari hati-sanubari harapan masyarakat, bukan sesuai
rakyat seluruhnya. Dalam pengertian rasa kekuasaan, atau mungkin karena
ini, teori ini yang sesuai dengan disuap, lalu menghasilkan penegakan
semangat Indonesia yang asli, negara hukum yang mandul.
tidak lain ialah seluruh masyarakat
atau seluruh rakyat Indonesia sebagai C. KESIMPULAN
persatuan yang teratur dan tersusun.14
Hakikat hukum sebenarnya Pancasila pada hakekatnya
telah dijelaskan dalam nilai-nilai adalah sistem nilai (value system) yang
Pancasila, hakikat hukum adalah merupakan kristalisasi nilai-nilai
menjadi sarana bagi penciptaan suatu luhur kebudayaan bangsa Indonesia
aturan masyarakat yang adil. Prinsip sepanjang sejarah, yang berakar dari
hakekat hukum, adalah menjunjung unsur-unsur kebudayaan luar yang
tinggi nilai-nilai keadilan hukum sesuai sehingga secara keseluruhannya
yang tertuang dalam sila ke lima, terpadu menjadi kebudayaan bangsa
yang menekankan pada keadilan Indonesia. Pancasila harus menjadi
sosial bagi seluruh Indonesia.15 pedoman dalam penegakkan hukum
Dengan begitu, ontologi hukum yang di Indonesia yang masih lemah,
bersumber dari Pancasila ini sudah dan lemahnya penegakan hukum
seharusnya dijadikan petunjuk dalam di Indonesia disebabkan aparatur
proses penegakan hukum dalam penegakan hukum seperti polisi,
menyelesaikan kasus-kasus pidana jaksa agung, pengacara, hakim, tidak
dan perdata seperti korupsi dan mafia mampu memaknai hukum nasional,
hukum. yang secara epistemologis dari nilai-
nilai Pancasila.

13) Sunarjo Wreksosuhardjo, Op. Cit, hlm. 22.


14) Saafroedin Bahar, dkk, 1995, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), PT Citra Lamtoro Gung Persada, Jakarta, hlm. 36.
15) Theo Huijbers, 1995, Filsafat Hukum, Kanisius: Yogyakarta, hlm. 75.
16) David Bourchier, terj Agus Wahyudi, 2007, Pancasila Versi Orde Baru Dan Asal Muasal Negara Organis (Integralistik),
Aditya Media, Yogyakarta, hlm. 252-253 .
Langkah Strategis Membumikan Pancasila Dalam Penegakkan Hukum
Demokrasi Lokal
Di Indonesia dalamUpaya
Sebagai Pemilihan KepalaPancasila
Penegasan Daerah Langsung Di Indonesia
Sebagai Dasar Negara 11
55
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Upaya penegakan hukum jangan pada ekonomi-politik itu perlu
yang hanya dilandasi faktor ekonomi, direduksi dan dihindari dengan selalu
tanpan menekankan aspek kejujuran mengedepankan nilai-nilai dalam sila
dalam menjunjun tinggi kebenaran pancasila, seperti aspek moralitas,
hukum inilah yang menimbulkan kemanusiaan, keadilan hukum,
kehancuran institusi penegakan kesejahteraan sosial bagi seluruh
hukum di Indonesia termasuk di rakyat Indonesia.
Kejaksaan Tinggi Indonesia dan Langkah strategis dalam upaya
Kepolisian Republik Indonesia, menegakkan hukum di Indonesia,
karena di dalam terdapat banyak yang perlu direformasi adalah mental
mafia hukum, yang sudah semestinya, dan watak penegak hukum, dengan
mereka mampu mematuhi aturan menerapkan nilai-nilai Pancasila
hukum, justru sebaliknya di yang mengandung ajaran luhur
selewengkan. Paradigma itu muncul harus dimplementasikan oleh aparat
karena manusia tidak pernah puas penegak hukum dalam menjalankan
dengan apa yang dimiliki, mereka peran dan fungsi sesungguhnya
haus oleh ekonomi dan kekuasaan. sebagai pembentukan dasar watak
Oleh karena itu, paradigma yang dan kepribadian bagi penegak hukum
saat sedang digunakan oleh aparat sehingga keadilan dapat tercapai
penegak hukum dengan menekankan
12
56 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Daftar Pustaka
Bahar, Safroedin, dkk, 1995, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI), PT Citra Lamtoro Gung Persada, Jakarta.
Bourchier, David, 2007, terj, Agus Wahyudi, Pancasila Versi Orde Baru Dan
Asal Muasal Negara Organis (Integralistik), Aditya Media, Yogyakarta.
Edwin, Ferry, dkk, 2006, Prof. Notonagoro Dan Pancasila: Analisis Tekstual
Dan Kontekstual, Universitas Gadjah Mada: Yogyakata.
Huijbers, Theo, 1995, Filsafat Hukum, Kanisius: Yogyakarta.
Kaelan, 1993, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Paradigma, Yogyakarta.
Kirom, Syahrul, 7 September 2009, Menjunjung Tinggi Keadilan Hukum Di
Indonesia, Harian Pelita, Jakarta.
Poespowardojo, Soerjono, 1989, Filsafat Pancasila : Sebuah Pendekatan Sosio-
Budaya, Gramedia. Jakarta.
Soejadi, 1999, Pancasila Sebagai Sumber Tertib Hukum Indonesia, Lukman Offset,
Yogyakarta.
Sudjito, 2009, Negara Hukum Dalam Perspektif Pancasila, Makalah Disampaikan
Dalam Kongres Pancasila di Balai Senat UGM, Yogyakarta. Jurnal Ilmiah CIVIS,
Volume V, No 1, Januari 2015
Sunoto, 1985, Filsafat Sosial dan Politik Pancasila, Andi Offset: Yogyakarta.
Wreksosuhardjo, Sunarjo, 2001, Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan Dan Ilmu
Filsafat Pancasila, Andi, Yogyakarta.
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Indonesia 1

MENEGUHKAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA,


MEMBUMIKAN PANCASILA UNTUK KELANGSUNGAN HIDUP
BANGSA INDONESIA

Dr. Asep Mahpudz, M.Si

57
2
58 Edisi 04
02 / Tahun 2017

A. PENDAHULUAN XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan


Ketatapan MPR No. II/MPR/1978
Pembahasan tentang Pancasila tentang Pedoman Penghayatan dan
dalam berbagai aspek kehidupan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia
kemasyarakatan dan kebangsaan di Pancakarsa) dan Penetapan tentang
Indonesia, sejak pertengahan tahun Penegasan Pancasila sebagai Dasar
1998 sampai saat ini seakan banyak Negara. Setelah terbitnya Ketetapan
yang alergi. Bahkan mungkin banyak MPR No. XVIII/MPR/1998 tersebut,
yang merasa malu dan risih jika untuk saat ini kedudukan Pancasila
membicarakan Pancasila, karena adalah sebagai asas/dasar negara. Hal
khawatir akan muncul anggapan akan ini jelas dan tegas termaktub dalam
dikelompokan sebagai pendukung Pasal 1 Ketetapan MPR tersebut yang
orde Baru. Pasca runtuhnya kekuasaan berbunyi sebagai berikut: “Pancasila
Orde Baru, sangat dirasakan bahwa sebagaimana dimaksud dalam
popularitas Pancasila mengalami Pembukaan Undang-Undang Dasar
kemerosotan yang signifikan, kata 1945 adalah dasar negara dari Negara
pancasila sekedar dilafalkan pada Kesatuan Republik Indonesia harus
upacara hari senin di sekolah, dilaksanakan secara konsisten dalam
peringatan hari besar RI, dan setahun kehidupan bernegara”.
sekali di awal bulan Juni, selebihnya Dalam perspektif ini, kini
Pancasila nyaris dilupakan orang. menjadi pembahasan dan diskusi
Padahal seharusnya Pancasila sebagai yang menyangkut tindaklanjut
dasar Negara perlu dipahami oleh implementasi Pancasila sebagai dasar
segenap rakyat Indonesia, dan nilai- Negara, setidaknya terungkap dalam
nilai yang terkandung dalam Pancasila pertanyaan bagaimana kini bangsa
harus diyakini sebagai dasar/ Indonesia harus melaksanakan
pondasi bagi bangsa ini dalam segala Pancasila secara konsisten padahal
penyelenggaraan ketatanegaraan. tidak ada penjelasan konsepsional
Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila maupun yuridis konstitusionalnya ?.
dalam kehidupan ini sangatlah penting Tidak adanya konsep yang menjadi
sebagai nilai yang perlu diamalkan pedoman dalam memahami dan
dan di implementasikan dalam melaksanakan Pancasila, baik sebagai
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dasar negara maupun sebagai
dan bernegara. Anis Ibrahim (2010) dasar kehidupan berbangsa dan
menuliskan bahwa …pada tahun 1998 bermasyarakat Indonesia disadarai
di tengah kegandrungan reformasi dapat menimbulkan kerumitan.
yang sedang begulir, bangsa Indonesia Apakah hanya dengan menegaskan
melalui MPR melakukan evaluasi dan Pancasila sebagai dasar negara
menyimpulkan bahwa Penataran P4 melalui sebuah Ketetapan MPR
telah gagal. Kemudian Ketetapan berarti Pancasila akan mampu
MPR No. II/MPR/1978 tentang P4 menjadi pedoman menyelesaikan
dicabut melalui Ketetapan MPR No. berbagai persoalan negara, bangsa,
Meneguhkan Pancasila
DaerahSebagai Ideologi Negara,
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Langsung Di Indonesia 593
Membumikan Pancasila untuk Kelangsungan Hidup Bangsa Indonesia

dan kemasyarakatan?. Jawabannya budaya yang sangat heterogen.


pasti tidak demikian. Selayaknya Winataputra (2012) mengemukakan
hal ini menjadi tantangan bagi kita bahwa nilai-nilai dalam Pancasila
semua untuk mampu memberikan selayaknya menjadi pedoman dalam
rumusan konsepsional dan bahkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
operasional yang sesuai dengan nilai Beliau mengemukakan bahwa sila
dan semangat Pancasila sebagai dasar pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa,
negara tersebut. memuat pengakuan eksplisit akan
eksistensi Tuhan sebagai sumber
B. Kedudukan dan Posisi Pancasila Pencipta sekaligus memperlihatkan
sebagai Ideologi Negara relasi esensial antara yang mencipta
dan dicipta. Dalam hubungan
Kedudukan dan posisi Pancasila, dan relasi sosial, terbangun ihtiar
bagi Negara Republik Indonesia untuk saling menghormati dan mau
merupakan Dasar Negara, ideologi, bekerja sama antar pemeluk agama
pandangan dan falsafah hidup dan kepercayaan, serta kebebasan
berbangsa yang menjadi pedoman memeluk agama, tidak memaksakan
dalam proses penyelenggaraan agama dan kepercayaan kepada orang
kehidupan bermasyarakat, lain. Sila Kedua, Kemanusiaan yang
berbangsa dan bernegara dalam adil dan beradab, memiliki makna
rangka mewujudkan cita-cita bahwa sikap dan perbuatan manusia
proklamasi kemerdekaan. Nilai-nilai yang sesuai dengan kodrat hakikat
Pancasila yang diyakini selama ini manusia yang sopan dan susila nilai.
kebenarannya, merupakan nilai-nilai Dengan demikian setiap manusia dan
luhur yang digali dari budaya bangsa warga Indonesia selayaknya mengakui
dan memiliki nilai dasar yang diakui atas persamaan hak dan kewajiban,
secara universal, serta tidak akan saling mencintai, tenggangrasa, tidak
berubah sesuai dengan dinamika semena-mena terhadap orang lain.
jaman. (Muhtarom, 2010; Widisuseno, Sila Ketiga, Persatuan Indonesia,
2014). merupakan perwujudan dari paham
Sampai saat ini kehidupan kebangsaan Indonesia yang dijiwai
Bangsa Indonesia diwarnai dengan oleh Ketuhanan Yang Maha Esa serta
nilai-nilai keagamaan yang kuat Kemanusiaan yang adil dan Beradab.
sebagai landasan moral, dan sangat Sila Keempat, Kerakyatan yang
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan
dan keadilan sesuai dengan dalam Permusyawaratan Perwakilan,
keragaman budaya yang dimiliki. berarti bahwa warga Negara Indonesia
Fitrah manusia sangat dihormati diharapkan aktif berpartisipasi
dan ditempatkan sesuai kodrat dalam pengambilan keputusan-
sebagai Mahluk Ciptaan Tuhan YME. keputusan. Sila Kelima, Keadilan
Dengan kemajemukan yang dimiliki, Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
bangsa Indonesia memiliki kekayaan mengandung arti bahwa keadilan
4
60 Edisi 04
02 / Tahun 2017

berlaku dalam masyarakat di segala norma-norma, dan kepercayaan dari


bidang kehidupan baik materil seseorang atau kelompok orang. Jadi
maupun spiritual. ideologi merupakan referensi bagi
Muladi (2006) berpandangan seseorang atau kelompok dalam
bahwa dalam kehidupan suatu merespons masalah dan dalam
negara, apa yang dinamakan bersikap. (Miriam Budiardjo, 2008)
proklamasi kemerdekaan (declaration Selain sebagai Ideologi, Pancasila juga
of independence), pembukaan sebagai falsafah Negara Indonesia.
UUD, ideologi dan konstitusi secara Pancasila menganut asas keselarasan
komplementer selalu merupakan dan kesetaraan, baik dalam hidup
“cornerstones” dalam mengendalikan manusia sebagai pribadi dan
kehidupan bernegara. Pancasila dalam hubungan manusia dengan
secara utuh harus dilihat sebagai masyarakat. Apabil menyimak Sila
suatu “national guidelines”, Kelima Pancasila tentang Keadilan
sebagai “national standard, norm sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
and principles” yang sekaligus Notonagoro (1995) dalam Arvie Johan
memuat “human rights and human (2011) berpendapat bahwa di dalam
responsibilities”. Apabila Pancasila keadilan sosial tercakup pemeliharaan
disepakati sebagai Ideologi Negara, kepentingan umum negara sebagai
maka Alfian (1981), mengemukakan negara, kepentingan umum para
sebagai ideologi harus dilihat sebagai warga negara bersama, kepentingan
sistem nilai yang menyeluruh dan bersama dan kepentingan khusus
mendalam tentang kebenaran dan dari para warga negara perseorangan,
keadilan dalam kehidupan bersama keluarga, suku bangsa dan setiap
di suatu masyarakat. Ideologi golongan warga Negara.
mencerminkan tatanan nilai yang Dalam perspektif ini, dapat dikaji bahwa
paling mendasar dari sistem nilai yang Pancasila sebagai Ideologi berbeda
hidup dalam masyarakat Indonesia. dengan filsafat. Pancasila sebagai
Dengan demikian, ideologi merupakan Ideologi memang mengandung nilai-
referensi dari perkembangan nilai di nilai dan pengetahuan filosofis, namun
Indonesia. berlaku sebagai sebagai keyakinan
Pada selanjutnya Alfian (1981) yang normatif. Sebaliknya Pancasila
merumuskan dimensi ideologi yaitu: sebagai filsafat merupakan rangkaian
(1) dimensi realitas, (2) dimensi pengetahuan ilmiah yang disusun
idealis, (3) dimensi fleksibel. Dalam secara sistematis tentang kenyataan-
pemahaman Alfian, suatu ideologi kenyataan hidup, termasuk kenyataan
harus memiliki ketiga dimensi tersebut. hidup bermasyarakat dan bernegara.
Ideologi memiliki cakupan yang Dalam pandangan filsafat, pemikiran-
komprehensif, yaitu bisa memayungi pemikiran reflektif yang harus
berbagai kepentingan dan dinamika ditanggapi bukan dengan dogmatis,
sosial karena Ideologi merupakan dan memerlukan sikap yang kritis
himpunan nilai-nilai, ide-ide atau rasional. Oleh karena itu, Pancasila
Meneguhkan Pancasila
DaerahSebagai Ideologi Negara,
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Langsung Di Indonesia 615
Membumikan Pancasila untuk Kelangsungan Hidup Bangsa Indonesia

