PKM-AI - Penerapan Restorative Justice Pada Sistem Peradilan Pidana Anak Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Kekerasan Klitih Di Kabupaten Sleman

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

PENERAPAN RESTORATIVE JUSTICE PADA SISTEM PERADILAN


PIDANA ANAK TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK
PIDANA KEKERASAN KLITIH DI KABUPATEN SLEMAN

BIDANG KEGIATAN :
PKM–AI

Diusulkan Oleh :

Intan Kusumaning Jati (E0020225 / 2020)


Nadya Priscilla Wibowo (E0020327 / 2020)
Irene Intan Cahyaning Tyas (E0020461 / 2020)
Tesalonika Firnanda (E0020424 / 2020)
Thanasya Azzahra A (E0022451 / 2022)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA

2023
Lampiran
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota
Lampiran 2. Biodata Dosen Pendamping

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Dr. Ismunarno, S.H., M.Hum.

2 Jenis Kelamin Laki-laki

3 Program Studi Ilmu Hukum

4 NIP/NIDN 19660428199003 1 001

5 Tempat dan Tanggal Lahir Karanganyar, 28 April 1966

6 Alamat Email ismunarno@staff.uns.ac.id

7 Nomor Telepon/HP 081215608228

B. Riwayat Pendidikan

No Jenjang Bidang Ilmu Institusi Tahun lulus

1 S-1 Ilmu Hukum UNS 1988

2 S-2 Sistem Peradilan Pidana UNDIP 2002

3 S-3 Ilmu Hukum UNS 2022

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT (dalam 5 tahun terakhir)


Pendidikan/Pengajaran

No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS

1 Pengantar Hukum Indonesia Wajib 3

2 Hukum Pidana Wajib 3

3 Kriminologi Wajib 3

4 Pidana Kodifikasi Wajib 3

5 Kriminalistik Pilihan 2
6 Tindak Pidana Korupsi Pilihan 2

7 KWU Wajib 2

8 Penitensier Wajib 2

Penelitian

No Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun

1 Mandiri 2018
Model Pencegahan Korupsi Melalui
Pendidikan Terintegrasi

2 Mandiri 2019
Implementasi Pendidikan Anti
Korupsi di Tingkat Pendidikan
Dasar

3 29 JT 2021
Pidana Finansial Bagi Pelaku
Korupsi Sebagai Pengembalian
Kerugian Negara Dalam Perspektif
Politik Kriminal Berbasis Restortif
Justice (PDD TH ke 1)

4 35 JT 2022
Pidana Finansial Bagi Pelaku
Korupsi Sebagai Pengembalian
Kerugian Negara Dalam Perspektif
Politik Kriminal Berbasis Restortif
Justice (PDD TH ke 2)

5 15 JT 2022
Kajian Tentang OTT KPK

Pengabdian Kepada Masyarakat

No Judul Pengabdian Kepada Penyandang Dana Tahun


Masyarakat
Lampiran 3. Kontribusi ketua, anggota, dan dosen
pendamping

No Nama Posisi Penulis Bidang Ilmu Kontribusi


1 Intan Kusumaning Jati Penulis Ilmu Hukum Melakukan
Pertama riset dan
penyusunan
terkait bagian
langkah-
langkah
strategis dan
timeline
pelaksanaan
2 Nadya Priscilla Penulis Kedua Ilmu Hukum Menyusun
Wibowo bagian
pendahuluan
dan riset
terkait latar
belakang dan
solusi
3 Irene Intan Cahyaning Penulis Ketiga Ilmu Hukum Menyusun
Tyas dan
melakukan
riset pada
bagian
permasalahan

