Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

Kekerasan Terhadap Anak Dan Pemahaman Kewaspadaan Orangtua Terhadap Anak


Di Bawah Umur

BIDANG KEGIATAN :

PKM-PENELITIAN

DISUSUN OLEH :
Intan Kusumaning Jati

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


2020
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Khusus Penelitian.........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................5
E. Keutamaan Penelitian................................................................................................6
F. Temuan Yang Ditargetkan........................................................................................6
G. Kontribusi Penelitian.................................................................................................6
H. Luaran yang diharapkan...........................................................................................6
BAB II....................................................................................................................................7
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN..........................................................7

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu komitmen
dan perlakuan yang memperhatikan perkembangan dan peranan anak sebagai
generasi penerus bangsa merupakan suatu hal yang harus dipegang oleh
pemerintah. Anak yang belum matang secara mental dan fisik, kebutuhannya
harus dicukupi, pendapatnya harus dihargai, diberikan pendidikan yang benar
dan kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kejiwaannya,
agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang dapat diharapkan sebagai
penerus bangsa.
Setiap anak berhak untuk mendapatkan penghidupan dan perlindungan yang
layak, serta dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam UU Nomor 23
Tahun 2002 pasal 4 mengenai Perlindungan Anak, yaitu setiap anak berhak
untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan dimaksudkan untuk melindungi anak
yang tereksploitasi secara ekonomi, seksual, anak yang diperdagangkan, anak
yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat
adiktif lainnya, anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan anak korban
kekerasan seksual, anak korban kekerasan fisik/mental, anak penyandang cacat,
dan anak korban penelantaran.
Akhir-akhir ini terdapat berbagai fenomena perilaku negatif terlihat dalam
kehidupan sehari-hari pada anak-anak. Melalui surat kabar atau televisi dapat
dijumpai kasus-kasus kekerasan seksual. Tindak kekerasan seksual adalah setiap
bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual yang dilakukan seseorang atau

2
sejumlah orang namun tidak disukai dan tidak diharapkan oleh orang yang
menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negatif, seperti: rasa malu,
tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga diri dan kehilangan kesucian. Hal
ini semakin ironis ketika yang menjadi korban kekerasan seksual tidak hanya
orang dewasa, tetapi anak di bawah umur juga sering menjadi korban kekerasan
ini. Anak sebagai generasi penerus pembangunan dan penerus cita-cita bagi
kemajuan suatu bangsa ketika mengalami kekerasan seksual kemungkinan besar
akan menyebabkan ia tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar.
Dr. Asrorun Niam Sholeh, Ketua Divisi Sosialisasi KPAI, menyebut beberapa
faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual terhadap anak. Pertama, faktor
moralitas dan rendahnya internalisasi ajaran agama serta longgarnya pengawasan
di level keluarga dan masyarakat. Kedua, faktor permisifitas dan abainya
masyarakat terhadap potensi pelecehan seksual. Ketiga, faktor kegagapan budaya
dimana tayangan sadisme, kekerasan, pornografi, dan berbagai jenis tayangan
destruktif lainnya ditonton, namun minim proses penyaringan pemahaman.
Keempat, faktor perhatian orang tua dan keluarga yang relatif longgar terhadap
anaknya dalam memberikan nilai-nilai hidup yang bersifat mencegah kejahatan
pelecehan seksual. Ditambah lagi hukuman bagi pelaku kekerasan seksual yang
tidak bisa memberikan efek jera.
Saat ini Indonesia diramaikan dengan kasus kekerasan seksual terhadap anak
dibawah umur. Di awali dengan terungkapnya kasus pedofilia di Jakarta
International School (JIS), setelah itu satu persatu kasus terungkap di beberapa
daerah di Indonesia. Kasus kekerasan seksual ini sebenarnya bukan kali pertama
terjadi di Indonesia, selalu ada setiap tahunnya, bahkan terjadi peningkatan
kasus. Korbannya kalangan anak umur 5 hingga 13 tahun, dan dilakukan oleh
orang orang terdekat baik tetangga, guru, bahkan keluarga sendiri.Komnas Anak
mencatat, jenis kejahatan anak tertinggi sejak tahun 2007 adalah tindak sodomi
terhadap anak. Dari 1.992 kasus kejahatan anak yang masuk ke Komnas Anak
tahun itu, sebanyak 1.160 kasus atau 61,8 persen, adalah kasus sodomi anak