sebagai falsafah Negara harus selalu Pancasila merupakan filsafat hidup


terbuka terhadap kritikan dan tidak bangsa Indonesia yang dapat dihayati
bersifat eksklusif. Berdasarkan hal sebagai jiwa bangsa, kepribadian
demikian, filsafat sangat berguna bangsa, sarana tujuan hidup bangsa,
bagi ideologi dan proses penjabaran pandangan serta pedoman hidup
ideologis. Melalui pendekatan bangsa; dan 2) kelompok formal, yakni
filosofis dikaji secara mendasar hal-hal Pancasila sebagai sumber dari segala
yang berkaitan dengan masyarakat, sumber hukum negara Indonesia dan
bangsa, dan negara. Refleksi juga perjanjian luhur bangsa Indonesia
filosofis membuat Pancasila sebagai dalam bernegara (Noor MsBakry,
ideology Negara tetap terbuka, tidak 1994)
eksklusif, dan tidak totaliter, bahkan Dalam perspektif menempatkan
sebaliknya menjadi dinamis dan Pancasila sebagai Ideologi Negara,
tanggap terhadap perubahan dan maka dapat dilihat dalam kawasan
kemajuan melalui interpretasinya filsafat ilmu baik dari segi ontologis,
yang objektif, rasional, dan ilmiah. epistemologis, dan aksiologisnya.
Dengan demikian, Pancasila sebagai Secara ontologis, hakikat ilmu
ideologi Negara menjadi tetap relevan. pengetahuan merupakan aktivitas
(Poespowardojo, 1992). Hakikat manusia Indonesia yang tidak
Pancasila adalah sebagai pandangan mengenal titik henti dalam upayanya
hidup bangsa, dasar negara dan untuk mencari dan menemukan
tujuan nasional (negara) yang kebenaran dan kenyataan yang
mengandung nilai-nilai luhur, nilai utuh dalam dimensinya sebagai
dasar, nilai praktis, nilai instrumnental masyarakat, sebagai proses, dan
dan nilai teknik. Hal ini kemudian sebagai produk. Secara epistemologis,
tertuang dalam falsafah Pancasila berarti Pancasila dengan nilai-nilai
dalam bentuk lima sila yang saat ini yang terkandung di dalamnya
kita kenal. Secara historis, Pancasila dijadikan metode berpikir (dijadikan
merupakan bagian yang tidak dapat dasar dan arah berpikir) dalam
dipisahkan dari sejarah perjuangan mengembangkan ilmu pengetahuan,
bangsa Indonesia terutama dimasa yang parameternya adalah nilai-nilai
sebelum kemerdekaan yang kemudian yang terkandung dalam Pancasila
dirumuskan sebagai dasar filsafat itu sendiri. Secara aksiologis,
Negara Kesatuan Republik Indonesia kemanfaatan dan efek pengembangan
(NKRI). ilmu pengetahuan tidak bertentangan
Dalam pemahaman demikian, maka dengan ideal Pancasila dan secara
Pancasila pada hakikatnya dapat positif mendukung atau mewujudkan
dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, nilai-nilai ideal Pancasila. Hal inilah
yakni: 1) kelompok material, yaitu yang kemudian menjadi landasan

2) Ferry Edwin, dkk, 2006, Prof. Notonagoro Dan Pancasila: Analisis Tekstual Dan Kontekstual, Universitas Gadjah Mada:
Yogyakata, hlm. 69.
3) Poespowardojo Sunarjo, 1989, Filsafat Pancasila : Sebuah Pendekatan Sosio-Budaya, Gramedia. Jakarta , hlm. 122.
6
62 Edisi 04
02 / Tahun 2017

penting perumusan formulasi C. Strategi Internalisasi dan


Pancasila dijadikan sebagai salah satu Pembudayaan Pancasila
bagian dari kurikulum pendidikan
di Indonesia pada berbagai jenjang Pancasila pada hakikatnya tidak
pendidikan, mulai dari tingkat dasar hanya dipandang sebagai ideologi
sampai perguruan tinggi. Nilai- negara Indonesia. Pancasila dapat
nilai luhur, historik dan sebagainya pula dilihat sebagai sebuah sistem
yang terkandung di dalam Pancasila nilai bangsa Indonesia, sebagai
harus ditransfer secara terus menerus pedoman bermoral, berhukum
dari generasi ke generasi, sebab dan berpolitik dalam kehidupan
di dalamnya terkandung falsafah bermasyarakat, berbangsa dan
bangsa, aturan kehidupan berbangsa bernegara. Sebagai Dasar Negara,
dan bernegara. Dalam pandangan Pancasila merupakan ideologi,
Harian Kompas, perlu langkah pandangan dan falsafah hidup yang
menjadikan bidang pendidikan harus dipedomani bangsa indonesia
dan kebudayaan sebagai bidang dalam proses penyelenggaraan
yang mesti dimaksimalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila, dan bernegara dalam mewujudkan
sehingga akan tercipta pribadi-pribadi cita-cita proklamasi kemerdekaan.
dana masyarakat pancasilais. Dalam Nilai-nilai luhur yang terkandung
dimensi ini gagasan harian Kompas di dalamnya merupakan nilai-nilai
menunjukkan komprehensifitasnya luhur yang digali dari budaya bangsa
dalam menggagas upaya-upaya dan memiliki nilai dasar yang diakui
mereaktualisasikan nilai-nilai secara universal dan tidak akan
Pancasila. (Wahyudi, 2011). berubah oleh perjalanan waktu. (Budi
Pada Sistem Pendidikan Indonesia, Susilo Supandji, 2013). Setiardja,
pernah dikenal pelajaran Pendidikan (2006) dalam Ahmad Gunawan dan
Moral Pancasila (PMP) kemudian Mu’ammar Ramadhan (ed), (2006)
diganti menjadi Pendidikan Pancasila mengemukakan bahwa lima prinsip
dan Kewarganegaraan (PPKn) sampai Nilai Pancasila menunjukkan ide-
akhirnya saat ini dikenal dengan ide fundamental mengenai manusia
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan seluruh realitas, yang diyakini
di persekolahan. Sedangkan di kebenarannya oleh bangsa Indonesia
Pendidikan Tinggi dikenal ada mata dan bersumber pada watak dan
Kuliah Pendidikan Pancasila dan kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan. Model Pancasila sebagai suatu sistem
pembelajaran pendidikan Pancasila nilai yang digali dari nilai dan
di kalangan pelajar dan mahasiswa identitas bangsa yang berdasarkan
tentunya memiliki perbedaan yang atas kehidupan sosial, kultural,
signifikan. dan religiusitas yang beragam dan
majemuk. Nilai-nilai tersebut tidak
dapat dipisah-pisahkan. Kerukunan
Meneguhkan Pancasila
DaerahSebagai Ideologi Negara,
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Langsung Di Indonesia 637
Membumikan Pancasila untuk Kelangsungan Hidup Bangsa Indonesia

umat beragama, keberagaman etinistas, generasi muda dalam menumbuhkan


budaya dan bahasa akan terjaga kesadaran terhadap nilai-nilai yang
apabila kita dapat menjaga konsistensi tertuang dalam Pancasila yang dianut
dan komitmen terhadap nilai-nilai agar tidak dilupakan. Saat ini dan
Pancasila. Fakta kemajemukan dan ke depan memungkinkan manusia
multikulturalitas dalam masyarakat berhubungan dan berkomunikasi
harus dihormati, dilestarikan, dan setiap saat tanpa batas. Di satu sisi,
dikembangkan (Aris Shofa, 2016). hal ini dapat memberikan kontribusi
Oleh karena itu, saat ini sangat positif bagi proses pembangunan
diperlukan penyegaran pemahaman dan peningkatan kualitas hidup
dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila masyarakat. Pada sisi lainnya,
untuk menangkal berjangkitnya teknologi informasi dapat digunakan
beragam ancaman ekstremisme. sebagai sarana melemahkan
Dengan menguatkan nilai-nilai sendi-sendi kehidupan sosial
ketuhanan yang berkebudayaan, kemasyarakatan. (Mahpudz, 2013)
kebangsaan yang berprikemanusiaan, Dalam konteks ini, maka upaya
serta demokrasi permusyawaratan sistemik dan sistematis melalui
yang berorientasi keadilan sosial, pendidikan merupakan langkah
Indonesia akan mampu menghadapi strategis untuk menginternalisasikan
perkembangan baru dengan suatu visi nilai-nilai Pancasila bagi segenap
global yang berkearifan lokal. (Latif, warga Negara Indonesia di era
2011). Tinggal masalahnya, bagaimana sekarang. Nilai-nilai Pancasila
memperdalam pemahaman, sebaiknya dijabarkan dalam bentuk
penghayatan, dan kepercayaan contoh-contoh perilaku yang dapat
akan keutamaan nilai-nilai yang diamati dalam kehidupan yang realita
terkandung pada setiap sila Pancasila masyarakat. Bagi generasi muda
dan kesalingterkaitannya satu sama yang saat ini menjadi siswa di tingkat
lain, untuk kemudian diamalkan pendidikan dasar dan pendidikan
secara konsisten di segala lapis dan menengah, selayaknya nilai-nilai
bidang kehidupan berbangsa dan Pancasila dapat disajikan dalam wujud
bernegara. (Latif, 2011). yang meyakinkan serta konkret dalam
Pengembangan kesadaran bentuk kasus atau isu yang dapat
kehidupan berbangsa dan bernegara dianalisis sebagai idelogi Negara
yang berlandaskan nilai-nilai dan memiliki nilai-nilai luhur bangsa
Pancasila perlu dibangun dan terus sehingga mampu menjadi bekal
diinternalisasikan kepada segenap yang tangguh bagi segenap warga
warganegara Indonesia karena Negara Indonesia dalam menghadapi
tantangan yang dihadapi sekarang, setiap ancaman dan gangguan yang
baik dari dalam negeri maupun dapat membahayakan keamanan dan
luar negeri semakin tinggi. Dalam kelangsungan, hidup bangsa, tanpa
pandangan saya, penting diperhatikan mengenal menyerah.(Mahpudz, 2013).
aspek proses pendidikan bagi Pada tataran operasional, tokoh
8
64 Edisi 04
02 / Tahun 2017

masyarakat, tokoh agama, tokoh ujung tombak pembentukan watak


adat, organisasi politik, organisasi dan karakter bangsa, khususnya
masyarakat, dosen dan guru generasi muda yang efektif.
merupakan pelaksana dalam upaya Proses pendidikan perlu
revitalisasi nilai Pancasila yang diintegrasikan pula dengan upaya
bersentuhan langsung dengan penanaman nilai-nilai Pancasila
masyarakat. Dengan pembekalan disamping pengembangan
yang memadai terkait nilai – nilai pengetahuan secara akademis.
Pancasila, komponen bangsa tersebut Proses pendidikan pada masa depan
memainkan peran sebagai agen selayaknya dibangun atas dasar
perubahan (agent of change) mulai kebutuhan belajar peserta didik agar
dari lingkungan keluarga, lingkungan memiliki dasar kemampuan untuk
pendidikan, lingkungan pemukiman menjalani kehidupan di masyarakat
hingga lingkungan kerja. Pendidikan pada masa kini dan masa depannya.
formal, informal maupun non formal (Mahpudz, 2013). Oleh karena itu,
yang dimulai dari lingkungan keluarga perolehan hasil pendidikan dari
hingga lingkungan pendidikan, internalisassi nilai Pancasila yang
merupakan sarana yang efektif untuk didapat peserta didik selayaknya
menanamkan pemahaman atas nilai – berupa kemampuan yang dapat
nilai empat pilar wawasan kebangsaan. dikembangkan lebih lanjut dalam
(Soepandji, 2013). Selanjutnya beliau kehidupan sosialnya, semakin
mengemukakan bahwa sebagai dibutuhkan kemampuan beradaptasi
rangkaian upaya yang terstruktur, pada kehidupan sosial dengan
upaya pada tataran operasional kemampuan yang dimiliki dalam ilmu
akan bersifat praktis implementatif. pengetahuan dan kematangan afeksi
Pelibatan lembaga-Iembaga tersebut secara keseluruhan dengan didasari
untuk menghasilkan peraturan nilai-nilai Pancasila. Kemampuan
perundangan yang memperkuat untuk mudah beradaptasi dengan
upaya-upaya revitalisasi Pancasila situasi dan kondisi yang terus berubah
secara demokratis dan bermartabat. fluktuatif ini akan menjadi tuntutan
Upaya yang bersifat praktis ditujukan dari proses pendidikan dengan
untuk mendukung upaya-upaya politis mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila
melalui kegiatan-kegiatan seperti didalamnya.
pendidikan, penyuluhan dan training berkaitan dengan pemikiran ini,
of trainer (TOT) tenaga penyuluh dipaparkan oleh Winataputra (2012)
dengan melibatkan peran aktif para bahwa untuk mewujudkan tujuan
pemangku kepentingan. Sedangkan pendidikan kewarganegaraan sebagai
upaya yang bersifat operasional wahana pendidikan mencerdaskan
dilakukan oleh lembaga-lembaga kehidupan bangsa dalam arti utuh
pendidikan dasar hingga pendidikan dan luas, maka untuk jenjang
tinggi. Hal ini dilakukan mengingat pendidikan dasar dan pendidikan
lembaga pendidikan merupakan menengah nama mata pelajaran
Meneguhkan Pancasila
DaerahSebagai Ideologi Negara,
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Langsung Di Indonesia 659
Membumikan Pancasila untuk Kelangsungan Hidup Bangsa Indonesia

Pendidikan Kewarganegaraan disesuaikan menjadi Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan, yang bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang secara utuh memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Tabel 1: Aspek dan Arah Penyelenggaran Pendidikan yang mengintegrasikan


nilai-nilai Pancasila di lingkup
Pendidikan

Aspek Arah Penyelenggaraan

Output menghasilkan lulusan yang memenuhi tuntutan kompetensi


kehidupan masyarakat dalam dinamika global

Proses penyelenggaraan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan


masyarakat, mengungkap potensi diri peserta didik (kepribadian,
keilmuan, keterampilan sosial)

Metode membangun hubungan antara pendidik dan peserta yang harmonis


yang mendasarkan pada hubungan saling membutuhkan.

Pada aspek pembinaan nilai-nilai berupa pembinaan kemampuan untuk


kepribadian, yang bersumber dari memperhitungkan perkembangan
nilai-nilai Pancasila akan berkaitan yang akan terjadi di masa depan.
dengan komitmen seseorang, individu Artinya, dibutuhkan penanaman sikap
sebagai bagian dari seluruh bangsa untuk siap menghadapi segala situasi
atau masyarakat Indonesia untuk baru, tantangan baru, yang belum
turut serta mempertahankan eksistensi pernah terjadi dalam kehidupan suatu
bangsa dengan meningkatkan kualitas masyarakat atau suatu bangsa.
kehidupan bangsa. Pada aspek Dalam konteks pengembangan
peningkatan pengetahuan, seseorang kepribadian generasi muda dalam
atau individu perlu menyadari internasilisasi Nilai Pancasia dan
sebagai bagian dari keseluruhan pembudayaan nilai Pancasila agar
bangsa untuk mengetahui dan dapat menjadi wahana strategis
menyadari tantangan-tantangan yang bagi peningkatan kompetensi
dihadapi bangsa, dan potensi yang generasi muda, maka setidaknya
dimiliki bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa alternatif
upaya pembinaan nilai-nilai Pancasila perbaikan pembelajaran, diantaranya;
bagi generasi muda pada masa Pertama, Dalam perspektif
sekarang selayaknya mengutamakan pengorganisasian materi pendidikan,
pandangan dan sikap antisipatoris, selayaknya materi tentang nilai-
10
66 Edisi 04
02 / Tahun 2017

nilai Pancasila sebagai Ideologi untuk pendalaman materi yang dikaji.