4 Tesalonika Firnanda Penulis Ilmu Hukum Menyusun


Keempat dan
menganalisis
pada bagian
kesimpulan

5 Thanasya Azzahra A Penulis Ilmu Hukum Melakukan


Kelima riset dan
penyesuain
terkait pihak-
pihak yang
terkait
6 Dr. Ismunarno, S.H., Penulis Ilmu Hukum Pengarah,
M.Hum. Terakhir pemberi saran
dan solusi,
serta
penyelaras
akhir proposal
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
Lampiran 5. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
Lampiran 6. Formulir Penilaian Artikel Ilmiah
Judul Kegiatan : Penerapan Restorative Justice Pada Sistem
Peradilan Pidana Anak Terhadap Anak
Sebagai Pelaku Tindak Pidana Kekerasan
Klitih Di Kabupaten Sleman.
Bidang PKM : PKM-AI
Bidang Ilmu : Ilmu Hukum
NIM / Nama Ketua : E0020225 / Intan Kusumaning Jati
NIM / Nama Anggota 1 : E0020327 / Nadya Priscilla Wibowo
NIM / Nama Anggota 2 : E0020461 / Irene Intan Cahyaning Tyas
NIM / Nama Anggota 3 : E0020424 / Tesalonika Firnanda
NIM / Nama Anggota 4 : E0022451 / Thanasya Azzahra A
Perguruan Tinggi : Universitas Sebelas Maret
Program Studi : S-1 Ilmu Hukum

No Kriteria Bobot Skor Nilai


1 JUDUL: Kesesuaian isi dan judul artikel. 5
2 ABSTRAK/ABSTRACT: Latar 10
belakang, Tujuan, Metode, Hasil,
Kesimpulan, Kata kunci
3 PENDAHULUAN: Persoalan yang 25
mendasari pelaksanaan dan uraian dasar
keilmuan yang mendukung
kemutakhiran substansi kajian
4 METODE: Kesesuaian dengan persoalan 25
yang telah diselesaikan, Pengembangan
metode baru, Penggunaan metode yang
sudah ada
5 HASIL DAN PEMBAHASAN: 30
Kumpulan dan kejelasan penampilan
data Proses/teknik pengolahan data,
Ketajaman analisis dan sintesis data,
Perbandingan hasil dengan hipotesis atau
hasil sejenis sebelumnya.
6 KESIMPULAN: Tingkat ketercapaian 10
hasil dengan tujuan.
7 DAFTAR PUSTAKA: Ditulis dengan 5
sistem Harvard (nama, tahun), Sesuai
dengan uraian sitasi, Kemutakhiran
Pustaka.
Total 100

Keterangan:
Nilai = Bobot x Skor; Skor (1=Buruk; 2=Sangat kurang; 3=Kurang; 5=Cukup; 6=Baik; 7=Sangat baik)
Komentar:
PENERAPAN RESTORATIVE JUSTICE PADA SISTEM PERADILAN
PIDANA ANAK TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK
PIDANA KEKERASAN KLITIH DI KABUPATEN SLEMAN

Intan Kusumaning Jati1), Nadya Priscilla Wibowo1), Tesalonika Firnanda1),

Irene Intan Cahyaning Tyas1), Thanasya Azzahra A1)

1
Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia

*Penulis korespondensi :

Abstrak
Pembinaan kepada anak perlu diperhatikan agar dapat memenuhi kebutuhan psikis dalam
tumbuh kembang anak. Apabila tidak diperhatikan akan mempengaruhi kondisi psikis anak
sehingga mendorong untuk melakukan kegiatan negatif seperti kenakalan anak atau
kenakalan remaja. Menanggapi hal ini, pemerintah menerapkan kebijakan untuk
memberikan payung hukum terhadap permasalahan dari peradilan anak. Seorang anak yang
melakukan tindak pidana dalam proses peradilan wajib disidangkan di pengadilan khusus
anak yang berada di lingkungan peradilan umum. Dalam proses peradilan tentu didampingi
oleh pejabat khusus yang memahami masalah anak. Pendampingan ini dimulai dari
penangkapan, penahanan, proses mengadili dan pembinaan. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian hukum normatif. Dalam karya tulis ilmiah ini, Penulis akan mengkaji
lebih lanjut mengenai permasalahan yang berkaitan dengan kenakalan anak serta
penyelesaiannya dengan menggunakan upaya hukum restorative justice dan diversi.

Kata-kata kunci: Kenakalan anak, Restorative Justice, Diversi.

Abstract
Guidance for children needs to be considered in order to meet the psychological needs in
the growth and development of children. If it is not paid attention to, it will affect the
psychological condition of the child so that it encourages negative activities such as child
delinquency or juvenile delinquency. Responding to this, the government implemented a
policy to provide a legal umbrella for problems from juvenile justice. A child who commits
a crime in the judicial process must be tried in a special juvenile court within the general
court environment. In the judicial process, of course, accompanied by a special official
who understands children's problems. This assistance starts with arrest, detention, trial
and coaching. This study uses normative legal research methods. In this scientific writing,
the author will examine further the problems related to juvenile delinquency and their
solutions using restorative justice and diversion legal remedies.

Keywords: Child delinquency, Restorative Justice, Diversion.


Pendahuluan
Sunarjati Hartono dalam bukunya yang berjudul Politik Hukum Menuju
Satu Sistem Hukum Nasional mengatakan bahwa anak merupakan generasi penerus
bangsa karena tugas tugas bangsa yang belum diselesaikan generasi sebelumnya
akan diselesaikan oleh generasi anak ketika mereka dewasa1. Bagi sebagian orang,
anak tidak memiliki peran yang penting bagi negara, akan tetapi perlu disadari
bahwa kedepannya, anak lah yang akan menentukan bagaimana arah pertumbuhan
dan perkembangan suatu negara. Oleh karena itu, anak perlu diberikan perhatian
khusus baik dari orang tua, masyarakat bahkan oleh pemerintah sendiri2.
Pembinaan kepada anak perlu diperhatikan agar dapat memenuhi kebutuhan
psikis dalam tumbuh kembang anak sehingga anak dapat dibesarkan dalam kondisi
yang baik dan menghasilkan sumber daya manusia yang baik pula. Akan tetapi,
banyak masyarakat terutama orang tua yang tidak menyadari hal ini. Banyak terjadi
kasus dimana anak dibesarkan dalam suasana konflik yang mempengaruhi kondisi
psikis anak sehingga mendorong untuk melakukan kegiatan negatif yang
dikategorikan sebagai kenakalan anak atau kenakalan remaja. Dalam
perkembangan saat ini, anak dapat melakukan kejahatan sehingga perlu berhadapan
dengan hukum.
Oleh karenanya, pemerintah menerapkan kebijakan untuk memberikan
payung hukum terhadap permasalahan dari peradilan anak. Hal ini bertujuan untuk
melindungi anak terhadap hukum. Perlindungan yang diberikan antara lain yang
pertama adalah perlindungan khusus yaitu perlindungan hukum dalam sistem
peradilan dan yang kedua adalah undang undang yang mengatur khusus tentang
peradilan anak. Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak yang menggantikan Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak merepresentasikan bahwa pemerintah telah memiliki good will
untuk melindungi anak dalam menghadapi perkara di pengadilan3.
Undang-undang No. 11 Tahun 2012 telah melegitimasi aturan tentang
restorative justice. Dalam undang-undang tersebut juga menjelaskan bahwa aparat
penegak hukum memiliki kewajiban untuk mengupayakan diversi terlebih dahulu
dengan mengedepankan keadilan restoratif khusus untuk anak yang ancaman
pidananya di bawah 7 (tujuh) tahun dalam menyelesaikan perkara anak4. Dengan

1 Hartono, Sunaryati C.F.G. (1991). Politik hukum menuju satu sistem hukum nasional,
Bandung : Alumni
2
Pradityo, R. (2016, November). RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PERADILAN
PIDANA ANAK. Jurnal Hukum dan Peradilan, 5(3), 320.
3
Meyrina, R. S. A. (2017, Maret). RESTORATIVE JUSTICE DALAM PERADILAN ANAK
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2012. Jurnal Penelitian Hukum DE
JURE, 17(1), 93.
4
Wahyudhi, D. (2015). PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN
DENGAN HUKUM MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE. Jurnal Ilmu Hukum,
144.
adanya penyelesaian di luar proses peradilan ini memberikan harapan bahwa anak
dapat diberikan rasa keadilan pada saat berhadapan dengan hukum dan dengan
mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak untuk melanjutkan masa depannya.
Seorang anak yang melakukan tindak pidana dalam proses peradilan wajib
disidangkan di pengadilan khusus anak yang berada di lingkungan peradilan umum.
Dalam prosesnya tentu didampingi oleh pejabat khusus yang memahami masalah
anak. Pendampingan ini dimulai dari penangkapan, penahanan, proses mengadili
dan pembinaan. Apabila dilihat dari perspektif ilmu pemidanaan, pidana yang
dijatuhkan terhadap anak cenderung merugikan perkembangan jiwa anak di masa
mendatang. Bukan tanpa sebab, kecenderungan ini diakibatkan oleh efek
penjatuhan pidana terutama pidana penjara, sehingga muncul stigma (cap jahat)
terhadap anak pelaku tindak pidana.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana penegakan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana
di Indonesia ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak ?
2. Bagaimana penerapan restorative justice terhadap anak sebagai pelaku
tindak pidana kekerasan klitih di Kabupaten Sleman?

Metode Penelitian
Dalam penulisan ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian
hukum normatif. Penelitian hukum normatif (legal research) biasanya “hanya”
merupakan studi dokumen, yakni menggunakan sumber bahan hukum yang berupa
peraturan perundang-undangan, keputusan/ketetapan pengadilan,
kontrak/perjanjian/akad, teori hukum, dan pendapat para sarjana.
Menurut Peter Marzuki, penelitian hukum adalah proses untuk menemukan
suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk
menjawab permasalahan hukum yang dihadapi. Bahan hukum yang digunakan
dalam penulisan ini ialah bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang terdiri
atas : buku hukum, jurnal hukum yang berisi prinsip- prinsip dasar (asas hukum),
pandangan para ahli hukum (doktrin), hasil penelitian hukum, kamus hukum,
ensiklopedia hukum

Hasil dan Pembahasan


A. Penegakan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana di
Indonesia Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak
Seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun termasuk yang masih
di dalam kandungan merupakan pengertian dari anak. Secara yuridis, posisi
anak di Indonesia telah dilindungi Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Tidak dipungkiri bahwa
akhir-akhir ini marak terjadi kasus tindak pidana yang melibatkan anak
sebagai pelaku. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2022
sebanyak 187 anak berhadapan dengan hukum sebagai pelaku. Dalam
KUHP batas usia minimal seseorang dapat dikenakan pidana termaktub
dalam Pasal 45 yang menyatakan bahwa sebelum orang tersebut berusia 16
tahun maka Hakim dapat memerintahkan orang tersebut untuk
dikembalikan kepada orang tua atau walinya. Sedangkan dalam KUHP
terbaru pertanggungjawaban pidana tidak dapat dikenakan kepada anak
yang belum berumur 12 tahun.
Kasus tindak pidana dengan anak sebagai pelaku memiliki
penyelesaian hukum yang berbeda dibandingkan dengan pelaku yang sudah
dikategorikan sebagai cakap hukum. Penyelesaian tindak pidana yang
dilakukan oleh anak mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Aturan ini yang menjadi landasan
bagi penegak hukum untuk menyelesaikan perkara Anak yang berhadapan
dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap
pembimbingan setelah menjalani pidana. Hukuman pidana menjadi upaya
terakhir penyelesaian perkara hukum yang melibatkan anak. Hal ini
disebabkan dalam penyelesaian perkara pidana anak yang menjadi tujuan
utama adalah memberikan perlindungan kepada anak yang berhadapan
dengan hukum dan mengembalikan seperti keadaan semula atau pemulihan
kembali tidak hanya memberikan pembalasan terhadap perbuatannya.
Proses penegakkan hukum terhadap tindak pidana anak dilakukan
melalui diversi. Diversi merupakan proses penyelesaian perkara pidana di
luar peradilan pidana yang dalam pelaksanaannya melibatkan pihak pelaku,
pihak korban, keluarga antar pihak, dan pihak-pihak yang berkaitan dalam
penyelesaian perkara pidana tersebut. Tujuan dilaksanakannya diversi
antara lain mencapai perdamaian antara korban dan anak, menyelesaikan
perkara anak di luar proses peradilan, menghindarkan anak dari perampasan
kemerdekaan, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, dan
menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.
B. Penerapan Restorative Justice Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak
Pidana Kekerasan Klitih di Kabupaten Sleman
UU SPPA mengamanatkan bahwa penyelesaian perkara pidana yang
dilakukan oleh anak wajib melalui upaya diversi. Upaya diversi merupakan
bentuk penyelesaian perkara pidana oleh anak di luar peradilan pidana anak.
Penyelesaian perkara melalui upaya diversi adalah perwujudan dari
pendekatan keadilan restoratif (restorative justice). Model pendekatan ini
dapat dicapai melalui proses penyelesaian perkara tindak tindak pidana yang
melibatkan pihak pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain
yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan
menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan
pembalasan. Pelaksanaan diversi hanya dapat dilakukan terhadap perkara
pidana dengan pelaku anak berusia sekurang-kurangnya 12 tahun dan belum
mencapai umur 18 tahun. Selain batasan usia, diversi juga hanya dapat
dilakukan terhadap tindak pidana anak dengan ancaman di bawah 7 tahun
dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
Klitih merupakan bentuk kejahatan dimana biasanya pelaku
menyerang orang secara tiba-tiba tanpa adanya motif yang jelas. Bahkan
penyerangan klitih sering mengakibatkan korban jiwa. Klitih kerap kali
dijadikan sebagai bentuk penyerangan balas dendam atau aksi untuk
menunjukkan eksistensi identitas tertentu. Aksi klitih yang marak terjadi di
Yogyakarta bahkan mengalami kenaikan pada tahun 2021 dibandingkan
tahun sebelumnya.

Tahun Kasus Pelaku

2020 52 91

2021 58 102
Sumber :
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/06/jumlah-kasus-
dan-pelaku-klitih-di-jogja-meningkat-pada-2021
Penyelesaian perkara melalui pendekatan keadilan restoratif
(restorative justice) terhadap anak sebagai pelaku klitih telah diterapkan di
Kabupaten Sleman, baik dalam tahap penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan persidangan. Upaya keadilan restoratif di Kabupaten Sleman
diwujudkan dengan adanya perbedaan perlakuan terhadap anak sebagai
pelaku tindak pidana yang bertujuan untuk melindungi kepentingan anak.
Hal ini tampak dengan sedikitnya penahanan terhadap pelaku anak karena
digantikan dengan surat permohonan untuk tidak ditahan yang dibuat oleh
orang tua pelaku di atas materai. Selain itu, pelaku anak juga selalu
didampingi oleh orang tua pada setiap proses peradilan. Dalam setiap proses
penegakkan hukum juga telah diupayakan diversi sesuai yang telah
diamanatkan oleh UU SPPA. Akan tetapi pelaksanaan diversi di Kabupaten
Sleman belum berhasil sepenuhnya meskipun dapat dikatakan telah berjalan
cukup baik.
Presentase Keberhasilan Diversi di Kabupaten Sleman

Penyidikan 27,27%
Penuntutan 23,26%

Pemeriksaan perkara di 5,26%


persidangan
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan keadilan restoratif,
yaitu, 1) masih kurangnya pemahaman orang tua pelaku dan/atau korban
serta aparat hukum terkait keadilan restoratif dan 2) ketidakseimbangan
negosiasi penyelesaian perkara antara keluarga pelaku dan keluarga korban.
Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya,


maka dapat diambil sebuah kesimpulan sebagai berikut :

1. Kasus tindak pidana dengan anak sebagai pelaku memiliki penyelesaian


hukum yang berbeda dibandingkan dengan pelaku yang sudah
dikategorikan sebagai cakap hukum. Penyelesaian tindak pidana yang
dilakukan oleh anak mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Proses penegakkan hukum terhadap
tindak pidana anak dilakukan melalui diversi yang merupakan proses
penyelesaian perkara pidana di luar peradilan pidana yang dalam
pelaksanaannya melibatkan pihak pelaku, pihak korban, keluarga antar
pihak, dan pihak-pihak yang berkaitan dalam penyelesaian perkara pidana
tersebut.
2. Klitih merupakan bentuk kejahatan dimana biasanya pelaku menyerang
orang secara tiba-tiba tanpa adanya motif yang jelas yang kasusnya
mengalami peningkatan pada 2021 yaitu sebanyak 58 kasus dengan 102
pelaku. Karena klitih dilakukan oleh anak, maka Penyelesaian perkara
dilakukan dengan restorative justice dan diversi. Akan tetapi pelaksanaan
diversi di Kabupaten Sleman belum berhasil sepenuhnya karena masih
kurangnya pemahaman orang tua pelaku dan/atau korban serta aparat
hukum terkait keadilan restoratif dan ketidakseimbangan negosiasi
penyelesaian perkara antara keluarga pelaku dan keluarga korban.
Ucapan Terima Kasih
1. Prof. Dr. I Gusti Ayu Rachmi Handayani, S. H., M. M., selaku Dekan
Fakultas Hukum Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Muhammad Rustamaji, S. H., M. H. selaku Kepala Program Studi S-1
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
3. Winarno Budyatmojo, S. H., M. S. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, dan
motivasi dalam penyusunan artikel ini sehingga dapat selesai tepat pada
waktunya dan dapat diajukan dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa
2023.
4. Keluarga dan teman-teman penulis yang telah memberikan dukungan mo.ril
kepada penulis sehingga selalu bersemangat dalam penyusunan artikel ini
Kontribusi Penulis
Dalam kepenulisan artikel ilmiah dengan judul Penerapan Restorative Justice Pada
Sistem Peradilan Pidana Anak Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana
Kekerasan Klitih di Kabupaten Sleman, penulis berperan dalam pembentukannya,
mulai dari pembentukkan ide hingga ke penulisan naskah. Penulisan artikel ini
melibatkan empat penulis yang berperan masing-masing sesuai yang disepakati
bersama.
Penulis 1 : berperan menulis bagian abstrak dan pendahuluan
Penulis 2 dan 3 : berperan menulis hasil dan pembahasan.
Penulis 4 dan 5 : berperan membuat metode dan kesimpulan dari naskah penulis
lainnya.
Daftar Pustaka
Hartono, Sunaryati C.F.G. (1991). Politik hukum menuju satu sistem
hukum nasional, Bandung : Alumni
Jumlah Kasus dan Pelaku Klitih di Jogja Meningkat pada 2021. (2022,
April 6). Databoks. Retrieved February 16, 2023, from
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/06/jumlah-kasus-dan-pelaku-
klitih-di-jogja-meningkat-pada-2021
Kengerian Klitih, Cerita dan Data | merdeka.com. (2022, October 11).
Merdeka.com. Retrieved February 16, 2023, from
https://www.merdeka.com/khas/musim-klitih-di-yogyakarta.html
Meyrina, R. S. A. (2017, Maret). RESTORATIVE JUSTICE DALAM
PERADILAN ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN
2012. Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, 17(1), 93.
Pradityo, R. (2016, November). RESTORATIVE JUSTICE DALAM
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. Jurnal Hukum dan Peradilan, 5(3), 320.
Wahyudhi, D. (2015). PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG
BERHADAPAN DENGAN HUKUM MELALUI PENDEKATAN
RESTORATIVE JUSTICE. Jurnal Ilmu Hukum, 144.

Anda mungkin juga menyukai