Anda di halaman 1dari 12

Journal on Education

Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, pp. 6107-6118


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Strategi Petani dalam Menghadapi Fluktuasi Harga Kelapa di masa


Pandemi Covid -19 (Studi Kasus di kelurahan Pulau Kijang Kecamatan
Reteh Kabupaten Indragiri Hilir)

Yumita Marisa Usri1, Sakdanur Nas2, RM Riadi3


1, 2, 3
Universitas Riau, Kampus Bina Widya KM. 12,5, Simpang Baru, Kec. Tampan, Kota Pekanbaru, Riau
yumita.marisa0797@student.unri.ac.id

Abstract
This research This study aims to determine Farmers' Strategies in Dealing with Fluctuations in Coconut Prices
During the Covid-19 Pandemic. A Case Study in Kijang Island Village, Reteh District, Indragiri Hilir Regency.
The method used in this research is descriptive research method by means of structured interviews and
questionnaires with a quantitative approach. The results of the study show that the strength factor support is a
rating of 19 and a score of 1,778. Identification of Weaknesses rating 27 and score 2.166. Identify Opportunity
Factors with a rating of 11 and a score of 2.54. Identification of Threat Factors with a rating of 13 and a score
of 1.789. Farmer empowerment is an effort to increase the potential and ability of farmers to increase
productivity and efficiency in a sustainable manner. The goal is to provide motivation and training as well as
generate public trust. Coconut processing is an opportunity for coconut farmers to develop their business and
increase income
Keywords: Strategy, Coconut Farmers, SWOT

Abstrak
Penenelitian ini bertujuan untu menentukan Strategi Petani Dalam Menghadapi Fluktuasi Harga Kelapa
Dimasa Pandemi Covid -19 Studi Kasus Dikelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir
Populasi dalam penelitian ini adalah petani kelapa yang berada dikelurahan Pulau Kijang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif metode dengan cara wawancara terstruktur dan
angket kuisioner dengan pendekatan kuantitatif . Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa identifikasi
faktor kekuatan adalah rating 19 dang skor 1,778. Identifikasi Faktor Kelemahan rating 27 dan skor 2.166.
Identifikasi Faktor Peluang dengan rating 11 dan skor 2,54. Identifikasi Faktor Ancaman dengan rating 13 dan
skor 1,789. Pemberdayaan petani merupakan upaya untuk membangkitkan potensi serta kemampuan petani
untuk meningkatkanan produktivitas dan efisiensi secara berkelanjutan. Sasarannya yaitu dengan memberikan
motivasi dan pelatihan serta membangkitkan kepercayaan masyarakat. Pengolahan kelapa merupakan peluang
bagi petani kelapa dalam mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatan
Kata Kunci: Strategi, Petani Kelapa, SWOT

Copyright (c) 2023 Yumita Marisa Usri, Sakdanur Nas, RM Riadi


Corresponding author: Yumita Marisa Usri
Email Address: yumita.marisa0797@student.unri.ac.id (Universitas Riau, Kota Pekanbaru, Riau)
Received 25 January 2023, Accepted 01 Febuary 2023, Published 01 Febuary 2023

PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian di bidang pertanian. Negara ini diuntungkan karena dikaruniai kondisi alam yang
mendukung, hamparan lahanyang luas, keragaman hayati yang melimpah, serta beriklim tropis
dimana sinar matahari terjadi sepanjang tahun sehingga bisa menanam sepanjang tahun. Realita
sumber daya alam seperti ini sewajarnya mampu membangkitkan Indonesia menjadi negara yang
makmur, tercukupi kebutuhan pangan seluruh warganya. Meskipun belum optimal, pertanian
menjadi salah satu sektor riil yang memiliki peran sangat nyata dalam membantu penghasilan
devisa Negara (Warsani, 2013:36).
6108 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6107-6118