Negara disusun berdasarkan asas Dapat dilihat dari pelaksanaan seperti
kontinuitas, urutan dan integrasi. demikian, jumlah peserta yang secara
Asas kontinuitas (continuity) diartikan penuh mengikuti kegiatan, antusiasme
sebagai adanya kesinambungan peserta dalam pengembangan materi
secara vertikal dari suatu materi untuk dapat diterapkan sekaligus.
ke materi selanjutnya sehingga Keempat, Semakin penting
generasi muda memiliki kesempatan untuk terus ditumbuhkembangkan
luas untuk belajar dengan baik dan kesadaran kebangsaan Indonesia di
benar dalam upaya memperoleh masa kini dalam wujud pendidikan
pengetahuan, keterampilan, dan antisipatoris. Pendidikan yang
nilai-nilai kependidikan. Asas urutan tidak sekedar mentransformasikan
(sequence) dapat diartikan sebagai pengetahuan, tetapi juga memberikan
adanya keterkaitan antara satu materi pemahaman wawasan kebangsaan,
dengan materi lainnya, sehingga wawasan kebhinekaan yang dimiliki
materi pendidikan tersebut terlihat bangsa Indonesia sebagai suatu
keterhubungannya (dalam perspektif potensi yang dimiliki bangsa Indonesia
proses pembelajaran). Sedangkan asas sebagai permujudan nyta nilai-nilai
integrasi (integration) dapat diartikan Pancasila sebagai ideologi dan dasar
sebagai adanya kaitan dan hubungan negara, kebenarannya tetap diyakini
antara materi pendidikan satu dengan oleh bangsa Indonesia, karena mampu
lainnya sebagai bagian keseluruhan mengimbangi dinamika dan dialektika
materi pembelajaran. jaman.
Kedua, dibutuhkan komitmen
dan rekrutmen pendidik dalam D. Penutup
rangka Revitalissi nilai-nilai Pancasila
di era kini dan masa depan yang Langkah strategis yang
mendasarkan pada standar yang dapat dikembangkan dalam
disepakati. Selain itu agar dapat penyelenggaraan pendidikan
berlangsung pertukaran informasi sebagai upaya membumikan nilai-
berkenaan dengan perkembangan nilai Pancasila sebagai ideologi
model, pola, strategi pembelajaran di Negara perlu diarahkan untuk
tiap lingkup dan jenjang pendidikaan mengembangkan potensi kognitif,
sesuai dinamika perubahan sosial. afektif dan konatif generasi muda
Ketiga, penyelenggaraan dengan memberi penguatan pada
pembelajaran nilai-nilai pancasila aspek pengembangan kepribadian
sebagai Ideologi Negara sebaiknya yang diimplementasikan dalam
dibuatkan dalam format, model pengembangan pembelajaran. Proses
pembelajaran yang terbuka dan pembelajaran yang diorientasikan
memberi peluang bagi generasi muda pada pengembangan kepribadian
untuk dapat berinteraksi dengan yang mendasarkan pada nilai-nilai
masyarakat, berdiskusi secara intensif Pancasila selayaknya dikembangkan
Meneguhkan Pancasila
DaerahSebagai Ideologi Negara,
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Langsung Di Indonesia 11
67
Membumikan Pancasila untuk Kelangsungan Hidup Bangsa Indonesia

dalam proses pembelajaran aktif, dikembangkan merupakan proses


menempatkan peserta sebagai mendidik, yang didalamnya terjadi
subjek belajar, interaktif, inspiratif, pembahasan kritis, analitis, induktif
menyenangkan, menantang dan dan reflektif melalui dialog kreatif.
memotivasi untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan keleluasaan
untuk prakarsa dan ide. Dengan
demikian proses pembelajaran sebagai
revitalisasi nilai-nilai Pancasila yang
12
68 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Daftar Pustaka
Alfian, (1981), Politik, Kebudayaan, dan Manusia Indonesia, Jakarta: LP3ES,
Aris Shofa, Abd Mu’id, (2016), Memaknai Kembali Multikulturalisme Indonesia
Dalam Bingkai Pancasila, JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No.
1, Juli 2016
Budiardjo, Miriam, (2008), Dasar Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Ibrahim, Anis, (2010) Perspektif Futuristik Pancasila Sebagai Asas/Ideologi Dalam
UU Keormasan, Jurnal Konstitusi, Vol. III, No. 2, November 2010
Latif, Yudi, (2011), Revitalisasi Pancasila di Tengah Dua Fundamentalisme, dalam
DISKURSUS, dalam DIGNITAS Volume VII Nomor 2 Tahun 2011
Mahfud MD, (2007), Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen
Konstitusi. LP3ES, Jakarta
Mahpudz, Asep, (2013), Peluang Bagi Guru Dalam Menginternalisasikan Nilai-
Nilai Pancasila Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sesuai Tuntutan
Kurikulum 2013, Makalah disampaikan sebagai kontribusi pemikiran untuk
Seminar dan Rapat Kerja Nasional Asosiasi Profesi, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan se-Indonesia (AP3KnI), dengan Tema: Revitalisasi Nilai-nilai
pancasila dan Implementasi Kurikulum PKn 2013, di Auditorium Lt.6 Gedung
FPIPS Universitas pendidikan Indonesia, Sabtu 14 Desember 2013
Muchtarom, Moch, (2012), Strategi Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui
Inovasi Pembelajaran PKN Berorientasi Civic Knowledge, Civic Disposition,
Dan Civic Skill Di Perguruan Tinggi, dalam jurnal PKn Progresif, Vol. 7 No. 2
Desember 2012
Muladi, (2006), “Pancasila sebagai Margin of Appreciation dalam Hukum yang
Hidup di Indonesia”, dalam Ahmad Gunawan dan Mu’ammar Ramadhan (ed),
2006, Menggagas Hukum Progresif Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Noor Ms Bakry, (1994), Pancasila: Yuridis Kenegaraan, Yogyakarta: Liberty
Poespowardojo, Soerjanto (1992), “Pancasila sebagai Ideologi Ditinjau dari Segi
Pandangan Hidup Bersama”. Dalam Oetojo Oesman dan Alfian (Ed.) Pancasila
sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa
dan Bernegra. BP-7 Pusat, Jakarta
Setiardja, Gunawan, 2006), “Berpikir secara Filsafati sebagai Sarana Memahami
Pancasila sebagai Ideologi Maupun sebagai Dasar Negara”, dalam Ahmad Gunawan
dan Mu’ammar Ramadhan (ed), 2006, Menggagas Hukum Progresif Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Meneguhkan Pancasila
DaerahSebagai Ideologi Negara,
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Langsung Di Indonesia 13
69
Membumikan Pancasila untuk Kelangsungan Hidup Bangsa Indonesia

Siswanto, (2017), Aktualisasi Pancasila Sebagai Strategi Menangkal Perang Proxy


Di Indonesia, Jurnal Pertahanan dan Bela Negara, April 2017, Volume 7 Nomor 1
Soepandji, Budi Susilo, (2012), Revitalisasi Nilai Luhur Pancasila dalam Kehidupan
Nasional, tersedia http://budisusilosoepandji.wordpress.com/2012/06/07/
revitalisasi-nilai-luhur-pancasila-dalam-kehidupan-nasional/ (diakses 12 juni
2013)
Suseno, Franz Magnis, (1999) Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Dasar
Kenegaraan Modern. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Syahrul Kirom, (2011), Filsafat Ilmu Dan Arah Pengembangan Pancasila:
Relevansinya Dalam Mengatasi Persoalan Kebangsaan, Jurnal Filsafat Vol.21, Nomor
2, Agustus 2011
Wahyudi, R. Firdaus, Hasrullah, M. Iqbal Sultan, (2014), Representasi Ideologi
Dalam Diskursus Reaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Harian Kompas, Jurnal
Komunikasi KAREBA, Vol. 3, No. 3 Juli – September 2014
Widisuseno, Iriyanto, (2014), AZAS Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi Dan
Dasar Negara, jurnal HUMANIKA Vol. 20 No. 2 (2014)
Winataputra, Udin, (2012). “Transformasi Nilai-Nilai Kebangsaan Untuk Jatidiri
Bangsa Indonesia : Suatu Pendekatan Pendidikan Kewarganegaraan, Makalah,
Bandung : UPI
Winataputra, Udin S. (2014), Diskursus Aktual Tentang Paradigma Pendidikan
Kewarganegaraan (PKN) Dalam Konteks Kurikulum 2013, Bahan Diskusi dalam
Semnas PKn-AP3KnI, Tahun 2014
14
70 Edisi 04
02 / Tahun 2017
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Indonesia 1

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN BANGSA


DI TENGAH GLOBALISASI DUNIA

Dr. Masroer, M.Si.

71
2
72 Edisi 04
02 / Tahun 2017

A. PENDAHULUAN mengancam eksistensi bangsa dan


negara, terutama hilangnya identitas
Artikel ini hendak menganalisis nasional. Sebagaimana diketahui,
secara sosiologis perihal Pancasila kini globalisasi telah menghasilkan
sebagai ideologi. Pertanyaan awalnya transformasi kehidupan umat
yang harus dijawab adalah apa itu manusia yang menyatu dalam
ideologi, sehingga ia dibutuhkan oleh jaringan kebudayaan global, yang
suatu bangsa? Tentu saja jawabanya ditandai dari kemunculan modernitas,
ialah ideologi merupakan seperangkat kapitalisme global, produksi massal,
nilai yang menggerakan tindakan kemajuan ilmu pengetahuan dan
manusia secara bersama-sama dalam teknologi, dominasi bangsa Barat, dan
mengaktualisasikan cita-cita sosialnya sekulerisasi ilmu pengetahuan dengan
di alam nyata. Sebagai ideologi, segala persoalan yang menyertainya.
Pancasila tidak hanya melahirkan Oleh karena itu, globalisasi menjadi
dasar berdirinya negara kebangsaan satu fenomena kebudayaan mendunia
(nation state), melainkan juga menjadi yang kehadirannya dapat dirasakan
pandangan hidup (weltanchung) di berbagai belahan dunia dan bangsa
bangsa Indonesia yang kemudian manapun, tidak terkecuali Indonesia.
mengidentitas secara sosial. Identitas Sebagai contoh, hanya dengan
atau dalam bahasa Indonesia disebut bantuan “si kotak ajaib” bernama
jatidiri, kini telah menjadi wacana televisi, seseorang yang bertempat
kontekstual yang menarik dan tinggal di Indonesia dapat melihat
menggeliat kembali eksistensialnya. secara langsung peristiwa tragis
Identitas menjadi isu sentral yang terjadi di Hongkong, Belanda,
masyarakat Indonesia berkaitan Amerika Serikat maupun negara-
dengan respon arus globalisasi negara lain. Masih banyak contoh lain
dunia. Modernisasi yang serta merta yang menandai abad baru kehidupan
membawa globalisasi dengan dampak umat manusia dewasa ini, dimana
perkembangan teknologi informasi globalisasi menghadirkan kesadaran
dan komunikasi yang menyertainya dunia yang melebur (global village),
telah menimbulkan kegelisahan yang berakibat tidak ada lagi relasi
tersendiri bagi bangsa, terutama antar bangsa tersekat di dalamnya;
identitas dirinya sebagai orang “the worldwide diffusion of practices,
Indonesia. Bahkan Pemerintah terus expansion of relations accross continents,
mengkampanyekan, bangsa Indonesia organization of social life on a global
harus memperteguh identitas scale, and growth of shared a global
nasionalnya sebagai bangsa yang consiousness”.1
merdeka dan berdaulat. Globalisasi Sebagaimana juga diakui bahwa
dunia yang masuk dengan sendirinya setiap bangsa di dunia ini memiliki
dicurigai sebagai unsur asing yang identitas sosial yang berbeda-beda

1) George Ritzer, The Globalization of Nothing (Thousand Oaks: Pine Forge Press, 2004), hlm.,72
Pancasila
DemokrasiSebagai
LokalIdeologi
dalam Pemilihan
Negara dan
Kepala
Bangsa
Daerah
di Tengah
Langsung
Globalisasi
Di Indonesia
Dunia 733

yang kemudian tumbuh menjadi akan tetapi terdapat perihal signifikan


kebanggaan nasional bagi rakyatnya. yang menjadi faktor perekat sosialnya,
Melalui identitas sosial itu, spirit yang kemudian tumbuh menjadi
nasionalisme lahir sebagai manifestasi identitas nasional. Salah satu faktor
dari rasa kecintaan kepada bangsa dan perekat sosial itu ialah, pengalaman
negara, yang kemudian mengkristal Indonesia sebagai bangsa yang
menjadi ideologi Pancasila. Ini artinya pernah mengalami ketertindasan
ideologi Pancasila menjadi urgen secara politik dan ekonomi lebih dari
di tengah derasnya arus perubahan 3,5 abad oleh kekuatan imperialisme
dunia global, terutama bagi dan kolonialisme bangsa-bangsa
keberlangsungan kehidupan bangsa asing yang kemudian melahirkan
dan negara Indonesia. persamaan senasib sepenanggungan
sebagai bangsa yang terjajahkan.
B. PEMBAHASAN Faktor kesamaan terjajahkan
atau senasib sepenanggungan
Dalam pada itu, bangsa Indonesia karena ketertindasan ini kemudian
yang dikenal sejak dulu sebagai diaktualisasasikan dengan
bangsa yang pluralistik, baik dari segi tumbuhnya semangat nasionalisme
agama, kebudayaan, etnik, bahasa dan dengan mencari identitas yang tidak
adat istiadat adalah warisan khasanah hanya mempersatukan, tetapi juga
kebudayaan nasional yang berharga dapat menjadi kebanggaan bersama
dan patut dipertahankan oleh semua dalam kehidupan berbangsa dan
pihak yang merasa dirinya sebagai bernegara. Identitas sosial yang sudah
orang Indonesia. Kepluralistikannya tentu tidak hanya secara fisik dapat
itu di satu sisi memang menjadi potensi dicari akibat banyak persamaan antar
bagi tumbuhnya kerukunan hidup sesama warga bangsa, misalnya
bersama dan saling bersinergi sebagai dari warna kulit, rambut, tinggi
satu bangsa untuk mencapai cita-cita badan dan lain sebagainya, namun
bersama sebagai orang yang tinggal di juga dapat dilihat secara non fisik,
wilayah Nusantara. Namun di sisi lain, seperti dari tata kebudayaan bangsa
ia dapat berpotensi menjadi pemicu yang dikenal sangat ramah, santun,
konflik manakala tidak dikelola religius, humanis dan suka bergotong
dengan baik dan terorganisir, lebih royong. Tentu hal ini merupakan
lagi jika masing-masing keberbedaan bagian dari heritage identitas nasional
itu memiliki agenda sosial dan tujuan Indonesia yang patut dibanggakan
yang saling bersebarangan. 2 oleh setiap warga bangsa. Melalui
Oleh karena itu walaupun terdapat identitas nasional yang diperteguhkan
banyak perbedaan diantara warga tersebut, pada mulanya dalam sejarah
bangsa yang jika dipertentangkan dimanfaatkan oleh para pemimpin
dapat memicu konflik dan ketegangan, kita agar setiap warga bangsa dapat

