Anda di halaman 1dari 8

MASYARAKAT HUKUM ADAT

Corak dan Sifat Hukum Adat

1. Religio Magis

- Perilaku hukum atau kaidah hukum berkaitan dg kepercayaan

kepada yg gaib atau berdasarkan pada ajaran Ketuhanan YME

- Corak ini terangkat dlm Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga

2. Comunal (Kebersamaan)

- Sbg anggota masyarakat kepentingan pribadi sll diimbangi

kepentingan2 umum.

- Corak ini terangkat dlm Pasal 33 Ayat (1) UUD 1945

3. Tradisional

- Bersifat turun temurun, dr zaman nenek moyang smp ke anak

cucu sekarang keadaannya masih dipertahankan

4. Konkrit (Terang, nyata)

- Cara berfikir yg mencoba agar hal yg dimaksud, diingini & dikehendaki diberi wujud suatu benda
sekalipun fungsinya hanya sbg lambang saja

contoh : Dlm hkm adat Jawa Tengah, kata sepakat berbesanan belum mengikat (scr yuridis) hrs ada
tanda yg nyata2 terlihat yakni peningset dari pihak laki2 kepada perempuan

5. Kontan (tunai)

- Karena tiap tindakan dlm hkm adat sll diberi bentuk nyata, maka antara prestasi &
kontraprestasi dianggap selesai pada seketika itu pula.

6. Terbuka dan Sederhana

-terbuka : menerima masuknya unsur-unsur dari luar asal tidak bertentangan dg jiwa hk adat itu
sendiri.

-sederhana : tidak rumit, tidak banyak administrasinya, mudah dimengerti, dilaksanakan


berdasarkan saling percaya.

7. Dinamis

- dapat berubah, menurut keadaan, waktu dan tempat.

8. Tidak dikodifikasikan

- hk adat kebanyakan tdk ditulis dan tidak dibukukan, spt halnya hukum barat yg disusun scr
sistematis dlm kitab perundangan.
Ruang Lingkup Hukum Adat
1. Soerojo Wignjodipoero, hkm adat sbbi:
3. Van Vollenhoven, pembidanganya:
a. Hukum Negara
a. Bentuk2 masya hkm adat
b. Hukum Tata Usaha Negara
b. Tentang Pribadi
c. Hukum Pidana
c. Pemerintahan & Peradilan
d. Hukum Perdata
d. Hukum Keluarga
e. Hukum Antar Bangsa Adat
e. Hukum Perkawinan

2. Soepomo, hkm adat meliputi: f. Hukum Waris

a. Hukum Keluarga g. Hukum Tanah

b. Hukum Perkawinan h. Hukum utang piutang

c. Hukum Waris i. Hukum delik

d. Hukum Tanah h. Sistem sanksi

e. Hukum Hutang piutang

f. Hukum Pelanggaran

A. TIMBULNYA PERSEKUTUAN HUKUM ATAU

MASYARAKAT HUKUM

Syarat untuk menjadi persekutuan atau masyarakat Hukum :

1. Kesatuan manusia yg teratur dan kekal

2. Menetap di suatu daerah tertentu

3. Memiliki pengurus/penguasa

4. Memiliki harta kekayaan baik meteriil maupun immateriil

Misal :

1. Desa di Jawa

- tata susunan yg tetap

- pengurus sendiri

- harta kekayaan sendiri

2. Famili di Minangkabau

- tata susunan yg tetap terdiri atas beberapa bagian yg disebut

jurai
- pengurus sendiri, diketuai oleh seorang penghulu andiko, jurai

dikepalai oleh tungganai/mamak kepala waris

- harta pusaka sendiri diurus oleh penghulu andiko

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

 Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

 Masyarakat yg mendasarkan diri pd Hukum Adat disebut Masyarakat Hukum Adat


(Persekutuan Hukum Adat)

B. CORAK MASYARAKAT HUKUM ADAT (MHA)

1. PAGUYUBAN

Adalah suatu hidup bersama, dmn manusia memandang

sesamanya sbg tujuan, perhubungan antarmanusia dg

sgl sentimennya, cinta, benci, simpati, antipati dsb, yg

baik dan yg kurang baik.

1. PATEMBAYAN

Adalah suatu hidup bersama, dmn manusia memandang

sesamanya sbg sarana untuk mencapai kepentingan

sendiri, perhubungan antarmanusia selalu bertujuan

untuk salah satu kepentingan, kebutuhan, perkara,

manusia yg satu memandang manusia yg lain dlm salah

satu sifatnya saja.

FERDINAND TONIES & CHARLES P. LOOMIS

1. GEMEINSCHAFT

- Bentuk kehidupan bersama dmn anggota-anggotanya

diikat oleh hubungan bathin yg murni dan bersifat

alamiah dan kekal.

- Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin, diibaratkan dg
peralatan tubuh manusia atau hewan.

1. GESHELLSCHAFT
 Bentuk kehidupan bersama dmn anggota-anggotanya mempunyai ikatan lahir yg
bersifat pokok untuk jangka waktu yg pendek,

 Bersifat sbg suatu bentuk dlm pikiran belaka, dan strukturnya adalah mekanis,
sbgmn diumpamakan dg sebuah mesin.

C. STRUKTUR MASYARAKAT HUKUM ADAT

1. GENEALOGIS (berdasarkan keturunan)

Masyarakat atau persekutuan dimana ikatan antara anggota-

anggotanya karena adanya keturunan yg sama.

a. Pertalian darah menurut garis bapak (patrilineal), misal : Batak, Nias, Lampung dsb

b. Pertalian darah menurut garis ibu (matrilineal), misal : Minangkabau.


c. Pertalian darah menurut garis ibu dan bapak (parental), misal : Jawa, Sunda, Aceh, Dayak, dsb

2. TERITORIAL (berdasarkan lingkungan daerah)

Masyarakat atau persekutuan dimana keanggotaan seseorang ditentukan berdasar tempat tinggal
di dalam lingkungan daerah persekutuan.

a. Persekutuan Desa

Segolongan orang yg terikat pd suatu tempat kediaman, trmasuk di dalamnya dukuh-dukuh kecil yg
terpencil dan tidak berdiri sendiri. (Misal : Jawa, Bali, Lombok, Madura)

b. Persekutuan Daerah
Suatu daerah tertentu yg di dalamnya terletak beberapa desa dan masing-masing memiliki tata
susunan dan pengurus sendiri-sendiri yg sejenis tetapi semuanya merupakan bagian bawahan dr
daerah. (misal : Marga di Sumatera Selatan)

c. Perserikatan

Persekutuan beberapa kampung yg terletak berdekatan dg mengadakan permufakatan utk


memelihara kepentingan bersama. (misal : Perserikatan Huta-Huta di suku Batak)

3. GENEALOGIS TERITORIAL

Anggota persekutuan ini harus memenuhi syarat :

a. Harus masuk dlm suatu kesatuan genealogis

b. Harus berdiam di dlm suatu persekutuan yg bersangkutan.

Misal : Nagari (Minangkabau), Kuria dan Huta (Tapanuli)

Struktur Persekutuan Hukum menurut

Van Vollenhoven

1. Golongan I : Persekutuan hukum yg berupa kesatuan genealogis (Uma pd suku


Dayak)

2. Golongan II : Persekutuan hukum yg berupa kesatuan teritorial dg didalamnya tdpt


kesatuan2 genealogis (Nagari di Minangkabau dg famili-famili)

3. Golongan III : Persekutuan hukum yg berupa kesatuan teritorial tanpakesatuan2


genealogis didalamnya dg atau tidak dg kesatuan/teritorial yg lebih kecil (Marga dg
dusun2 di Sumatera Selatan)

4. Golongan IV : Persekutuan hukum yg berupa kesatuan teritorial dg didalamnya tdpt


persekutuan/badan hukum yg didirikan scr sengaja oleh para warganya. (desa dg
sinoman2 di Jawa)

Contoh Kesenjangan Budaya dlm Pembangunan

Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

 Pemerintah desa di seluruh Indonesia hrs dibentuk scr seragam. Pemerintahan desa lepas dr
adat.

Mengacu pd pola pemerintahan desa di Jawa, di luar Jawa msh byk komunitas ygmempunyai
pola pemerintahan bersifat genealogis dg adat setempat msh sangat jelas, shg UU itu tidak efektif.

 Di daerah Jawa, desa yg dikepalai oleh seorang lurah yg diangkat pemerintah atasannya dg
status PNS, tidak mengalami kesulitan, namun di luar Jawa dg adat yg msh kuat, meski 12
tahun stlh UU diumumkan, pelaksanaannya msh jauh dr tujuan keseragaman yg hrs dicapai.

 Pemerintahan desa baru yg lepas dr adat kebanyakan tidak dpt berfungsi, karena tdk lg
berorientasi pd masyarakat di daerah kekuasaannya, tp sekedar menjalankan perintah dr
atasan.

 Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang


Pemerintahan Desa tidak sesuai dengan jiwa Undang- Undang Dasar 1945 dan perlunya mengakui
serta menghormati hak asal-usul daerah yang bersifat istimewa

 Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

D. 19 LINGKARAN HUKUM (RECHTSKRING) DISELURUH WILAYAH INDONESIA

1. Aceh

2. Tanah Gayo-Alas dan Batak beserta Nias

3. Daerah Minangkabau beserta Mentawai

4. Sumatera Selatan

5. Daerah Melayu (Sumatera Timur, Jambi, Riau)

6. Bangka dan Belitung

7. Kalimantan

8. Minahasa

9. Gorontalo

10. Daerah Toraja

11. Sulawesi Selatan

12. Kepulauan Ternate

13. Maluku, Ambon

14. Irian

15. Kepulauan Timor

16. Bali dan Lombok (serta Sumbawa Barat)

17. Jawa Tengah dan Timur (serta Madura)

18. Daerah-daerah Swapraja (Surakarta dan Yogyakarta)

19. Jawa Barat

Konstitusionalisasi Pengakuan Bersyarat

terhadap Masyarakat Hukum Adat

Pasal 18B Ayat (2) dalam Bab tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 28I Ayat (3) berada dalam Bab
tentang Hak Asasi Manusia.

Bunyi lengkap kedua pasal tersebut :

 Pasal 18B Ayat (2) : Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam undang-undang.

 Pasal 28I Ayat (3) : Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.

Persyaratan Yuridis Konstitusional Pengakuan MHA dlm UUD 1945 (Amandemen II)

1. Sepanjang masih hidup dan masih ada

Dg menggunakan logika hukum terbalik, UUD 1945 ingin menyatakan bahwa MHA itu
memang sudah tidak ada. Karena tidak ada ketentuan mengenai “siapa yg harus menyatakan dan
membuktikan MHA itu masih ada??” dan “apa kriteria utk menyatakan MHA msh ada atau tidak??”

1. Sesuai perkembangan zaman

Bahwa thd MHA yg masih hidup terasing atau bahkan yang secara sadar dan sengaja
mengasingkan dirinya (Suku Badui, Kajang, Suku Anak Dalam, Suku Dayak dan lain sebagainya) yang
masih menjalani hidup dan kehidupannya secara tradisionilnya itu tidak diakui sebagai MHA, karena
dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban modern sekarang ini.

Di lain pihak, terhadap MHA yang sudah maju dan sudah berbaur bahkan sudah menyatu
dengan perkembangan zaman dan peradaban modern, juga tidak diakui keberadaannya sebagai
MHA dengan alasan, bahwa MHA itu tidak lagi hidup dengan menempati kesatuan wilayah tertentu
dan juga dianggap sudah tidak lagi terikat pada tatanan dan nilai-nilai adat istiadat dan hukum
adatnya sendiri.

3. Sesuai dg prinsip NKRI

Sifat MHA dan Hukum Adat yang lokal regional berhadapan

dengan negara (nation-state) yang bersifat kebangsaan dan

nasional itu, karena “nasionalisasi” terhadap MHA dan

Hukum Adat dengan sendirinya akan menghapuskan

keberadaan MHA dan Hukum Adat itu

4. Diatur dlm UU

Hukum adat adalah hukumnya masyarakat yang lahir dari akar budaya lisan (bertutur)
berbentuk tidak tertulis. Pengaturan-pengaturan apapun termasuk terhadap pembentukan dan
eksistensi dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban yang dimiliki MHA pun dijiwai dan diatur oleh
ketentuan-ketentuan hukum adat yang tidak tertulis itu. Pengaturan dan pengakuan MHA ke dalam
bentuk peraturan perundang-undangan (Perda) dengan sifatnya yang tertulis itu pastinya akan
menghilangkan jati diri asli dari MHA yang pada akhirnya akan berakibat pada hapus dan hilangnya
nilai-nilai adat istiadat dan juga hukum adat mereka.

Persyaratan dan Parameter Kesatuan Masyarakat Hukum Adat (KMHA) Berdasar Putusan MK RI
No. 31/PUU-V/2007tentang Pengujian UU No. 31 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota tual di
Provinsi Maluku
Jd, Bagaimana kedudukan Hukum Adat dan MHA dlm UUD 1945 setelah amandemen ??? Apakah
semakin kuat ??? Atau semakin lemah ???

Marginalisasi thd eksistensi MHA mjd sah, trmasuk proses dan mekanisme penghapusannya
pun sah dan legal, krn negara melihat MHA terbatas pd lembaga adat, adat istiadat dan hukum adat,
dapat dikatakan keberadaan MHA yg menumpang dlm wilayah negara, shg negara berwenang
membatasi/ menghapuskan MHA dlm rangka pelaksanaan thd hak-hak adat tradisionalnya.

Lalu BAGAIMANA SOLUSINYA??

Perlukah merubah redaksional ketentuan dalam Pasal-Pasal UUD 1945 tsb??

Anda mungkin juga menyukai