3
Pelaku tindak pencabulan anak di bawah umur umumnya akan dijerat Pasal 81
dan 82 UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dengan hukuman
antara 3 sampai 10 tahun penjara. Sementara dalam KUHP, tindak pemerkosaan
diancam hukuman penjara maksimal 15 tahun penjara. Melihat banyaknya faktor
penyebab terjadinya kasus kekerasan seksual ini, dapat disimpulkan bahwa kasus
ini bukan kasus yang sepele namun sudah ditingkat darurat yang mesti segera
diselesaikan hingga keakar permasalahan, ketika kita melihat faktor hukum yang
kurang tegas dan tidak menimbulkan efek jera terhadap tersangka, maka
solusinya bukan hanya dengan menambah jumlah kurungan atau ketika melihat
bertambahnya korban setiap tahunnya solusinya bukan dengan membentuk
sebuah LSM atau lembaga yang dapat mengurangi tindak kekerasan seksual pada
anak.
Adanya kasus ini berdampak buruk terhadap kondisi korban (anak) seperti
dampak psikologis, emosional, fisik dan sosialnya meliputi depresi, gangguan
stres pasca trauma, kegelisahan, gangguan makan, rasa rendah diri yang buruk,
kekacauan kepribadian. Dampak psikologis pada anak akan melahirkan trauma
berkepanjangan yang kemudian dapat melahirkan sikap tidak sehat, seperti
minder, menutup diri, takut yang berlebihan, perkembangan jiwa terganggu, dan
akhirnya berakibat pada keterbelakangan mental. Ditambah lagi dampak
kesehatan fisik dan sosial yang akan dialami anak setelah kekerasan seksual itu
terjadi. Yang paling membahayakan adalah perubahan perilaku seksual, yang
kemungkinan besar akan terjadi setelah dewasa korban akan menjadi pelaku
kejahatan seksual akibat trauma yang pernah dialaminya sejak kecil.
Melihat latar belakang tersebut, muncul kepedulian saya terhadap anak-anak
usia dini untuk mengadakan proposal penelitian tentang kekerasan pada anak dan
menciptakan generasi masyarakat yang peduli akan keselamatan dirinya. Maka
saya mengadakan penelitian kasus yang berjudul:” Analisis kasus terhadap anak
di bawah umur “

B. Rumusan Masalah

4
Rumusan masalah yang akan dianalisis melalui proposal ini pada dasarnya
tidak lepas dari ruang lingkup permasalahan di atas, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku kekerasan?
2. Apa saja bentuk tindakan kekerasan terhadap anak?
3. Apa saja hal yang harus diwaspadai untuk menghindari perilaku kekerasan?
4. Apa saja tindakan yang dilakukan untuk menghindari perilaku kekerasan?

C. Tujuan Khusus Penelitian


Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang perilaku kekerasan pada
anak
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bentuk tindakan kekerasan
terhadap anak
3. Memberikan pemahaman tentang bagian tubuh yang tidak boleh dilihat dan
disentuh sembarang orang.
4. Memberikan pemahaman tentang siapa saja orang yang boleh menyentuh
tubuh
5. Memberikan pemahaman tentang siapa sajakah orang yang tidak boleh
menyentuh tubuh
6. Memberikan pemahaman tentang hal yang harus diwaspadai untuk
menghindari perilaku kekerasan
7. Memberikan pemahaman tentang tindakan yang dilakukan untuk
menghindari perilaku kekerasan.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah :
1. Membuka wawasan orangtua dan anak untuk dapat melindungi dirinya
supaya terhindar dari kekerasan seksual

5
2. Menciptakan suatu generasi penerus bangsa yang dapat berguna bagi nusa
dan bangsa
3. Membuat kepekaan lingkungan di masyarakat khususnya para orangtua agar
dapat mendidik dan memberi perhatian lebih terhadap dirinya maupun
lingkungan interaksi lain.
E. Keutamaan Penelitian
1. Untuk memberikan masukan dan edukasi tentang betapa pentingnya edukasi
bagi orangtua terhadap lingkungan disekitar anaknya terlebih pada masa pandemi
kekerasan bias bersifat verbal dan bahkan fisik dari lingkungan keluarga itu
sendiri.
2. Untuk meningkatkan kesadaran akan pengawasan serta upaya dalam
menanggulangi kekerasan yang terjadi terhadap anak di lingkungan manapun.

F. Temuan Yang Ditargetkan


1. Materi dengan kebutuhan nyata pendidikan anti kekerasan pada anak usia dini
saat ini.
2. Bentuk ”pemahaman” yang akan disesuaikan dengan konteks nyata objek
atau bagian tubuh yang tidak boleh dilihat atau disentuh oleh orang lain.
G. Kontribusi Penelitian
Bagi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan, diharapkan menjadi
salah satu alternatif metode pendidikan anti kekerasan anak di lingkungan
manapun untuk generasi muda dan para orangtua di masa mendatang. Dengan
demikian diharapkan proses edukasi dan hasil pengedukasian ini akan lebih
diperhatikan dan dilaksanakan secara nyata sesuai dengan perkembangan si anak
dan lingkungan tempat anak beraktivitas.
H. Luaran yang diharapkan
Adapun luaran yang diharapkan dari program ini adalah adanya kesadaran
dari pembaca khususnya dari orang tua yang memiliki anak yang masih dibawah
umur tentang pentingnya pemahaman kekerasan seksual secara dini serta
antisipasi pada anak dengan memberi edukasi tentang bagian tubuh mereka yang

6
dilarang disentuh oleh orang asing, agar anak dapat melindungi dirinya dari
bahaya kekerasan seksual sehingga kekerasan seksual tidak terjadi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kekerasan

Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan


kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
perkembangan, atau perampasan hak.
Kekerasan merupakan perilaku yang tidak sah atau perlakuan yang salah.
Kekerasan dapat diartikan sebagai perbuatan yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain dan menyebabkan kerusakan fisik pada orang lain. Kekerasan
yang mengakibatkan terjadinya kerusakan adalah kekerasan yang bertentangan
dengan hukum. Oleh karena itu, kekerasan dapat dikatakan sebuah kejahatan.
Ada empat sifat kekerasan yang dapat diidentifikasi, yaitu: pertama,
kekerasan terbuka (overt) yaitu kekerasan yang dapat dilihat seperti perkelahian.
Kedua, kekerasan tertutup (covert) yaitu kekerasan tersembunyi atau tidak
dilakukan langsung seperti perilaku mengancam. Ketiga, kekerasan agresif yaitu
kekerasan yang tidak untuk perlindungan tetapi untuk mendapatkan sesuatu.
Keempat, kekerasan defensif yaitu kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan
perlindungan diri.
B. Kekerasan Terhadap Anak
Kekerasan umumnya ditujukan kepada kelompok yang dianggap lemah.
Anak merupakan salah satu kelompok yang rentan mendapatkan perilaku
kekerasan. Manusia disebut sebagai anak dengan pengukuran atau batasan usia.
Kondisi ini tercermin dari perbedaan batasan usia di setiap negara. Setiap negara
diberikan peluang untuk menentukan berapa usia manusia yang dikategorikan

7
sebagai anak. Di Amerika Serikat menentukan batas umur antara 8-18 tahun
dikatakan anak, Australia di menentukan batas umur 8-16 tahun dikatakan anak,
Inggris menentukan antara 12-16 tahun disebut sebagai anak, Srilangka anak 8-
16 tahun, Jepang dan Korea 14-20 tahun, Taiwan menentukan batasan anak 14-
18 tahun, Kamboja batas usia anak 15-18 tahun, dan negara-negara ASEAN
untuk Malaysia 7-18 tahun, Singapura 7-16 tahun.
Sedangkan di negara Indonesia,berdasarkan Undang-Undang Perlindungan
Anak No 23 Tahun 2002, bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18
tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kekerasan terhadap anak
termasuk dalam perbuatan disengaja yang dapat menimbulkan kerugian atau
bahaya terhadap anak secara fisik maupun emosional.
C. Faktor-Faktor Kekerasan Terhadap Anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Faktor Internal
a. Berasal dalam diri anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat disebabkan oleh kondisi dan
tingkah laku anak. Kondisi anak tersebut misalnya : Anak menderita gangguan
perkembangan, ketergantungan anak pada lingkungannya,anak mengalami cacat
tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku, anak yang memiliki perilaku
menyimpang dan tipe kepribadian dari anak itu sendiri.
b. Keluarga / orang tua
Faktor orang tua atau keluarga memegang peranan penting terhadap terjadinya
kekerasan pada anak. Beberapa contoh seperti orang tua yang memiliki pola asuh
membesarkan anaknya dengan kekerasan atau penganiayaan, keluarga yang
sering bertengkar mempunyai tingkat tindakan kekerasan terhadap anak yang
lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang tanpa masalah, orangtua tunggal
lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak karena faktor
stres yang dialami orang tua tersebut, orang tua atau keluarga belum memiliki
kematangan psikologis sehingga melakukan kekerasan terhadap anak, riwayat

8
orang tua dengan kekerasan pada masa kecil juga memungkinkan melakukan
kekerasan pada anaknya.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan luar
Kondisi lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan
terhadap anak, diantaranya seperti kondisi lingkungan yang buruk, terdapat
sejarah penelantaran anak, dan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam
lingkungannya.
b. Media massa
Media massa merupakan salah satu alat informasi. Media massa telah menjadi
bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dan media ini tentu mempengaruhi
penerimaan konsep, sikap, nilai dan pokok moral. Seperti halnya dalam media
cetak menyediakan berita – berita tentang kejahatan, kekerasan, pembunuhan.
Kemudian media elektronik seperti radio, televisi, video, kaset dan film sangat
mempengaruhi perkembangan kejahatan yang menampilkan adegan kekerasan,
menayangkan film action dengan perkelahian, acara berita kriminal,
penganiayaan, kekerasan bahkan pembunuhan dalam lingkup keluarga. Pada
hakekatnya media massa memiliki fungsi yang positif, namun kadang dapat
menjadi negatif.
c. Budaya
Budaya yang masih menganut praktek – praktek dengan pemikiran bahwa
status anak yang dipandang rendah sehingga ketika anak tidak dapat memenuhi
harapan orangtua maka anak harus dihukum. Bagi anak laki – laki, adanya nilai
dalam masyarakat bahwa anak laki – laki tidak boleh cengeng atau anak laki –
laki harus tahan uji.
D. Bentuk-Bentuk Kekerasa Terhadap Anak
Ada beberapa jenis-jenis kekerasan terhadap anak, meliputi:
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan yang mengakibatkan cidera fisik nyata ataupun potensial
terhadap anak sebagai akibat dari tindakan kekerasan yang dilakukan

9
orang lain.
2. Kekerasan Seksual
Kekerasan terhadap anak dalam kegiatan seksual yang tidak dipahaminya.
Kekerasan seksual meliputi eksploitasi seksual dalam prostitusi atau pornografi,
perabaan, memaksa anak untuk memegang kemaluan orang lain, hubungan
seksual, perkosaan, hubungan seksual yang dilakukan oleh orang yang
mempunyai hubungan darah (incest), dan sodomi.
3. Kekerasan Emosional
Suatu perbuatan terhadap anak yang mengakibatkan atau sangat mungkin
akan mengakibatkan gangguan kesehatan atau perkembangan fisik, mental,
spiritual, moral dan sosial. Contohnya seperti pembatasan gerak, sikap tindak
yang meremehkan anak, mengancam, menakut-nakuti mendiskriminasi,
mengejek,atau menertawakan, atau perlakuan lain yang kasar atau penolakan.
4. Penelantaran anak
Ketidakpedulian orang tua atau orang yang bertanggung jawab atas anak pada
kebutuhan mereka. Kelalaian di bidang kesehatan seperti penolakan atau
penundaan memperoleh layanan kesehatan, tidak memperoleh kecukupan gizi
dan perawatan medis. Kelalaian di bidang Pendidikan meliputi pembiaran
mangkir (membolos) sekolah yang berulang, tidak menyekolahkan pada
pendidikan yang wajib diikuti setiap anak, atau kegagalan memenuhi kebutuhan
pendidikan yang khusus. Kelalaian dibidang fisik meliputi pengusiran dari rumah
dan pengawasan yang tidak memadai. Kelalaian di bidang emosional meliputi
kurangnya perhatian, penolakan atau kegagalan memberikan. perawatan
psikologis, kekerasan terhadap pasangan di hadapan anak dan pembiaran
penggunaan rokok, alkohol dan narkoba oleh anak.
5. Eksploitasi anak
Penggunaan anak dalam pekerjaan atau aktivitas lain untuk keuntungan orang
lain, termasuk pekerja anak dan prostitusi. Kegiatan ini merusak atau merugikan
kesehatan fisik dan mental, perkembangan pendidikan, spiritual, moral dan sosial

10
– emosional anak.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Yang Diterapkan


Menggunakan pendekatan metode kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.

11

Anda mungkin juga menyukai