Komoditi perkebunan yang cukup potensial di Propinsi Riau terdiri dari kelapa
sawit, kelapa dalam, karet dan sagu. Dalam hal lahan untuk kelapa terdapat di 11 provinsi di
Indonesia dan salah satunya di Provinsi Riau. Provinsi Riau merupakan produsen Kelapa Dalam
terbesar diIndonesia. Indragiri Hilir sebagai kabupaten penghasil Kelapa Dalam terbesar di Provinsi
Riau dan sudah dikenal dengan hamparan Kelapa Dalam yang memiliki luas lahan seluas 439.955
ha (85,11% dari total luas lahan Propinsi Riau) dengan jumlah produksi 359.372 ton
(85,23%dari total produksi Propinsi Riau) (BPS, 2015).
Dalam suatu wilayah terdapat beberapa sektor perekonomian. Sektor
perekonomian yang dominan memberikan nilai tambah dan penyerapan lapangan kerja serta
memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lainnya merupakan ciri dari suatu sektor atau
komoditas unggulan. Oleh karena itu,sektor atau komoditas unggulan tersebut perlu mendapat
perhatian dalam rangka menciptakan nilai tambah yang sebesar-besarnya terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat dan perekonomian wilayah.

2000
1850 1900
1800 1800 1820 1850
1800 1800 1750 1800 1850
1800
1700 1700 1750 1750
1600
1400 1450 1400
Axis Title

1200 1200 1200 1200


1100 1100
1000 1000 970
800
600
400
200
0

Gambar 1. Fluktuasi Harga Kelapa


Sumber Data : Olahan Data Riset
= 2019
= 2020
Berdasarkan tabel diatas fluktuasi harga kelapa terlihat jelas sekali adanya perbedaan harga
yang bisa dikatakan drastis sehingga masyarakat pada umumnya mengharuskan adaptasi terhadap
fluktuasi harga kelapa tersebut.
Usaha kelapa memiliki keunggulan komparatif yang dapat dicapai dengan cara berproduksi
yang efisien melalui penerapan teknologi anjuran di bidang budidaya dan penerapan diversifikasi
usaha tani, baik horizontal maupun vertikal. Diversifikasi usahatani secara horizontal berarti
perubahan pola usahatani kelapa yang tadinya monokultur menjadi pola usahatani campuran dengan
Strategi Petani dalam Menghadapi Fluktuasi Harga Kelapa di masa Pandemi Covid -19 (Studi Kasus di kelurahan Pulau
Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir), Yumita Marisa Usri, Sakdanur Nas, RM Riadi 6109

menanam tanaman sela, seperti: pinang, padi, pisang dan lain sebagainya. Sementara itu diversifikasi
vertikal dalam usahatani berarti menganekaragamkan produk secara efisien.
Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada dataran rendah atau pesisir timur dengan ketinggian <
5 m dpl. Daerah ini menjadi daerah rawa-rawa yang beriklim tropis basah dan memiliki struktur tanah
yang berupa tanah organosol yaitu tanah gambut yang banyak mengandung bahan organik. Tanah
didaerah ini cocok untuk tanaman perkebunan, salah satunya Kelapa. Produksi kelapa di kabupaten ini
terdapat hampir diseluruh kecamatan, sehingga kabupaten ini dikenal dengan julukan “Negeri
hamparan kelapa dunia”.
Realitas tersebut berbanding terbalik dengan keadaan petani di Indonesia yang hidup di
daerah terpencil. Dimana petani yang tinggal di daerah terpencil mengalami kesulitan dalam hal
mengolah lahan pertanian seperti kurangnya ketersediaan air, iklim buruk, tidak tersedianya air
irigasi, alat-alat pertanian masih bersifat tradisional. Kecamatan Reteh yang merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Indaragiri Hilir dengan mayoritas masyarakatnya bekerja di sektor petani
baik itu petani di bidang perkebunan, tanaman pangan, maupun petani hortikultura. Kecamatan Reteh
yang beriklim tropis sehingga tanahnya cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian salah satunya
yaitu komoditi kelapa.Pengelolaan pasca panen kelapa sebagai komoditi unggulan Kecamatan Reteh
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. Namun kenyataannya
masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya sehingga komoditi kelapa yang merupakan potensi
belum termanfaatkan sepenuhnya. hal ini juga semakin di perparah dengan melandanya wabah
pandemic Covid-19 yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga kelapa .
Permasalahan Kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir dari segi pengusahaannya dalam
bentuk perkebunan rakyat yang bercirikan: (1) hasil usahatani masih bersifat tradisional yaitu
berbentuk Kelapa dalam butiran dan kopra, (2) produktivitas rendah, (3) modal lemah, (4)
teknologi anjuran masih rendah, dan (5) resultante dari faktor-faktor tersebut menyebabkan
pendapatan petani berada pada posisi yang tidak mampu mendukung kehidupan dan kesejahteraan
secara layak. Pemilikan lahan usaha tani yang sempit dan jarak tanam yang tidak teratur serta
belum dilaksanakannya penerapan teknologi anjuran didalam pengembangan usaha tani, sehingga
sangat sukar diharapkan perolehan produksi dan pendapatan yang optimal.
Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) dilakukan secara
internal dan eksternal organisasi. Analisis internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan organisasi, sedangkan analisis eksternal untuk mengetahui peluang yang dapat ditangkap,
dan ancaman yang dihadapi organisasi. Analisis SWOT ini penting sebagai bagian organisasi untuk
perumusan manajemen strategi yang akan dijalankan organisasi agar siap bersaing dan tidak
dipandang sebelah mata oleh organisasi lainnya. Wahyudi (1996:49-50) mengemukakan bahwa
terdapat dua faktor yang menyebabkan suatu organisasi melakukan analisis terhadap lingkungan baik
lingkungan internal maupun eksternal antara lain organisasi tidak berdiri sendiri tetapi berinteraksi
dengan bagian-bagian dari lingkungannya yang selalu berubah setiap saat serta pengaruh lingkungan
6110 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6107-6118

yang sangat rumit dan kompleks dapat mempengaruhi kinerja banyak bagian yang berbeda dari
sebuah organisasi.
Analisis SWOT mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi
Petani kelqpq . Kekuatan dan kelemahan yang diidentifikasi oleh penilaian lingkungan internal,
sedangkan peluang dan ancaman yang diidentifikasi oleh penilaian lingkungan eksternal dan
menentukan strategi yang tepat dalam menghadapi fluktuasi harga kelapa

METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kab. Indragiri Hilir
hal ini sesuai dengan daerah yang masyarakatnya hidup dengan bertani kelapa. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif. Pendekatan ini menekankan pada
makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), serta lebih banyak meneliti
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini juga lebih mementingkan
proses daripada hasil akhir, sehingga urutan kegiatan dapat saja berubah-ubah tergantung pada kondisi
dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.(Rukin, 2019) Oleh karena itu, peneliti menggunakan
metode deksriptif guna mengumpulkan data, menjelaskan, memberikan keterangan, menafsirkan,
menganalisis data dalam sebuah hasil akhir yakni kesimpulan pada penelitian ini.
Data primer merupakan sumber yang bisa diperoleh secara langsung dari lapangan. Asal data
utama merupakan seorang yang terlibat eksklusif pada suatu peristiwa, kegiatan, atau kehidupan
seseorang. asal data utama penelitian bisa berupa tokoh warga, tokoh agama, pejabat pemerintah, atau
masyarakat yang terkait atau bekerjasama eksklusif menggunakan penelitian di luar
laboratorium.(Beni Ahmad Saebani, 2013) . Data primer merupakan sumber yang bisa diperoleh
secara langsung dari lapangan. Peniliti terlibat lansung pada suatu peristiwa dan kegiatan, kehidupan
pada petani kelapa, melakuan wawancara terstruktur sebanyak 5 orang penyebaran angket atau
kuesioner sejumlah 15 dari 2494 Jumlah Petani Kelapa di masyarakat Kelurahan Pulau Kijang
Kecamatan Reteh.
Data sekunder merupakan data yang telah ada sebelumnya, hanya perlu kita cari dan
kumpulkan. Data sekunder sudah ada, sehingga lebih mudah dan cepat untuk diambil. Sumber
Sekunder adalah sumber dukungan. Sumber data sekunder meliputi dokumen, buku, hasil penelitian
dan lainnya. Untuk data sekunder merupakan data yang telah ada sebelumnya, hanya perlu kita cari
dan kumpulkan
Penelitian ini menggunakan analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strength) dan peluang (opportu¬nities), namun secara bersamaan dapat me-minimalkan
kelemahan (weakness) dan an¬caman (treats). Menurut Rangkuti (2018) analisis SWOT dapat
disusun strategi dengan mengkombinasikan aspek-aspek kekuatan dan kelemahan di dalam faktor
internal dengan aspek-aspek peluang dan ancaman di dalam faktor eksternal.
Strategi Petani dalam Menghadapi Fluktuasi Harga Kelapa di masa Pandemi Covid -19 (Studi Kasus di kelurahan Pulau
Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir), Yumita Marisa Usri, Sakdanur Nas, RM Riadi 6111

Tabel 1. Instrumen Penelitian

Variabe Deskriptor
l Indikator
Faktor Kekuatan 1.1 Ketersedian Tenaga Lokal
strategi 1.2 Ketersediaan Lahan
internal 1.3 Ketersediaan Bahan baku
1.4 Potensi Diversifikasi produk turunan kelapa
banyak
1.5 Transportasi Air
Kelemahan 1.6 Pendidikan Petani
1.7 Tingkat Adopsi Teknologi
1.8 Tanaman Kelapa banyak yang sudah
1.9 Jaringan distribusi/ pemasaran belum optimal
1.10 Harga Jual Fluktuatif
1.11 Kurangnya Peranan tenaga penyuluh
1.12 Nilai Tambah Komoditas kelapa rendah
Faktor Peluang 1.1 Hasil pengolahan produk tanaman kelapa muda
strategi didapat
eksternal 1.2 Daya Serap pasar terhadap produk turunan kelapa

Ancaman 2.1 Ekspansi Lahan perkebunan sawit


2.2 kebakaran Lahan
2.3 Luapan Air Psang
2.4 Serangan Hama

HASIL DAN DISKUSI


Permintaan dan penawaran mempengaruhi harga kelapa, Harga terbentuk atas keseimbangan
antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Hubungan antara harga suatu komoditas dengan
jumlah yang diminta, mengikuti suatu hipotesis dasar ekonomi yang menyatakan bahwa semakin
tinggi harga suatu komoditas maka semakin sedikit jumlah komoditas yang diminta. Sedangkan
hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah yang ditawarkan menyatakan bahwa secara
umum, semakin rendah harganya maka semakin rendah jumlah yang di tawarkan.
Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah, halini merupakan salahsatu kendala
dalam usaha meningkatkanpendapatan para petani. Lemahnya posisi tawar petani disebabkan
karena umumnya struktur pasar di tingkat petani adalah monopsonistik. Pada struktur tersebut
beberapa gelintir pedagang yang menguasai akses pasar, informasi pasar dan permodalan
yang kurang memadai (Yogi, 2016).
Sistem jual beli di Kecamatan Reteh adalah banyak penjual dan sedikit pembeli, misalnya
pembelian hasil perkebunan kelapa di Kecamatan Reteh Dengan sedikitnya pembeli hasil kelapa
maka yang memiliki kekuasaan dalam menentukan harga adalah pembeli atau pihak perusahaan,
hal ini yang mengakibatkan petani tidak punya kekuasaan dalam menentukan harga jual hasil
perkebunannya. Kekuasaan dalam penentuan harga yang ditetapkan oleh pembeli akan dengan
6112 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6107-6118

mudah pembeli menentukan harga sendiri, penentuan harga ini akan berdampak pada fluktuasi
harga. Fluktuasi harga kelapa ini sangat signifikan pengaruhnya terhadap pendapatan.
Pasalnya kelapa selain dihasilkan dengan produksi Kopra, hasil lainnya dari produksi pohon
kelapa buahnya dapat dijual langsung per biji seperti biji kelapa maupun untuk kelapa muda,
tempurung, kulit kelapa juga dapat berfungsi ganda (Gonopu) baik itu dijual secara langsung juga
dapat dimanfaatkan untuk keperluan tanaman sebagai bahan pelengkap untuk pupuk seperti pada
tanaman anggrek dan tanaman-tanaman lainnya (Kasmilah 2014).
Dari hasil yang telah diambil buahnya, maka tempurung jugadimanfaatkan untuk keperluan
arang, karena arang tempurung juga dimanfaatkan sebagai bahan tama pengganti gas dan minyak
tanah , selain itu juga masyarakat untuk keperluan Industri yang berskala besar antara lain untuk
keperluan obat Farmasi, sebagai alat untuk penjernih air. Buah kelapa juga dijadikan Natadecoco,
minyak untuk konsumsi rumah tangga bahkan yang lebih trend sekarang ini dapat dijadikan virgin oil
untuk keperluan bidang kesehatan.
Dimana tujuan dari pembahasan dalam tulisan ini adalah serta tindakan dan kebijakan
masyarakat dan pemerintah kabupaten Indragiri hilir dalam menghadapi fluktuasi harga kelapa.
Dimana tujuan dari pembahasan dalam tulisan ini Strategi ekonomi dalam penedekatan Anlisis
SWOT agar fluktuasi harga kelapa tidak mempengaruhi pendapatan masyarakat juga memberikan
pengetahuan secara khusus kepada masyarakat yang sebahagian tidak meyadari bahwa harga kelapa
bisa saja menjadi lebih mahal jika pemerintah memberikan kebijakan yang serius terhadap harga
komoditi utama.
Analisa Internal
Analisis lingkungan internal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor yang menjadi kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki oleh Petani kelapaKelurahan Pulau Kijang Kecamtan Reteh tersebut
dapat menanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang ada berdasarkan hasil analisis. Aspek
lingkungan internal yang akan dikaji meliputi aspek manajemen, pemasaran, keuangan,
produksi/operasi dan sumber daya manusia.
Analisa Eksternal
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kejadian-
kejadian yang berada diluar kontrol suatu perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada
penentuan faktor faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan sehingga
memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan
menghindari ancaman
Identifikasi Faktor Kekuatan
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal pada petani kelapa masyarakat Kelurahan
Pulau Kijang Kecamatan Reteh. maka faktor-faktor yang dapat diidentifikasi menjadi kekuatan
(strengths) ialah ketersediaam tenaga lokal, ketersediaan lahan , ketersediaan bahan baku, potensi
diversifikasi produk tanaman kelapa banyak dan trasnportasi air
Strategi Petani dalam Menghadapi Fluktuasi Harga Kelapa di masa Pandemi Covid -19 (Studi Kasus di kelurahan Pulau
Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir), Yumita Marisa Usri, Sakdanur Nas, RM Riadi 6113

Perhitungan matriks IFAS untuk faktor kekuatan dapat dilihat pada Tabel:
Tabel 2. Faktor Strategi Internal Kekuatan Pada Petani Kelapa
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
1. Ketersediaan tenaga local 0,043 2 0,086
2. Ketersedian lahan 0,062 3 0,186
3. Ketersedian bahan baku (lokal) 0,130 6 0,78
4. Potensi diversifikasi produk turunan kelapa banyak 0,108 5 0,54
5. Tranportasi Air 0,062 3 0,186
Total 19 1,778
Sumber data: Data Olahan 2022
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa faktor yang menjadi kekuatan adalah ketersediaan
tenaga lokal (skor 0,086), ketersediaan lahan (skor 0,186), ketersediaan bahan baku (skor 0,78),
Potensi diversifikasi produk turunan kelapa banyak (skor 0,54). Serta Tranportasi Air (skor 0,186),
yang dimana masing masing skor diperoleh dari jumlah bobot dikali jumlah rating.
Identifikasi Faktor Kelemahan
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal pada petani kelapa maka faktor-faktor yang
dapat diidentifikasi menjadi kelemahan (weakness) dari petani ini adalah pendidikan petani, tingkat
adopsi teknologi, tanaman kelapa banykl yang sudah tua, jaringan distribusi,/pemasaran, harga jual
fluktuatif, pengolahan kelapa masih tradisional, peranan tenaga penyuluh dan nilai tambah komoditas
kelapa rendah
Perhitungan matriks IFAS untuk faktor kelemahan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perhitungan matriks IFAS untuk faktor kelemahan.
Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Kelemahan
1. Pendidikan petani 0,043 2 0,086
2. Tingkat adopsi teknologi 0,062 3 0,186
3. Tanaman kelapa banyak yang sudah tua 0,108 5 0,54
4. Jaringan distribusi/ pemasaran 0,086 4 0,344
5. Harga jual kelapa fluktuatif 0,062 3 0,186
6. Pengolahan kelapa masih tradisional 0,086 4 0,344
7. Peranan tenaga penyuluh 0,043 2 0,086
8. Nila tambah komoditas kelapa rendah 0,086 4 0,344
Total 27 2,166
Sumber data : Data Olahan 2022
Berdasarkan Tabel 3 ditemukan kelemahan utama dalam pertanian kelapa adalah sistem
pendidikan petani (0,086), Tingkat adposi teknologi (0,186), Tanaman kelapa banyak yang sudah tua
(0,54) Jaringan distribusi/pemasaran (0,344), kelemahan lainnya adalahHarga jual kelapa fluktuatif
(0,186), Pengolahan kelapa masih tradisional (0,344), dan Peranan tenaga penyuluh yang masih
6114 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6107-6118