1) Bdk., Direktorat Jendral Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Modul Wawasan
Kebangsaan (Jakarta: Kementerian Dalam Negeri RI, 2011), hlm., 28. 5 Ibid., hlm., 29
4
74 Edisi 04
02 / Tahun 2017

memiliki semangat nasionalisme Afrika maupun Amerika Latin yang


yang berkobar-kobar untuk mencapai pada umumnya cukup lama berada
kemerdekaan bangsa pada tahun 1945. di bawah cengkeraman penjajahan
Akan tetapi setiap warga bangsa negara lain, ideologi dimaknai sebagai
kini tidak hanya berhenti dalam keseluruhan pandangan, cita-cita,
memperjuangkan kemerdekaan nilai, dan keyakinan yang hendak
bangsa, melainkan perlu mempunyai diwujudkan dalam pengalaman
identitas yang kuat dalam bentuk hidup yang nyata. Ideologi dalam
ideologi yang dapat mempersatukan artian ini sangat diperlukan, karena
menjadi kekuatan nasional yang mampu membangkitkan kesadaran
tidak mudah terombang-ambing oleh akan arti kemerdekaan, memberikan
kerasnya persoalan dalam kehidupan arahan mengenai dunia beserta
berbangsa dan bernegara di kemudian isinya, serta menanamkan semangat
hari, lebih lagi di tengah globalisasi saat dalam perjuangan masyarakat untuk
ini. Adanya Pancasila sebagai ideologi bergerak melawan penjajahan, yang
bangsa dan negara menjadikan kita selanjutnya direalisasikan dalam
sadar bahwa sebagai bangsa Indonesia kehidupan penyelenggaraan negara.
yang mempunyai jatidiri bersama Pentingnya ideologi bagi suatu negara
yang hendak terus diwujudkan, tidak juga terlihat dari fungsi ideologi
hanya dalam pergaulan hidup sehari- itu sendiri. Adapun fungsi ideologi
hari, melainkan juga dalam kehidupan adalah membentuk identitas sosial
bernegara. Ini artinya ketika Pancasila atau ciri kelompok atau bangsa.
dilihat sebagai ideologi negara, ia Ideologi memiliki kecenderungan
menjadi landasan ideal dan filosofi untuk “memisahkan” kita dari mereka.
hidup bagi para penyelenggara Ideologi berfungsi mempersatukan
negara dalam merumuskan berbagai sesama kita. Apabila dibandingkan
kebijakan dalam kehidupan bernegara dengan agama, agama berfungsi
yang sesuai dengan cita cita nasional juga mempersatukan orang dari
sebagaimana yang termaktub dalam berbagai pandangan hidup, bahkan
Pembukaan UUD 1945. 3 dari berbagai ideologi. Sebaliknya
Pengertian ideologi itu sendiri jika ideologi mempersatukan orang
ditinjau dari konteks sosial merupakan dari berbagai agama. Oleh karena
keseluruhan pandangan, cita-cita, itu ideologi juga berfungsi untuk
nilai dan keyakinan yang hendak mengatasi berbagai pertentangan
diwujudkan dalam kenyataan hidup atau ketegangan sosial. Dalam hal ini
yang konkrit. 4 Jika menengok sejarah ideologi berfungsi sebagai pembentuk
kemerdekaan negara-negara Dunia solidaritas sosial dengan mengangkat
Ketiga, misalnya baik yang ada di Asia, berbagai perbedaan ke dalam tata nilai
3) Bdk., Michael Morfit, “Pancasila: The Indonesian State Ideology According to The New Order Government”, Asian Survey,
Vol. XXI, No. 8, August 1981 (California: University of California Press, 1981), 842.
4) Soerjanto Poespowardojo, “Pancasila Sebagai Ideologi Ditinjau Dari Segi Pandangan Hidup Bersama”, dalam Alfian & Oetojo
Oesman, eds, Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara (Jakarta:
BP-7 Pusat, 1991), hlm., 44.
Pancasila
DemokrasiSebagai
LokalIdeologi
dalam Pemilihan
Negara dan
Kepala
Bangsa
Daerah
di Tengah
Langsung
Globalisasi
Di Indonesia
Dunia 755

yang lebih tinggi. Fungsi pemersatu dimaksudkan agar ia pada hakikatnya


ini dilakukan dengan menyatukan tidak sekedar hasil perenungan atau
keanekaragaman, misalnya dengan pemikiran seseorang atau kelompok
memakai semboyan “kesatuan dalam orang sebagaimana ideologi–ideologi
perbedaan” dan “perbedaan dalam lain di dunia. Namun ia digali dari
kesatuan”. nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan
Dalam ideologi Pancasila, nilai serta keyakinan religius yang terdapat
kekeluargaan atau kebersamaan dalam pandangan hidup masyarakat
merupakan prinsip hidup yang Indonesia sebelum membentuk
diutamakan, sehingga seseorang negara kebangsaan (nation state) ini.
yang memahami dengan baik Dengan kata lain, unsur-unsur yang
nilai kekeluargaan dapat menolak merupakan materi (bahan) Pancasila
pandangan individualisme yang tidak lain diangkat dari pandangan
melahirkan paham liberalisme, hidup masyarakat Indonesia sendiri
kapitalisme, kolonialisme, yang dijalani selama berabad-
imperilaisme, monopoli, abad pada masa lalu. Unsur-unsur
otoriterianisme dan totaliterisme yang Pancasila tersebut kemudian diangkat
masuk dalam era globalisasi seperti dan dirumuskan oleh para pendiri
sekarang. Dengan memahami ideologi negara (founding fathers), sehingga
Pancasila, juga dapat menilai suatu ia berkedudukan sebagai dasar atau
kejujuran baik yang sesuai dengan ideologi bagi lahirnya bangsa dan
nilai kemanusiaan maupun sebaliknya negara Indonesia.
yang bertentangan dengan nilai Pada pembukaan UUD 1945,
kemanusiaan dan keadaban. Ini artinya misalnya dinyatakan bahwa Pancasila
bahwa ideologi negara sebenarnya adalah dasar negara. Dengan
merupakan perkembangan dari demikian Pancasila merupakan nilai
ideologi bangsa. KH. Abdurrahman dasar normatif tertinggi bagi seluruh
Wahid pernah menegaskan bahwa penyelengaraan negara. Dengan
Pancasila sebagai ideologi bangsa kata lain Pancasila merupakan
mengandung arti bahwa setiap dasar falsafah atau ideologi negara,
warga negara terikat oleh ketentuan- karena memuat norma-norma yang
ketentuan mendasar yang tertuang paling mendasar untuk mengukur
dalam sila pertama sampai ke lima.5 dan menentukan keabsahan bentuk-
Terkadang kedua istilah tersebut, bentuk penyelenggaraan negara
disatukan menjadi Pancasila sebagai serta kebijaksanaan-kebijaksanaan
ideologi bangsa dan negara. 6 penting yang diambil dalam proses
Pancasila sebagai kekuatan pemerintahan.7 Pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara tersebut ideologi negara berarti ia juga

5) Abdurahman Wahid, “Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kaitannya Dengan Kehidupan Beragama dan Berkepercayaan
Terhadap Tuhan YME”, dalam Alfian & Oetojo Oesman, eds., Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara (Jakarta: BP-7 Pusat, 1991), hlm. 163
6) Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 30-31.
7) Soerjanto Poespowardojo, “Pancasila Sebagai Ideologi..., hlm., 44.
6
76 Edisi 04
02 / Tahun 2017

merupakan ajaran, doktrin, teori dan hierarkis dan piramidal, yang


atau ilmu tentang cita-cita bangsa berarti bahwa urut-urutan kelima
Indonesia yang diyakini kebenarannya, sila menunjukkan suatu rangkaian
disusun secara sistematis serta diberi tingkat dalam luasnya pemikiran
petunjuk dengan pelaksanaan yang dan isi sifatnya, serta merupakan
jelas. pengkhususan dari sila-sila yang
Abdurrahman Wahid juga didirumusakannya di depan. Kedua
mengungkapkan bahwa Pancasila bersifat saling mengisi dan saling
sebagai falsafah negara mempunyai mengkualifikasi. 11
status sebagai kerangka berpikir Dalam susunan hierarkial dan
yang harus diikuti dalam menyusun piramidal, maka sila Ketuhanan yang
undang-undang dan produk hukum Maha Esa menjadi basis kemanusiaan,
yang lain, merumuskan kebijakan persatuan Indonesia, kerakyatan dan
pemerintah dan dalam mengatur keadilan sosial. Sebaliknya Ketuhanan
hubungan formal antar lembaga- Yang Maha Esa adalah Ketuhanan
lembaga dan perorangan yang hidup yang berkemanusiaan, membangun,
dalam kawasan negara ini. 8 Sedangkan memelihara dan mengembangkan
Pancasila sebagai dasar berideologi persatuan Indonesia; berkerakyatan
negara memiliki konsekuensi segala dan berkeadilan sosial, demikian
peraturan perundang-undangan selanjutnya, sehingga tiap-tiap
dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. sila di dalamnya mengandung
Dengan kata lain, Pancasila merupakan sila-sila yang lain. Kemudian
sumber hukum tertinggi di Indonesia, susunan Pancasila dalam hierarkhis
sehingga seluruh peraturan hukum piramidal dapat dirumuskan dalam
positif Indonesia diderivasikan dari hubungannya saling mengisi dan
nilai-nilai Pancasila. 9 saling mengkualifikasi. Tiap-tiap sila
Sementara itu, Pancasila sebagai mengandung empat sila lainnya dan
dasar kehidupan berbangsa dan dikualifikasi oleh empat sila lain.
bernegara merupakan identitas Rumusannya sebagai berikut :
nasional yang kokoh yang berasal 1. Sila pertama : Ketuhanan Yang
dari nilai (kausa materialis) bangsa Maha Esa adalah Ketuhanan yang
Indonesia itu sendiri. 10 Konsekuensi berkemanusiaan yang adil dan
dari kausa materialis ini ialah ciri khas, beradab, berpersatuan Indonesia,
sifat dan karakter bangsa Indonesia berkerakyatan yang dipimpin
tercermin dalam sistem nilai filsafat oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Pancasila. Sebagai sistem nilai, maka permusywaratan/perwakilan,
susunan Pancasila mengandung dan berkeadilan bagi seluruh
dua makna, yaitu pertama, bersifat rakyat Indonesia.

8) Abdurrahman Wahid, “Pancasila Sebagai..., hlm., 163


9) Kaelan, Pendidikan..., hlm., 40-44
10) Ibid, 39
11) Ibid., 10-12
Pancasila
DemokrasiSebagai
LokalIdeologi
dalam Pemilihan
Negara dan
Kepala
Bangsa
Daerah
di Tengah
Langsung
Globalisasi
Di Indonesia
Dunia 777

2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil sangkut paut antara sila yang satu
dan beradab adalah kemanusiaan dengan yang lain, maka sesungguhnya
yang berketuhanan Yang Maha tidak ada Pancasila, sehingga tidak
Esa, berpersatuan Indonesia, dapat dipergunakan sebagai asas
berkerakyatan yang dipimpin kerohanian bagi suatu negara. Untuk
oleh hikmat kebijaksanaan dalam itu, sangatlah tepat apabila Bung
permusywaratan/perwakilan, Karno pernah menegaskan bahwa
berkeadilan bagi seluruh rakyat kesatuam sila-sila Pancasila itu dapat
Indonesia. disatukan menjadi Ekasila, yaitu
3. Sila ketiga : Persatuan gotong royong.
Indonesia adalah persatuan Dengan demikian pentingnya ideologi
yang berketuhanan Yang bagi suatu negara dan bangsa juga
Maha Esa, berkemanusiaan terlihat dari fungsi ideologi itu sendiri.
yang adil dan beradab, Ideologi berfungsi mempersatukan
berkerakyatan yang dipimpin sesama kita. Oleh karena itu ideologi
oleh hikmat kebijaksanaan dalam juga berfungsi untuk mengatasi
permusywaratan/perwakilan, berbagai pertentangan atau
berkeadilan bagi seluruh rakyat ketegangan sosial. Dalam hal ini
Indonesia. ideologi berfungsi sebagai pembentuk
4. Sila keempat : Kerakyatan solidaritas sosial dengan mengangkat
yang dipimpin oleh hikmat berbagai perbedaan ke dalam tata
kebijaksanaan dalam nilai yang lebih tinggi menjadi
permusywaratan perwakilan identitas bersama di tengah derasnya
adalah kerakyatan berketuhanan arus perubahan sosial yang terus
Yang Maha Esa, berkemanusiaan berlangsung.
yang adil dan beradab,
berpersatuan Indonesia yang C. PENUTUP
berkeadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sebagai kekuatan ideologi sosial
5. Sila kelima : Keadilan bagi seluruh dalam kehidupan berbangsa dan
rakyat Indonesia adalah keadilan bernegara yang kemudian melahirkan
yang berketuhanan Yang Maha Indonesia merdeka, Pancasila tidak
Esa, berkemanusiaan yang adil dan hanya mencerminkan kepribadian
beradab, berpersatuan Indonesia, nasional kita sebagai bangsa yang
berkerakyatan yang dipimpin berbhineka, melainkan juga menjadi
oleh hikmat kebijaksanaan dalam filoosfi dasar berdirinya suatu negara
permusywaratan/perwakilan. kebangsaan. Dan bahkan Pancasila
kemudian tumbuh menjadi jatidiri
Perumusan di atas merupakan nasional yang membuat bangsa dan
suatu kesatuan keseluruhan yang negara ini mampu bertahan dan
bulat. Jika urutannya tidak demikian, malahan berkembang di tengah
yakni terpecah-pecah dan tidak ada arus perubahan di dunia global.
8
78 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Dan pada akhirnya, tugas kita mencapai cita-cita nasional yang abadi,
adalah mempertahankan pandangan yakni masyarakat Indonesia yang adil
“Pancasilais” itu dengan penuh dan makmur. Salam Merdeka!.
kebangaaan dan kecintaan terhadap
tanah air yang telah diperjuangkan
oleh para leluhur bangsa kita sejak
era kemerdekaan tahun 1945, demi
Pancasila
DemokrasiSebagai
LokalIdeologi
dalam Pemilihan
Negara dan
Kepala
Bangsa
Daerah
di Tengah
Langsung
Globalisasi
Di Indonesia
Dunia 799

Daftar Pustaka
Asy’ari Musa, 2005, NKRI, Budaya Politik dan Pendidikan, Yogyalatrta: Lesfi.
Akhmad, Nur & Pramono U. Tanthowi, ed., 2000, Muhammadiyah Digugat:
Reposisi Di Tengah Indonesia Yang Berubah, Jakarta: Harian Kompas.
Bahar, Safroeddin, dan Nani Hudawati, 1998, Risalah Sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI,) Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Cholisin, 2011, Pancasila Sebagai Ideologi Negara Dan Relevansinya Dengan
Kondisi Saat Ini, Yogyakarta: FISE UNY.
Castells, Manuel, 2003, The Power of Identity, USA: Blackwell Publishing.
Direktorat Jendral Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia, 2011, Modul Wawasan Kebangsaan, Jakarta: Kementerian
Dalam Negeri RI.
Haddock, Bruce, & Peter Sutch, ed., 2003, Multiculturalism, Identity and Rights,
USA: Routledge.
Jameson, Fredric & Masao Miyoshi, eds., 2004, The Cultures of Globalization,
USA: Duke University Press.
Kaelan, 2010, Pendidkan Kewarnegaraan, Yogyakarta: Paradigma.
Morfit, Michael, 1981, “Pancasila: The Indonesian State Ideology According to The
New Order Government”, Asian Survey, Vol. XXI, No. 8, August 1981, California:
University of California Press.
Makhrus, dkk. 2005. Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Masroer, 2015, Identitas Komunitas Masjid di Era Globalisasi: Studi Pada
Komunitas Masjid Pathoknegoro Plosokuning Keraton Yogyakarta, Salatiga:
Fakultas Teologi UKSW.
Poespowardojo, Soerjanto. 1991, “Pancasila Sebagai Ideologi Ditinjau Dari Segi
Pandangan Hisup Bersama”, dalam Alfian & Oetojo Oesman, eds., Pancasila
Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa
dan Bernegara, Jakarta: BP-7 Pusat.
Ricklefs, M.C., 2005, Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ritzer, George, 2004, The Globalization of Nothing, Thousand Oaks USA: Pine
Forge Press.
Wahid, Abdurrahman, 1991, “Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kaitannya Dengan
10
80 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Kehidupan Beragama dan Berkepercayaan Terhadap Tuhan YME”, dalam Alfian


& Oetojo Oesman, eds., Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, Jakarta: BP-7 Pusat.
Yapeta, 1994, Sejarah Lahirnya Pancasila, Jakarta: Yapeta Pusat.
Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung Di Indonesia 1

URGENSI DAN KEBUTUHAN BANGSA INDONESIA DALAM UPAYA


MENEGASKAN KEDUDUKAN PANCASILA DALAM UNDANG
UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945 1

Supriyanto, SH, MH 2

1)Makalah dalam FGD, Kerjasama Unsoed dengan MPR RI


2)Dosen Tetap FH UNSOED

81
2
82 Edisi 04
02 / Tahun 2017

A. PENDAHULUAN berbangsa dan bernegara, Pancasila


telah menjadi sumber primer dalam
Penegasan Pancasila sebagai Dasar memecahkan persoalan bangsa yang
Negara, Ideologi Bangsa dan Negara bersifat multidimensial. Pancasila
dalam Undang Undang Dasar Negara mempunyai nilai historis yang
Republik Indonesia Tahun 1945 telah kuat yang dapat meningkatkan
menjadi diskursus publik yang sangat spirit kebangsaan dan mempunyai
kuat. Hal ini disebabkan karena nilai spiritual-ideologis yang dapat
semakin berkembangnya berbagai dijadikan sebagai kekuatan untuk
pemikiran dan koreksi atas dinamika meneropong persoalan kekinian dan
kehidupan berbangsa dan bernegara kemasadepanan.
dalam upaya mewujudkan cita-cita Dalam perjalanan sejarahnya,
nasional sebagaimana termaksub rumusan sila-sila Pancasila beberapa
dalam Pembukaan Undang Undang kali mengalami perubahan. Bung
Dasar Negara Republik Indonesia Karno pada tanggal 1 Juni 1945
Tahun 1945. mengemukakan dasar atau falsafah
Dalam sejarah perjalanan bangsa (weltanschuung) negara Indonesia
Indonesia, para pendiri bangsa merdeka yang selanjutnya disebut
telah menyadari dengan seksama dengan Pancasila. Dalam pidatonya
bahwa Pancasila adalah philosofische ini, Bung Karno berhasil meyakinkan
groundslag dan weltanchauung yaitu anggota Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai
fundamen, filsafat dan landasan (BPUPKI) untuk menerima Pancasila
yang akan menjadi pijakan utama sebagai dasar Negara, yang segera
bagi kehidupan bangsa dan Negara disisipkan dalam Pembukaan UUD
Indonesia masa depan. Pancasila 1945. Pidato 1 Juni kemudian dijadikan
dicita-citakan sebagai alat pemersatu sebagai hari lahirnya Pancasila.
seluruh warga negara dari Sabang Selanjutnya, pasca proklamasi
sampai ke Merauke. Sebuah fakta kemerdekaan 17 Agustus 1945,
sejarah bahwa Pancasila telah Pancasila merupakan falsafah dasar
diterima oleh Bangsa Indonesia bangsa kemudian diterjemahkan
sebagai falsafah dan ideologi Negara kembali kedalam konstitusi Negara,
yang akan menjadi sumber inspirasi lahirlah Undang-Undang Dasar 1945.
dalam mewujudkan cita-cita bangsa Pancasila dan UUD 1945 merupakan
sebagaimana termaktub dalam landasan ideologi dan konstitusional
Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Indonesia yang dapat menjadi
Negara Republik Indonesia Tahun dasar dan jalan untuk mencapai
1945. cita-cita bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila di samping sebagai masyarakat yang adil dan makmur,
ideologi, dasar dan falsafah Negara, tanpa penindasan manusia atas
juga menjadi cita-cita moral dan manusia dan bangsa atas bangsa.
pandangan hidup bangsa Indonesia. Mengingat urgensi nilai-
Seiring dinamika kehidupan nilai Pancasila dalam setiap
Urgensi dan Kebutuhan Bangsa
dalamIndonesia
PemilihanDalam
KepalaUpaya
DaerahMenegaskan
Langsung DiKedudukan
Demokrasi Lokal Indonesia 833
Pancasila Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

penyelenggaraan Negara baik dalam Posisi dan peran Pancasila dalam


hal hubungan antar lembaga-lembaga kehidupan bernegara lebih lanjut
Negara, upaya penegakan hukum, Ketetapan MPR Nomor XVIII/
pelaksanaan demokrasi, menjalankan MPR/1998 tentang Pencabutan
tata pemerintahan yang baik maupun Ketetapan MPR RI Nomor IIMPR/1978
pengaturan ekonomi Negara serta tentang Pedoman Penghayatan dan
etika moral dalam kehidupan sosial Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya
budaya dan kemasyarakatan, kita Pancakarsa) dan Penetapan dan
dihadapkan pada salah satu fakta Penegasan Pancasila sebagai Dasar
yang menimbulkan kekhawatiran Negara menyatakan bahwa : Pancasila
memudarnya nilai dan menurunnya sebagaimana dimaksud dalam
derajat Pancasila dalam kehidupan Pembukaan Undang Undang Dasar
berbangsa dan bernegara yakni 1945 adalah dasar negara dari Negara
dengan tidak adanya kepastian hukum Kesatuan Republik Indonesia yang
atas penjabaran nilai dan kedudukan harus dilaksanakan secara konsisten
Pancasila. Tidak ada undang-undang dalam kehidupan bernegara.
ataupun peraturan perundang- Memperhatikan makna yang
undangan lain yang menegaskan isi terkandung dalam Pancasila sebagai
dan kedudukan Pancasila. norma fundamental Negara maka
Undang Undang Dasar Negara menjadi keniscayaan bahwa nilai-
Republik Indonesia Tahun 1945 nilai Pancasila harus menjiwai
sebagai Konstitusi Negara Indonesia seluruh pengaturan kehidupan
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus bernegara dalam pasal-pasal UUD
1945, secara yuridis konstitusional 1945. Pancasila harus menjadi
sejak 18 Agustus 1945 tidak hanya sumber dari segala sumber hukum
menjadi dasar pembentukan Negara dalam setiap ketentuan peraturan
Republik Indonesia tetapi juga perundang-undangan yang berlaku.
memuat landasan yuridis Pancasila Dengan demikian Pancasila adalah
sebagai norma fundamental Negara landasan bagi pembangunan hukum
(Staatfundamentalnorm) yang Nasional yang dicita-citakan (Ius
merupakan cita hukum (rechtidee) Constituendum) maupun landasan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. hukum yang berlaku di Indonesia saat
Terkait dengan cita hukum Negara ini (Ius Constitutum) yang mengatur
Indonesia yang berdasar Pancasila, kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila adalah cita hukum rakyat Sehubungan dengan hal tersebut maka
Indonesia yang dijabarkan oleh UUD ditegaskan lebih lanjut dalam Pasal
1945 ke dalam pasal-pasalnya yang 2 Undang Undang Nomor 12 Tahun
ada di batang tubuhnya. Dengan 2011 tentang Peraturan Perundang
perkataan lain norma-norma hukum Undangan yang menyatakan bahwa
yang ada dalam batang tubuh UUD Pancasila adalah sumber dari segala
1945 pada hakikatnya dibentuk oleh sumber hukum Negara kemudian
norma fundamental Negara Pancasila. dijelaskan bahwa penempatan
4
84 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Pancasila sebagai sumber dari segala tentunya banyak mengalami pasang


sumber hukum Negara adalah sesuai surut hal ini disebabkan bahwa di
dengan Pembukaan Undang Undang era globalisasi saat sekarang ini
Dasar Negara Republik Indonesia banyaknya permasalahan baru
Tahun 1945 yang menempatkan yang muncul ditanah air khususnya
Pancasila sebagai dasar dan ideologi masalah korupsi, nepotisme, dan
Negara serta sekaligus dasar filosofis masuknya budaya dari luar yang
bangsa dan Negara sehingga setiap berdampak pada perubahan budaya
materi muatan peraturan perundang- dalam masyarakat. Perubahan
undangan tidak boleh bertentangan perubahan tersebut akan berdampak
dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila pada kehidupan baru masyarakat
sebagai sumber dari segala sumber yang tentu saja membawa konsekwen
hukum di Indonesia maka posisi baru dari segi hukum di Indonesia.
Pancasila diletakkan pada posisi Maka hukum di Indonesia juga
tertinggi dalam hukum di Indonesia, terus mengalami perubahan untuk
meskipun sejak Indonesia merdeka disesuaikan dengan permasalahan
masih menggunakan hukum yang ada. Masalah terorisme dan
peninggalan Belanda, posisi Pancasila organisasi kejahatan internasional
dalam hal ini menjadikan pedoman menjadikan masalah baru bagi hukum
dan arah bagi setiap bangsa Indonesia kita untuk menanggulangi, disinilah
dalam menyusun dan memperbaiki permasalah baru selalu muncul dan
kondisi hukum di Indonesia. Pancasila harus tetap menjadi pijakan
Mengingat bahwa hukum terus bangsa Indonesia dalam menghadapi
berubah dan mengikuti perkembangan persolan persoalan baru hukum.
masyarakat, maka setiap perubahan
yang terjadi akan selalu disesuaikan B PERMASALAHAN
dengan cita-cita bangsa Indonesia
yang mengacu pada Pancasila. Berdasarkan latar belakang
Dalam rangka menuju masyarakat tersebut di atas maka penulis
adil dan makmur yang menjadi mengajukan permasalahan sebagai
tujuan bangsa dan rakyat Indonesia, berikut :
Pancasila menjadi landasannya, untuk 1. Bagaimanakah kedudukan
itulah perlu adanya tatanan dan tertib Pancasila dalam kehidupan
hukum dalam mengatur masyarakat berbangsa dan bernegara ?
dan Negara untuk mencapai tujuan 2. Apakah yang menjadi urgensi
tersebut. Arah dan acuan tersebut dan kebutuhan bangsa Indonesia
tentunya harus berpijak pada dalam upaya menegaskan
Pancasila. Namun demikian dalam kedudukan Pancasila dalam
perjalanan Pancasila sebagai dasar Undang Undang Dasar Negara
Negara sekaligus sebagai sumber dari Republik Indonesia th 1945 ?
segala sumber hukum di Indonesia
Urgensi dan Kebutuhan Bangsa
dalamIndonesia
PemilihanDalam
KepalaUpaya
DaerahMenegaskan
Langsung DiKedudukan
Demokrasi Lokal Indonesia 855
Pancasila Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

C. PEMBAHASAN bangsa dan negara, agar


peraturan dasar itu tahan uji
1. Kedudukan Pancasila Dalam sepanjang masa. Peraturan-
Kehidupan Berbangsa dan peraturan selanjutnya
Bernegara yang disusun untuk
mengatasi dan menyalurkan
Dalam kehidupan berbangsa dan persoalan-persoalan yang
bernegara secara umum dapat timbul berhubung dengan
dikatakan kedudukan Pancasila penyelenggaraan dan
mempunyai arti yang sangat perkembangan negara harus
strategis yang antara lain adalah didasarkan dan berpedoman
sebagai berikut : Undang-Undang Dasar.
Oleh karena itu Pancasila
a. Pancasila Sebagai Dasar tercantum dalam UUD 1945
Negara RI dan bahkan menjiwai seluruh
Pancasila yang dikemukakan isi peraturan dasar tesebut
dalam Sidang I dari BPUPKI yang berfungsi sebagai dasar
pada tanggal 1 Juni 1945 negara sebagaimana jelas
dikandung maksud untuk tercantum dalam alinea IV
dijadikan dasar negara bagi Pembukaan UUD 1945 maka
Negara Indonesia Merdeka. semua peraturan perundang-
Adapun dasar itu haruslah undangan RI yang dikeluarkan
berupa suatu filsafat yang negara dan Pemerintah RI
menyimpulkan kehidupan haruslah sejiwa dengan dasar
dan cita-cita bangsa dan negara yaitu Pancasila. Isi
negara Indonesia yang dan tujuan dari peraturan
merdeka. Sidang BPUPKI perundang-undangan RI tidak
telah menerima secara bulat boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila itu sebagai dasar Pancasila. 3
negara Indonesia dalam b. Pancasila Sebagai Pandangan
keputusan sidang PPKI Hidup Bangsa Indonesia
kemudian pada tanggal Setiap bangsa yang berdiri
18 Agustus Pancasila kokoh dan kuat perlu
tercantum secara resmi dalam mengetahui dengan jelas ke
pembukaan UUD RI. Undang- arah mana tujuan yang ingin
Undang Dasar yang menjadi dicapai. Oleh sebab itu perlu
sumber ketatanegaraan harus juga bangsa itu memiliki
mengandung unsur-unsur pendangan hidup. Dengan
pokok yang kuat dan menjadi pandangan hidup inilah suatu
landasan hidup bagi seluruh bangsa akan memandang

3) (Ign Gatut Saksono,2007 :35).


6
86 Edisi 04
02 / Tahun 2017

persoalan-persoalan yang hidup layak sebagai manusia,


dihadapinya dan menentukan mengembangkan dirinya dan
arah serta cara bagaimana mewujudkan kesejahteraan
bangsa itu memecahkan lahir batin seluruh rakyat,
persoalan-persoalannya. memajukan kesejahteraan
Tanpa memiliki pandangan umum dan mecerdaskan
hidup maka suatu bangsa bangsa. Pancasila bagi kita
akan merasa terus terombang- merupakan pandangan hidup,
ambing dalam menghadapi kesadaran dan cita-cita moral
persoalan-persoalan besar yang meliputi kejiwaan dan
umat manusia dalam pergaulan watak yang sudah berurat-
masyarakat bangsa-bangsa akar di dalam kebudayaan
di dunia. Dengan pandangan bangsa indonesia. Ialah suatu
hidup yang jelas suatu bangsa kebudayaan yang mengajarkan
akan memiliki pegangan bahwa hidup manusia
dan pedoman bagaimana akan mencapai jika dapat
ia memecahkan masalah- dikembangkan keselarasan
masalah politik, ekonomi, dan keseimbangan, baik
sosial dan budaya yang timbul dalam hidup manusia sebagai
dalam gerak masyarakat manusia, maupun di dalam
yang akan maju. Dengan mengajar kemajuan lahiriah
berpedoman pada pandangan dan kebahagiaan rokhaniah.4
hidup itu pula suatu bangsa Pancasila disepakati
akan membangun dirinya. sebagai sumber dari segala
Dalam pandangan hidup ini sumber hukum. Namun
terkandung konsep dasar tak sebatas itu termasuk
dan mengenai kehidupan juga sebagai nilai budaya
yang dicita-citakan oleh suatu yang menjiwai setiap gerak
bangsa, terkandung pikiran langkah rakyatnya. Hal ini
dan gagasan suatu bangsa diartikan bahwa kualitas akan
mengenai wujud kehidupan produk hukum dan budaya
yang baik menjelaskan “Negara ditentukan oleh seberapa jauh
Pancasila adalah negara yang bangsa Indonesia mampu
didirikan, dipertahankan memaknai atau memahami
dan dikembangkan dengan sumber dasarnya sendiri.
tujuan untuk melindungi dan Akan tetapi yang menjadi
mengembangkan martabat permasalahan saat ini adalah
dan hak-hak asasi semua semakin lama pemahaman
warga bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai pancasila
agar masing-masing dapat justru semakin memudar.

4) (Kansil, 1986, hlm. 80-81).


Urgensi dan Kebutuhan Bangsa
dalamIndonesia
PemilihanDalam
KepalaUpaya
DaerahMenegaskan
Langsung DiKedudukan
Demokrasi Lokal Indonesia 877
Pancasila Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Pengaruh masuknya budaya moralitas pancasila dapat


asing ditengah kehidupan dijadikan sebagai dasar dan
masyarakat yang selalu diikuti arah dalam upaya mengatasi
adanya penyaringan kaidah krisis dan disintergrasi.
merupakan penyebab semakin c. Pancasila sebagai ideologi
terkikisnya rasa nasionalisme negara
bangsa Indonesia. Adapun Pancasila sebagai ideologi
pendapat yang menyatakan berarti suatu pemikiran
“untuk meningkatkan yang memuat pandangan
loyalitas masyarakat terhadap dasar dan cita-cita mengenai
nilai-nilai Pancasila pertama sejarah manusia, masyarakat
kali perlu dibangun adanya dan negara indonesia yang
rasa memiliki terhadap nilai- bersumber dari kebudayaan
nilai Pancasila”. Pancasila itu Indonesia, oleh karena
menggambarkan Indonesia, ituPancasila dalam pengertian
Indonesia yang penuh dengan ideologi ini sama artinya
nuansa plural yang secara dengan pandangan hidup
otomatis menggambarkan bangsa atau falsafah hidup
bagaimana multi kulturalnya bangsa. Pancasila sebagai
bangsa kita. Ideologi Pancasila ideologi memuat nilai-
hendaknya menjadi satu nilai dasar yang belum
panduan dalam berbangsa bersifat operasional. Untuk
dan bernegara karena operasionalisasi ini setiap
masyarakat kita saat ini generasi harus memaknai
cenderung mengabaikan kambali falsafah negara ini
ideologi bangsanya sendiri. dan mencari apa implikasi
Pancasila akan mengatasi sesuai dengan konteks
keanekaragaman dalam zaman. Falsafah negara
masyarakat Indonesia dengan tidak pernah membelenggu
tetap menjaga toleransi kebebasan dan tanggung
terhadap adanya perbedaan. jawab masyarakat, melainkan
Penetapan pancasila sebagai justru memberi peluang
dasar negara tak hendak untuk memperkembangkan
menghapuskan perbedaan masyarakatnya. Merupakan
(indefferentism) tetapi tanggung jawab setiap generasi
dirangkum semuanya dalam untuk merealisaikan niai-nilai
satu semboyan khas Indonesia dasar ini dalam kehidupan
yang dinyatakan dalam nyata baik sebagai individu,
seloka “Bhineka Tunggal sebagai warga negara serta
Ika”. Pancasila sebagai dasar diaktualisasikan dalam
negara harus diarahkan pada segala bentuk kehidupan
pembinaan moral sehingga bermasyarakat, berbangsa
8
88 Edisi 04
02 / Tahun 2017

dan bernegara. Sebagai suatu (jo Ketetapan MPR No. V/


ideologi bangsa dan negara MPR/1973 dan Ketetapan No.
indonesia maka pancasila IX/MPR/1978).Dijelaskan
pada hakikatnya bukan bahwa pancasila sebagai
hanya merupakan suatu hasil sumber dari segala sumber
perenungan atau pemikiran hukum Indonesia yang
seseorang atau sekelompok hakikatnya adalah sebuah
orang sebagaimana ideolagi- pandangan hidup.
ideologi lain di dunia, namun
pancasila diangkat dari nilai- Pancasila sebagai sumber dari
nilai adat istiadat, nilai-nilai segala sumber hukum juga diatur
kebudayaan serta nilai-nilai dalam Pasal 2 UU No.10 tahun 2004
religius yang terdapat dalam tentang Pembentukan Perundang-
pandangan hidup masyarakat undangan yang menyatakan
Indonesia sebelum membentuk “Pancasila merupakan sumber dari
negara sehingga bangsa ini segala sumber hukum negara”.
merupakan kausa materialis Dilihat dari materinya, Pancasila
(asal bahan) Pancasila. 5 digali dari pandangan hidup bangsa
d. Pancasila sebagai sumber dari Indonesia yang merupakan jiwa
segala sumber hukum dan kepribadian bangsa Indonsia
Sumber hukum ialah sumber sendiri. Dasar Pancasila terbuat dari
yang dijadikan bahan untuk materi atau bahan dalam negeri yang
penyusunan peraturan merupakan asli murni dan menjadi
perundang-undangan,baik kebanggaan bangsa. Dasar negara
berupa sumber hukum Republik Indonesia tidak diimpor dari
tertulis maupun tidak tertulis. luar,meskipun mungkin sajamendapat
Sejarah Pancasila sebagai pengaruh dari luar.
dasar negara secara yuridis Dalam ilmu pengetahuan hukum,
(hukum) tercantum dalam pengertian sumber dari segala sumber
Memorandum DPR-GR 9 Juni hukum dapat diartikan sebagai sumber
1966 menjelaskan Pancasila pengenal ( kenbron van het recht ) dan
sebagai pandangan hidup diartikan sebagai sumber asal,sumber
bangsa yang telah dimurnikan nilai-nilai yang menjadi penyebab
dan dipadatkan oleh PPKI timbulnya aturan hukum ( welbron
atas nama bangsa Indonesia van recht ). Maka pengertian Pancasila
menjadi dasar negara Republik sebagai sumber bukanlah dalam
Indonesia. Memorandum pengertian sumber hukum kenbron
DPR-GR disyahkan pula oleh sumber tempat ditemukannya,tempat
MPRS melalui Ketetapan melihat dan mengetahui norma hukum
MPRS No. XX/MPRS/1966 positif,akan tetapi dalam arti welbron

5) Kaelan, 2013-35 .
Urgensi dan Kebutuhan Bangsa
dalamIndonesia
PemilihanDalam
KepalaUpaya
DaerahMenegaskan
Langsung DiKedudukan
Demokrasi Lokal Indonesia 899
Pancasila Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

sebagai asal-usul nilai,sumber nilai pembukaan UUD 1945 merupakan


yang menjadi sumber dari hukum staatsfundamentalforms,yang
positif. Jadi, Pancasila merupakan mengandung 4 pokok pikiran yang
sumber nilai dan nilai-nilai yang tidak lain adalah Pancasila itu
terkandung didalamnya dibentuklah sendiri,serta Pancasila merupakan
norma-norma hukum oleh negara. sumber dari segala sumber hukum,
Pancasila merupakan suatu dasar maka dapat disimpulkan bahwa
untuk mengatur penyelenggaraan pembukaan UUD 1945 merupakan
negara.konsekuensinya seluruh filsafat hukum Indonesia.
pelaksanaan dan penyelenggaraan Pancasila merupakan norma tertinggi
negara terutama segala perundang- yang kedudukannya lebih tinggi
undangan termasuk proses reformasi dari Konstitusi atau Undang Undang
dalam segala bidang dewasa ini Dasar. Hal ini sesuai dengan teori dari
dijabarkan dan diderivasikan dari Hans Nawiasky mengenai sususnan
nilai-nilai Pancasila. Proklamasi norma hukum. Susunan tersebut
kemerdekaan merupakan norma yang adalah : 6
pertama sebagai penjelmaan pertama • norma fundamental Negara
dari sumber dari segala sumber hukum (staatsfundamentalnorm), yaitu
yaitu pancasila yang merupakan Pancasila;
jiwa dan pandangan hidup bangsa • Aturan dasar Negara
Indonesia. (staatsgrudgesetz) yaitu Undang
Pada tanggal 18 Agustus 1945 Undang Dasar 1945;
sumber dari segala sumber hukum • Undang Undang Formal (Formal
negara Indonesia itu dijelmakan dalam Gezetz) yaitu UU dan Perpu;
pembukaan UUD 1945 dan pembukaan • Peraturan pelaksana atau
kecuali merupakan penjelmaan peraturan otonom (verordnung
sumber dari segala sumber hukum enautonome satzung) yaitu : mulai
sekaligus juga merupakan pokok dari peraturan pemerintah sampai
kaidah negara yang fundamental. peraturan kepala bupati/walikota.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa proklamasi kemerdekaan Dari pendapat diatas tentunya
merupakan penjelmaan pertama dari bahwa Pancasila merupakan sumber
Pancasila sumber dari segala sumber hukum tertinggi di Indonesia sehingga
hukum dan pembukaan merupakan segala aturan yang dibuat tidak boleh
UUD 1945 merupakan penjelmaan menyimpang dengan Pancasila.
kedua dari Pancasila sumber Segala aturan yang dibuat harus
dari segala sumber hukum yang mengandung cita-cita mulia Pancasila
memberi tujuan dasar dan perangkat yakni keadilan sosial bagi seluruh
untuk mencapai tujuan itu. Karena rakyat Indonesia.

6) Teguh Prasetyo (2013: 70)


10
90 Edisi 04
02 / Tahun 2017

2. Urgensi dan kebutuhan bangsa ideologi Negara Pancasila. Dengan


Indonesia dalam upaya lain perkataan dalam kedudukan
menegaskan kedudukan yang seperti ini pancasila tidak lagi
Pancasila dalam Undang Undang diletakkan sebagai dasar filsafat serta
Dasar Negara Republik Indonesia pandangan hidup bangsa dan Negara
Tahun 1945. Indonesia melainkan direduksi
,dibatasi dan dimanipulasi demi
Pancasila adalah dasar filsafat kepentingan politik penguasa pada
Negara Republik Indonesia yang saat itu.
secara resmi disahkan oleh PPKI pada Berdasarkan kenyataan tersebut
tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum diatas gerakan reformasi berupaya
dalam pembukaan UUD 1945 alinea untuk mengembalikan kedudukan
keempat, diundangkan dalam Berita dan fungsi Pancasila yaitu sebagai
Republik Indonesia tahun II No.7 dasar Negara Indonesia. Pancasila
bersama sama dengan batang tubuh yang terdiri dari lima asas merupakan
UUD 1945. Pancasila merupakan satu kesatuan yang saling mengikat/
kepribadian bangsa Indonesia .pada menjiwai dan memiliki motto “bhineka
tanggal 1 juni 1945 presiden soekarno tunggal ika” yang bermakna meskipun
untuk pertama kalinya memberikan berbeda-beda tetapi pada hakikatnya
nama ”Pancasila” secara eksplisit bangsa Indonesia tetap adalah satu
bagi kesatuan dari butir-butir utama kesatuan.semboyan ini digunakan
yang diusulkan untuk dijadikan dasar untuk menggambarkanpersatuan dan
Negara Indonesia. kesatuan bangsa dan Negara kesatuan
Pancasila sebagai dasar dan republik Indonesia yang terdiri atas
ideologi Negara merupakan beraneka ragam budaya, bahasa
kesepakatan politik ketika Negara daerah,ras, suku bangsa,agama dan
Indonesia didirikan dan hingga kepercayaan.
sekarang di era reformasi. Negara Namun semenjak reformasi nilai-
Indonesia tetap berpegang teguh nilai Pancasila kian tersingkirkan
kepada pancasila sebagai dasar ,keberadaannya yang mulai dilupakan
Negara, sebagai dasar Negara tentulah oleh generasi penerus bangsa serta
Pancasila harus menjadi acuan Negara pengaruh globalisasi yang semakin
dalam menghadapi tantangan global besar menjadi salah satu faktor
dunia yang terus berkembang. menurunnya pemahaman pancasila
Dalam perjalanan sejarah pada generasi muda penerus
eksistensi Pancasila sebagai dasar bangsa ini dan telah menjadikan
filsafat Negara Republik Indonesia masyarakat Indonesia kehilangan
mengalami berbagai macam roh kebangsaannya. Akibatnya,
interpretasi dan manipulasi politik merosotnya moral dan lunturnya
sesuai dengan kepentingan penguasa kebersamaan dan persatuan
demi kokoh dan tegaknya kekuasaan masyarakat Indonesia.ini sudah
yang berlindung dibalik legitimasi terbukti dengan banyaknya pertikaian
Urgensi dan Kebutuhan Bangsa
dalamIndonesia
PemilihanDalam
KepalaUpaya
DaerahMenegaskan
Langsung DiKedudukan
Demokrasi Lokal Indonesia 11
91
Pancasila Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

di masyarakat dan aturan/undang- dengan berdasar kepada Ketuhanan


undang dibuat lebih mementingkan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
kelompok daripada kepentingan adil dan beradab, Persatuan Indonesia
nasional atau bangsa ynang ujung- dan Kerakyatan yang dipimpin
ujungnya berdampak pada aturan oleh hikmat kebijaksanaan dalam
yang tidak tegas alias ngambang Permusyawaratan/Perwakilan, serta
dan penindakannya pun jadi ragu / dengan mewujudkan suatu Keadilan
ngambang. sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sehubungan dengan hal ini maka Berdasarkan keterangan di atas
saat sekarang ini menjadi urgen dan dapat dilihat bahwa Pancasila sebagai
menjadi kebutuhan bersama untuk dasar negara juga menjadi jiwa bagi
lebih mendalami dan menegaskan UUD 1945. Susunan pasal-pasal
kembali akan kedudukan Pancasila pada Undang-Undang Dasar 1945
dalam UUD 1945. Undang-Undang merupakan penjabaran dari Pancasila.
Dasar sebagai dasar hukum tertulis Implementasi Pancasila dalam UUD
bagi Republik Indonesia yang berisi 1945 adalah penerapan Pancasila
norma-norma, kaidah-kaidah, aturan- dalam UUD 1945.
aturan, atau ketentuan yang harus Pada Sila pertama Pancasila
dilaksanakan dan ditaati oleh semua “Ketuhanan Yang Maha Esa”
pihak yang terkait dalam negara sebagaimana dalam UUD 1945 pasal
tersebut. Dalam pembukaannya 29 ayat 1 dan 2: “Negara berdasar
terkandung pandangan atau atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan
keyakinan hidup untuk mencapai “Negara menjamin kemerdekaan
tujuan hidup dalam berbangsa dan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
bernegara. agamnya masing-masing dan untuk
Alenia ke empat UUD 1945 beribadat menurut agamanya
menyatakan bahwa : Kemudian dan kepercayaannya itu.” Hal ini
daripada itu untuk membentuk suatu menunjukkan bahwa Indonesia
Pemerintah Negara Indonesia yang sebagai negara yang berdasarkan
melindungi segenap bangsa Indonesia Ketuhanan Yang Maha Esa tetapi
dan seluruh tumpah darah Indonesia bukanlah sebuah negara agama.
dan untuk memajukan kesejahteraan Negara memberikan kebebasan kepada
umum, mencerdaskan kehidupan seluruh warga negaranya untuk
bangsa, dan ikut melaksanakan menganut agama yang diyakininya.
ketertiban dunia yang berdasarkan Sehingga agama dapat berkembang
kemerdekaan, perdamaian abadi dan bebas di Indonesia tetapi masih dalam
keadilan sosial, maka disusunlah satu payung atau naungan yaitu
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia.
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Dan tidak menghambat kesatuan dan
Negara Indonesia, yang terbentuk persatuan Indonesia.
dalam suatu susunan Negara Republik Kemanusian yang Adil dan
Indonesia yang berkedaulatan rakyat Beradab dijabarkan dalam Pasal
12
92 Edisi 04
02 / Tahun 2017

26 ayat 1 yang menyatakan bahwa Sila keempat Pancasila dapat pula


“Yang menjadi warga negara ialah dilihat dalam Bab II Pasal 2, yaitu
orang-orang bangsa Indonesia asli tentang Majelis Permusyawaratan
dan orang-orang bangsa lain yang Rakyat (MPR) dalam ayat 1
disahkan dengan undang-undang dinyatakan bahwa “Majelis
sebagai warga negara”. Selanjutnya Permusyawaratan Rakyat terdiri atas
syarat-syaratnya ditentukan oleh anggota-anggota Dewan Perwakilan
ayat 2: “Syarat-syarat yang mengenai Rakyat ditambah dengan utusan-
kewarganegaraan ditetapkan dengan utusan dari daerah-daerah dan
undang-undang.” golongan-golongan menurut aturan
Dari keterangan di atas yang ditetapkan dengan undang-
menunjukkan bahwa negara Indonesia undang.” Dalam Bab VII Pasal 19 ayat
menjunjung tinggi kemanusian, 1 dan 2 juga menjabarkan sila keempat
artinya warga Indonesia tidak hanya Pancasila. Dari pasal terseut di atas
suku bangsa Indonesia asli tetapi menunjukkan bahwa seluruh rakyat
dibuka kemungkinan orang bangsa mempunyai wakil dalam majelis,
lain atau suku bangsa lain juga dapat sehingga majelis itu dapat dikatakan
menjadi warga negara Indonesia sebagai penjelmaan rakyat, karena
melalui pengesahan dengan undang- melalui wakil-wakil itulah rakyat
undang yang telah ditetapkan. menyampaikan aspirasinya demi
Dalam pasal lainnya seperti Pasal mencapai tujuan bersama.
27 yang menjelaskan persamaan Sila kelima Pancasila dijabarkan
tenatng derajat manusia tidak dalam UUD 1945 pasal 34 dan pasal
memandang latar belakang kelurga, 33. Pada pasal 34 bahwa “Fakir miskin
tua, muda. Jika sudah dihadapan dan anak-anak terlantar dipelihara
hukum semuanya diperlakukan sama. oleh negara”. Pasal ini menunjukkan
Dalam pasal lainnya, Pasal 28 yang perlindungan bagi warga negaranya
menjelaskan mengenai kemerdekaan yang memilki keterbatasan fisik tidak
dalam berserikat, berkumpul dan mampu mencari sumber penghidupan
mengeluarkan pendapat baik dengan atau mereka yang mencari sumber
lisan maupun tulisan yang ditetapkan kehidupan tetapi hasilnya tidak
dengan undang-undang. mencukupi serta anak-anak terlantar
Sila ketiga Persatuan Indonesia yang ditinggal mati orang tuanya,
dapat dilihat dalam Bab I ayat 1 memang patut mendapat santunan
UUD 1945 yang menyatakan bahwa: dari pemerintah agar mereka juga
“Negara Indonesia ialah negara ikut menikmati hasil perekonomian
kesatuan yang berbentuk Republik”. Indonesia. Melalui pasal 34 ini dapat
Apabila diamati, sebab-sebab diketahui bahwa pemerintah wajib
terjadinya persatuan bangsa Indonesia mengusahakan agar keadilan social
tidak lain karena adanya persamaan dapat dirasakan oleh seluruh rakyat
nasib, asal, tujuan, dan persamaan Indonesia.
cita-cita untuk membentuk negara RI.
Urgensi dan Kebutuhan Bangsa
dalamIndonesia
PemilihanDalam
KepalaUpaya
DaerahMenegaskan
Langsung DiKedudukan
Demokrasi Lokal Indonesia 13
93
Pancasila Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

KESIMPULAN 2. Upaya dan penegasan kedudukan


Pancasila dalam Undang Undang
Dari hasil pembahasan tersebut di Dasar Negara Republik Indonesia
atas maka dapat diambil kesimpulan th 1945 adalah sangat urgen untuk
sebagai berikut : memenuhi kebutuhan bangsa saat
1. Kedudukan Pancasila dalam sekarang ini mengingat Pancasila
kehidupan berbangsa dan sering hanya dijadikan sebagai
bernegara adalah sebagai Dasar pajangan, slogan, alat politik,
Negara RI, Pancasila Sebagai dan alat pencitraan dari para elit
Pandangan Hidup Bangsa politik.
Indonesia, Pancasila sebagai
ideologi negara dan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber
hukum.
14
94 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Daftar Pustaka
Kaelan,Dr.Prof, Negara Kebangsaan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2013.
Kansil C.S.T, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: PT Pradnya
paramita 1986.
Saksono, Ign, Gatut, Pancasila Sokarno idiologi alternative menghadapi globalisasi
dan syariat Islam, Urna Cipta Media Jaya, 2007.
Prasetyo Teguh,Dr,Prof, Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila,
Media Perkasa, Yogyakarta, 2013.
Demokrasi Lokal dalam Mengungkap Makna
Pemilihan Kepala Kesalah
Daerah Pahaman
Langsung Pancasila
Di Indonesia 951
Sebagai Sumber Hukum Dalam Teori Dan Praktik

MENGUNGKAP MAKNA KESALAH PAHAMAN PANCASILA


SEBAGAI SUMBER HUKUM DALAM TEORI DAN PRAKTIK
(Sumbangan Pemikiran Untuk Mensinergikan Pancasila
Dalam Haluan Negara)

Pramono Suko Legowo, S.H.,M.Hum

1)Makalah dalam FGD, Kerjasama Unsoed dengan MPR RI


2)Dosen Tetap FH UNSOED

95
2
96 Edisi 04
02 / Tahun 2017

A. Latar Belakang dasar dalam praktik penegakan


hukum di lembaga pengadilan,
Berbagai atribut serta kedudukan namun kenyataan dalam praktik
Pancasila telah ditetapkan oleh peradilan, Pancasila sebagai sumber
pemerintah negara Republik segala sumber hukum tidak pernah
Indonesia, dan tentunya juga telah masuk dalam pertimbangan hukum
disepakati oleh masyarakat dan bangsa putusan hakim Indonesia.
Indonesia, karena memang Pancasila
adalah jati diri bangsa. Secara formil B. Perumusan Masalah
Pancasila telah ditetapkan sebagai
dasar negara, serta sebagai sumber Mengapa Pancasila tidak aplikatif
tertib hukum dengan menyatakan dalam penerapannya?
bahwa Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara. C. Pembahasan Tentang Beberapa
Dalam bidang praktik hukum Penyebab Pancasila Tidak Digunakan
yakni bidang yudikatif, sebagai Dalam Praktek
bidang yang mudah menjadi bahan
penelitian, dapat dianalisa melalui 1. Pengaruh Pendidikan Hukum
Undang-undang No. 48 Tahun 2009 Bangsa Penjajah Terhadap
Tentang Kekuasaan Kehakiman dalam Perkembangan Hukum Indonesia
pasal 1 ayat (1) yang menyatakan
bahwa, kekuasaan Kehakiman adalah Dunia pendidikan dalam hal ini
kekuasaan negara yang merdeka, khususnya pendidikan hukum sangat
untuk menyelenggarakan peradilan berpengaruh dalam perkembangan
guna menegakkan hukum dan hukum di Indonesia, kita perlu
keadilan, berdasarkan Pancasila mengetahui saat-saat masyarakat
dan Undang-Undang Dasar Negara terpelajar Indonesia mulai mengenal
Republik Indonesia Tahun 1945. apa yang disebut dengan istilah
Kemudian hubungan antara sistem legal scholarships,1 yaitu saat ilmu
peradilan dengan Pancasila diatur hukum dunia barat masuk menjadi
khusus dalam pasal 2 ayat (2) undang- bentuk kajian hukum di Indonesia,
undang tersebut, yang menyatakan yang pertama tentu kajian secara
bahwa, peradilan negara menerapkan teoritikal. Kajian ini terwujud dalam
dan menegakkan hukum dan keadilan bentuk kajian akademik yaitu bidang
berdasarkan Pancasila. pendidikan hukum di Indonesia,
Dengan melihat ketentuan tersebut berikut ini adalah paparan mengenai
diatas, Pancasila seharusnya menjadi pengaruh pendidikan hukum di

1) Istilah legal scholarships diartikan sebagai pengembanan hukum teoritikal. Adalah terjemahan dari theoretische
rechtsbeoefening yakni istilah yang digunakan oleh D. Meuwissen untuk menunjuk kegiatan akal budi manusia untuk secara
ilmiah memahami atau menguasai hukum secara intelektual yang mencakup kegiatan belajar, mempelajari, meneliti, menulis,
mempublikasi dan mengajarkan hukum. Lihat Vijf stellingen over Rechtsfilosofie terdapat dalam Ars aequi no. 28-11, December
1979. Dalam B.Arief Sidharta Peranan Legal Scgolarships bagi Rule of Law. Pengalaman Indonesia Sebuah Refleksi, makalah tanpa
tahun, hlm 1.
Demokrasi Lokal dalam Mengungkap Makna
Pemilihan Kepala Kesalah
Daerah Pahaman
Langsung Pancasila
Di Indonesia 973
Sebagai Sumber Hukum Dalam Teori Dan Praktik

Indonesia yang diajar oleh orang untuk membangun masa depan


Belanda. bangsa Indonesia pada masa kini kita
Soediman Kartohadiprodjo terpengaruh melakukannya dengan
termasuk kelompok generasi pertama menggunakan ilmu yang memang kita
sarjana hukum orang Indonesia, yakni terima dari barat 2
orang-orang Indonesia yang memiliki Karena kelompok orang terpelajar
keahlian di bidang hukum yang Indonesia memperoleh pendidikannya
terdidik secara akademik. Soediman dari barat, pada waktu itu adalah para
mempelajari hukum di Rechtshogeschool pengajar bergelar Meester in de rechten
(sekolah tinggi hukum) di Jakarta dari Belanda, sehingga ajaran dan
yang dibentuk oleh pemerintah pola pikir yang terbentukpun pada
Hindia Belanda. Kurikulum dan hakekatnya adalah cara berpikir barat,
sistem pengajarannya dan obyek sehingga dalam membaca, memahami
yang diajarkannya (hukum dan dan kemudian cara berhukum juga
ilmu hukum) adalah juga sama yang dilakukan dengan cara berpikir dan
diajarkan di Belanda. Jadi, hukum, konsep-konsep barat tentang hukum
ilmu hukum dan cara berpikir yuridik dan kenegaraan. Bahwa filsafat
yang dipelajari, baik yang di Jakarta barat dengan individualismenya itu
maupun Belanda (Leiden), adalah bertolak dari keyakinan bahwa “men
hukum dan ilmu hukum serta cara are created free and equal”. Manusia
berpikir yuridik Belanda (civil law). diciptakan sebagai makhluk otonom
Ilmu hukum, hukum dan cara berpikir yang bebas terpisah dari manusia
hukum itulah juga yang kemudian lain, atau secara alamiah manusia
diajarkan kepada generasi-generasi itu ada dalam kebebasan sempurna
berikutnya. Pada masa kini, juga cara untuk menentukan tindakan
berpikir yuridik Amerika (common mereka, sehingga agar dapat hidup
law), sebagai varian lain dari cara bermasyarakat diperlukan pihak yang
berpikir barat mulai mempengaruhi kemudian dibentuk untuk melakukan
cara berpikir para ahli hukum orang pengaturan. Demikianlah adanya,
Indonesia. Jadi, para ahli hukum orang maka disebutlah “Negara” sebagai
Indonesia itu terbentuk melalui sistem sekelompok yang diberi kekuasaan
pendidikan barat, dengan demikian tersebut.
cara berpikir yang tertanam ke dalam Pada sisi lain pandangan hidup
alam pikir para ahli hukum itu adalah bermasyarakat, tentang manusia
cara berpikir barat. Secara lebih umum, Indonesia bukanlah pandangan
dapat dikatakan bahwa kelompok individualisme, melainkan ber-
orang-orang terdidik Indonesia pandangan bahwa keberadaan setiap
terbentuk melalui sistem pendidikan manusia berpangkal pada keyakinan
barat dan ilmu yang diajarkanpun bahwa manusia merupakan bagian
berasal dari barat. Dengan demikian dari alam semesta dengan segala

2) Soediman Kartohadiprodjo,, hlm vi-vii


4
98 Edisi 04
02 / Tahun 2017

hal yang ada di dalamnya sebagai majalah Hukum Yuridika sebagai


suatu keseluruhan yang terjalin berikut :
secara harmonis. Manusia diciptakan “Saya mengakui tidak memahami
Tuhan dengan kodrat sebagai mahluk pendapat Bismar Siregar, SH,
bermasyarakat. Artinya, kehadiran Sebagai seorang hakim agung,
manusia di dunia dikodratkan dalam yang menganggap pengisian atau
kebersamaan dengan sesamanya. penyempurnaan kekosongan
Bukan hanya mahluk bermasyarakat, hukum atau mencari jalan keluar
ada pengakuan yang diakomodasi lainnya dalam masalah perkawinan
dalam bingkai hukum, yakni manusia campuran (antar agama) tidak
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa perlu, karena bangsa dan warga
karena manusia berasal dari Tuhan, negara Indonesia berkewajiban
dan tujuan akhir dari kehidupannya asasi untuk menghayati dan
adalah untuk kembali kepada sumber mengamalkan ajaran agama. Bagi
asalnya. Karena itu, bertaqwa dan seorang pemeluk agama, tentu
mengabdi Tuhan menjadi kewajiban saja ada kewajiban mengamalkan
manusia yang wajar dan dengan ajarannya: akan tetapi, bukan
sendirinya harus demikian, sehingga negaralah yang mempunyai tugas,
keberadaan Tuhan masuk dalam janganlah berhak memaksakan
sistem hukum bangsa Indonesia. pengamalan tersebut! 3
UUD 1945 disusun berdasarkan b. Demikian juga pendapat
filsafat ke Indonesiaan, yang berdasar Ahli hukum pidana Belanda
Pancasila dan telah tertuang dalam Schaffmeister mengajukan protes
bagian Pembukaan, sehingga tentu isi terhadap masuknya hukum yang
konsitusi maupun cara penerapannya hidup dalam RUU KUHP dalam
sudah seharusnya berbeda bahkan hal perluasan asas legalitas.
berlawanan dengan filsafat dan Dalam kritiknya Schaffmeister
cara berpikir barat. Karena itu menganggap pasal 1 ayat 3 RUU
tidak mengherankan jika terjadi KUHP sebagai pasal akrobatik.
interprestasi, pemahaman dan cara c. Contoh a dan b dapat dipahami
menerapkan UUD 1945 dalam bidang oleh karena itu adalah pemikir
HAM yang keliru. Beberapa contoh barat, namun, praktek peradilan
berikut : di Indonesia dapat dicontohkan
a. Contoh pemahaman yang keliru penerapan prinsip keadilan
adalah dari Karel E.M. Bongenar, antara keadilan berdasar keadilan
seorang penasehat Penataran individu dan keadilan Pancasila.
Perancangan Perundang- Dalam hal ini Mahkamah
undangan dalam rangka kerja Konstitusi telah melakukan
sama Hukum Indonesia Belanda, kekeliruan putusan, yakni pada
yang menyatakan pendapat dalam putusan Nomor 46/PUU-IX Tahun

3) Karel E.M. Bongenaar, 1992 .Aturan adalah Norma (Beberapa Aspek Mengenai Sifat Normatif dari Peraturan Perundang-
undangan), Yuridika Majalah Fakultas Hukum Unair No. 1 dan 2 Tahun VII. Januari-Febuari-Maret-April 1992, hlm. 19.
Demokrasi Lokal dalam Mengungkap Makna
Pemilihan Kepala Kesalah
Daerah Pahaman
Langsung Pancasila
Di Indonesia 995
Sebagai Sumber Hukum Dalam Teori Dan Praktik

2011, MK menetapkan perubahan gugatan anak luar kawin tetap


pasal 43 UU. Perkawinan No. 1 berdasar hukum agama. Jadi
Tahun 1974 yang berbunyi:“Anak jangan melupakan kewajiban hak
yang dilahirkan di luar asasi manusia yang melekat dalam
perkawinan hanya mempunyai diri saja, namun keselarasan harus
hubungan perdata dengan dijaga berdasarkan Ketuhanan
ibunya dan keluarga ibunya”. dan semua sila yang termaktub
Kemudian diubah dengan kalimat dalam Pancasila.
berbunyi: “Anak yang dilahirkan d. Contoh lain sangat banyak penulis
di luar perkawinan mempunyai temui yakni disparitas pada
hubungan perdata dengan ibunya putusan hakim pidana, contoh
dan keluarga ibunya serta dengan kasus korupsi perihal putusan
laki-laki sebagai ayahnya yang hakim hal meringankan atau justru
dapat dibuktikan berdasarkan memberatkan, hakim Indonesia
ilmu pengetahuan dan teknologi justru melihat pada faktor individu,
dan/atau alat bukti lain menurut bukan melihat pada ketentuan
hukum mempunyai hubungan Pancasila yang mendasari irah-rah
darah, termasuk hubungan Kepala Putusan Hakim Indonesia
perdata dengan keluarga “ Demi Keadilan Berdasarkan
ayahnya.” Produk putusan Kretuhanan Yang Maha Esa. Bila
menjadi persis seperti putusan dilihat pada makna sila kelima
hakim negara-negara barat, yakni keadilan sosial bagi seluruh
yaitu hanya memperhatikan hak rakyat Indonesia, maknanya
individu dalam mengangkat HAM bahwa orang yang tahu banyak
nya, Majelis hakim yang diketuai sebenarnya sanksi sosialnya
Mafud MD tidak tahu bahwa harus dihukum lebih banyak
individu Indonesia adalah bagian dari pada orang yang tidak tahu,
dari masyarakat yang telah sepakat padahal pelaku korupsi adalah
menjadikan Pancasila dasar orang-orang intelektual yang
hukumnya, yaitu Tuhan ditarik sangat tahu akibat perbuatannya,
dalam sistem hukum. Majelis yang dilakukan dengan unsur
Ulama Indonesia tidak sependapat kesengajaan, sehingga bukan
dengan putusan tersebut, sehingga hanya disparitas saja yakni
mengeluarkan pernyataan resmi tidak adanya standard putusan,
yang menentang yakni Fatwa namun yang terjadi justru hampir
MUI No. 11 Tahun 2012 guna semua pelaku korupsi cenderung
meluruskan putusan MK, oleh mendapatkan hukuman ringan.
karena bertentangan dengan e. Demikian juga putusan-putusan
ketentuan hukum agama tentang hakim pada kasus-kasus lain
waris Islam, sehingga sampai saat yang sangat bertentangan dengan
ini putusan MK tersebut mandul, sila-sila Pancasila, karena hakim
pada beberapa Pengadilan Agama Indonesia tidak paham hukum
6
100 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Indonesia, sehingga putusan a. Sesuatu yang abstrak,


mandul / cacat, namun karena diasumsikan, tidak tertulis, dan
keterbatasan makalah tidak mempunyai daya keberlakuan
diungkap satu persatu. Berikut secara universal.
nomor 2 dibawah ini, semoga b. Ia tidak geesetzt (ditetapkan),
dapat lebih mengungkap makna melainkan vorausgeesetzt
(diasumsikan) adanya oleh akal
2. Kesalahan Penerapan budi manusia.
Stufenbauw Theori Hans Kelsen di c. Ia tidak termasuk ke dalam
Indonesia tata hukum positif, ia berada di
Teori grundnormnya memang luar namun menjadi landasan
tidak salah dalam pemikiran mereka keberlakuan tertinggi tatanan
(barat), namun di Indonesia justru hukum positif (Jadi ia meta
ada teori dari banyak sarjana yang juristic).
menganggap bahwa Pancasila adalah d. Substansinya memuat:
bentuk dari grundnorm, karena kesalah seyogyanya seseorang menaati
pahaman terhadap teori inilah yang atau berperilaku seperti yang
mengakibatkan Pancasila selama ini ditetapkan oleh konstitusi.
tidak dapat menjadi sumber hukum
formil, oleh karena sifat grundnorm Klaim Pancasila sebagai norma
oleh penciptanya yaitu Hans Kelsen dasar ternyata tidak mampu
bersifat presuposed (hanya diandaikan memenuhi empat kriteria norma
abstrak tidak konkret) sehingga dasar Kelsen. Pertama, norma dasar
memang tidak dikehendaki menjadi (grundnorm) bukanlah norma yang
hukum positif, padahal Pancasila di “ditetapkan”. Kedua, norma dasar
Indonesia adalah bagian dari hukum bukan hukum kodrat. Ketiga, norma
positif oleh karena sila dari Pancsila dasar memberikan keabsahan obyektif
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. kepada norma-norma dari konstitusi
Pancasila sebagai bagian kesatuan tanpa terikat kepada isi norma-norma
dari UUD 1945 ( karena dalam Aturan tersebut. Keempat, norma dasar
Tambahan UUD 1945 dinyatakan harus menutup hierarki norma. Oleh
UUD 45 terdiri dari Pembukaan dan karena itu, tulisan ini menyimpulkan
pasal-pasal). bahwa Pancasila bukanlah norma
Sifat dari grundnorm tidak ada dasar (dalam arti grundnormnya
yang menetapkan hanya diasumsikan, Kelsen) sebagaimana sudah diyakini
serta tidak termasuk dalam tata hukum luas selama ini. Padahal fakta yuridis
positif. Hal tersebut berdasarkan Pancasila yang terkandung di dalam
pendapat bahwa, grundnorm Pembukaan UUD 1945 justru lebih
dalam perspektif Kelsen dapat tepat dikatakan sebagai hukum positif
dikualifikasikan ke dalam 4 indikator karena sifatnya yang ditetapkan dan
atau karakteristik utama, yaitu; hukum kodrat (natural law) karena
Demokrasi Lokal dalam Mengungkap Makna
Pemilihan Kepala Kesalah
Daerah Pahaman
Langsung Pancasila
Di Indonesia 1017
Sebagai Sumber Hukum Dalam Teori Dan Praktik

wataknya sebagai prinsip-prinsip Dengan ditetapkannya secara


sumber bagi produk-produk hukum di formal Pancasila di dalam Pembukaan
bawahnya. Pancasila telah ditetapkan UUD 1945 oleh sebuah badan yang
sebagai sumber dari segala sumber disebut PPKI, berarti kedudukan
hukum (sebagai sumber hukum Pancasila dalam Pembukaan UUD
materiil maupun formil). Pancasila 1945 lebih tepat dikatakan sebagai
juga ditetapkan oleh PPKI, sehingga hukum positif, dan bukan sebagai
Pancasila bukan grundnorm. norma dasar (grundnorm), seperti
Konsep mengenai norma dasar dilakukan Roeslan Saleh dan A. Hamid
Kelsen, di Indonesia mendapat S. Attamimi. Meletakan Pancasila
perhatian dari berbagai kalangan dalam dalam alenia ke 4 sebagai
hukum dengan mengkaitkan doktrin penutup dari Pembukaan UUD 1945,
tersebut dengan Pancasila. Apakah berarti Pancasila telah mempunyai
para ilmuwan hukum Indonesia makna formalnya, yakni Pancasila
menyadari persoalan yang mengitari secara formal telah ditetapkan dalam
norma dasar ini, ketika menggunakan, Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar
atau tepatnya mengadopsi negara Republik Indonesia oleh PPKI,
pandangan Kelsen mengenai doktrin sebagai organ hukum tertinggi yang
grundnorm yang bersifat hipotetis memiliki otoritas menetapkan UUD
tersebut, yakni hanya diandaikan oleh 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945. 4
pemikiran manusia sebagai landasan
mengembangkan sistem hukum Pacasila juga bukan
nasional, yakni dengan menempatkan staatsfundamentalnorm:
kedudukan Pancasila qua norma dasar
didalam struktur hierarkhi norma- Jimlly menyatakan Jika Pembukaan
norma sistem hukum Indonesia UUD 1945 dan pasal-pasalnya
Oleh Roeslan Saleh dan A. Hamid merupakan satu kesatuan, tentu
S Attamimi Pancasila dikatakan tidak dapat memisahkannya dengan
sebagai norma dasar (grundnorm), menempatkan Pembukaan UUD 1945
yakni norma dasar seperti yang sebagai staatsfundamentalnorms yang
diperkenalkan Kelsen. Pernyataan lebih tinggi dari pasal-pasalnya sebagai
ini membingungkan karena staatsverfassung. Apalagi dengan
pengertian norma dasar Kelsen menyatakan bahwa Pembukaan UUD
sebagai pengandaian yang perlu dan 1945 adalah dasar pembentukan
bersifat hipotetis – berbeda sekali pasal-pasal UUD 1945 sebagai
dengan pengertian Pancasila yang konstitusi, atau Pembukaan UUD
dikemukakan Bung Karno pada 1945 adalah presuposisi bagi validitas
tanggal 1 Juni 1945 pasal-pasal UUD 1945. Pembukaan

4) Karel E.M. Bongenaar, 1992 .Aturan adalah Norma (Beberapa Aspek Mengenai Sifat Normatif dari Peraturan Perundang-
undangan), Yuridika Majalah Fakultas Hukum Unair No. 1 dan 2 Tahun VII. Januari-Febuari-Maret-April 1992, hlm. 19.
8
102 Edisi 04
02 / Tahun 2017

UUD 1945 (termasuk di dalamnya tertutup adalah karena adanya


Pancasila) dan pasal-pasalnya adalah pendapat bahwa Pancasila berada di
konstitusi tertulis bangsa Indonesia. atas dan diluar konstitusi. Pancasila
Pembukaan UUD 1945 walaupun disebut sebagai norma fundamental
merupakan pokok-pokok pikiran yang negara (Staatsfundamentalnorm)
abstraksinya tinggi dan dijabarkan dengan menggunakan teori Hans
dalam pasal-pasalnya, tetapi bukan Kelsen dan Hans Nawiasky . 6
merupakan dasar keberlakuan pasal- Melalui penetapan UUD 45
pasal UUD 1945 dan berarti bukan oleh PPKI yang didalamnya juga
pula presuposisi validitas pasal-pasal termaktub pembukaan yang berisi sila
tersebut. Pembukaan UUD 1945 dari Pancasila, serta dari kedua pasal
bukan sekedar sebuah postulat dari dalam Undang-undang Kekuasaan
juristic-thinking. UUD 1945 secara Kehakiman tersebut di atas yakni pasal
keseluruhan ditetapkan sebagai 1 dan pasal 2 ayat 2 UU. No. 48 Tahun
konstitusi (staatsverfassung) yang 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman,
mengikat dalam satu tindakan. 5 maka UUD 45 dan Pancasila yang
Jimly Asshidiqie juga menyatakan: terdapat di dalamnya mempunyai
Selama ini telah ada anggapan bahwa eksistensi sebagai sumber hukum
Pancasila sebagai dasar negara formal putusan hakim peradilan
Indonesia dikenal sebagai Grundnorm Negara semestinya, namun ternyata
serta statsfundamentalnorm seperti tidak ada pertimbangan suatu putusan
maksud dari Stufenbau Theorie hakim di Indonesia yang berdasar
dari Hans Kelsen dan diteruskan Pancasila, padahal dalam doktrin
oleh muridnya Hans Nawiasky beberapa sarjana telah menyatakan:
dengan theorie von stufenbau der Jimly Asshiddiqie menyatakan:
rechtsordnung. Padahal sebenarnya “Dalam menangani setiap perkara,
tidaklah demikian karena ada semua hakim disetiap tingkatan
pemikiran yang berbeda tentang dan disemua lingkungan peradilan,
hierarkhi dalam Stufenbau Theorie sudah seharusnya memahami nilai-
Hans Kelsen dengan kedudukan nilai Pancasila dan norma atau
Pancasila sebagai dasar negara kaidah-kaidah UUD Negara Republik
Indonesia sekaligus sebagai sumber Indonesia 1945 sebagai sumber
dari segala sumber hukum ( hukum referensi atau rujukan hukum yang
tertinggi) dalam sistem hukum tertinggi dan terdalam, sehingga
Indonesia. Jimly Asshidiqie juga putusan yang ditetapkannya benar-
menyatakan hal serupa bahwa, salah benar menjadi solusi keadilan dalam
satu masalah pada masa lalu yang arti yang sebenarnya. Lembaga
mengakibatkan Pancasila cenderung peradilan mempunyai tanggung
digunakan sebagai alat legitimasi jawabnya sendiri untuk mewujudkan
kekuasaan dan lebih menjadi ideologi nilai Pancasila dan kaedah-kaedah

5) Jimly Asshidiqie, Ideologi, Pancasila dan Konstitusi, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, hlm 10.
6) Ibid
Demokrasi Lokal dalam Mengungkap Makna
Pemilihan Kepala Kesalah
Daerah Pahaman
Langsung Pancasila
Di Indonesia 1039
Sebagai Sumber Hukum Dalam Teori Dan Praktik

UUD 1945 itu dalam praktik 3. Kesalahan Skema Sistem Hukum


peradilan”7 Indonesia Dalam Ragaan Gambar
Barda Nawawi Arief juga
menyatakan: “Saat ini ada erosi spirit Adanya kesalahan Skema sistem
nasionalisme dan patriotisme dalam Hukum Indonesia dalam ragaan
penegakan hukum Indonesia. KUHP gambar / skema, mengenai Pancasila
yang kaku didukung aparat penegak yang dibuat oleh Hamid Attamimi,
hukum yang cenderung tak menggali berikut akan dipaparkan letak
nilai-nilai hukum yang hidup dan sebenarnya grundnorm Berdasarkan
berlaku dimasyarakat… Padahal Stufen Theori Hans Kelsen maka
peradilan dilakukan berdasarkan apabila dibuat skema Ragaan Gambar
Ketuhanan Yang Maha Esa bukan menurut B. Arief Sidharta adalah
berdasarkan undang-undang. Oleh sebagai berikut:
karena itu, falsafah Pancasila, sifat
religious masyarakat, serta nilai yang GAMBAR 2 : Stufenbau theorie dari
hidup hendaknya masuk dalam Hans Kelsen
pertimbangan. Barda mengutip
Undang-undang Pokok Kekuasaan
Kehakiman yang menyatakan bahwa
peradilan dilakukan demi keadilan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa, bukan berdasarkan undang-
undang semata” .8
Bagir Manan menyatakan bahwa:
Hakim dalam putusannya sering
mengabaikan ketentuan konstitusi,
padahal konstitusi adalah bagian dari
sistem tata hukum, yang sebenarnya
tidak hanya bermakna filosofis tetapi
juga yuridis. Hakim mempunyai
kewajiban hukum menegakkan
konstitusi. Dalam setiap perkara
hakim wajib terlebih dahulu
memeriksa hukum yang menjadi
dasar sengketa, atau dasar dakwaan
dihubungkan dengan ketentuan-
ketentuan dalam UUD atau konstitusi
pada umumnya .9

7) Jimly Asshiddiqie, 2011, Membudayakan Nilai-nilai Pancasila dan Kaedah kaedah Undang- Undang Dasar Negara RI Tahun
1945, Konggres Pancasila III, Kerjasama MPR & Unair, hlm. 7.
8) Barda Nawawi Arief, dalam Kompas SenIn 25 Maret 2013, Judul:DasarPeradilan yang Kerap Dilupakan, hlm 5.
9) Bagir Manan, Hakim dan Konstitusi, Varia Peradilan No 276 November 2008, hlm. 8.
10
104 Edisi 04
02 / Tahun 2017

GAMBAR 3: FAKTA bila di Indonesia tetap meletakan


PANCASILA sebagai Pancasila dan konstitusi UUD 45 dalam
STAATSFUNDMENTALNORM gambar piramida versi Hans Kelsen
(dalam kerangka Stufenbau theorie- yang kemudian dimanifestasikan
nya Hans Kelsen) lebih lanjut di Indonesia oleh Hamid
Atamimi, maka hal tersebut tidak
mencerminkan Pancasila sebagai dasar
negara dan efeknya Pancasila bukan
himpunan luas yang dapat menjadi
penyelesai dari persoalan konkret.
Pemecahan persoalan konkret
dalam peradilan di Indonesia,
seharusnya adalah dengan
menempatkan putusan hakim sebagai
norma individual di dalam bagian
lingkaran besar Pancasila, yang
diibaratkan sebagai genusnya dan
speciesnya adalah putusan sebagai
Namun justru oleh Hamid Attamimi bagian dari genus atau unionnya yaitu
dibuatlah skema Sistem Hukum Pancasila.
Indonesia dalam ragaan gambar Atas dasar hal tersebut maka setiap
sebagai berikut: kasus dihadapkan kepada sumber–
sumber hukum Negara Republik
GAMBAR 1 : Piramida Hamid Indonesia, yaitu melalui penemuan
Attamimi 10 hukum dengan penerapan undang-
undang yang tepat, untuk kemudian
disesuaikan dengan konstitusi yang
didalamnya memuat Pancasila sebagai
sumber hukum tertinggi. Dengan
dasar teori himpunan maka makna
Pancasila sebagai dasar negara dan
sebagai sumber dari segala sumber
hukum lebih nyata menjadi dasar
pijakan dari sebuah putusan hakim.
Dalam gambar Skema sebagai berikut,
yang merupakan modifikasi dari
skema /gambar dari Noor Ms Bakri
dan Kaelan tentang urutan Pancasila 11

10) Hamid S Attamimi, dalam Imam Soebechi, 2010. Implikasi Penerapan Teori Hukum Berjenjang Dalam Uji Materil Perda
Pajak dan Retribusi Daerah Di Mahkamah Agung, Ringkasan Disertasi Unpad.
11) Noor Ms.Bakry Pancasila Yuridis Kenegaraan , Liberty, Yogyakarta 1994, hlm 51
Demokrasi Lokal dalam Mengungkap Makna
Pemilihan Kepala Kesalah
Daerah Pahaman
Langsung Pancasila
Di Indonesia 105
11
Sebagai Sumber Hukum Dalam Teori Dan Praktik
g
cerminan keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah
dasar dari tujuan penyelesaian kasus
konkret putusan yang berkeadilan
sosial berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa, seperti kepala putusan
“Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu apabila lingkaran


Pancasila dibuat menjadi segitiga /
piramida dalam sebuah lingkaran,
maka urutan segitiga menjadi terbalik
dari Stufen Theori Hans Kelsen,
sehingga benar-benar mencerminkan
Pancasila sebagai dasar negara
yang merupakan himpunan paling
luas (union), yang sejatinya adalah
12
106 Edisi 04
02 / Tahun 2017

Daftar Pustaka
Asshiddiqie, Jimlly, 2011. Membudayakan Nilai-nilai Pancasila dan Kaedah-
kaedah Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945, Konggres Pancasila III,
Kerjasama MPR & Unair
............................., tanpa tahun, Ideologi, Pancasila dan Konstitusi, Mahkamah
Konstitusi RI,
Karel E.M. Bongenaar, 1992 .Aturan adalah Norma (Beberapa Aspek Mengenai
Sifat Normatif dari Peraturan Perundang-undangan), Yuridika Majalah Fakultas
Hukum Unair No. 1 dan 2 Tahun VII. Januari-Febuari-Maret-April 1992
Kartohadiprodjo, Soediman, 2009. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia Editor: Achmad Suhardi Kartohadiprodjo, Harjono Kartohadiprojo,
Bambang Utoyo Kartohadiprodjo, Budiono Kartohadiprodjo, B. Arief Sidharta.
Tanpa Penerbit Bandung / Jakarta.
Manan, Bagir, 2004, Hukum Positif Indonesia, FH UII Press
....................., 2007, Kekuasaan Kehakiman Indonesia Dalam UU. No. 4 Tahun
2004, FH.UII Press, Yogyakarta .
Noor Ms.Bakry Pancasila Yuridis Kenegaraan , Liberty, Yogyakarta 1994
Turiman, Memahami Hukum Progresif Prof. Satjipto Rahardjo dalam Paradigma
Thawaf (Sebuah Kontemplasi Bagaimana Mewujudkan Teori Hukum yang Membumi
/ Grounded Theory Meng-Indonesia), Program Doktor Ilmu Hukum Universitas
Diponegoro, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai