Anda di halaman 1dari 6

Naskah cerpen proyek literasi SMAN 1 GONDANG

MEJA PERUNDINGAN
Karya : Syavira Roudhotul Jannah X MIPA 3

Bulan September tahun 2019, langit kelabu mengiringi langkah tegas seorang pria
yang tengah berjalan menuju tempat penuh rahasia. Tempat yang ia tuju, bisa dikatakan
sebagai sarang bagi manusia yang aneh. Terlalu banyak misteri dan rahasia yang
menyelimuti tempat itu. Daniel Gracian Lucretius, pria jangkung yang menyimpan teka-
teki di setiap kisah hidupnya.

Daniel sampai di depan pintu tempat itu, tanpa permisi ia langsung melangkahkan
kaki, menuju salah satu ruangan di tempat itu. Suara sepatu pantofel miliknya, menggema
di seluruh sudut bangunan rahasia itu. Banyak manusia di dalam tempat itu, hanya saja
tidak ada yang namanya basa-basi di sana, tujuan mereka disana hanya satu, berunding.

Daniel kemudian membuka pintu ruangan itu, lampu temaram menyambut


kedatangannya. Bau asap cerutu, menggelitik indra penciumannya,
“Selamat datang tuan Daniel,” sambut seorang wanita yang tengah duduk di salah
satu kursi di ruangan itu. Daniel tidak menghiraukan sapaan wanita itu, tanpa banyak
bicara ia langsung menduduki salah satu kursi, yang berada di depan wanita itu.

“Kamu tahu saya tidak suka basa-basi, sekarang katakan apa yang ingin kamu
bicarakan?’ tanya Daniel, sambil menyalakan salah satu cerutu yang di sediakan di meja.
“Kamu tidak berubah tuan, baiklah biar kita mulai pembicaraan kali ini, ohh ralat
mari kita mulai perundingan ini.” Jawab wanita itu.

Lampu menyala semakin redup, membuat suasana perundingan antara dua kepala
itu terlihat sangat penting dan penuh rahasia. Tiba-tiba hujan turun dengan lebat,
menambah kesan dingin suasana di ruangan itu. Wanita yang berada di hadapan Daniel,
kini memulai pembicaraan kembali, setelah sesaat keheningan melanda mereka.
“Tuan, aku rasa anda sudah tahu, bahwa perusahaan milik keluargamu sedang
berada di ambang keruntuhan. Hah, rasanya diriku ingin tertawa melihatnya, sepertinya
mendiang ayahmu melakukan kesalahan dalam memilih pewaris. Tapi, bukan itu yang
ingin aku bicarakan, disini aku akan memberikan anda sebuah penawaran yang akan
membuat anda, dapat menguasai sepenuhnya perusahaan milik keluarga anda itu.” Ujar
wanita itu.

Daniel terdiam, memang benar bahwa ia sudah mengetahui tentang berita,


mengenai perusahaan milik keluarganya yang kini sedang berada di ambang kehancuran.
Sejenak Daniel berpikir, penawaran apa yang wanita ini coba tawarkan kepadanya
“Penawaran apa yang kau tawarkan?” tanya Daniel
“Hahaha sungguh tidak sabaran, yah aku tidak akan berbasa-basi disini. Hal yang
ingin kutawarkan adalah, biarkan aku membeli perusahaan itu. Mungkin membeli
perusahaan itu tidaklah mudah, tapi bukankah dirimu bisa membantuku. Kau bisa
membujuknya untuk menjual perusahaan itu padaku, setelah perusahaan itu ada padaku
kau bisa memilikinya, aku akan memberikannya padamu.” Jawab wanita itu.
“Aku rasa kau tidak akan memberikan itu dengan cuma-cuma Amatheia.” Ucap
Daniel
“Pria pintar, ya kau harus membayarku, tetapi bukan uang yang kumau tampan. Aku
ingin kau membantuku untuk menemukan pelaku pembunuhan sahabatku!” Ujar Amatheia
dengan menghembuskan asap cerutu dari mulut cantiknya. Daniel mengeluarkan
seringaian kecil dari bibirnya, rupanya wanita ini tidak berubah.

Amatheia tersenyum, ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya.


Selembar foto, berisi seorang gadis yang tengah tersenyum manis.
“Alena.” Batin Daniel berbicara
“Daniel percayalah, sahabatku ini ah maaf ralat adik kecilmu ini, tidaklah mati
dengan wajar, aku menemukan banyak kejanggalan dalam kematiannya.” Terang Amatheia
sambil menunjuk foto di meja yang memisahkan dirinya dengan Daniel.
“Dan semua itu berhubungan dengan kakak bodohku, begitu?” tanya Daniel, yang
disusul dengan tawanya yang menggelegar. Amatheia mendengus, rupa-rupanya pria ini
sudah mulai gila, mungkin efek dari ditinggalkan oleh adiknya Alena.
“Aku tidak sedang bercanda!” ucap Amatheia.
Tawa Daniel mereda, dia kemudian menaruh kedua tangannya diatas meja. Ia
mengisyraratkan Amatheia untuk mendekat kepadanya, kemudian ia berbisik di telinga
Amatheia.
“I know what you think sweetie.” Ucap Daniel dengan suara rendahnya. Bulu kuduk
Amatheia meremang mendengar suara Daniel. Dia kemudian kembali duduk di tempat
duduknya, sambil terus bertatapan dengan lawan bicaranya.

Hujan semakin deras di luar, di susul dengan suara petir yang menggelegar.
Keheningan melanda ruangan itu, menyisakan suara gemuruh hujan dan petir di luar.
Tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga akhirnya,
“Lalu apa keputusanmu?” Tanya Amatheia sambil melipat kedua tangannya.
“Aku akan membantumu, bagaimana pun juga hal ini juga menguntungkan bagiku.
Sekali dayung, dua pulau terlampaui, bukan begitu sweetie.” Jawab Daniel. Amatheia
tersenyum, ah ia lega karena akhirnya ia akan dapat mengungkap segala keanehan dibalik
kematian sahabat sekaligus adik dari pria yang kini ada di depannya.
“Bisakah kita akhiri perundingan ini, kau tahu aku lelah.” Ucap Daniel tiba-tiba.
Amatheia mendengus, namun tak ubahnya ia mengangguk mengizinkan Daniel untuk
keluar dan beristirahat.

Keesokan paginya, langit masih nampak kelabu. Daniel dan Amatheia memutuskan
untuk kembali bertemu, masih di tempat yang sama mereka berdua menyebutnya meja
perundingan. Kali ini nampak berbeda suasananya, ruangan itu terlihat cukup terang tidak
seperti kemarin yang nyalanya saja seperti lampu yang akan padam.
“Kau nampak beda Amatheia.” Ucap Daniel yang melihat Amatheia tengah duduk
dikursinya. Tetapi bukan itu titik fokusnya, Amatheia nampak sedikit berbeda karena saat
ini ia memakai sebuah gaun putih panjang, yang menjutai menutupi kakinya.
“Lihat ini tuan, aku telah menemukan mainan baru,” Ucap Amatheia sambil
menunjukkan sebuah pistol di tangannya.
“Wanita yang cukup nakal, darimana kau mendapatkannya?” Tanya Daniel dengan
sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Amatheia.
“Hihi, anggap saja ini adalah berkah dari meja perundingan.” Jawab Amatheia.
Perundingan kembali di mulai, rencana demi rencana mulai tersusun satu demi
satu. Dua anak manusia ini tidak menyadari, bahwa kini sang surya telah turun dari
singgasananya. Malam pun datang, mereka mulai merasa kelelahan. Pada akhirnya mereka
berdua pun memutuskan untuk mengakhiri perundingan.
“Aku berharap rencana ini berhasil.” Harap Amatheia
“Tenanglah, semua akan baik-baik saja.” Ujar Daniel menenangkan Amatheia.

Hari demi hari telah berlalu, kini tepatnya di bulan Desember tersiar berita tentang
pergantian pewaris dalam silsilah keluarga Lucretius. Bukan hanya itu, ada kabar lain yang
tak kalah mengejutkan, yaitu tertangkapnya putra sulung keluarga Lucretius akibat
perbuatannya yang tega membunuh adik perempuannya sendiri. Ia melakukan itu, dengan
dalih rasa iri yang melanda dirinya karena kedua orang tuanya selalu memanjakan adiknya
itu sedangkan ia tidak.

Di waktu yang bersamaan, di sebuah tempat dua anak manusia tengah bersua. Di
tempat yang menjadi saksi bisu, perundingan yang telah mereka lakukan. Mereka berdua
saling memandang, menyalurkan rasa bahagia yang membuncah dalam dada. Daniel dan
Amatheia, dua orang manusia yang kini tengah dilanda rasa bahagia.
“Terima kasih atas bantuanmu.” Ucap Amatheia memulai pembicaraan.
“Aku juga berterima kasih padamu, karena tawaranmu aku jadi bisa menemukan
bangkai busuk yang di simpan pria bodoh itu.” Ujar Daniel.
“Huft, aku jadi ingin mengunjungi makam Alena.” Lirih Amatheia dengan netra yang
berkaca-kaca.
“Ingin pergi bersama sweetie?” Tanya Daniel sambil megulurkan tangannya pada
Amatheia, yang disambut hangat oleh wanita itu.
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari ini langit nampak cerah. Pancaran sinar
sang surya, menyinari dua insan manusia yang kini tengah berjongkok di samping sebuah
makam. Daniel dan Amatheia berdoa disana, berharap agar orang yang kini tengah mereka
kunjungi dapat menerima kenikmatan dalam istirahatnya. Keduanya berharap, agar
seseorang yang mereka temui hari ini bisa mendapatkan ketenangan dalam kuburnya.
“Hai cantik, sudah lama ya sejak terakhir kali aku kesini. Maaf ya aku baru bisa
ngunjungin kamu sekarang, aku sudah mulai sibuk kerja soalnya. Hehe, Alena andai kamu
sekarang ada disini, mungkin kamu bakal bangga sama abangmu, karena dia berhasil
mengungkap kebenaran dibalik semua yang kamu alami. Kamu yang tenang ya disana,
tunggu kami berdua di ujung jalan sana, agar nanti kita bisa kumpul kembali seperti dulu
lagi.” Lirih Amatheia sambil menitikkan air mata. Lain halnya dengan Amatheia, Daniel
justru terlihat lebih tegar, dia sudah mencoba ikhlas walau sorot matanya yang
menyiratkan kerinduan tidak pernah berbohong.
“Alena, jujur abang rindu, tapi abang sudah ikhlas kamu pergi, terima kasih dulu
udah pernah ada, maafkan abang yang gagal melindungi kamu. Abang janji, sampai saat
dimana kita bisa bertemu lagi, abang akan selalu menyematkan nama kamu disetiap hal
yang akan abang hadapi. We are always love you Alena.” Ucap Daniel sambil menaruh
sebuah bunga lili yang nampak indah. Bunga itu cocok untuk gadis cantik dan istimewa
bagi Daniel yaitu Alena.

Tidak terasa hari semakin sore, Amatheia dan Daniel memutuskan untuk pergi
meninggalkan area pemakaman. Semua belum berakhir memang, tapi setidaknya mereka
berdua kini sudah mampu bernafas lega, karena satu persatu masalah mereka telah ada
jalan keluarnya.
TAMAT

AMANAT CERITA :
Semua masalah pasti ada jalan keluarnya, setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dalam
menentukan jalan keluar, diperlukan adanya perundingan. Meja perundingan adalah salah
satu media yang dapat membantu kita menemukan solusi atas masalah yang tengah kita
hadapi, dan juga sepintar-pintarnya kita menyembunyikan sebuah bangkai, suatu saat
nanti pasti akan tercium baunya.

BIODATA PENULIS ;
Syavira Roudhotul Jannah, seorang perempuan kelahiran tahun 2007. Dia lahir di
tanah jawa, pada hari kamis tanggal 05 Juli pukul 00:01. Dia adalah salah satu siswi, di
SMAN 1 GONDANG yang masuk kedalam kelas X MIPA 3. Siswi yang tidak banyak di kenal
oleh warga sekolah. Dia menjadi salah satu orang yang terpilih, untuk menciptakan sebuah
karya tulis yakni cerpen. Cerita pendek yang ditulisnya berjudul “Meja Perundingan”, agak
sedikit tidak nyambung memang, tetapi semoga dapat menghibur orang yang membacanya.
Kalau ingin berkenalan lebih lanjut dengannya, silakan kunjungi akun twitterny
dengan username @CandraningAwang.

Anda mungkin juga menyukai