kurang (0,086), serta Nila tambah komoditas kelapa rendah (0,344) yang dimana masing masing skor
diperoleh dari jumlah bobot dikali jumlah rating.
Identifikasi Faktor Peluang
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal pada petani kelapa , maka faktor-faktor yag
dapat diidentifikasi menjadi peluang (opportunities) dari ini adalah tekonologi hasil produk tanaman
kelapa mudah didapat
Tabel 4. Perhitungan Matriks EFAS Untuk Faktor Peluang.
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor
Ancaman
1. Teknology hasil pengolahan produk turunan kelapa
0,25 6 1,5
mudah didapat
2. Daya serap pasar terhadap produk turunan kelapa 0,208 5 1,04
Total 11 2,54
Sumber data: Olahan Data 2022
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa faktor yang menjadi peluang utama pada usaha ini
yaituTeknology hasil pengolahan produk turunan kelapa mudah didapat (1,5) dan Daya serap pasar
terhadap produk turunan kelapa (1,04) yang dimana masing masing skor diperoleh dari jumlah bobot
dikali jumlah rating.
Identifikasi Faktor Ancaman
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal pada Petani kelapa maka faktor-faktor yag
dapat diidentifikasi menjadi ancaman ( threats) dari usaha ini adalah Ekpansi lahan perkebunan
sawit, Kebakaran lahan, luapan air pasang dan serangan hama
Tabel 5. Perhitungan Matriks EFAS Untuk Faktor Ancaman.
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang
1. Ekpansi Lahan Perkebunan Sawit 0,125 3 0,375
2. Kebakaran Lahan 0,125 3 0,375
3.Luapan air pasang 0,166 4 0,664
4. Serangan Hama 0,125 3 0,375
Total 13 1,789
Sumber data: Olahan data
Berdasarkan Tabel 4.4 didapati ancaman utama dalam petani kelapa ini adalah adanya
ekpansi lahan perekebuan sawit (0,375), Kebakaran Hutan (0,375), Luapan Air Pasang (0,664) dan
serangan Hama (0,375)
Matriks Internal – Eksternal Strategi
Berdasarkan hasil analisis matriks IFAS diperoleh total skor sebesar 3.944 dan total skor
EFAS 4.329 Dari kedua hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan melalui
matriks IE.
Strategi Petani dalam Menghadapi Fluktuasi Harga Kelapa di masa Pandemi Covid -19 (Studi Kasus di kelurahan Pulau
Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir), Yumita Marisa Usri, Sakdanur Nas, RM Riadi 6115

Tabel 6 Matriks SWOT


IFAS STRENGHT (S) WEAKNESS (W)
1. Ketersedian Tenaga 1. Pendidikan Petani
Lokal 2. Tingkat Adopsi
2. Ketersediaan Lahan Teknologi
3. Ketersediaan Bahan 3. Tanaman Kelapa
baku banyak yang sudah
4. Potensi Diversifikasi tua
EFAS produk turunan kelapa 4. Jaringan distribusi/
banyak pemasaran belum
5. Transportasi Air optimal
5. Harga Jual Fluktuatif
6. Kurangnya Peranan
tenaga penyuluh
7. Nilai Tambah
Komoditas kelapa
rendah

OPPORTUNIES (O) S-O W-O


1. Hasil pengolahan 1. Memambah dan 1. Peremajaan Kelapa
produk tanaman meningkatkan jumlah yang sudah tua
kelapa muda produksi sehingga (W3,W6,O1,O2)
didapat menjadikan nilai
2. Daya Serap pasar ekspor(S1,S4,O1,O2)
terhadap produk
turunan kelapa

THREATH (T) S-T W-T


1. Ekspansi Lahan 1. Peran pemerintah 1. Peran pemerintah
perkebunan sawit yang fokus terhadap dalam penentuan
2. kebakaran Lahan pemberdayaan petani harga, pemberian
3. Luapan Air Psang dengan memberikan pupuk dan bibit
4. Serangan Hama bantuan (S1,S2,S3,S4, unggul (W1, W3,W4,
T1 T4). W5, W6, T1)
2. Meningkatkan
kualitas produk agar
tetap mampu bersaing
(S2,S3,S4,T4)

Berdasarkan hasil wawancara dengan yang selanjutnya dimasukkan ke dalam analisis matriks
SWOT pada petani kelapa maka diperoleh lima alternatif strategi yang dihasilkan dari dua strategi S-
O, satu strategi S-T, satu strategi W-O, dan strategi W-T yaitu sebagai berikut:
Strategi S-O
Analisis matriks SWOT menggunakan kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang
yang ada. Alternatif strategi yang dapat ditawarkan untuk mengembangkan dengan diversifikasi
produk turunan kelapa memiliki potensi saat ini masyarakat sudah banyak mengolah tempurung
kelapa mejadi arang dengan mendatangkan buyer dari Jakarta, Depok maupun Bandung, dan untuk
kopra mereka mendatangkan buyer dari Jambi, pengolahan arang menjadi Bricket menjadi bahaan
ekspor diluar negeri sebagai bahan bakar. Untuk kopra mnjadi tujuan ekspor ke bangladesh sebagai
6116 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6107-6118

bahan kosmetik, mentega dan minyak goreng.


Beberapa masyarakat juga telah mengmbangkan VCO (Virgin Coconut Oil ) yang
bermanfaat untuk kesehatan dan menjadi nilai jual yang tinggi dan telah beberapa produknya telah
dikirim ke Malaysia. Sehingga posisi ini dapat dijadikan sebagai kekuatan dalam kegiatan ekspor
kopra, Bricket dan VCO
Strategi S-T
Menunjukkan strategi yang menggunakan kekuatan usaha untuk menghindari berbagai
ancaman yang ada. Ancaman dari pengembangan kelapa di Kelurahan Pulau Kijang banyaknya
lahan kelapa yang dialih fungsikan menjadi, perkebunan sawit dan perumahan lainnya menjadikan
berkurangnya tanaman kelapa dan berkurangnya produktivitas tanaman kelapa. Berkurangnya lahan
dan produktivitas membuat kegiatan produksi kopra menjadi terganggu dan kegiatan ekspor koprapun
juga ikut terganggu dan hal tersebut dapat mengancam industri kopra, usia tanaman kelapa rata-rata
berusia tua dan produktifitasnya rendah.
Alternatif strategi yang dapat ditawarkan untuk pengembangan Strategi Pengembangan
kelapa. Pertama, Peremajaan kelapa yang sudah tua yang sebelumnya menggunakan Kelapa dalam
diganti menjadi kelapa Hybrida yang memliki keunggulan Panen lebih cepat, buah lebih banyak dan
pohon kelapa tidak cepat tinggi. Perbaikan tanggul parit, perbaikan tanggul untuk menghindari
luaapan air pasang sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah karena menghabis ratusan juta
untuk proses pekerjannya. Ketiga, Potensi kebakaran lahan dapat disiasati dengan menggunakan
pestisida untuk menghilangkan gulma dan menggunakan perangkap- perangkap untuk menghindari
serangan tupai maupun tikus.
Strategi W-T
Strategi WT menunjukkan strategi yang meminimalkan kelemahan usaha untuk menghindari
berbagai ancaman. Alternatif strategi yang dapat dilakukan banyak inovasi dalam pengolahan kelapa
khususnya kopra.Mulai dari adanya pengadaan teknologi pemanen kelapa, mesin pengering kopra,
sampai dengan penjualan kopra ke berbagai daerah yang berpotensi menjadi nilai ekspor . Namun
untuk saat ini belum ada upaya khusus yang dilakukan pemerintah yang fokus terhadap
pemberdayaan petani dan bantuan teknologi juga diharapkan pemerintah menjembatani distribusi
ataupun pemasaran guna meningkatkan nilai kelapa menjadi ekspor
Pemerintah harus lebih berupaya dalam membangkitkan potensi dari perkebunan kelapa
masyarakat, serta kemampuan petani agar lebih meningkatkan produktivitasnya, memberikan
motivasi dan pelatihan serta membangkitkan kepercayaan masyarakat pada kemampuan sendiri.
Pemerintah harus memiliki peran dalam penentuan harga kopra dengan memberikan sosialisasi
kepada masyarakat mengenai cara pengolahan kopra yang bagus mengingat bahwa pengolahan
kelapa selalu diolah menjadi kopra. Pemerintah bisa memberikan bantuan modal usaha untuk
pengolahan menjadi kopra putih agar kelapa kopra yang diolah masyarakat bisa lebih berkembang
dari sebelumnya.
Strategi Petani dalam Menghadapi Fluktuasi Harga Kelapa di masa Pandemi Covid -19 (Studi Kasus di kelurahan Pulau
Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir), Yumita Marisa Usri, Sakdanur Nas, RM Riadi 6117

KESIMPULAN
Analisis S-O menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang saat ini terletak pada
ketersedian tenaga lokal, ketersediaan lahan, ketersediaan bahan baku, potensi diversifikasi produk
turunan kelapa banyak dan penggunaan transportasi air yang lebih mudah. Dengan potensi kekuatan
seperti ini dilakukan Pemberdayaan petani yaitu merubah perilaku petani, dari petani yang subsisten
tradisional menjadi petani modern yang berwawasan agribisnis. Strategi S-T yang menggunakan
kekuatan usaha untuk menghindari berbagai ancaman yang ada yang dapat ditawarkan. Peremajaan
kelapa yang sudah tua Penggunaan Kelapa dalam diganti menjadi kelapa Hybrida yang memliki
keunggulan tidak cepat tinggi dan buah lebih banyak. Perbaikan tanggul parit menghindari luapan air
pasang, Strategi WT menunjukkan strategi meminimalkan kelemahan usaha untuk menghindari
berbagai ancaman. Alternatif strateginya memperbanyak inovasi dalam pengolahan kelapa khususnya
kopra yang berpotensi menjadi nilai ekspor .

REFERENSI
Abidin, Zainal., & Sri Wahyuni. 2015. “Strategi Bertahan Hidup PetaniKecil di Desa Sindetlami
Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo”. Jurnal Pendidikan Ekonomi 9, no.1: 27-45.
Agustinova, Danu Eko. 2015. Memahami Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Calpulis.
Andilan, Trendy Boy., Selvie dan Nicolas. 2019. “Kajian Petani Kelapa dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga di Desa Patokaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara”.
Jurnal Holistik 12, no.4: 1-18.
Handito, Ribut Kusumo. 2015. “Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Masyarakat Miskin di
Wilayah Slum Dukuh Kupang Barat-Surabaya”Jurnal Paradigma 3, no.1:1-5.
Iksan, Awaluddin., Djefry Deeng dan Nasrun Sandiah. 2018. “Strategi Adaptasi Petani Kelapa di
Desa Lelilef Kecamatan Weda Tengah Kabupaten Halmahera Tengah”. Jurnal Holistik 11,
no.22: 1-18.
Kasmilah. 2014. Tanah berfungsi Sosial. Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita.
Kurniawan, Rahmat., & Angga Widiyo Pangestu. 2018. “Analisis Pendapatan Petani Kelapa (Cocos
Nucifera L) di Desa Teluk Payo Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin”. Jurnal
Societa 7, no.1:25-30.
Masse Abdul., & Afandi. 2017. “Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha tani Kelapa dalam di
Desa Kasoloang Kecamatan Bambaira Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat”.
Jurnal Agrotekbis 5, no.1: 66-71.
Moroki, Srivandi., Vecky dan Josep. 2018. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Petani di Kecamatan Amurang Timur. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 18, no.5: 132-142.
6118 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 6107-6118

Pangkey, Marchel C., Vecky dan Albert. 2016. “Perbandingan Tingkat Pendapatan Petani Kelapa di
Kabupaten Minahasa Selatan (Studi Kasus di Desa Ongkaw 1 dan Desa Tiniawangko
Kecamatan Sinonsayang)”. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16, no.2: 233-242.
Rachmat. 2014. Manajemen Strategik. Bandung: CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai