Anda di halaman 1dari 165

PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN


KONSEP IPA SISWA PADA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dina Fitriani Solihah


NIM 19060361

INSTITUT KEGURUAN DAN PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI


CIMAHI
2023
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Dina Fitriani Solihah

Nim : 19060361

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Ilmu pendidikan

Judul : Penggunaan Model Project Based Learning untuk


Meningkat Kemampuan Pemahaman Konsep IPA Siswa
Kelas V Sekolah Dasar

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang

saya buat, seluruhnya merupakan karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian

tertentu yang di dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari karya-karya

ilmiah orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah

dan etika yang berlaku dalam penulisan karya tulis ilmiah.

Cimahi, 8 September 2023

Dina Fitriani Solihah


NIM. 19060361

i
ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP IPA
SISWA PADA KELAS V SEKOLAH DASAR

Oleh:

Dina Fitriani Solihah

NIM. 19060361

Penelitian ini dilatarbelakangi karena rendahnya pemahaman konsep IPA siswa


kelas VB seringkali mengalami miskonsepsi disebabkan ada beberapa materi IPA
bersifat abstrak yang membuat siswa kesulitan mencerna materi pelajaran dan guru
masih menggunakan metode ceramah pada saat pembelajaran. Subjek penelitian
adalah siswa kelas V SDN Batujajar 2 sebanyak 35 siswa. Metode penelitian yang
digunakan adalah Mix Method dengan Explanatory Sequential Design. Data-data
diperoleh dari tes, lembar angket dan wawancara. Teknik pengumpulan data
kuantitatif yaitu dengan pemberian soal pretest dan posttest sedangkan untuk data
kualitatif yaitu dengan pemberian lembar angket, dan wawancara. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model
model project based learning untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
IPA siswa mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari rata-rata nilai n-gain Score
yang diperoleh sebesar 0,57 dengan kategori sedang yang artinya interpretasi
cukup efektif. Kesulitan siswa pada penelitian ini adalah dalam menyelesaikan soal
dengan indikator menjelaskan, mengklasifkasikan, mendesain menyusun jadwal,
dan membuat projek. Adapun kesulitan yang dihadapi guru dalam penelitian ini
adalah memonitor siswa dalam pengerjaan projek, menjelaskan materi yang
mengakibatkan kurangnya konsentrasi siswa dalam pembelajaran IPA, dan daya
serap konsep siswa yang berbeda,

Kata Kunci: Model Project Based Learning, Pemahaman Konsep IPA, Sekolah
Dasar

ii
THE USE OF THE PROJECT BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE
STUDENTS' SCIENCE CONCEPTS ABILITY IN CLASS V ELEMENTARY
SCHOOL

By:

Dina Fitriani Solihah

NIM. 19060361

The background of this research is the low understanding of the concept of


science in class VB students often experience misconceptions because some
science material is abstract in nature which makes it difficult for students to
digest the subject matter and the teacher still uses the lecture method during
learning. The research subjects were 35 students of class V at SDN Batujajar 2.
The research method used is the Mix Method with Explanatory Sequential
Design. The data obtained from tests, questionnaires and interviews. The
technique of collecting quantitative data is by giving pretest and posttest
questions while for qualitative data is by giving questionnaires and interviews.
From the results of the research that has been done, it can be concluded that the
use of project based learning models to improve students' ability to understand
science concepts has increased. This is evident from the average n-gain score
obtained at 0.57 in the moderate category, which means that the interpretation
is quite effective. The students' difficulties in this study were in solving
questions with indicators explaining, classifying, designing, scheduling, and
making projects. The difficulties faced by teachers in this study were
monitoring students in carrying out projects, explaining material which resulted
in a lack of students' concentration in science learning, and students' absorption
of different concepts,

Keywords: Project Based Learning Model, Understanding Science Concepts,


Elementary School

iii
iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim…

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, shalawat serta salam dilimpah curahkan kepada jungjunan kita Nabi

Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh

gelar sarjana.

Alhamdulillah skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Project Based

Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep IPA Kelas V

Sekolah Dasar”.

Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu,penulis ucapkan terima kasih kepda berbagai

pihak yang telah membantu berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung

dalam pembuatan skripsi ini sehingga penulis mampu menyusun skripsi ini.

Terlepas dari semua itu,penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,hal itu dikarenakan

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis.

Cimahi, 8 September 2023

Dina Fitriani Solihah


NIM. 19060361

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirrobil’alamin segala puji dan syukur kepada Allah SWT,

karena berkat,rahmat,dan karunia-Nya, serta kesempatan yang diberikan, penulis

dapat menyusun skripsi ini. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik semata-

mata tidak hanya semangat dan usaha dari penulis saja, melainkan ada dorongan,

bantuan, motivasi, dan banyak sekali dukungan, serta bimbingan yang penulis

perlukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Euis Eti Rohaeti, M.Pd, selaku Rektor IKIP Siliwangi.

2. Prof. Dr. H. Herris Hendriana M.Pd, selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

membimbing, mengarahkan dan memberikan saran serta memotivasi dalam

penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Asep Samsudin M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

sekaligus Dosen Pembimbing 2 yang telah membimbing, mengarahkan dan

memberikan saran serta memotivasi dalam penelitian sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ruli Setiyadi, M.Pd, selaku ketua program studi PGSD IKIP

Siliwangi.

5. Seluruh dosen, staf, dan karyawan IKIP Siliwangi yang telah banyak

membantu dalam perkuliahan dan penelitian yang dilaksanakan.

vi
6. Ibu Lilis, M.Pd, selaku kepala sekolah SDN Batujajar 2 yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah

tersebut.

7. Ibu Andini Nugrahaeni, S.Pd, selaku wali kelas VB SDN Batujajar 2 yang

telah

vii
8. memberikan izin dan bantuan untuk melaksanakan penelitian dan

pengumpulan data.

9. Seluruh guru dan staf SDN Batujajar 2 yang selalu memberikan motivasi dan

dorongan agar segera menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh peserta didik kelas VB di SDN Batujajar 2 yang telah mengikuti

pembelajaran dengan baik.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

tercantum. Atas segala perhatian dan dukungan yang telah diberikan dalam

penyelesaian skripsi ini.

Cimahi, 8 September 2023

Dina Fitriani Solihah


NIM. 19060361

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulilah, segala puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik,

hidayah dan inayyah-Nya kepada penulis beserta keluarga dan saudara lainnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini

persembahkan untuk:

1. Pintu surgaku dan panutanku, Mamah tercinta Yuli. Terima kasih sebesar-

besarnya penulis berikan kepada beliau atas segala bentuk kasih sayang,

pengorbanan, kerja keras, bantuan, semangat, dan do’a yang diberikan selama

ini. Terima kasih atas nasihat yang selalu diberikan meski terkadang pikiran

kita tidak sejalan, terima kasih atas kesabaran dan kebesaran hati menghadapi

penulis yang keras kepala. Mamah menjadi pengingat dan penguat paling

hebat sehingga penulisa dapat menyelesaikan studinya sampai sarjana.

2. Cinta permataku, Bapak tercinta Solihin. Beliau memang tidak sempat

merasakan pendidikan sampai bangku perkuliahan, namun beliau mampu

mendidik penulis, mendo’akan, memberikan semangat, kasih sayang, kerja

keras, dan motivasi tiada henti. Terima kasih banyak bapak.

3. Adikku tercinta Hafid terima kasih atas do’a, motivasi, dan dukungannya.

Terima kasih telah menjadi teman bertukar pikiran, tempat berkeluh kesah,

dan sudah menjadi acuanku menjadi kakak yang lebih baik lagi kedepannya.

4. Sahabat penulis. Dela, Nian, Neng Anisa, Sephira yang telah banyak

memberikan dukungan menjadi teman curhat dan berbagi pengalaman hidup

ix
dari awal hingga akhir. Terima kasih atas segala bantuan, waktu, support,

dan kebaikan yang diberikan kepada penulis selama ini. See you on top guys.

5. Terimakasih teruntuk teman-teman seperjuangan PGSD angkatan 2019 kelas

A4, khususnya untuk Alya, Upi, Melinda, Dina Nurul, Anne, Teh Dinda,

Agnes, Nisfani, Imas, dan Sri yang telah berperan banyak memberikan

dukungan, pengalaman, cerita, dan pembelajaran selama dibangku kuliah ini.

6. Seluruh pihak yang memberikan bantuan kepada penulis namun tidak dapat

disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, semangat, dan do’a

terbaik yang diberikan kepada penulis selama ini.

7. Last but not least, untuk Dina diriku sendiri. Apresiasi sebesar-besarnya

karena telah bertanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang telah

dimulai. Terima kasih karena tetap terus berusaha dan tidak menyerah, serta

senantiasa menikmati setiap prosesnya yang bisa dibilang tidak mudah.

Kamu selalu berharga, tidak peduli seberapa putu asanya kamu sekarang.

Insya Allah, setelah ini kamu akan baik-baik saja. Terima kasih sudah

bertahan kamu keren dan hebat, Dina.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua

pihak yang telah membantu, dan semoga Allah SWT melimpahkan karunianya

dalam setiap amal kebaikan kita dan diberikan balasannya. Aamiin.

x
MOTTO

“Bismillaahiar-rohmaanir-rohiim”

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ِ ‫يُ ْسرًا ْال ُعس‬


‫ْر َم َع اِ َّن‬

inna ma'al-'usri yusroo

"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."

(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 6)

“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-bainya

Pelindung”

“Ridha Orangtua adalah Ridha Allah”

“Bismillah... Sebelum melakukan segala hal..”

“Selalu ingat bahwa Allah SWT tidak akan memberikan cobaan

melebihi batas kemampuan hamba-Nya”

“Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

“Segali puji untuk Mu... Wahai Sang Maha Pemilik Arah,

Alhamdulillah yaa Rahiim. . .”

”Dan Percayalah Bahwa Proses Tidak Akan Menghianati Hasil”

xi
DAFTAR ISI

xii
DAFTAR TABEL

xiii
DAFTAR GAMBAR

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan pemahaman konsep IPA harus dimiliki oleh siswa sekolah

dasar. Pembelajaran IPA dapat dikatakan efektif dalam proses pembelajaran

apabila siswa mempunyai kemampuan pemahaman konsep. Salah satu tujuan

pembelajaran IPA adalah guna membuka peluang pada siswa untuk

menumbuhkan rasa ingin tahu secara alami, mengoptimalkan pengetahuan

tentang konsep-konsep IPA, dan menggali jawaban atas fenomena alam yang

terjadi disekitarnya serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Sesuai dengan

tujuan menurut BSNP (Yeni, 2018) maka pembelajaran IPA diarahkan untuk

mengembangkan pemahaman konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-

hari. Pemahaman konsep ialah faktor utama dalam menentukan keberhasilan

siswa dalam belajar.

Keberhasilan siswa dalam belajar tidak sebanding dengan kualitas

kemampuan pemahaman konsep yang sebenarnya. Kondisi lapangan pada

penelitian terdahulu menurut (Savitri & Meilana, 2022) di SDN Lubang Buaya

04 Pagi kelas V, pada saat pembelajaran IPA guru jarang mengaitkan konsep-

konsep atau materi pembelajaran dengan kehidupan dunia nyata dan jarang

mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya

dengan konsep yang diajarkan maka dapat mengakibatkan rendahnya

pemahaman konsep IPA pada siswa.

1
2

Pemahaman konsep IPA yang rendah disekolah berdampak pula pada

prestasi belajar sains di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data Program for

International Science Assesment (PISA) pada tahun 2015 Indonesia berada

pada peringkat ke 64 dari 72 negara dengan perolehan skor 403. Selanjutnya

data terakhir pada tahun 2018 yang diluncurkan pada tahun 2019 menyatakan

bahwa peringkat PISA di Indonesia berada pada peringkat ke 74 dari 79 negara

dengan perolehan skor 371. Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan

siswa di Indonesia pada literasi sains, hasil belajar dan penguasaan

pengetahuan konsep sainsnya masih tergolong rendah jika dibandingkan

dengan negara-negara lain di dunia (OECD, 2019).

Berdasarkan kenyataan permasalahan di SDN Batujajar 2, pada rata-

rata nilai IPA dari seluruh jumlah 36 siswa dengan KKM 70. Terdapat 11

orang siswa yang mencapai KKM sebesar 31,43%. Sedangkan, yang belum

mencapai nilai KKM terdapat 25 siswa sebesar 68,57%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pemahaman konsep IPA siswa kelas V masih rendah pada

pelaksanaan pembelajaran IPA siswa seringkali mengalami miskonsepsi

disebabkan ada beberapa materi IPA bersifat abstrak yang membuat siswa

kesulitan dan mencerna materi ajar seperti terdapat hambatan yang dialami

adalah ketika terdapat istilah dasar dalam materi IPA permasalahan yang

ditemukan masih banyak siswa kesulitan dalam menyimpulkan atau

menghubungkan antara materi yang sedang diajarkan dengan hasil belajar yang

telah dipelajari. Kondisi kelas ketika pembelajaran berlangsung siswa mudah


3

bosan, siswa cenderung pasif dikarenakan tidak dilibatkan langsung dalam

proses pembelajarannya, dan


4

tidak tertarik apabila hanya menyampaikan materi atau sama halnya dengan

metode ceramah.

Maka hal ini menjadi tantangan guru sebagai acuan bahan evaluasi

dalam mengembangkan kualitas pembelajaran dan pemahaman konsep IPA.

Seorang pendidik yang mengajarkan IPA di sekolah dasar, haruslah memahami

konsep-konsep dari pelajaran IPA itu sendiri (Handayani, 2018). Selain itu,

guru harus membuat proses pembelajaran menjadi menarik dan

menyenangkan. Hal yang paling penting untuk diingat oleh guru yaitu dituntut

untuk memahami karakteristik dari siswa, makna dan tujuan dari kegiatan

belajar. Sebagian besar pelajaran IPA berisi pengetahuan-pengetahuan bersifat

konsep abstrak dan hafalan yang harus diketahui oleh siswa, Oleh karena itu,

seringkali siswa harus menghafal banyak materi tanpa siswa memahaminya

sendiri.

Konsep pembelajaran IPA sebenarnya dapat dipahami oleh siswa jika

guru mampu mengoptimalkan model pembelajaran inovatif, menumbuhkan

suasana yang hidup di kelas, dan siswa dilibatkan langsung didalam

pembelajaran. Pemilihan metode atau model pembelajaran dapat

mempengaruhi keaktifan siswa dikelas. Pendidik sebaiknya tidak

menggunakan metode ceramah secara terus-menerus dalam pelaksanaan

pembelajaran dikelas. Metode pembelajaran ceramah memiliki kelemahan

yang harus dipertimbangkan oleh setiap guru, perlunya sebuah pembelajaran

yang mampu melibatkan langsung siswa secara aktif pembelajaran dapat

diserap dengan baik oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan menurut Bundu
5

(Herlina & Kelana, 2021) mengatakan bahwa faktor rendahnya pemahaman

konsep IPA disebabkan pembelajaran IPA


6

diajarkan sebagian besar melalui metode belajar ceramah dan guru masih

belum menyerahkan peluang belajar sepenuhnya kepada siswa secara dinamis

untuk berpartisipasi aktif di kelas. Peneliti menawarkan jawaban atas isu-isu

tersebut, salah satu pendekatan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep siswa tentang mata pelajaran IPA adalah dengan menggunakan model

pembelajaran inovatif, diantaranya adalah seperti model project based

learning, model ini akan meningkatkan peran aktif siswa dalam proses

pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yulaikah &

Rahayu, 2022) dengan judul “Efektivitas Pembelajaran STEM dengan Model

PjBL Terhadap Kreativitas dan Pemahaman Konsep IPA Siswa Sekolah

Dasar” menyimpulkan bahwa, model ini efektif digunakan untuk

meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa. Sejalan dengan pendapat dari

(Komarudin et al., 2020) mengatakan bahwa pemahaman konsep siswa dapat

meningkat dengan mengaplikasikan model project based learning. Model

project based learning mempunyai banyak kelebihan menurut Warsono

(Niswara et al., 2019) diantaranya mampu meningkatkan motivasi belajar,

kolaborasi, memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk membangun

pengetahuannya dengan output belajar siswa diharapkan dapat membuat

suatu karya atau produk sesuai konten materi yang diajarkan. Berdasarkan

kelebihan yang telah dijelaskan, model tersebut dirasa sangat sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan siswa sekolah dasar. Model ini, akan memberikan
7

pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi siswa terlibat dalam kegiatan

menemukan
8

pengetahuannya, sehingga dapat lebih efektif pada pembelajaran IPA. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang sudah digarap oleh para ahli.

Ditinjau dari penelitian-penelitian yang sudah dipaparkan adanya

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya

terletak pada metodologi penelitian. Pada penelitian sebelumnya metode

penelitiannya adalah quasy eksperimen design sedangkan pada penelitian ini

metodologi penelitian yang digunakan mixed methods desain sequential

explanatory.

Berlandaskan latar belakang masalah dan penelitian-penelitian yang

sudah dilaksanakan sebelumnya, maka peneliti akan memfokuskan penelitian

dengan judul “Penggunaan Model Project Based Learning Untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep IPA Pada Siswa Sekolah

Dasar Kelas V”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang peneltian, permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep IPA Siswa

kelas V dengan menggunakan model project based learning?

2. Bagaimana kesulitan siswa kelas V dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep IPA dengan menggunakan model project based learning?

3. Bagaimana kesulitan guru dalam menggunakan model project based learning

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa kelas V?

C. Tujuan Penelitian
9

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menelaah:

1. Apakah terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa kelas

V dengan menggunakan model project based learning?

2. Bagaimana kesulitan siswa kelas V dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep IPA dengan menggunakan model project based learning?

3. Bagaimana kesulitan guru dalam menggunakan model project based learning

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa kelas V?

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilaksanakan ini dapat memberikan manfaat kepada

banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teorotis penelitian ini, dapat bermanfaat dalam memberikan

sumbangan pemikiran bagi pembaharuan pelaksaanan proses pembalajaran di

sekolah dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca dalam

bidang penelitian dan pembuatan karya ilmiah.

2. Manfaat Praktis

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

bagi:

a. Sekolah
10

Adapun manfaat bagi sekolah ialah sebagai bahan pertimbangan

dalam merencanakan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas

pendidikan sekolah.

b. Guru

Dapat menjadi masukan pada pelaksanaan pembelajaran IPA guru

dapat menggunakan model project based learning, karena model ini berfokus

pada siswa dapat meningkatkan kreatifitas dalam berkarya, dan meningkatkan

kualitas pemahaman siswa yang lebih baik lagi.

c. Siswa

Dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep materi pelajaran

IPA yang disampaikan oleh guru serta memperoleh pengetahuan dan

keterampilan baru dalam pembelajaran, membuat siswa meningkatkan

pemikiran kreatif, kritis, dan membuat sebuah projek terkait dengan

kehidupan sehari-hari.

d. Peniliti Selanjutnya

Manfaat bagi peneliti mampu menambahkan penjelasan perihal

penggunaan model pembelajaran project based learning untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep IPA siswa SD.

E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda, maka beberapa istilah perlu

didefinisikan secara operasional yaitu sebagai berikut:

1. Model project based learning adalah model pembelajaran berbasis proyek

yang melibatkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah,


11

memfokuskan siswa untuk menciptakan suatu produk dalam proses

pembelajaran, dilakukan secara berkelompok kemudian mempresentasikan

hasil produknya kepada di depan kelas. Model project based learning

terdiri dari 6 tahapan yaitu sebagai berikut: 1) penentuan pertanyaan

mendasar, 2) mendesain perencanaan proyek, 3) menyusun jadwal, 4)

memonitor peserta didik dan kemajuan proyek, 5) menguji hasil, dan 6)

mengevaluasi pengalaman.

2. Kemampuan pemahaman konsep IPA adalah kemampuan yang siswa

miliki dalam memahami suatu konsep sains setelah menerima pengalaman

belajar dan dapat menjelaskan kembali konsep materi tanpa mengubah arti

sebenarnya. Indikator kemampuan pemahaman konsep terbagi menjadi 7

aspek yaitu: yakni, 1) menafsirkan, 2) memberikan contoh, 3)

mengklasifikasikan, 4) merangkum, 5) menyimpulkan, 6)

membandingkan, dan 7) menjelaskan.

3. Materi yang akan digunakan ketika penelitian yaitu siklus air

merupakan materi yang dipelajari di kelas V semester 2 pada mata

pelajaran IPA. Rancangan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum

yang berlaku di sekolah yaitu kurikulum 2013. Materi ini, terdapat pada

buku tema 8 subtema 1.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Model Project Based Learning

1. Definisi Model Pembelajaran

Menurut Joyce dan Weil (Wijaya, 2019) Model pembelajaran merupakan

suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membuat rencana

pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan dapat

membimbing pembelajaran di kelas maupun yang lainnya. Sementara itu,

menurut pendapat (Lovisia, 2018) mengartikan model pembelajaran sebagai

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-mengajar. Dengan kata lain

kegiatan pembelajaran harus tersusun secara sistematis.

Model pembelajaran adalah suatu konsep yang menjelaskan proses

menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan yang

memungkinkan siswa berinteraksi satu sama lain dan menghasilkan perubahan

atau kemajuan bagi siswa (Kaban et al., 2020). Berdasarkan penjelasan para ahli,

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

bertujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

12
13

2. Model Project Based Learning di Sekolah Dasar

Pada pembelajaran tingkat sekolah dasar dibutuhkan model pembelajaran

yang menarik, memotivasi semangat belajar, dan siswa menjadi aktif belajar

ketika di kelas agar tujuan pembelajaran tercapai. Salah satunya model yang

menarik adalah model project based learning. Model ini, dalam penerapannya

siswa akan diberikan tugas membuat projek sesuai konten materi yang sedang

dipelajari, penugasan tersebut dilakukan secara berkelompok yang terbagi 4

hingga 5 siswa di setiap kelompoknya, setelah itu siswa akan mendesain rencana

projek berisikan tentang apa yang perlu dipersiapkan dari alat dan bahan yang

akan digunakan, menyusun jadwal yaitu membuat alokasi waktu pengerjaan

projek dari membuat rencana sampai mempresentasikan hasil projek, kemudian

siswa mulai membuat projek tersebut bersama kelompoknya masing-masing

ketika sudah selesai mengerjakannya siswa akan mempresentasikan hasil projek

yang telah dibuat di depan kelas dan teman-temannya.

Implementasi model project based learning sangat cocok digunakan

pada siswa sekolah dasar terutama untuk kelas tinggi. Sesuai dengan pendapat

menurut Soraya (2021) implementasi model PjBL sangat cocok diterapkan di

sekolah dasar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, dimana dalam

pembelajarannya menuntun siswa untuk aktif dalam kerja sama kelompok

mengerjakan proyek yang ditentukan. Sejalan dengan penelitian menurut (Putri

et al., 2022) bahwa model PjBL merupakan model pembelajaran yang efektif

untuk mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran kelas V di

SDN 34 Teratai.
14
15

B. Definisi Model Project Based Learning

Model Project Based Learning (PjBL) atau disebut dengan pembelajaran

berbasis proyek adalah pembelajaran yang memandu siswa bekerja dengan

kelompok untuk mengerjakan sebuah proyek dan menampilkan hasil proyek

tersebut didepan teman kelasnya (Surya et al., 2018). Menurut (Awab et al.,

2021) Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran inovatif yang

berpokus pada siswa dimana guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator.

Adapun menurut Yani (Wijaya, 2019) memaparkan bahwa tujuan utama dari

pembelajaran projek yaitu membiasakan siswa untuk kreatif menghasilkan suatu

produk tertentu. Kemudian, dari proses yang sudah dilalui mereka dapat

menemukan berbagai pengetahuan yang baru.

Dari beberapa pendapat menurut para ahli maka dapat disimpulkan,

model Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memfokuskan

siswa untuk membuat produk/proyek pada akhir pembelajaran dilakukan secara

berkelompok kemudian hasil produk dipaparkan kembali didepan teman-

temannya. Jadi, model ini tidak hanya untuk meningkatkan pemahaman konsep

siswa saja, melainkan motivasi, semangat belajar, kerja sama kelompok, dan

siswa menjadi aktif belajar ketika di kelas.

C. Karakteristik Model Project Based Learning

Model project based learning memiliki lima karakteristik yang merupakan ciri

pembeda dengan model pembelajaran lainnya menurut Thomas (Priansa,

2019), yaitu sebagai berikut.

1. Terpusat (centrality)
16

Pembelajaran berbasis projek ialah model belajar yang terpusat sehingga guru

harus terampil menjadi fasilitator.

2. Dikendalikan pertanyaan (drivng question)

Diutamakan pada pertanyaan atau masalah yang mendorong siswa untuk

memecahkan masalah dengan menggunakan konsep, prinsip, dan ilmu

pengetahuan yang sesuai.

3. Investigasi konstruktif (constructive investigations)

Projek yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan siswa dan dapat

memberikan keterampilan dan pengetahuan bagi siswa.

4. Otonomi (autonomy)

Keaktifan siswa sangat penting karena siswa merupakan pengambil keputusan

dan berperan sebagai pemecah masalah.

5. Realistis/nyata (realism)

Kegiatan siswa berfokus pada situasi nyata. Aktivitas ini memadukan tugas

autentik dan menghasilkan sikap professional.

Kelima karakteritik tersebut menunjukkan bahwa model ini mengutamakan

kegiatan siswa dalam menghimpun konsep dan pengetahuannya.

Sementara itu, menurut Kemendikbud (Rahayu et al., 2020) karakterisitik

model PjBL antara lain:

a. Tugas dikerjakan secara berkelompok dimulai dari tahap perencanaan,

penyusunan, hingga pemaparan produk yang telah dikerjakan,

b. Siswa bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan,

c. Melatih kemampuan berpikir kreatif,


17

d. Proses evaluasi dijalankan secara berkesinambungan,

e. Kondisi kelas selama pembelajaran memberikan toleransi terhadap

kekurangan dan pengembangan ide.

Adapun karakteristik model PjBL menurut Stripling (Mutawally, 2021) adalah

sebagai berikut:

1) Mengarahkan siswa untuk menginvestigasi ide dan pertanyaan penting.

2) Merupakan suatu proses inkuiri.

3) Terkait dengan kebutuhan minat siswa.

4) Berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi

secara mandiri.

5) Menggunakan keterampilan berfikir kreatif, kritis, dan mencari informasi

untuk melakukan inverstigasi menarik kesimpulan serta menghasilkan

produk.

6) Terkait dengan permasalahan isu dunia nyata yang autentik.

Dapat disimpulkan berdasarkan karakteristik model project based

learning yang dikemukakan oleh para ahli adalah model PjBL berpusat

pada siswa guru hanya sebagai fasilitator, siswa berkelompok dalam

membuat projek sesuai dengan konten materi yang diajarkan, dan melatih

berfikir kritis, kreatif siswa dalam memecahkan masalah.

D. Tujuan Model Project Based Learning

Salah satu tujuan model PjBL (Suciani et al., 2018) menurut yaitu sebagai

berikut:
18

a. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

proyek,

b. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran,

c. Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang

kompleks dengan hasil produk nyata.

Adapun tujuan model PjBL menurut Anggraeni & Wulandari (Astutik

et al., 2023) diantaranya: memberi pengetahuan kepada siswa jika mengalami

masalah secara langsung dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan

dalam berfikir kritis pada saat mendapatkan masalah secara langsung.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

tujuan model project based learning adalah mengasah siswa untuk belajar aktif

dalam pemecahan masalah dengan kemampuan dan keterampilan berfikir kritis

dan membangun pengetahuan yang baru bagi siswa.

E. Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning

Model project based learning mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun

kelebihan model project based learning yang diungkapkan oleh Shoimin

(Maspufah et al., 2022) sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong

kemampuannya untuk melakukan tugas penting.

2. Menghubungkan pembelajaran di sekolah dengan dunia nyata. Dengan

melaksanakan pembelajaran proyek, siswa tidak hanya menghafal konsep,

tetapi juga menghubungkan dan berpikir untuk mengaplikasikan ilmu yang

dimiliki ke dalam dunia nyata.


19

3. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok. Dalam

pembelajarannya siswa untuk saling bekerja sama, berdiskusi, dan mencari

solusi bersama kelompoknya untuk menyelesaikan proyek tugas yang

diberikan oleh guru.

4. Meningkatkan keterampilan siswa untuk menggunakan informasi dengan

beberapa disiplin ilmu yang dimiliki.

5. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dan

meningkatkan kepercayaan diri. Hal tersebut terdapat dalam kegiatan

belajar diskusi dan mempresentasi hasil pekerjaan proyek yang telah

dikerjakan.

6. Kesulitan siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok.

Dibentuknya kelompok belajar adalah untuk mengatasi ketika terdapat

anggota kelompok siswa tersebut yang masih tidak paham pada

penyampaian materi pelajaran yang telah disampaikan guru maka anggota

siswa kelompok yang paham dan sudah mengerti dapat membantu siswa

tersebut dalam kesulitan belajarnya.

Selain memliki kelebihan, model PjBL memiliki kekurangan menurut Winarni

(2019) yaitu:

1) Membutuhkan guru yang terampil dan bersedia belajar, pada implementasi

di sekolah banyak guru yang merasa nyaman dengan metode belajar

konvesional, dimana guru sebagai peran utama di kelas. Ini merupakan

tradisi yang sulit untuk dirubah, terutama bagi guru kurang terampil dalam
20

menguasai teknologi ataupun menggunakan metode belajar yang bervariatif

di kelas.

2) Memerlukan banyak waktu dan biaya, pada proses pelaksanaannya model

ini, membutuhkan banyak waktu karena pada setiap langkah

pembelajarannya siswa terjun langsung dalam merancang, membuat,

menyusun, dan membutuhkan biaya sebab mempersiapkan segala sesuatu

dalam mengerjakan proyek.

3) Memerlukan banyaknya peralatan yang harus disediakan. Siswa diminta

membawa peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam proses pengerjaan

proyek dengan pembagian tugas bersama kelompoknya masing-masing.

4) Model ini tidak cocok untuk siswa yang cepat menyerah, kurang memiliki

pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan, dan sulit melibatkan

kerjasama dalam kerja kelompok.

F. Sintaks Model Project Based Learning

Langkah-langkah dari model project based learning menurut (Rahayu &

Samsudin, 2019) meliputi:

1) Memberikan suatu pernyataan menantang, guru memberikan pertanyaan

kepada siswa berkaitan dengan topik pelajaran.

2) Proyek perencanaan, siswa merancang langkah-langkah kegiatan

penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaanya.

3) Pengaturan jadwal pembuatan proyek, siswa dengan kelompok berdiskusi

menentukan jadwal membuat proyek meliputi estimasi waktu dan


21

pembagian tuga dalam melakukan semua kegiatan yang telah mereka

rancang.

4) Mengawasi penyelesaian proyek, guru mengamati peserta dalam

menyelesaikan tugas proyek yang diberikan.

5) Evaluasi, hasil proyek yang telah dibuat, siswa dan guru di akhir

pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktifitas dan hasil proyek.

Pendapat lain menurut (Utami et al., 2018) langkah-langkah dari model

project based learning yaitu sebagai beriku: a. penentuan proyek; b.

perancangan langkah-langkah-langkah penyelesaian proyek; c. penyusunan

jadwal pelaksanaan proyek; d. penyelesaian proyek dan monitoring guru; e.

penyusunan laporan dan publikasi hasil proyek; dan f. evaluasi proses dan

hasil proyek.

Adapun menurut Hosnan (Sudrajat & Hernawati, 2020) menjabarkan bahwa

sintaks model project based learning terdiri dari 6 langkah yaitu:

1) Menentukan pertanyaan mendasar

Pada tahap ini, guru menyampaikan topik dan menstimulus pertanyaan

mendasar tentang apa yang harus dilakukan siswa terhadap topik atau

pemecahan masalah.

2) Mendesain perencanaan projek

Tujuan perencanaan adalah mempersiapkan segala kegiatan yang

dapat menyelesaikan projek serta menentukan alat dan bahan yang sesuai.

Siswa bersama guru merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian


projek secara kreatif. Perencanaan ini meliputi kegiatan yang akan

dilakukan, alat, serta bahan yang dibutuhkan dalam penyelsaian projek.

3) Menyusun jadwal

Pada tahap ini, guru dan siswa secara kolaboratif menyusun

jadwal kegiatan dalam menyelesaikan projek. Kegiatannya meliputi:

membuat jadwal aktivitas dalam menyelesaikan suatu projek dan

menentukan waktu akhir penyelesaian projek. Jadwal harus disepakati

bersama sehingga guru dapat memantau dalam pengerjaan projek

berlangsung.

4) Memonitor peserta didik dan kemajuan projek

Selama proses penyelesaian projek, guru memantau keaktifan siswa selama

melaksanakan proyek, membimbing jika siswa mengalami kesulitan, dan

mendiskusikan masalah yang muncul selama pengerjaan proyek.

5) Menguji hasil

Pengujian hasil atau penilaian dilakukan untuk membantu guru

dalam mengukur prestasi siswa, berperan dalam mengevaluasi kemajuan

setiap siswa, memberikan umpan balik tentang tingkat pemahaman yang

telah dicapai siswa, serta membantu guru dalam menyusun strategi

pembelajaran selanjutnya, dan pengujian hasil proyek dapat dilakukan

dengan mempresentasikan hasil projek sehingga dapat diberi saran

mengenai hasil yang telah dibuat.

6) Mengevaluasi pembelajaran
Pada tahap ini, siswa bersama guru melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan hasil projek yang telah dibuat. Dalam kegiatan refleksi, siswa
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama

menyelesaikan projek dan ketika projek telah selesai.

Peneliti memutuskan untuk menggunakan sintaks model project

based learning Menurut Hosnan (Sudrajat & Hernawati, 2020) terdiri dari 6

tahapan yakni, 1) Menentukan pertanyaan mendasar, 2) Mendesain

perencanaan projek, 3) Menyusun jadwal, 4) Memonitor peserta didik dan

kemajuan projek, 5) Menguji hasil, dan 6) Mengevaluasi pembelajaran.

G. Pemahaman Konsep

1. Pembelajaran Pemahaman Konsep di Sekolah Dasar

Rendahnya hasil belajar IPA siswa dapat dipengaruhi faktor kondisi

pembelajaran IPA di SDN Batujajar 2 masih menggunakan metode ceramah

yang dimana guru menjadi pusat pembelajaran dan siswa hanya sebagai

pendengar saja. Oleh karena itu, diperlukannya kemampuan pemahaman

konsep IPA.

Rendahnya pemahaman konsep IPA siswa dapat dilihat dari siswa tidak

mampu dalam menyimpulkan, menjelaskan materi yang telah dipelajari,

mengklasifikasikan objek atau fenomena dengan sifat tertentu, Salah satu

faktor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep siswa adalah media

pembelajaran yang kurang bervariatif sehingga penggambaran materi yang

abstrak siswa masih kurang memahaminya.

Pemahaman siswa mengenai berbagai konsep materi yang sesuai akan

memberikan dampak positif terhadap siswa pada pembelajaran yang bermakna.


Menurut (Dewi & Ibrahim, 2019) berpendapat bahwa pemahaman konsep

siswa
di sekolah dasar dalam materi pelajaran IPA harus berkembang dengan baik

melalui pengamatan langsung sebelum mengenal konsep-konsep abstrak.

2. Definisi Pemahaman Konsep

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPA yaitu

kemampuan pemahaman konsep. Menurut (Alighiri et al., 2018) pemahaman

konsep ialah kemampuan siswa untuk mendeskripsikan kembali topik

pembelajaran yang telah diperoleh baik beberapa cakupan materi ataupun

kelengkapan materi melalui susunan kata bahasa sendiri. Menurut Purwanto

(Lilis & Kelana, 2021) mengemukakan bahwa pemahaman konsep adalah

tahap kemampuan siswa dalam memahami sebuah konsep tertentu selaras

dengan kondisi lingkungan yang diketahuinya kemudian menjelaskan kembali

dengan penyusunan kata sendiri berdasarkan informasi yang dimiliki tanpa

merubah makna konsep sebernarnya.

Siswa dikategorikan paham jika mampu menerangkan apa yang

dipelajari dengan menggunakan bahasa sendiri yang berbeda dengan yang

terdapat didalam buku. Agar dapat menafsirkan suatu konsep dalam mata

pelajaran tertentu, siswa harus mengantongi kemampuan pemahaman konsep

(Nahdi et al., 2018).

Konsep adalah hal yang sangat penting dalam pembelajaran IPA karena

penguasaan konsep akan sangat membantu siswa dalam mempelajari IPA.

Berdasarkan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman

konsep merupakan kemampuan belajar yang dibutuhkan oleh siswa agar dapat

menjelaskan kembali suatu konsep dengan baik.


3. Kategori Pemahaman

Sudjana (Rosyidah et al., 2020) membagi pemahaman ke dalam tiga kategori

yaitu sebagai berikut:

1) Tingkat pertama atau rendah

Pemahaman tingkat pertama atau rendah ialah pemahaman terjemahan. Mulai

dari terjemahaman dalam arti yang sebenarnya, dimulai dengan mengartikan

dan menerapkan aturan atau prinsip-psrinsip.

2) Tingkat kedua atau menengah

Pemahaman penafsiran ialah mengaitkan langsung bagian-bagian sebelumnya

atau mengasosiasikan bagian-bagian grafik dengan peristiwa untuk

membedakan bagian utama dan bagian bukan utama.

3) Tingkat ketiga atau tertinggi

Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi ialah pemahaman ekstrapolasi.

Dengan ekstrapolasi diharapkan bahwa seseorang dapat melihat apa yang

disusun, dapat membuat perkiraan tentang hasil atau mampu mengembangkan

pemahaman dalam arti waktu, aspek, kasus, atau masalah.

4. Indikator Pemahaman Konsep

Salah satu kemampuan dalam IPA yang paling penting bagi siswa

ialah pemahaman konsep. Untuk mengukur pemahaman konseptual diperlukan

suatu alat ukur (indikator) yang sangat penting dan merupakan pedoman

pengukuran yang baik. Indikator yang relevan berasal dari berbagai sumber

yang jelas, antara lain:


Menurut Sumarno (Aulia & Samsudin, 2023) indikator pemahaman konsep

yaitu sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang kembali suatu konsep, ialah kemampuan siswa untuk

menyatakan kembali konsep yang telah disampaikan.

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatnya atau sesuai dengan

konsepnya.

3. Memberi contoh dan non contoh dari sebuah konsep, yaitu kemampuan

siswa dalam memberikan contoh dan membedakan dengan bukan contoh

dari konsep yang telah dipelajari.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,

merupakan kemampuan siswa dalam menguraikan konsep secara runtut

yang bersifat matematis serta dapat memaparkan konsep dalam bentuk

gambar, tabel, grafik, dan sebagainya, juga mampu menuliskan kalimat

matematika dari suatu konsep.

5. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu,

maksudnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.

6. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, ialah

menggunakan konsep dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan

konsep sehari-hari.

Adapun indikator pemahaman konsep menurut (Rismawati & Hutagaol, 2018)

antara lain:

1) Mampu menjelaskan sebuah definisi dengan kata-kata sendiri menurut sifat-

sifat ataupun ciri-ciri yang esensial, yaitu dapat dilihat dari kemampuannya
dalam menyatakan ulang kembali konsep dengan menggunakan bahasa

sendiri.

2) Mampu membuat atau menyebutkan contoh dan yang bukan contoh, yaitu

dapat dilihat dari kemampuannya untuk memberikan contoh konkrit pada

materi yang sedang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mampu menggunakan konsep dalam menyelesaikan masalah, yaitu dapat

terlihat berdasarkan kemampuannya dalam memecahkan masalah yang

diberikan.

Sedangkan menurut Anderson & Krathwol (Sasmita & Hartoyo, 2020) terdiri

dari 7 indikator pemahaman konsep meliputi:

a) Menafsirkan, yaitu mengubah suatu informasi yang diperoleh ke dalam

bentuk lain, misalnya siswa diminta untuk menuliskan kembali siklus air

dengan menggunakan bahasa sendiri.

b) Mencontohkan, yaitu memberikan contoh mengenai konsep yang bersifat

umum. Memberikan contoh memerlukan kemampuan untuk

mengidentifikasi sifat-sifat konsep dan menggunakan sifat-sifat tersebut

untuk membuat contoh. Misalnya, siswa untuk menyebutkan contoh

perilaku dalam menghemat air.

c) Mengklasifikasikan, yaitu mengetahui bahwa suatu (objek atau fenomena)

termasuk dalam kategori tertentu. Mengklasifikasn dimulai dari contoh yang

kemudian ditemukan konsepnya. Misalnya, siswa diminta

mengklasifikasikan jenis-jenis air berdasarkan sumbernya.


d) Merangkum, yaitu menyajikan kalimat yang mewakili informasi yang

diterima atau mengabstraksikan suatu tema. Misalnya, siswa diberikan suatu

gambaran peristiwa tertentu kemudian diminta untuk menuliskan

rangkuman dari peristiwa tersebut.

e) Menyimpulkan, yaitu membentuk kesimpulan yang logis dari informasi

yang diterimanya. Misalnya, siswa diberikan teks bacaan panjang mengenai

kebersihan kemudian siswa diminta untuk menyimpulkan bahasan tersebut

menjadi singkat, padat, dan jelas sehingga lebih mudah dipahami.

f) Membandingkan, yaitu mendeteksi persamaan dan perbedaan diantara dua

atau lebih objek, peristiwa, situasi. Misalnya, siswa diminta

membandingkan suatu peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan dimasa

sekarang.

g) Menjelaskan, yaitu membuat konsep sebab akibat dalam suatu peristiwa.

Misalnya, siswa diminta mengemukakan sebab akibat dari peristiwa banjir.

Berdasarkan indikator pemahaman konsep dari berbagai sumber, peneliti

memutuskan untuk menggunakan indikator pemahaman konsep yang

diungkapkan oleh Anderson & Krathwol (Sasmita & Hartoyo, 2020)

dikarenakan indikator tersebut lebih spesifik. Indikator pemahaman konsep ini

terdiri dari 7 indikator yakni, 1) Menafsirkan, 2) Mencontohkan, 3)

Mengklasifikasikan, 4) Merangkum, 5) Menyimpulkan 6) Membandingkan, 7)

Menjelaskan.

5. Pentingnya Siswa Memiliki Kemampuan Pemahaman Konsep IPA


Kemampuan pemahaman konsep IPA sangat penting dan perlu dimiliki

oleh siswa. Berdasarkan karakteristiknya IPA berhubungan dengan cara mencari


tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Kusumati, 2019).

Siswa harus mampu memahami dengan baik kosep-konsep ilmiah mengenai

materi yang tekah diajarkan oleh guru. (Deliany et al., 2019) berpendapat, jika

konsep dasar yang diterima salah, maka sulit untuk memperbaikinya kembali.

Pengetahuan konsep yang kuat akan memberikan kemudahan dalam

meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa.

Pemahaman konsep IPA sangatlah penting bagi siswa agar dapat

memahami konsep keilmuan IPA dengan baik. Apabila pemahaman konseptual

siswa baik maka kemampuannya dalam memahami materi IPA akan

berkembang pesat. (Aen & Kuswendi, 2020). Hal ini menunjukan kemampuan

pemahaman konsep IPA sangatlah penting dan menjadi hal yang utama bagi

siswa dapat mempelajari IPA dengan baik. Siswa harus memiliki kemampuan

pemahaman konsep ilmiah dari jenjang sekolah dasar. Hal ini dikarenakan siswa

sekolah dasar dihadapkan pada berbagai macam materi dasar sebagai acuan

untuk memahami materi IPA pada jenjang pendidikan selanjutnya.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep

Kurangnya pemahaman suatu konsep pada siswa bukan disebabkan oleh

minimnya kemampuan siswa pada mata pelajaran tertentu, melainkan faktor lain

yang mempengaruhi dalam pemahaman konsep. Menurut (Baitty &

Sukmawati, 2022) hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

a. Faktor Internal
Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri meliputi kurangnya

pemahaman, kecerdasan, latihan, pengetahuan, tidak konsentrasi dan disiplinan

dalam belajar, faktor utama dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa

adalah minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu akan efektif jika memiliki

motivasi yang baik.

Maka perlulah para siswa untuk meningkatkan motivasi dalam diri siswa

dan terus meningkatkan bakat dalam belajar sehingga pemahaman konsep akan

optimal.

b. Faktor Eksternal

Faktor yang ada diluar diri siswa, meliputi keadaan keluarga, cara

mengajar guru, kurikulum, fasilitas infrastrukur sekolah hingga sarana prasarana,

dan lingkungan. Pemahaman konsep dalam topik tertentu dapat menggambarkan

berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dari orang yang menyampaikan,

karena penyampaian akan berpengaruh pada pemahaman. Jika baik dalam

menyampaikannya maka orang yang akan menerima pengetahuan lebih mudah

memahami apa yang disampaikan, begitupun sebaliknya.

Selain faktor-faktor tersebut pemahaman konsep dipengaruhi oleh

psikologis siswa. Kurangnya pemahaman konsep terhadap materi yang dipelajari

disebabkan karena kurangnya ketekunan siswa dalam menyelesaikan masalah

yang diberikan guru. Siswa mengharapkan lebih dari gurunya untuk

menyelesaikan tugasnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa

terhadap konsep ini masih pada tingkat rendah.

7. Manfaat Pemahaman Konsep


Menurut (Qomariyah et al., 2020) ada beberapa manfaat yang diperoleh dari

pemahaman konsep, antara lain:

a. Konsep membantu siswa dalam mengingat proses kegiatan belajar dan

menjadikannya lebih efektif.

b. Konsep membantu siswa dalam mempelajari cara menyederhanakan dan

meringkas informasi, komunikasi, dan waktu yang diperlukan untuk

memahami informasi tersebut.

c. Konsep yang mendasari proses mental yang lebih tinggi

d. Konsep sangat diperlukan untuk problem solving atau pemecahan masalah.

e. Konsep menentukan apa yang diketahui atau diyakini seseorang.

C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

IPA merupakan proses aktivitas pembelajaran dengan

mengumpulkan berbagai informasi secara runtut berkenaan dengan alam

sekitarnya (Kelana & Pratama, 2019). Menurut (Wedyawati & Lisa, 2019)

pembelajaran IPA di SD ditujukan untuk memberi kesempatan siswa

memupuk rasa ingin tahu secara alamiah, mengembangkan kemampuan

bertanya, dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti,

serta mengembangakan cara berpikir ilmiah.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar sangatlah penting diajarkan

karena berbagai konsep yang disajikan merupakan dasar-dasar

pengetahuan. Konsep-konsep dasar tersebut akan digunakan untuk jenjang

selanjutnya baik dari SMP hingga perguruan tinggi. Jika siswa di sekolah

dasar tidak memahami konsep-konsep dasar IPA yang disampaikan, maka


siswa tersebut akan kesulitan memahami materi-materi untuk jenjang

selanjutnya yang lebih sulit. Dalam


mengajarkan IPA, guru arus menyadari bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-

beda dan tidak semua siswa menyukai mata pelajaran IPA. Oleh karena itu, guru

harus mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa dengan cara menyajikan

pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan kurikulum dan pola pikir

siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis penelitian ini adalah:

“penggunaan model pembelajaran project based learning dapat meningkatkan

pemahaman konsep IPA”.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Mix Method.

Menurit Sugiyono (2018) metode campuran atau mixed method ialah metode

penelitian yang memadukan metode kuantitatif dan kualitatif yang digunakan

bersama-sama dalam kegiatan penelitian untuk memperoleh data yang lebih

lengkap, akurat, terpercaya dan objektif. Adapun desain yang akan digunakan

adalah sequential eksplanatory design. Berikut Skema dari Metode Mix Method

desain sequential eksplanatory:

37
(Creswell, 2017)
Gambar 3.1 Skema dari Metode Mix Method Sequential Eksplanatory

Design.

Desain ini digunakan karena peneliti ingin mendapatkan data secara

kuantitatif terlebih dahulu dan diikuti penjelasan data kualitatif. Desain sequential

explanatory melibatkan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap

ke-1, dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap ke-2

untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama.

Creswell (2017).

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas subjek ynag mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

38
39

dan ditarik kesimpulan. Menurut Sugiyono (2018) sampel adalah sebagian

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Batujajar

2 sebanyak 75 siswa. Dari poluasi tersebut, sampel yag diambil untuk digunakan

sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas VB dengan jumlah 35 siswa.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SD yang berlokasi di

SDN Batujajar 2 di wilayah Kec. Batujajar Timur, Kab. Bandung Barat dengan

jumlah 35 orang siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

Subjek penelitian ini dipilih dengan dasar karakteristik 1) siswa belum

sepenuhnya terampil membuat sebuah produk berupa karya dan hasil belajar

pemahaman konsep IPA siswa dan nilainya masih standar; 2) guru belum

menerapkan model project based learning terhadap siswa pada saat pembelajaran

di kelas.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi:

1. Tes

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk menemukan

atau mengukur sesuatu dengan menggunakan metode atau aturan tertentu.

(Mayasari, 2023). Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif

yang bertujuan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPA siswa

pada materi siklus air. Soal tes akan diberikan kepada siswa yaitu dalam bentuk
40

soal pilihan ganda dengan empat jawaban alternatif dan soal esai. Soal disusun

sesuai
41

dengan indikator kompetensi dasar dan indikator dari kemampuan pemahaman

konsep IPA.

Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pre-test dan post-

test. Soal pre-test itu sendiri digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal

siswa dalam segi pemahaman mengenai materi siklus air, sedangkan untuk soal

post-test digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPA siswa

setelah diberikan penjelasan mengenai materi siklus air dengan menggunakan

model project based learning. Soal tes akan diberikan kepada siswa secara

langsung yaitu dalam bentuk soal pilihan ganda terdiri dari 10 soal dan Esai

terdiri dari 5 soal.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes

Jumlah No.
Jenis
No. Indikator Item Butir
Soal
Soal Soal

PG dan
1. Menafsirkan 2 7, 5
Esai

2. Mencontohkan 2 PG 1, 2

3. Mengklasifikasikan 3 PG 8, 9, 10

PG dan
4. Merangkum 2 5, 3
Esai

PG dan
5. Menyimpulkan 2 6, 4
Esai

PG dan
6. Membandingkan 2 3, 1
Esai

PG dan
7. Menjelaskan 2 4, 2
Esai
42
43

Sebelum instrumen digunakan, harus dilakukan terlebih dahulu untuk

mengetahui apakah instrumen tersebut memenuhi persyaratan validitas,

reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Uji penelitian dilakukan jika

instrumen tersebut sudah memenuhi persyaratan yang baikmemenuhi

persyaratan yang baik. Maka, dapat digunakan untuk mengukur variabel yang

diinginkan.

Instrumen ini dilakukan validasi melalui validator ahli terhadap dosen

pembimbing II Bapak Dr. Asep Samsudin, M.Pd sebagai syarat utama sebelum

dilakukannya uji tes validitas kepada siswa kelas VI.

a. Validitas

Validitas harus dilakukan sebelum instrumen tes digunakan untuk

memastikan bahwa itu benar-benar mampu mengukur hasil belajar siswa.

Apabila instrumen evaluasi tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur,

maka instrumen tersebut dapat dianggap valid (Magdalena, 2020). Validitas

instrumen tes pada penelitian ini dilakukan dengan uji coba soal pada kelas satu

tingkat di atas dari subjek penelitian.

Uji validitas yang digunakan adalah dengan teknik analisis Product

Moment dan person dengan bantuan analisis statistik SPSS 26. Untuk

menghitung validitas dapat menggunakan rumus kolerasi menurut Arikunto

(Naibaho et al., 2020) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

r𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y


44

N = Jumlah seluruh siswa


45

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

∑X = Skor item

∑Y = Skor total

Setelah menghitung koefisien korelasi, kemudian hasil tersebut diinterpretasikan

dengan menggunakan kriteria koefisien korelasi menurut Arikunto (Annisak &

Pathoni, 2017) sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Korelasi Validitas


Koefisien Korelasi Interpretasi
0,800 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi
0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
0,400 sampai dengan 0,600 Cukup
0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
0,00 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah

Langkah selanjutnya adalah menguji valid atau tidaknya tiap butir soal dari

istrumen yang telah diuji coba. Uji validitas dilakukan dengan bantuan software

Microsoft Excel. Data diperoleh dari hasil uji intrumen disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 3.3
Hasil Uji Coba Validitas
No Koefisien Keterangan Interpretasi
Soal Korelasi
1 0,774 Valid Tinggi
2 0,561 Valid Sedang
3 0,716 Valid Tinggi
4 0,772 Valid Tinggi
5 0,633 Valid Tinggi
6 0,633 Valid Tinggi
46

7 0,458 Valid Sedang


8 0,453 Valid Sedang
9 0,449 Valid Sedang
10 0,419 Valid Sedang
11 0,662 Valid Tinggi
12 0,539 Valid Sedang
13 0,590 Valid Sedang
14 0,588 Valid Sedang
15 0,433 Valid Sedang

b. Realibilitas

Realibilitas adalah pengujian indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukur dapat diandalkan dan dipercaya. Realibilitas juga mengacu pada

kekonsistenan skor yang diperoleh dan seberapa konsisten skor tersebut untuk

setiap orang dalam daftar instrumen lainnya. Apabila tes menunjukkan hasil yang

konsisten dalam mengukur yang akan diukur, instrumen evaluasi tersebut dapat

dianggap memiliki realibilitas tinggi (Magdalena, 2020).

Realibilitas instrumen menggunakan teknik konsistensi dan internal dan

formula cronbach-alpha dengan bantuan software SPSS IBM 26. Nilai

cronbach’s-alpha 0,60 dan kurang dari 1 menunjukkan bahwa instrumen tersebut

telah memenuhi kriteria realibilitas begitu sebaliknya jika nilai cronbach’-alpha

kurang dari 0,50 maka instrumen tersebut tidak realibel (Pramuaji & Loekmono,

2018).

Adapun rumus cronbach’s Alpha menurut Sugiono berikut ini.


47

Keterangan:
r11= Koefisien reliabilitas instrumen k= jumlah butir soal
48

∑s²= jumlah varian total

∑s 2/t= Jumlah varian butir

Setelah hasil koefisien diperoleh,maka selanjutnya akan diinterpretasikan

menggunakan kriteria dari guilford sebagai berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas


No. Koefisien Korelasi Kualifikasi
1 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
2 0,71 – 0,90 Tinggi
3 0,41 – 0,70 Cukup Tinggi
4 0,21 – 0,40 Rendah
5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil analisis instrumen tes dengan menggunakan Microsoft Excel

dan SPSS 26, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas PG


Reliabilitas Interpretasi
0,84 Tinggi

Tabel 3.6 Hasil Uji Realibilitas Esai


Realibilitas Interpretasi
0,62 Cukup Tinggi

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah suatu bilangan yang menunjukkan tingkatan

kesulitan butir soal. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P

singkatan dari “Proporsi”. Adapun rumus mencari P (Asrul et al., 2015) adalah

sebagai berikut:
49

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes

Setelah melakukan perhitungan menggunakan rumus tersebut, maka hasilnya

dapat diklasifikasikan berdasarkan indeks kesukaran menurut Arikunto (Annisak

& Pathoni, 2017) sebagai berikut.

Tabel 3. 7 Ketentuan Indeks Kesukaran


Nilai Kesukaran Soal Kualitas
0,00 < P ≤ 0,29 Soal Sukar
0,30 < P ≤ 0,69 Soal Sedang
0,70 < p ≤ 1,00 Soal Mudah

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Microsoft Excel, diperoleh hasil data

sebagai berikut.

Tabel 3. 8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran


No Tingkat Kesukaran Klasifikasi
Soal
1 0,87 Mudah
2 0,62 Sedang
3 0,58 Sedang
4 0,83 Mudah
5 0,91 Mudah
6 0,91 Mudah
7 0,70 Sedang
8 0,91 Mudah
9 0,79 Mudah
10 0,79 Mudah
11 0,87 Mudah
12 0,58 Sedang
50

13 0,58 Sedang
14 0,91 Mudah
15 0,62 Sedang

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan peserta didik

yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Loka Son,

2019). Adapun rumus untuk menentukan daya pembeda (Asrul et al., 2015)

adalah

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu.

Adapun klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto sebagai berikut.

Tabel 3.9
Klasifikasi Nilai Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi
DP ≥ 0,70 Baik Sekali
0,40 ≤ DP < 0,70 Baik
0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup
DP < 0,20 Jelek
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Microsoft Excel, diperoleh hasil daya

pembeda sebagai berikut.

Tabel 3.10
51

Hasil Perhitungan Daya Pembeda


No Daya Pembeda Keterangan
52

1 0,25 Cukup
2 0,42 Baik
3 0,67 Baik
4 0,33 Cukup
5 0,17 Jelek
6 0,17 Jelek
7 0,25 Cukup
8 0,17 Jelek
9 0,42 Baik
10 0,25 Baik
11 0,25 Baik
12 0,50 Baik
13 0,17 Jelek
14 0,17 Jelek
15 0,42 Baik

Rangkuman hasil dari kesimpulan validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan

daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.11 Rekapitulasi Uji Coba Instrumen


No Soal Validitas Realibilitas TK DP Interpretasi
1 Tinggi Tinggi Mudah Cukup Dipakai
2 Sedang Tinggi Sedang Baik Dipakai
3 Tinggi Tinggi Sedang Baik Dipakai
4 Tinggi Tinggi Mudah Cukup Dipakai
5 Tinggi Tinggi Mudah Jelek Dipakai
6 Tinggi Tinggi Mudah Jelek Dipakai
7 Sedang Tinggi Sedang Cukup Dipakai
8 Sedang Tinggi Mudah Jelek Dipakai
9 Sedang Tinggi Mudah Baik Dipakai
10 Sedang Tinggi Mudah Baik Dipakai
11 Tinggi Tinggi Mudah Baik Dipakai
12 Sedang Tinggi Sedang Baik Dipakai
53

13 Sedang Tinggi Sedang Jelek Dipakai


14 Sedang Tinggi Mudah Jelek Dipakai
15 Sedang Tinggi Sedang Baik Dipakai

2. Non tes

Non tes merupakan cara penilaian yang dapat digunakan untuk

mencakup hasil proses atau evaluasi dari pembelajaran yang berkenaan dalam

aspek afektif dan psikomotor (Magdalena et al., 2021). Termasuk jenis

instrumen evaluasi jenis non tes sesuai yang akan digunakan oleh peneliti ialah

angket, dan wawancara.

a. Angket

Angket adalah alat untuk mengumpulkan data dengan pernyataan-

pernyataan yang harus ditanggapi oleh responden (Harsono, 2022). Angket

bertujuan untuk diperolehnya data kualitatif terkait kesulitan siswa terhadap

penerapan model project based learning dan pemahaman konsep IPA. Angket

kesulitan akan diberikan kepada siswa yaitu terdiri dari 15 soal pernyataan.
54

Tabel 3.12 Kisi-Kisi Instrumen Angket Kesulitan Siswa


Indikator Pernyataan Nomor
Item

Kesulitan saat menjawab pertanyaan 1

Kesulitan merencanakan dan membuat 2


jadwal proyek.
Model
Project Kesulitan mengerjakan soal LKPD. 3
Based Kesulitan Pembelajaran secara 4
Learning berkelompok.

Kesulitan membuat proyek. 5

Kesulitan mempresentasikan hasil 6, 7


proyek dan memberikan pendapat
pengalaman pengerjaan proyek.

Model PjBL membuat materi siklus air 8


sulit dipahami.

Pemahaman Kesulitan dalam menjelaskan, 9, 10,


Konsep IPA mencontohkan, mengklasifikasikan, 11, 12,
menyimpulkan, membandingkan, 13, 14,
merangkum, dan menafsirkan materi 15
siklus air.

Instrumen angket yang digunakan yaitu skala likert dengan rentang 1 sampai 4

menurut Ridwan (Jumroh et al., 2018). Pilihan alternatif jawaban yakni:

Tabel 3.13 Kriteria Penskoran Angket Skala Likert


Alternatif Jawaban Pernyataan Pernyataan
Negatif Positif

Sangat Setuju 1 4

Setuju 2 3

Tidak Setuju 3 2

Sangat Tidak Setuju 4 1


55

Lembar angket diberikan kepada siswa secara langsung sesudah pelaksanaan

pembelajaran. Analisis data pada angket yakni dengan menguraikan data

kuantitatif berupa persentase tiap alternatif jawaban yang sudah tertera menjadi

kalimat deskriptif yang memaparkan apa saja kesulitan siswa pada penerapan

model pjbl dan pemahaman konsep berdasarkan indikator-indikator yang telah

disusun. Kemudian untuk mengetahui skor angket dapat dihitung dengan

rumus menurut Isnani (2020):

jumlah skor perolehan


Skor Angket = X 100
jumlah Skor maksimal

b. Wawancara
56

Wawancara adalah salah bertujuan untuk diperolehnya data yang

dilakukan memberikan beberapa pertanyaan kepada narasumber untuk diberikan

respon sesuai dengan pengetahuan narasumber (Ulfa, 2019). Wawancara

digunakan untuk memperoleh data kualitatif terkait kesulitan guru dalam

implementasi pembelajaran dengan menggunakan model pjbl dan mengajarkan

pemahaman konsep. Wawancara dilaksanakan secara langsung dengan guru

diberikan beberapa pertanyaan, Pedoman wawancara akan diberikan kepada

guru yaitu terdiri dari 14 soal pertanyaan.

Tabel 3.14 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara


Indikator Pertanyaan Nomor
Item

Kendala berdiskusi, melakukan tanya 1


jawab, mendesain, dan membuat jadwal
proyek.

Kendala menentukan kelompok. 2

Model Kesulitan memonitor dan kemajuan 3


Project proyek siswa pada saat pembelajaran.
Based
Kesulitan menilai hasil proyek siswa. 4
Learning
Kesulitan meminta siswa untuk berbagi 5
pengalaman dan mengevaluasi
pembelajaran ketika selesai pembelajaran.

Mengatasi masalah siswa yang kurang 6


aktif pada saat pembelajaran.

Fasilitas pada saat pembelajaran dan 7, 8


alokasi waktu dalam
mengimplementasikan model PjBL

Pemahaman Kesulitan dalam mengajarkan 9, 10,


Konsep IPA menjelaskan, mencontohkan, 11, 12,
mengklasifikasikan, menyimpulkan,
57

membandingkan, merangkum, dan 13, 14


menafsirkan materi siklus air.

E. Prosedur Penelitian

Tahapan penelitian mengikuti tahapan penelitian The Sequential Explanatory

Design. Berikut gambar skema langkah-langkah penelitiannya menurut Sugiyono

(2018).

Sugiyono (2018)
Gambar 3.2 Langkah-langkah penelitian Desain Sequential Eksplanatory

Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Sesuai karakteristik

metode kombinasi sequential explanatory, dimana pada tahap pertama penelitian

menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode

kualitatif.

1. Metode Kuantitatif

Berdasarkan gambar 3.2 tersebut terlihat bahwa langkah-langkah dalam

metode kuantitatif adalah menentukan masalah dan membuat rumusan

masalah, melakukan kajian teori dan merumuskan hipotesis, mengumpulkan


58

dan analisis data untuk menguji hipotesis, dan selanjutnya dapat dibuat

kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

a. Masalah dan Potensi

Penelitian kuantitatif dilakukan berangkat dari masalah dan potensi

yang sudah jelas. Masalah adalah situasi yang menjadi perhatian peneliti, suatu

kesulitan yang ingin diperbaiki. Setiap masalah yang dikemukakan harus ada

yang melatarbelakangi, karena jika tidak dikemukakan latar belakangnya data

yang seperti masalah tetapi tidak menjadi masalah. Potensi adalah segala

sesuatu yang memiliki kemampuan atau kapasitas yang dapat dikembangkan.

Dalam penelitian kuantitatif, penyajian masalah berangkat dari variabel

terikat kemudian dianalisis masalah apa yang akan diangkat pada penelitian

dan harus ditunjukkan dengan fakta dari sumber yang dapat dipercaya.

Selanjutnya, berdasarkan analisis masalah tersebut ditentukannya variabel

bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Setelah variabel yang diteliti

ditetapkan, maka selanjutnya dibuat rumusan masalah.

b. Landasan Teori dan Hipotesis

Masalah dirumuskan maka penelitian mencari dan memilih teori yang

relevan sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah memberi

definisi operasional merumuskan hipotesis dan mengembangkan instrumen.

c. Pengumpulan Analisis data Kuantitatif

Setelah hipotesis dirumuskan, maka hipotesis tersebut selanjutnya

akan dibuktikan kebenarannya berdasarkan data. Dalam data kuantitatif ini

berupa soal pre-test sebelum dilaksanakan pembelajaran dan post-test setelah


59

dilaksanakan pembelajaran menggunakan model PjBL yang dibagikan secara

langsung di kelas. Maka selanjutnya digunakan untuk mengumpulkan data.

Data kuantitatif yang telah terkumpul dari sampel tersebut, selanjutnya

dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang telah

dirumuskan.

d. Hasil Pengujian Hipotesis

Penyajian data ini merupakan langkah terakhir dari metode tahap

pertama yaitu metode kuantitatif. Data kuantitatif yang telah dianalisis dan

Hipotesis yang telah diuji selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel grafik,

gambar dan narasi singkat titik penyajian data meliputi deskriptif data

kuantitatif nilai setiap variabel, setiap indikator, bahkan butir instrumen.

2. Metode Kualitatif

Pada penelitian kuantitatif, penelitian akan berakhir setelah hipotesis

terbukti atau tidak terbukti. Tetapi dalam penelitian kombinasi model sequential

explanatory, penelitian tidak berhenti pada pengujian hipotesis, tetapi

dilanjutkan lagi dengan menggunakan metode kualitatif, untuk membuktikan,

memperkuat, memperdalam memperluas dan menggugurkan data kuantitatif

yang telah diperoleh pada tahap awal. Penggunaan metode kualitatif berangkat

dari data hasil penelitian kuantitatif.

a. Penentuan Sumber Data

Berdasarkan data yang diperoleh dari metode penelitian kuantitatif

tersebut, selanjutnya penelitian kualitatif menentukan sumber data yang


60

diharapkan dapat memberi informasi yang dapat digunakan untuk melengkapi

data kuantitatif yang telah diperoleh pada penelitian tahap 1.

b. Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif

Selanjutnya penelitian kualitatif melakukan pengumpulan data dengan

angket, dan wawancara. Analisis data dan pengujian kredibilitas data dapat

dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data dan setelah selesai

pengumpulan data titik hasil analisis kualitatif diharapkan diperoleh data

kualitatif yang kredibel untuk melengkapi data kuantitatif.

c. Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif

Analisis dapat dilakukan dengan cara menggabungkan data yang sejenis

sehingga data kuantitatif diperluas, data diperdalam dengan data kualitatif.

Analisis juga dapat dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif dan

kualitatif, sehingga data kuantitatif akan dapat ditunjukkan kesamaan atau

perbedaannya dengan data kualitatif. Analisis juga dapat dilakukan secara

deskriptif eksploratif sehingga diperoleh data kualitatif baru.

d. Kesimpulan dan Hasil Penelitian

Kegiatan terakhir dari setiap kegiatan penelitian adalah membuat

laporan penelitian yang didalamnya ada kesimpulan dan memberikan saran.

Kesimpulan yang diberikan adalah untuk menjawab secara singkat terhadap

rumusan masalah penelitian berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan.

F. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil tes, angket, dan wawancara.
61

Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan teknik

kuantitatif dan kualitatif. Data dalam penelitian ini diolah berdasarkan

jenis data yang terkumpul. Data kuantitatif berupa hasil tes untuk

mengukur kemampuan pemahaman konsep IPA. Seluruh data kuantitatif

diolah dengan menggunakan Software SPSS 26 dan Microsoft Excel.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal

atau tidak. Jika data normal diteruskan dengan uji-t. Menurut (Sintia et al., 2022)

karena jumlah sampel ≤ 50, maka uji normalitas data yang digunakan adalah

Shapiro-Wilk. Kriteria pengujian uji normalitas yang digunakan adalah jika

suatu nilai residual data dapat dikatakan “normal” apabila sig > 0,05, tetapi jika

nilai residual data yang didapat nilai sig < 0,05 maka data dapat dikatakan “tidak

normal” (Rahmatih et al., 2020).

2. Uji Paired Sample T-Test

Bertujuan untuk membandingkan nilai rata-rata dari data penelitian. Pada

penelitian ini menggunakan sampel berpasangan (uji t-dependent) menggunakan

paired sample test. Uji-t dua sampel berpasangan adalah uji statistik parametrik

yang membandingkan dua cara berbeda pada subjek yang sama (Hernikawati,

2021). Menurut (Matondang et al., 2021) suatu data dapat dikatakan “tidak

terdapat peningkatan yang signifikan” apabila sig. (2-tailed) > 0,05 maka dapat

dikatakan “tidak terdapat peningkatan yang signifikan” tetapi jika data yang

didapat nilai sig. (2-tailed) < 0,05 maka data dapat dikatakan “terdapat

peningkatan yang signifikan”.


62

3. Uji Gain Ternormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa

adalah data indeks gain. Menurut Hake (Yasa & Kumala, 2022) peningkatan

yang terjadi dihitung dengan rumus Normalize Gain sebagai berikut:

Skor Posttest−Skor Pretest


N – Gain =
Skor Ideal−Skor Pretest

Kriteria tingkat gain menurut Hake (Aisyah et al., 2018) sebagai berikut:

Tabel 3.15 Tabel Kategori Perolehan Skor N-Gain


Batasan Kategori

N – Gain < 0,30 Rendah

0,30 < N – Gain 0,70 Sedang

N – Gain > 0,70 Tinggi

Berdasarkan tabel tersebut, peneliti kemudian mengolah hasil nilai N-Gain sesuai

dengan menurut (Kurniawan & Hidayah, 2021) tersebut dengan penjelasan

sebagai berikut:

Tabel 3.16 Tabel Kategori Perolehan Skor N-Gain


Persentase Tafsiran

< 40 Tidak Efektif

40 – 55 Kurang Efektif

56 – 75 Cukup Efektif

< 75 Efektif

Sementara itu, data kualitatif berupa hasil angket kesulitan siswa dan

wawancara guru. Wawancara guru untuk menjawab kesulitan penggunaaan


63

pembelajaran dengan model project based learning dan mengajarkan

pemahaman konsep IPA, sedangkan angket siswa untuk menjawab kesulitan

kemampuan pemahaman konsep IPA dan penerapan menggunakan model

project based learning. Teknik analisis data diolah menggunakan model Miles

Huberman (Valen & Satria, 2021) terbagi 4 tahapan yaitu: pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau kesimpulan.

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dimaksud adalah hasil angket kesulitan dan

wawancara yang kemudian dikembangkan untuk mencari data selanjutnya.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak perlu dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga memudahkan

dalam penarikan kesimpulan dan diverifikasi.

3. Penyajian Data

Penyajian data merupakan data dari hasil penelitian yang disusun secara

rinci untuk memberikan gambaran secara utuh dan jelas.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam teknik analisis data

kualitatif yang dilakukan dalam penelitian untuk memahami data yang telah

dianalisis dari awal peneliti melakukan penelitian.


64
65

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V

Dengan Menggunakan Model Project Based Learning

Untuk mengetahui penggunaan model project based learning terhadap

kemampuan pemahaman konsep IPA siswa SD, maka dilakukan analisis dari hasil

pretest dan posttest. Analisis yang dilakukan dari hasil nilai pretest ini untuk

mengetahui kemampuan pengetahuan awal siswa mengenai pemahaman konsep

IPA yang membahas materi mengenai siklus air sebelum dilaksanakannya model

pembelajaran yang akan digunakan. Kemudian hasil posttest ini diperoleh dengan

cara memberikan tes pemahaman konsep IPA mengenai materi siklus air setelah

diberikan model pembelajaran project based learning. Adapun nilai kemampuan

akhir siswa atau posttest pada tabel berikut 4.1

Tabel 4.1 Hasil Nilai pretest dan posttest


No. Nama Siswa Nilai Pretest Nilai Posttest

1. Siswa 1 50 80

2. Siswa 2 50 80

3. Siswa 3 30 65

4. Siswa 4 55 75

5. Siswa 5 30 55

6. Siswa 6 35 80

7. Siswa 7 20 60

8. Siswa 8 50 60
66

No. Nama Siswa Nilai Pretest Nilai Posttest

9. Siswa 9 20 70

10. Siswa 10 30 70

11. Siswa 11 55 85

12. Siswa 12 45 85

13. Siswa 13 20 80

14. Siswa 14 50 80

15. Siswa 15 35 75

16. Siswa 16 25 75

17 Siswa 17 60 75

18. Siswa 18 50 80

19. Siswa 19 15 75

20. Siswa 20 55 70

21. Siswa 21 35 80

22. Siswa 22 35 75

23. Siswa 23 65 90

24. Siswa 24 25 70

25. Siswa 25 65 80

26. Siswa 26 55 85

27. Siswa 27 75 65

28. Siswa 28 15 90

29. Siswa 29 50 75

30. Siswa 30 55 80
67

No. Nama Siswa Nilai Pretest Nilai Posttest

31. Siswa 31 70 85

32. Siswa 32 10 65

33. Siswa 33 65 90

34. Siswa 34 50 75

35. Siswa 35 35 80

Rata-rata 42,43 75,86

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui mengenai nilai terendah, nilai

tertinggi dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Adapun hal yang

memudahkan untuk dilihat, maka disajikan pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Rekapitulasi Statistik pretest dan posttest


Hasil Nilai Nilai Nilai Nilai Rata-
Nilai Ideal Terendah Tertinggi Rata
Pretest 70 10 75 42,43
Posttest 70 55 95 75,86
Berdasarkan pada tabel 4.2, maka dapat diketahui bahwa nilai tettinggi hasil

pretest siswa yaitu 75, sedangkan nilai terendah hasil pretest siswa yaitu 10, dan

rata-rata nilai yang didapat hasil pretest 42,43. Terdapat 2 orang siswa yang telah

tuntas KKM dan 33 siswa tidak tuntas. Kemudian nilai tertinggi hasil pottest

siswa yaitu 95, sedangkan nilai terendah hasil posttest siswa yaitu 55, dan rata-

rata nilai yang didapat hasil posttest yaitu 75,86. Terdapat 29 orang siswa yang

telah tuntas KKM dan 6 siswa tidak tuntas. Maka dapat disimpulkan berdasarkan

hasil nilai pretest dan posttest terdapat peningkatan sebanyak 33,43. Setelah data

yang telah didapatkan dari hasil pretest dan posttest yang telah siswa kerjakan,

kemudian selanjutnya tersebut di analisis secara kuantitatif menggunakan SPSS


68

26 dilakukan uji normalitas, uji paired sample t-test dan uji N-gain. Pengujian

tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau tidak dalam

penggunaan model project based learning untuk kemampuan pemahaman konsep

IPA siswa.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui data yang sudah diperoleh apakah

data berdistribusi normal atau tidak. Jika sifnifikansinya lebih besar dari 0,05

maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal. Sebaliknya, jika data

tersebut signifikansinya kurang dari 0,05 maka data tersebut dapat dikatakan

tidak berdistribusi normal. Berikut adalah hasil tabel uji dengan menggunakan

SPSS 26.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest

Hasil Shapiro - Wilk


Kemampuan
Pemahaman Statistic Df Sig.
Konsep IPA Pretest .956 35 .176

Postest .959 35 .216

Dari tabel 4.3 hasil uji normalitas diatas menunjukan bahwa hasil uji dengan

taraf signifikansi pada Shapiro – Wilk nilai pretest sebesar 0,176 dan nilai

posttest 0,216. Nilai signifikansi kedua data nilai tersebut > 0,05 maka data

berdistribusi normal.

b. Uji Paired Sample T-Test

Berdasarkan hasil uji normalitas untuk melakukan uji beda dilakukan dengan

menggunakan uji parametrik yaitu uji paired sample t-test. Sehingga uji beda
69

untuk data pretest dan posttest kemampuan pemahaman konsep dilakukan

menggunakan uji t sampel berpasangan atau paired sample t-test dengan

pengambilan keputusan hipotesis sebagai berikut:

H₀ : Tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep IPA siswa kelas V

yang menggunakan model project based learning.

Hα : Terdapat peningkatan peningkatan pemahaman konsep IPA siswa

kelas V yang menggunakan model project based learning.

Untuk kriteria pengujian dalam uji ini, yaitu apbila nilai sig (2-tailed) > 0,05

maka H₀ diterima dan Hα ditolak. Sebaliknya, apabila nilai sig (2-tailed) < 0,05

maka H₀ ditolak dan Hα diterima. Berikut adalah tabel hasil pengujian dengan

menggunakan SPSS 26.

Tabel 4.4 Hasil Uji T Pretest dan Postest Kemampuan Pemahaman Konsep

Data Hasil Sig. Interpretasi

Pretest 0,000 Ha diterima

Postest

Berdasarkan dari data tabel 4.4 mengenai perhitungan uji T dapat

menunjukkan bahwa hasil sig (2-tailed) yaitu 0,000 maka < 0,05 maka H₀

ditolak dan Hα diterima. Dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut terdapat

peningkatan peningkatan peningkatan pemahaman konsep IPA siswa kelas V

yang menggunakan model project based learning.

c. Uji N-Gain
Uji N-gain ini dilakukan untuk mengetahui seberapa peningkatan skor hasil

kemampuan pemahaman konsep IPA siswa sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:


70

Tabel 4.5 Hasil Uji N-Gain Pretest dan Posttest Siswa


Nilai
Responden Pre Post N-Gain N-Gain Kategori Tafsiran
Test Test Skor %
Siswa 1 50 80 0,6 60 Sedang Cukup Efektif
Siswa 2 50 80 0,6 60 Sedang Cukup Efektif
Siswa 3 30 65 0,5 50 Sedang Kurang Efektif
Siswa 4 55 75 0,44444 44,444 Sedang Kurang Efektif
4
Siswa 5 30 55 0,35714 35,714 Sedang Tidak Efektif
3
Siswa 6 35 80 0,69231 69,230 Sedang Cukup Efektif
8
Siswa 7 20 60 0,5 50 Sedang Kurang Efektif
Siswa 8 50 60 0,2 20 Rendah Tidak Efektif
Siswa 9 20 70 0,625 62,5 Sedang Cukup Efektif
Siswa 10 30 70 0,57143 57,142 Sedang Cukup Efektif
9
Siswa 11 55 85 0,66667 66,666 Sedang Cukup Efektif
7
Siswa 12 45 85 0,72727 72,727 Tinggi Cukup Efektif
3
Siswa 13 20 80 0,75 75 Tinggi Cukup Efektif
Siswa 14 50 80 0,6 60 Sedang Cukup Efektif
Siswa 15 35 75 0,61538 61,538 Sedang Cukup Efektif
5
Siswa 16 25 75 0,66667 66,666 Sedang Cukup Efektif
7
Siswa 17 60 75 0,375 37,5 Sedang Tidak Efektif
Siswa 18 50 80 0,6 60 Sedang Cukup Efektif
Siswa 19 15 75 0,70588 70,588 Tinggi Cukup Efektif
2
Siswa 20 55 70 0,33333 33,333 Sedang Tidak Efektif
3
Siswa 21 35 80 0,69231 69,230 Sedang Cukup Efektif
8
Siswa 22 35 75 0,61538 61,538 Sedang Cukup Efektif
5
Siswa 23 65 90 0,71429 71,428 Tinggi Cukup Efektif
6
Siswa 24 25 70 0,6 60 Sedang Cukup Efektif
Siswa 25 65 80 0,42857 42,857 Sedang Kurang Efektif
1
71

Nilai
Responden Pre Post N-Gain N-Gain Kategori Tafsiran
Test Test Skor %
Siswa 26 55 75 0,44444 44,444 Sedang Kurang Efektif
4
Siswa 27 75 95 0,8 80 Tinggi Efektif
Siswa 28 15 65 0,58824 58,823 Sedang Cukup Efektif
5
Siswa 29 50 75 0,5 50 Sedang Kurang Efektif
Siswa 30 55 80 0,55556 55,555 Sedang Kurang Efektif
6
Siswa 31 70 85 0,5 50 Sedang Kurang Efektif
Siswa 32 10 65 0,61111 61,111 Sedang Cukup Efektif
1
Siswa 33 65 90 0,71429 71,428 Tinggi Cukup Efektif
6
Siswa 34 50 75 0,5 50 Sedang Kurang Efektif
Siswa 35 35 80 0,69231 69,230 Sedang Cukup Efektif
8
Rata-rata 42,4 75,86 0,57 57,39 Sedang Cukup Efektif
3

Berdasarkan hasil tabel 4. dapat diketahui bahwa rata-rata nilai pretest 42,43

sedangkan rata-rata nilai posttest 75,86 terdapat peningkatan sebesar 33,43 dan

data hasil N-Gain skor memperoleh rata-rata nilai sebesar 0,57 atau 57,39% dapat

dikategorikan sedang dengan kategori tafsiran efektivitas N-Gain cukup efektif.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model project based learning cukup

efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa.

2. Kesulitan Siswa Kelas V dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman

Konsep IPA dengan Menggunakan Model Project Based Learning

Kesulitan siswa dapat diketahui dengan hasil angket yang disebarkan sebanyak

15 pernyataan serta alternatif jawaban STS, TS, S, dan SS. Berikut adalah hasil

angket yang telah dibagikan kepada seluruh siswa kelas V dalam kesulitan
72

dalam model project based learning dan kemampuan pemahaman konsep IPA

pada materi siklus air sebagai berikut:

1) Butir pernyataan kesatu yaitu kesulitan siswa dalam menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh guru, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 0%

menjawab sangat setuju, sebanyak 10% siswa menjawab setuju 0%, 75%

siswa menjawab tidak setuju, dan 10% siswa menjawab sangat tidak setuju.

Adapun hasil analisis jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Kesulitan Menjawab Pertanyaan

STS
0.1 S
11%

TS
0.75

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Siswa Dalam Menjawab Pertanyaan


2) Butir pernyataan kedua yaitu kesulitan siswa dalam merencanakan dan

membuat jadwal projek, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 0%

menjawab sangat setuju, sebanyak 62% siswa menjawab setuju 0%, 38%

siswa menjawab tidak setuju, dan 0% siswa menjawab sangat tidak setuju.

Adapun hasil analisis jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kesulitan Merencanakan dan Membuat Jadwal


Projek

TS
0.38
S
62%

SS S TS STS
73

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Merencanakan dan Membuat Jadwal

Projek

3) Butir pernyataan ketiga yaitu kesulitan siswa dalam mengerjakan soal di

LKPD, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 1% menjawab sangat

setuju, sebanyak 36% siswa menjawab setuju, 58% siswa menjawab tidak

setuju, dan 5% siswa menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil analisis

jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kesulitan Mengerjakan Soal

STS
0.05 SS
1%
S
TS 36%
0.58

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Mengerjakan Soal

4) Butir pernyataan keempat yaitu kesulitan belajar secara berkelompok, hal

ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 1% menjawab sangat setuju,

sebanyak 19% siswa menjawab setuju, 72% siswa menjawab tidak setuju,

dan 8% siswa menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil analisis jawaban

siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


74

Kesulitan Belajar Berkelompok

STS
0.08 S
SS 19%
1%

TS
0.72

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Belajar secara Berkelompok

5) Butir pernyataan kelima yaitu kesulian membuat projek siklus air, hal ini

diperoleh jawaban siswa sebanyak 4% menjawab sangat setuju, sebanyak

57% siswa menjawab setuju, 39% siswa menjawab tidak setuju, dan 0%

siswa menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil analisis jawaban siswa

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kesulitan Membuat Projek

SS
4%
TS
0.39
S
57%

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Membuat Projek

6) Butir pernyataan keenam yaitu kesulitan mempresentasikan hasil projek yang

telah dibuat didepan kelas bersama dengan kelompok, hal ini diperoleh

jawaban siswa sebanyak 0% menjawab sangat setuju, sebanyak 31% siswa

menjawab setuju, 69% siswa menjawab tidak setuju, dan 0% siswa


75

menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil analisis jawaban siswa dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Kesulitan Mempresentasikan Hasil Projek

S
31%

TS
0.69

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Mempresentasikan Hasil Projek

7) Butir pernyataan ketujuh yaitu kesulitan memberikan pendapat pengalaman

belajar selama pengerjaan proyek, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak

0% menjawab sangat setuju, sebanyak 21% siswa menjawab setuju, 71%

siswa menjawab tidak setuju, dan 8% siswa menjawab sangat tidak setuju.

Adapun hasil analisis jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Kesulitan Memberikan Pendapat Pengalaman Projek

STS S
0.08 0.21

TS
0.71

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Memberikan Pendapat Pengalaman Projek

8) Butir pernyataan ke-8 yaitu model PjBL ketika pembelajaran IPA tentang

materi siklus air sulit dipahami, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak
76

0% menjawab sangat setuju, sebanyak 23% siswa menjawab setuju, 77%

siswa menjawab tidak setuju, dan 0% siswa menjawab sangat tidak setuju.

Adapun hasil analisis jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Kesulitan siswa dalam memahami materi dengan model


PjBL

S
0.23

TS
0.77

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan siswa dalam memahami materi dengan model
PjBL
9) Butir pernyataan ke-9 yaitu kesulitan menjelaskan kembali materi siklus air,

hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 7% menjawab sangat setuju,

sebanyak 53% siswa menjawab setuju, 40% siswa menjawab tidak setuju,

dan 0% siswa menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil analisis jawaban

siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kesulitan Menjelaskan Kembali Materi Siklus Air

SS
7%
TS
0.4
S
0.53

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Menjelaskan Kembali Materi Siklus Air


77

10) Butir pernyataan kesepuluh yaitu kesulitan dalam mencontohkan siklus air

dalam kegiatan sehari-hari, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 0%

menjawab sangat setuju, sebanyak 10% siswa menjawab setuju, 82% siswa

menjawab tidak setuju, dan 8% siswa menjawab sangat tidak setuju.

Adapun hasil analisis jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Kesulitan Mencontohkan Materi Siklus Air

STS S
0.08 0.1

TS
0.82

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Mencontohkan Materi Siklus Air

11) Butir pernyataan kesebelas yaitu kesulitan dalam mengklasifikasikan tahapan

siklus air, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 3% menjawab sangat

setuju, sebanyak 51% siswa menjawab setuju, 46% siswa menjawab tidak

setuju, dan 0% siswa menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil analisis

jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


78

Kesulitan Mengklasifikasikan Tahapan Siklus Air

SS
3%

TS S
0.46 0.51

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Mengklasifikasikan Tahapan Siklus Air

12) Butir pernyataan kedua belas yaitu kesulitan dalam menyimpulkan materi

siklus air, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 0% menjawab sangat

setuju, sebanyak 39% siswa menjawab setuju, 61% siswa menjawab tidak

setuju, dan 0% siswa menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil analisis

jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kesulitan Menyimpulkan Materi Siklus Air

S
0.39
TS
0.61

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Menyimpulkan Materi Siklus Air

13) Butir pernyataan ketiga belas yaitu kesulitan dalam membandingkan

peristiwa siklus air, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 3% menjawab

sangat setuju, sebanyak 18% siswa menjawab setuju, 75% siswa menjawab

tidak setuju, dan 0% siswa menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil

analisis jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


79

Kesulitan Membandingkan

SS
3% S
0.18

TS
0.79

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Membandingkan

14) Butir pernyataan keempat belas yaitu kesulitan dalam merangkum materi

siklus air, hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 0% menjawab sangat

setuju, sebanyak 33% siswa menjawab setuju, 63% siswa menjawab tidak

setuju, dan 4% siswa menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil analisis

jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kesulitan Merangkum

STS
0.04
S
0.33
TS
0.63

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Merangkum

15) Butir pernyataan kelima belas yaitu kesulitan dalam menafsirkan materi

siklus air , hal ini diperoleh jawaban siswa sebanyak 5% menjawab sangat

setuju, sebanyak 23% siswa menjawab setuju, 68% siswa menjawab tidak

setuju, dan 5% siswa menjawab sangat tidak setuju. Adapun hasil analisis

jawaban siswa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


80

Kesulitan Menafsirkan

STS SS
0.04 5%
S
0.23
TS
0.68

SS S TS STS

Gambar 4.8 Diagram Kesulitan Menafsirkan

3. Kesulitan Guru dalam menggunakan Model Project Based Learning

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep IPA

Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi guru dalam meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep IPA dengan menggunakan model project based

learning wawancara ini dilakukan kepada wali kelas VB di SDN Batujajar 2.

Tabel 4.8 Hasil Wawancara Kesulitan Guru

No. Daftar Pertanyaan Jawaban Guru


1. Apakah bapak/ibu guru terdapat Dalam melakukan tanya jawab
kendala pada saat berdiskusi tidak ada kesulitan, namun pada
dengan siswa dalam hal saat mendesain proyek dan
melakukan tanya jawab, menyusun jadwal proyek terdapat
mendesain proyek, dan menyusun kesulitan karena ada beberapa
jadwal proyek? siswa ketika dijelaskan bagaimana
sistematikanya perlu penjelasan
yang berulang hingga siswa
mengerti apa yang akan mereka
kerjakan.
2. Apakah bapak/ibu guru terdapat Tidak sulit dalam membagi siswa
kendala dalam menentukan ke dalam 6 kelompok.
kelompok untuk diskusi belajar
siswa?
3. Apakah bapak/ibu guru Cukup kesulitan, karena setiap
mengalami kesulitan ketika kelompok memiliki kendalanya
memonitor dan kemajuan proyek masing-masing dan kebanyakan
siswa pada saat pembelajaran? siswa meminta langsung untuk
diberikan solusi atas kendala
mereka jadi pengkondisian tersebut
81

No. Daftar Pertanyaan Jawaban Guru


cukup tidak kondusif.
4. Apakah bapak/ibu guru Tidak ada kesulitan, karena guru
mengalami kesulitan dalam cukup memantau dan menilai
menilai hasil proyek siswa? kelebihan dan kekurangan setiap
kelompok mempresentasikan hasil
proyek yang dikerjakan.
5. Apakah bapak/ibu guru Tidak kesulitan dalam 2 aspek
mengalami kesulitan meminta tersebut, ketika diberikan
siswa untuk berbagi pengalaman pertanyaan mengenai berbagi
dan mengevaluasi pembelajaran pengalaman para siswa spontanitas
ketika selesai pembelajaran? memberikan jawaban mereka, dan
mengevaluasi guru merefleksi apa
yang telah dilakukan selama
pembelajaran kemudian
memberikan apresiasi atas hasil
kerja proyek yang telah dikerjalan
6. Bagaimana cara bapak/ibu guru Untuk mengatasi masalah tersebut,
mengatasi masalah ketika terdapat bagaimana guru mengetahui apa
siswa yang kurang aktif pada saat yang mereka suka ketika
pembelajaran berlangsung? pembelajaran yang kita laksanakan,
contohnya memberikan model
pembelajaran yang aktif. Akan
tetapi ada siswa yang tidak aktif
biasanya kita mencari cara
bagaimana agar siswa tersebut harus
mengikuti kemudian aktif, dan guru
harus interaktif langsung kepada
siswa apa yang siswa inginkan
terhadap pembelajaran agar siswa
tersebut juga dapat aktif, dan guru
juga sebagai fasilitator bagi siswa.
7. Apakah fasilitas yang ada di Sudah menunjang pembelajaran,
sekolah dapat menunjang setiap karena untuk menunjang
pembelajaran? keberhasilan pembelajaran harus
memiliki fasilitas pembelajaran
yang memadai seperti diantara
sudah ada proyektor, laptop,
lapangan, hingga perpustkaan.
8. Apakah alokasi waktu yang Alokasi waktu sudah mencukupi
digunakan dalam
mengimplementasikan model
project based learning
mencukupi?
9. Bagaimana cara ibu menjelaskan
materi siklus air? Apakah terdapat Pada saat menjelaskan materi
82

No. Daftar Pertanyaan Jawaban Guru


kesulitan yang dialami dan
bagaimana cara mengatasinya? cukup kesulitan karena ada
beberapa siswa tidak
memperhatikan ataupun mengobrol
dan cara mengatasi hal tersebut
diberikan peringatan kemudian
diselingin dengan ice breaking
agar siswa kembali fokus.
Kemudian daya serap materi siswa
yang berbeda-beda sehingga pada
saat proses pembelajaran pada siswa
yang dengan mudah memahami
materi yang disampaikan dan ada
pula siswa yang lambat dalam
memahami materi yang
disampaikan, sehingga perlu
menjelaskannya secara berulang-
ulang.

10. Bagaimana cara ibu Tidak ada kesulitan, dalam


mencontohkan materi siklus air mengajarkannya diberikan contoh
kepada siswa? Apakah bapak/ibu dalam kehidupan sehari-hari dan
guru mengalami kesulitan dalam contoh video pembelajaran agara
mengajarkannya? Jika ya berikan siswa memahami dengan baik
alasannya! materinya.
11. Bagaimana cara ibu mengajarkan Tidak ada kesulian, siswa
siswa dalam mengklasifikasikan diberikan video pembelajaran dan
tahapan siklus air? Apakah materi tersebut dinyanyikan agar
bapak/ibu guru mengalami bisa tergambar dan agar memori
kesulitan dalam mengajarkannya? materi tersebut cepat hilang.
Jika ya berikan alasannya!
12. Apakah bapak/ibu guru Tidak kesulitan, karena siswa
mengalami kesulitan dalam sudah dijelaskan pada tahapan
mengajarkan membandingkan siklus airnya jadi untuk
peristiwa dalam siklus air kepada membandingkan siswa bisa
siswa? memahaminya.
13. Apakah bapak/ibu guru Tidak kesulitan, karena siswa
mengalami kesulitan mengajarkan sudah paham cara merangkum dan
merangkum dan menyimpulkan menyimpulkan sebuah teks bacaan.
teks bacaan siklus air kepada
siswa?
14. Apa saja kesulitan/masalah yang Kesulitan dalam implementasi
dihadapi bapak/ibu guru dalam model project based learning yaitu
menggunakan model project pengkondisian siswa pada saat
based learning meningkatkan pelaksanaannya terdapat siswa
83

No. Daftar Pertanyaan Jawaban Guru


pemahaman konsep IPA siswa? yang kesulitan dalam mengerjakan
proyek seperti tidak semua anggota
kelompok mengerjakan,
kedisiplinan ada siswa yang
kurang memperhatikan susah
diatur, mengobrol. Akan tetapi
tingkat pemahaman konsep siswa
setelah belajar menggunakan
model tersebut mengalami
peningkatan dapat dikategorikan
cukup tinggi karena hasil tersebut
bisa terlihat dari pengerjaan soal
yang telah dilakukan oleh siswa.
dan dikarenakan pada setiap tahap
pembelajaran siswa menemukan
pengetahuannya sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VB mengenai kesulitan dalam

menggunakan model pembelajaran Project Baesd Learning untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep IPA adalah diperoleh hasil sebagai berikut.

Pertanyaan ke-1 mengenai kendala dalam melakukan tanya jawab, mendesain

proyek, dan menyusun jadwal proyek, diperoleh hasil bahwa guru tidak terdapat

kendala pada saat melakukan tanya jawab dengan siswa. Akan tetapi pada saat

kegiatan mendesain proyek, dan menyusun jadwal proyek terdapat kendala

beberapa siswa masih tidak mengerti hal akan dikerjakan maka perlu penjelasan

berulang hingga siswa paham dengan yang akan dikerjakan dalam proyek.

Pertanyaan ke-2 mengenai kesulitan guru dalam membagi siswa menjadi beberapa

kelompok, diperoleh hasil bahwa guru tidak kesulitan dalam membagi siswa

menjadi 6 kelompok karena dalam proses pembagian kelompok ini siswa sudah

ditentukan sejak awal belajar tempat duduk dengan berkelompok.


84

Pertanyaan ke-3 mengenai kesulitan guru dalam memonitor dan kemajuan

proyek siswa, diperoleh hasil guru merasa cukup kesulitan dalam memonitor

siswa dikarenakan pada saat guru memantau aktivitas siswa setiap kelompok

memiliki kendalanya masing-masing dan sebagian besar para siswa meminta

langsung untuk diberikan solusi atas kendalanya oleh sebab itu kondisi tidak

kondusif. Pertanyaan ke-4 yaitu mengenai kesulitan menilai hasil proyek ketika

siswamempresentasikannya di depan kelas, dapat diperoleh guru tidak mengalami

kesulitan dalam menilai karena guru selalu memantau apa yang dilakukan oleh

siswa dan menilai apa hal yang kurang ketika siswa melaksanakan proyek agar

untuk ke depannya siswa yang melaksanakan proyek bisa menjadi lebih baik lagi.

Pertanyaan ke-5 mengenai kesulitan meminta siswa untuk berbagi pengalaman

dan mengevaluasi pembelajaran, sehingga dijawab oleh guru kegiatan tersebut

siswa langsung memberikan jawaban pengalamannya pada saat pengerjaan proyek

dan guru mengavaluasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan

memberika apresiasi atas hasil kerja proyek yang telah dikerjakan oleh para siswa.

Pertanyaan ke-6 cara mengatasi masalah ketika siswa tidak aktif ketika

pembelajaran, maka diperoleh jawaban untuk mengatasi masalah tersebut, guru

harus mengetahui apa yang mereka sukai ketika pembelajaran berlangsung,

mencari cara agar siswa tersebut dapat aktif bisa dengan memberikan ice breaking

agar siswa tersebut dapat aktif dan guru harus menjadi interaktif langsung kepada

siswa, dan guru juga sebagai fasilitator, guru harus memberikan semangat serta

motivasi untuk para siswa.


85

Pertanyaan ke-7 mengenai fasilitas yang menunjang pembelajaran, maka

diperoleh jawaban bahwa fasilitas di sekolah sudah menunjang keberhasilan

karena di sekolah sudah memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai seperti

proyektor, laptop, perpustakaan, dll.

Pertanyaan ke-8 mengenai alokasi waktu, diperoleh jawaban guru alokasi waktu

yang digunakan dalam mengimplementasikan model project based learning

sudah mencukupi. Pertanyaan ke-9 mengenai kesulitan guru menjelaskan materi

siklus air dan solusinya, diperoleh jawaban guru pada saat menjelaskan materi

guru kesulitan karena ada beberapa siswa tidak memperhatikan ataupun

mengobrol dan cara mengatasinya hal tersebut diberikan peringatan kemudian

diselingi dengan ice breaking agar siswa kembali fokus untuk memperhatikan

penjelasan materi oleh guru dan kemudian daya serap materi siswa yang

berbeda-beda sehingga pada saat proses pembelajaran pada siswa yang dengan

mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru dan ada pula siswa yang

lambat dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, sehingga perlu

menjelaskannya secara berulang-ulang.

Pertanyaan ke-10 mengenai kesulitan mencontohkan materi siklus air kepada

siswa, diperoleh jawaban guru tidak kesulitan, cukup memberikan contoh dalam

kehidupan sehari-hari dan contoh video pembelajaran agar siswa memahami

dengan baik materinya. Pertanyaan ke-11 kesulitan guru dalam

mengklasifikasikan tahapan siklus air, maka diperoleh jawaban bahwa guru tidak

mengalami kesulitan siswa diberikan video pembelajaran materi tersebut serta

dinyanyikan agar memori materi tersebut tidak cepat hilang.


86

Pertanyaan ke-12 kesulitan guru dalam mengajarkan membandingkan peristiwa

dalam siklus air kepada siswa, diperoleh jawaban guru tidak mengalami kesulitan

karena siswa sudah dijelaskan pada tahapan siklus airnya jadi untuk

membandingkan siswa dapat memahaminya dengan baik. Pertanyaan ke-13

kesulitan guru dalam mengajarkan merangkum dan menyimpulkan teks bacaan

siklus air kepada siswa, maka diperoleh jawaban bahwa guru tidak mengalami

kesulitan karena siswa sudah bisa cara merangkum dan menyimpulkan sebuah

teks bacaan.

Pertanyaan ke-14 mengenai masalah yang dihadapi dalam menggunakan model

pembelajaran project based learning untuk meningkatkan pemahaman konsep

IPA, maka diperoleh jawaban bahwa guru mengalami kesulitan ketika

pengkondisian kelas pada saat pelaksanaannya terdapat siswa yang kesulitan

dalam mengerjakan proyek dan seperti tidak semua anggota kelompok

mengerjakannya, kedisiplinan terdapat siswa yang kurang memperhatikan tidak

mudah diatur, dan sering mengobrol. Akan tetapi tingkat pemahaman konsep

siswa setelah belajar menggunakan model tersebut mengalami peningkatan

dapat dikategorikan cukup tinggi karena hasil tersebut bisa terlihat dari

pengerjaan soal yang telah dilakukan oleh siswa. dan dikarenakan pada setiap

tahap pembelajaran siswa menemukan pengetahuannya sendiri.

B. Pembahasan

1. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V

dengan menggunakan Model Project Based Learning


87

Pada awal pertemuan sebelum melakukan pembelajaran peneliti

melakukan tes awal atau pretest dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan pemahaman IPA siswa sebelum menggunakan model PjBL pada

siklus air. Adapun rata-rata hasil pretest dari 35 siswa ialah memperoleh nilai rata-

rata 42,43 dengan nilai terendah 10,00 dan nilai tertinggi 75,00. Berdasarkan data

tersebut juga diketahui bahwa yang telah tuntas KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) pada hasil uji penilaian awal (pretest) sebanyak 2 orang siswa dan yang

belum tuntas sebanyak 33 siswa. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa kemampuan awal siswa masih sangat rendah.

Pada pertemuan selanjutnya, diadakan pembelajaran di kelas selama 2

pertemuan. Pertemuan pertama, guru membahas materi siklus air, sebelum

memulai pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah PjBL, guru

memunculkan sebuah permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari siwa, sehingga akan memacu siswa untuk melakukan tanya jawab.

Hal ini akan memudahkan siswa ketika mereka nanti akan mengisi LKPD.

Adapun tahap atau langkah-langkah yang digunakan dalam model PjBL yaitu

pendahuluan yang didalamnya terdapat kegiatan apersepsi, kegiatan inti yang

didalamnya terdapat kegiatan penentuan pertanyaan mendasar, mendesain

perencanaan proyek, menyusun jadwal, pada tahap memonitor peserta didik dan

kemajuan proyek, menguji hasil, dan mengevaluasi pengalaman, serta penutup

yang terdapat kegiatan refleksi dilakukan pada pertemuan kedua dari membuat

projek hingga mempresentasikah hasilnya.


88

Pada pertemuan terakhir, peneliti melaksanakan posttest atau tes akhir

dengan tujuan agar dapat mengetahui kemampuan akhir siswa setelah

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran project

based learning. Berdasarkan hasil peningkatan kemampuan pemahaman konsep

IPA siswa, maka dilaksanakan pemberian pretest dan posttest terhadap siswa, hal

ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil kemampuan

pemahaman konsep siswa terkait materi tersebut. Hasil pretest sebelum

menggunakan model pembelajaran di kelas memperoleh rata-rata nilai yaitu

sebesar 42,43 dan hasil posttest setelah menggunakan model PjBL sebesar 75,86.

Dapat disimpulkan berdasarkan hasil nilai pretest dan posttest terdapat

peningkatan sebanyak 33,43.

Dari hasil perhitungan uji normalitas, uji paired sample t-test, dan n-gain

menggunakan aplikasi SPSS 26 mendapat hasil sebagai berikut. Uji normalitas

memiliki hasil yang terdapat pada tabel 4.3 bahwa hasil nilai signifikasi atau sig

yang pretest sebesar 0,176 dan posttest sebesar 0,216, Maka hal itu,

membuktikan bahwa signifikasi dari pretest dan posttest sebesar sig >0.05 maka

hasil data pretest dan posttest tersebut berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji

normalitas kemudian melakukan uji t menggunakan uji paired sample t-test ini

bertujuan untuk melakukan uji beda sampel berpasangan, sehingga uji t memiliki

hasil 0.000 maka terdapat peningkatan, karena dasar pengambilan keputusan

untuk uji paired sample t-test ini, jika sig (2-tailed) > 0.05 maka Ho ditolak dan

Ha diterima yang dimaksudkan terdapat peningkatan yang signifikan. Untuk hasil

perhitungan n-gain yang terdapat pada tabel 4.6 memiliki nilai rata-rata sebesar
89

0,57 atau sebesar 57%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran project based learning mengalami peningkatan pemahaman konsep

IPA siswa kelas V.

Penelitian ini di dukung dengan penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh (Solihhudin et al., 2019) berdasarkan hasil rata-rata nilai pretest

pemahaman konsep siswa sebesar 43,87, hasil rata-rata nilai posttest 58,47, hasil

uji normalitas hasil pretest dengan sig .200 berdistribusi normal dan hasil posttest

dengan sig .150 berdistribusi normal, hasil uji t dengan nilai signifikansi 0,616

maka Ha diterima dan Ho ditolak, dan hasil uji n-gain signifikansi 0,74. Hasil

tersebut menunjukkan hasil nilai pemahaman konsep siswa mengalami

peningkatan setelah digunakan model project based learning. Model

pembelajaran dengan menggunakan model project based learning dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa kelas V. Dalam

penelitian (Komarudin, 2020) adanya pengaruh positif setelah diterapkannya

model project based learning terhadap pemahaman konsep siswa sekolah dasar .

Hal ini diperkuat dengan penelitian menurut (Yulaikah et al., 2022) penggunaan

model project based learning efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep

IPA kelas V Sekolah Dasar.

4. Kesulitan siswa Kelas V dalam meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep IPA dengan menggunakan Model Project Based Learning

Berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan menunjukkan bahwa

kesulitan siswa terhadap model project based learning dalam pemahaman

konsep IPA. Adapun kesulitan siswa pada model tersebut terkendala pada tahap
90

membuat proyek sebesar 57%, mendesain, dan membuat jadwal proyek siklus

air sebesar 62% hal tersebut diakibatkan terdapat anggota yang tidak membantu

selama pengerjaan proyek. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya

menurut (Almaidah et al., 2023) siswa masih merasa kesulitan dalam

pembuatan proyek siswa disebabkan dalam mengerjakan proyek tidak semua

mengerjakan tetapi beberapa siswa saja.

Jika kesulitan siswa pada pemahaman konsep IPA terdapat pada

indikator menjelaskan sebesar 53% dan mengklasifikasikan sebesar 51%. Hal

ini disebabkan terdapat siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru

mengenai materi siklus air dengan baik dan kurangnya konsentrasi dalam

belajar. Sejalan dengan hasil penelitian menurut (Azizah et al., 2022) bahwa

kesulitan yang dialami siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep adalah

sulit dalam hal berkonsentasi ketika belajar. Penelitian yang dilakukan oleh

(Wati et al., 2022) kesulitan pemahaman konsep yang dialami siswa adalah

siswa kurang memahami konsep yang dipelajari sehingga dalam menjelaskan

kembali materi dengan kata-kata sendiri masih kesulitan dan mengklasifikan

beberapa siswa masih salah mengkategorikan materi yang telah dipelajari.

5. Kesulitan guru dalam menggunakan Model Project Based Learning untuk

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas VB mengenai kesulitan

guru dalam penggunaan model project based learning untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep IPA siswa, terdapat hasil bahwa guru mengalami

kesulitan dalam mengarahkan siswa ketika kegiatan mendesain proyek,


91

menyusun jadwal proyek terdapat kendala beberapa siswa masih tidak mengerti

hal akan dikerjakan maka perlu penjelasan berulang hingga siswa paham

dengan yang akan dikerjakan dalam proyek. Pada tahap memonitor

kesulitannya dikarenakan saat guru memantau aktivitas siswa setiap kelompok

memiliki kendalanya masing-masing dan sebagian besar para siswa meminta

langsung untuk diberikan solusi atas kendalanya oleh sebab itu kondisi kelas

menjadi tidak kondusif. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya

menurut (Winarti et al., 2022) guru mengalami kesulitan ketika memasuki tahap

pembuatan proyek siswa belum mampu merencanakan dan membuat jadwal

selama pelaksanaan belajar dari awal sampai akhir pembelajaran sehingga guru

masih banyak memonitor dan membimbing siswa selama proses pembuatan

proyek.

Kesulitan guru dalam meningkatkan pemahaman konsep terdapat pada

indikator menjelaskan materi siklus air dan solusinya, diperoleh jawaban guru

pada saat menjelaskan materi guru kesulitan karena terdapat beberapa siswa

tidak memperhatikan ataupun mengobrol dan cara mengatasinya hal tersebut

diberikan peringatan kemudian diselingi dengan ice breaking agar siswa

kembali fokus untuk memperhatikan penjelasan materi oleh guru. Masalah jika

siswa yang tidak aktif ketika pembelajaran, guru harus saling berinteraksi dengan

siswa agar siswa tersebut dapat aktif, misalnya dengan memberikan game, ice

breaking yang bisa menghidupkan kembali kelas ketika siswa mulai merasa bosan

ketika pembelajaran, karena di sini guru menjadi fasilitator untuk siswa. Hal ini

dudukung dengan penelitian sebelumnya (Fauzi & Mustika, 2022) bahwa guru
92

sebagai fasilitator harus mendorong siswa menjadi aktif ketika proses belajar

mengajar berlangsung seperti siswa diajak untuk berdiskusi, siswa diajak

berpartisipasi dalam proses belajar seperti menjawab pertanyaan yang diberikan,

selain itu guru juga memberikan kegiatan bermain sambil belajar dengan konteks

materi dan informasi mengenai materi yang sedang dibahas ini dilakukan setelah

guru selesai dalam memberikan penjelasan, sehingga akan terciptanya lingkungan

belajar menyenangkan dan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Kesulitan selanjutnya yaitu daya serap siswa yang berbeda-beda sehingga

pada saat proses pembelajaran pada siswa yang dengan mudah memahami materi

yang disampaikan oleh guru dan ada pula siswa yang lambat dalam memahami

materi yang disampaikan oleh guru, sehingga guru perlu menjelaskan secara

berulang-ulang.

Akan tetapi tingkat pemahaman konsep siswa setelah belajar

menggunakan model tersebut mengalami peningkatan dapat dikategorikan

cukup tinggi karena hasil tersebut bisa terlihat dari pengerjaan soal yang telah

dilakukan oleh siswa dan dikarenakan pada setiap tahap pembelajaran siswa

menemukan pengetahuannya sendiri. Hal ini diperkuat oleh penelitian menurut

Sari (Nugrahaeni, 2018) dalam model project based learning siswa dibiasakan

untuk menemukan sendiri konsep IPA melalui proyek yang diberikan dengan

membangun pengetahuan dalam diri siswa sendiri.


93

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

lakukan di SDN Batujajar 2 mengenai penggunaan model project based

learning untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep IPA siswa

kelas V sekolah dasar dengan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan pemahaman konsep IPA siswa menggunakan model project

based learning pada siswa kelas V SD mengalami peningkatan hal ini

terlihat dari hasil nilai rata-rata yang di peroleh siswa dalam mengikuti

pre-test, post-test, dan hasil Uji N-Gain. Hasil pretest memiliki rata-rata

42,43, hasil pada posttest memiliki rata-rata 75,86 dengan ini hasil nilai

pretest dan posttest terdapat peningkatan sebanyak 33,43, dan hasil Uji N-

Gain dengan rata-rata 0,57 maka termasuk kedalam kategori sedang.

Sedangkan nilai N-Gain persen yang diperoleh ialah 57,39 nilai ini berada

pada tafsiran cukup efektif.

2. Kesulitan yang paling banyak dialami siswa dalam pemahaman konsep

IPA adalah pada indikator menjelaskan dan mengklasifikasikan materi

yang telah dipelajari, kemudian pada dan pelaksanaan model project

based learning adalah mendesain, menyusul jadwal, dan membuat

proyek. Faktor utama yang menjadikan siswa tersebut mengalami


94

kesulitan adalah tidak fokus mendengarkan penjelasan guru mengenai

materi siklus air.

3. Kesulitan guru pada penggunaan model project based learning untuk

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep IPA adalah guru

mengalami kesulitan ketika memasuki tahap pembuatan proyek siswa

belum mampu merencanakan dan membuat jadwal selama pelaksanaan

belajar dari awal sampai akhir pembelajaran sehingga guru masih

banyak memonitor dan membimbing siswa selama proses pembuatan

proyek dan dalam menjelaskan materi disebabkan siswa cenderung

mengobrol, tidak memperhatikan saat penjelasan materi berlangsung.

B. Saran
Dari hasil penelitian ini, peneliti membuat saran bagi beberapa pihak

diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Peneliti berharap bahwa melalui penelitian ini dapat menjadi

rujukan, sehingga sekolah dapat merekomendasikan kepada guru-guru

untuk mencoba model pembelajaran yang tidak hanya mementingkan segi

pengetahuan dan berpusat pada guru saja, akan tetapi memperhatikan pula

dari segi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan keterampilannya.

2. Bagi Guru

Peneliti berharap dapat memberi masukan untuk guru-guru

melakukan perubahan dalam proses pembelajaran, Salah satunya

menggunakan model pembelajaran inovatif yang dapat diimplementasikan


95

dalam proses pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

konsep, memotivasi semangat belajar siswa, dan siswa berperan aktif

selama pembelajaran.

3. Bagi Siswa

Diharapkan untuk siswa agar dapat aktif dikelas dan lebih berkonsentrasi

lagi dalam belajar.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hendaknya meneliti lebih dalam lagi terkait penggunaan model

project based learning untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep IPA siswa kelas V Sekolah Dasar.


96

DAFTAR PUSTAKA

Aen, R., & Kuswendi, U. (2020). Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Siswa
Sd Menggunakan Media Visual Berupa Media Gambar Dalam Pembelajaran
IPA. COLLASE (Creative of Learning Students Elementary Education), 3(3),
99–103. https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/collase/article/view/
4273

Aisyah, N., Widiyanto, B., & Fatkhurrohman, M. A. (2018). Efektivitas


Penggunaan Alat Peraga Sistem Peredara Darah Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas VII SMPN 12 Kota Tegal. Jurnal Pendidikan MIPA
Pancasakti, 2(1), 61–67.

Alighiri, D., Drastisianti, A., & Susilaningsih, E. (2018). Pemahaman Konsep


Siswa Materi Larutan Penyangga dalam Pembelajaran Multiple Representasi.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 12(2), 2192–2200.

Anggraini, T., Sukasno, & Kusnanto, R. A. B. (2022). Model Kooperatif Tipe


Role Playing pada Pembelajaran IPS Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3),
4125–4132.

Annisak, W., & Pathoni, H. (2017). DESAIN PENGEMASAN TES


DIAGNOSTIK MISKONSEPSI BERBASIS CBT (Computer Based Test).
Jurnal EduFisika, 02(01), 1–12.

Asrul, Ananda, R., & Rosnita. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung:


Citapustaka Media.

Astutik, S. W., Kurniawan, R. Y., & Wahyuningtyas, E. (2023). Penerapan Model


Pembelajaran Windows Shopping Dikolaborasikan Dengan Project Based
Learning (PJBL) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas X-IPS 3 SMAN 1 Gedeg. Jurnal
Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Borneo, 4(2), 159–168.
97

Aulia, S. N., & Samsudin, A. (2023). Penerapan Model Inquiri Untuk Mengetahui
Gambaran Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Bunyi Pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal Sebelas April Elementary Education (SAEE), 2(1),
96–101.

Awab, Z. Al, Kosim, N., & Putri, M. N. (2021). Pembelajaran Berbasis Proyek
Pada Pelajaran Matematika Sekolah Dasar. Himpunan: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Matematika, 1(80), 77–82.

Baitty, A. N., & Sukmawati, W. (2022). Pengaruh Praktikum Perubahan Wujud


Materi Berbasis Video Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas V
Sekolah Dasar. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Budaya, 945–950.
https://doi.org/10.32884/ideas.v8i3.859

Creswell, J. W. (2017). RESEARCH DESIGN PENDEKATAN METODE


KUALITATIF, KUANTITATIF, DAN CAMPURAN (4th ed.).

Deliany, N., Hidayat, A., & Nurhayati, Y. (2019). Penerapan Multimedia


Interaktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Peserta Didik di
Sekolah Dasar. Educare, 17(2), 90–97.
http://jurnal.fkip.unla.ac.id/index.php/educare/article/view/247

Dewi, S. Z., & Ibrahim, T. (2019). Pentingnya Pemahaman Konsep Untuk


Mengatasi Miskonsepsi Dalam Materi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Universitas Garut, 13(01), 130–136.

Handayani. (2018). Peningkatan Pemahaman Konsep IPA Menggunakan Model


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing di SD. Edutainment, 6(2), 130–153.

Harsono, A. D. (2022). Pengembangan instrumen penilaian karakter siswa


berdasarkan ajaran Nung (Hanung). Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian Dan
Evaluasi Pendidikan, 10(1), 60–71.

Herlina, S., & Kelana, J. B. (2021). Pemahaman Konsep Bentuk Dan Fungsi
Bagian Tumbuhan Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning
Siswa Kelas IV SD. COLLASE (Creative of Learning Students Elementary
98

Education), 04(03), 3.

Hernikawati, D. (2021). Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Jumlah


Kunjungan Pada Situs E-Commerce Di Indonesia Menggunakan Uji T
Berpasangan. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 25(2), 191–202.
https://doi.org/10.31445/jskm.2021.4389

Jumroh, Mulbasari, A. S., & Fitriasari, P. (2018). SELF-EFFICACY SISWA


DALAM PEMBELAJARAN BASED LEARNING DI KELAS VII. Jurnal
Pendidikan Matematika RAFA, 4(1), 29–42.

Kaban, M. O., Sipayung, R., & Tanjung, D. sOFIA. (2020). Pengaruh Pola Asuh
Orangtua Terhadap Disiplin Belajar Siswa Di Kelas IV SDN 03441 Pamah.
Jurnal Guru Kita, 4(4), 10–15.

Kelana, J. B., & Pratama, D. F. (2019). Bahan Ajar IPA Berbasis Literasi Sains.
In Lekkas (Issue Oktober).

Komarudin, K., Puspita, L., Suherman, S., & Fauziyyah, I. (2020). Analisis
Pemahaman Konsep Matematis Peserta Didik Sekolah Dasar: Dampak
Model Project Based Learning Model. DIDAKTIKA TAUHIDI: Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(1), 43.
https://doi.org/10.30997/dt.v7i1.1898

Kurniawan, A. B., & Hidayah, R. (2021). Efektivitas Permainan Zuper Abase


Berbasis Android Sebagai Media Pembelajaran Asam Basa. Jurnal
Penelitian Pendidikan Matematika Dan Sains, 5(2), 317–323.

Lilis, & Kelana, J. B. (2021). Pembelajaran Pemahaman Konsep Ipa Siswa Kelas
Iv Sd Pada Materi Perambatan Bunyi Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. Attadib: Journal of
Elementary Education, 04(03), 3.

Loka Son, A. (2019). Instrumentasi kemampuan pemecahan masalah matematis:


analisis reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran dan daya beda butir soal.
Jurnal Gema Wiralodra, 10(1), 41–52.
99

Lovisia, E. (2018). Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap


hasil belajar. SPEJ (Science and Phsics Education Journal), 2(1), 1–10.

Magdalena, I. (2020). Evaluasi Pembelajaran SD (Teori dan Praktik). Sukabumi:


CV Jejak.

Magdalena, I., Ismawati, A., & Amelia, S. A. (2021). Penggunaan Evaluasi Non-
Tes Dan Kesulitannya Di SDN Gempol Sari. PENSA: Jurnal Pendidikan
Dan Ilmu Sosial, 3(2), 187–199.

Maspufah, Zuriati, D., & Fathira, V. (2022). Penerapan PjBL untuk Meningkatkan
Kemampuan Guru dalam Pengajaran Selama Pandemi Covid-19. Jurnal
ABIMASA Penganbdian Masyarakat, 5(1), 1–6.

Matondang, M. M., Rini, E. F. S., & Putri, N. D. (2021). Uji Perbandingan


Motivasi Belajar Siswa Kelas XI MIPA 2 Dan XII MIPA 2 Di SMA Negeri
1 Muaro Jambi. Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika (JSPF), 16(03), 218–
227.

Mayasari, E. (2023). Instrumen Tes Sebagai Alat Evaluasi. Jurnal Pendidikan


Dan Pengajaran, 2(1), 56–66.

Mutawally, A. F. (2021). Pengembangan Model Project Based Learning Dalam


Pembelajaran Sejarah. 1(2), 1–6.

Nahdi, D. S., Yonanda, D. A., & Agustin, N. F. (2018). Upaya Meningkatkan


Pemahaman Konsep Siswa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Pada
Mata Pelajaran Ipa. Jurnal Cakrawala Pendas, 4(2), 9.
https://doi.org/10.31949/jcp.v4i2.1050

Naibaho, D. E., Sipayung, R., & Tanjunh, D. S. (2020). Hubungan Disiplin


Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas
V di SD Negeri 24 Tanjung Bunga. SEJ (School Education Journal), 10(4),
342–351.

Niswara, R., Muhajir, M., & Untari, M. F. A. (2019). Pengaruh Model Project
100

Based Learning Terhadap High Order Thinking Skill. Mimbar PGSD


Undiksha, 7(2), 85–90.

OECD. (2019). PISA 2018 Result Combined Executive Summaries. PISA OECD
Publishing.

Pramuaji, K. A., & Loekmono, L. (2018). Uji Validitas dan Reabilitas Alat Ukur
Penelitian: Questionnaire Empathy. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling
Undiksha, 9(2), 74–78. https://doi.org/10.24036/XXXXXXXXXX-X

Priansa, D. J. (2019). Pengembangan Strategi Dan Model Pembelajaran.


Bandung: Pustaka Pelajar.

Putri, C. M., Audianti, E., & Noviyanti, S. (2022). Implementasi Model Project
Based Learning Pada Muatan IPA Kelas V SDN 34 Teratai. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(57), 290–297.

Qomariyah, N., Wirawan, R., Minardi, S., & Handayana, I. G. N. (2020).


Pendalaman Konsep Fisika Menggunakan Alat Peraga Berbasis
Mikrokontroler Pada Siswa SMA. SELAPARANG: Jurnal Pengabdian
Masyarakat Berkemajuan, 4(1), 491–495.

Rahayu, D., Metalin, A., Puspita, I., & Puspitaningsih, F. (2020). Keefektifan
Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Sikap Kerjasama Siswa
Sekolah Dasar. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 7(2), 111–122.
https://doi.org/10.25134/pedagogi.v7i2.3626.Diajukan

Rahayu, G. D., & Samsudin, A. (2019). Penerapan Model Project Based Learning
Dalam Meningkatkan Keterampilan Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Mahasiswa PGSD IKIP Siliwangi. Jurnal Ilmiah UPT
P2M STKIP Siliwangi, 6(2), 196–202.

Rahmatih, A. N., Fauzi, A., & Ermiana, I. (2020). Hubungan Motivasi Dan
Kemandirian Belajar Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar. Wahana
Sekolah Dasar, 28(2), 76–83.
101

Rismawati, M., & Hutagaol, A. S. R. (2018). Analisis Kemampuan Pemahaman


Konsep Matematika Mahasiswa PGSD STKIP Persada Khatulistiwa Sintang.
Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa, 4(April), 91–105.

Rosyidah, U., Mustika, J., Qomariyah, S., & Setiawan, F. (2020). Analisis
Pemahaman Konsep Matematis Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Dalam Mata Kuliah Aljabar Dasar. Linear: Journal of
Mathematics, 1(1), 57–67.

Sasmita, P. R., & Hartoyo, Z. (2020). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran STEM


Project-Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa.
Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika, 2(2), 136–148.

Savitri, O., & Meilana, S. F. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Flipped


Classroom Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 6(4), 7242–7249.

Sintia, I., Pasarella, M. D., & Nohe, D. A. (2022). Perbandingan Tingkat


Konsistensi Uji Distribusi Normalitas Pada Kasus Tingkat Pengangguran Di
Jawa. Jurnal Fmipa, 2(1).

Soraya, T. A. (2021). Implementasi Model Project Based Learning Untuk


Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di Kelas IV SD Negeri 2
Ngadimulyo Kabupaten Temanggung. Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Pendidikan, 8(3), 408–413.

Suciani, T., Lasmanawati, E., & Rahmawati, Y. (2018). Pemahaman Model


Pembelajaran sebagai Kesiapan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga. Jurnal Media Pendidikan,
Gizi Dan Kuliner, 7(1), 76–81.

Sudrajat, A., & Hernawati, E. (2020). Model-Model Pembelajaran.

Sugiyono, P. D. (2018). METODE PENELITIAN KOMBINASI (MIXED


METHODS). Bandung: Alfabeta.
102

Surya, A. P., Relmasira, S. C., & Hardini, A. T. A. (2018). Penerapan Model


Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Dan Kreativitas Siswa Kelas III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga.
JURNAL PESONA DASAR, 6(1), 41–54.

Ulfa, I. R. (2019). Implementasi Instrumen Penilaian Sikap Di SDN Gunungsaren


Bantul. PALAPA: Jurnal Studi Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 7(2), 251–
266.

Utami, T., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
Project Based Learning (PJBL) Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD. Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online), 2(6),
541–552.

Valen, A., & Satria, T. G. (2021). Analisis Tingkat Kesulitan Soal PAS (Penilaian
Akhir Semester) Mata Pelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu,
5(4), 2199–2208.

Wedyawati, N., & Lisa, Y. (2019). PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR.


Yogyakarta: Deepublish.

Wijaya, T. (2019). PANDUAN PRAKTIS MENYUSUN SILABUS, RPP, DAN


PENILAIAN HASIL BELAJAR. Yogyakarta: Noktah.

Winarni, W. (2019). Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi


Menggunakan Huruf Kapital Melalui Penerapan Model PJBL di SDIT
Izzatul Islam Getasan. Jurnal Manajemen Pendidikan, 14(01), 18–24.

Yasa, A. D., & Kumala, F. N. (2022). Pelatihan Pembuatan Ecobricks Pada Siswa
SD Untuk Melatih Sikap Peduli Dan Cinta Lingkungan. Jurnal Pengabdian
Kepada Mayarakat, 2(6), 5325–5330.

Yeni, W. R. (2018). Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Menggunakan


Model Quantum Teaching Di Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal FKIP
Universitas Jambi, 05(01), 1–17.
103

Yulaikah, I., & Rahayu, S. (2022). Efektivitas Pembelajaran STEM dengan Model
PjBL Terhadap Kreativitas dan Pemahaman Konsep IPA Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 223–229.

LAMPIRAN 1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing


104

LAMPIRAN 2. Surat Izin Penelitian


105

LAMPIRAN 3. Kartu Bimbingan


106
107

LAMPIRAN 4. Instrumen Penelitian (Kisi-kisi Soal, Angket Kesulitan Siswa, dan Wawancara Guru)

KISI-KISI INSTRUMEN SOAL

KOMPETENSI DASAR IPA KELAS 5


3.8 Menganalisis siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk hidup.
Indikator Bentuk Soal Kunci Jawaban Skor Ranah
Pemahaman Indikator Soal Kognitif
Konsep Soal
Mencontohkan Menelaah PG Air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup a. Memanfaatkan air dengan 1 C4
contoh manusia di bumi, maka dari itu sudah bijak
kegiatan selayaknya kita sebagai manusia harus bisa
sehari-hari menjaga kelestarian air. Berikut ini contoh
dalam menjaga kegiatan sehari-hari dalam menjaga kelestarian
kelestarian air air adalah...
a. Memanfaatkan air dengan bijak
b. Membuang sampah sembarangan
c. Menanam tanaman di pekarangan rumah
d. Boros menggunakan air
Memilih PG Perhatikan penjelasan berikut! b. 2 dan 4 1 C4
contoh 1) Menggunakan air cucian buah dan sayur
kegiatan untuk menyiram tanaman
manusia cara 2) Mengisi bak air sampai penuh setiap hari
menghemat air 3) Mencuci pakaian atau kendaraan saat kotor
4) Menampung air ujan untuk mencuci atau
menyiram tanaman.
Salah satu contoh upaya menghemat air
adalah...
108

Indikator Bentuk Soal Kunci Jawaban Skor Ranah


Pemahaman Indikator Soal Kognitif
Konsep Soal
a. 1 dan 2 c. 1 dan 3
b. 2 dan 4 d. 3 dan 4
Membandingkan Membandingk Esai Perhatikan gambar di bawah ini! Gambar 1 Banjir 10 C4
an peristiwa  Penyebab adanya
yang terjadi di penyumbatan akibat
lingkungan membuang sampah
sekitar sembarangan, penebangan
pohon secara liar, dan
minimnya area resapan air.
Gambar 1 Gambar 2  Cara mengatasinya
melakukan reboisasi jenis
Berdasarkan kedua gambar diatas coba tanaman dan pepohonan
bandingkan! Peristiwa apa yang terjadi, apa yang dapat menyerap air
penyebab terjadinya peristiwa tersebut, dan dengan cepat,
sebutkan cara mengatasinya? membudayakan membuang
sampah pada tempatnya.
Gambar 2 Kekeringan
 Penyebab Sumber air
berkurang, pemborosan air,
banyak tanaman mati, dan
kemarau panjang.
 Cara mengatasinya
menamam tanaman hijau
reboisasi, manfaatkan
sumber air secara efektif
109

Indikator Bentuk Soal Kunci Jawaban Skor Ranah


Pemahaman Indikator Soal Kognitif
Konsep Soal
dan efisien.
PG Putri menggunakan air secara berlebihan untuk a. Tidak menggangu siklus air 1 C4
kegiatan sehari-hari. Ayu menggunakan air
secukupnya. Dibandingkan perilaku Putri,
perilaku Ayu lebih mencerminkan....
a. Tidak menggangu siklus air
b. Menghambat siklus air
c. Mengganggu siklus air
d. Memacu siklus air
Menjelaskan Menguraikan Esai Air adalah salah satu sumber daya alam yang Siklus air merupakan sirkulasi 5 C4
pengertian sangat penting bagi manusia Air tidak akan (perputaran) air secara terus-
siklus air habis karena mengalami perputaran. Jelaskan menerus dari bumi ke atmosfer,
apa yang dimaksud dengan siklus air dengan lalu kembali ke bumi.
bahasamu sendiri!
Menelaah PG Berikut ini yang merupakan pasangan yang d. Transpirasi Proses penguapan 1 C4
tahapan proses tepat mengenai jenis proses yang terjadi dalam yang terjadi pada tumbuhan-
siklus air siklus air dengan keterangannya yang tepat tumbuhan di bumi
adalah...
a. Evaporasi Proses berubahnya
partikel akibat suhu
dingin
b. Kondensasi Semua bentuk hujan dari
atmosfer ke bumi
meliputi air, salju, dan es
c. Infiltrasi Proses penguapan yang
110

Indikator Bentuk Soal Kunci Jawaban Skor Ranah


Pemahaman Indikator Soal Kognitif
Konsep Soal
terjadi di laut, sungai atau
danau akibat terkena
sinar mathari
d. Transpirasi Proses penguapan yang
terjadi pada tumbuhan-
tumbuhan di bumi
Merangkum Merangkum Esai Bacalah teks berikut ini dengan seksama! Persediaan air bersih semakin 10 C5
teks yang Hari air sedunia (word water day) diperingati berkurang padahal jumlah
disajikan setiap tanggal 22 maret. Dengan adanya penduduk semakin bertambah.
dengan peringatan hari air sedunia, kita diingatkan Banyak pohon di hutan
menggunakan bahwa persediaan air bersih semakin berkurang ditebangi. Lahan-lahan hijau
bahasa sendiri padahal jumlah penduduk semakin bertambah. berubah menjadi perumahan,
Persediaan air bersih semakin berkurang karena perkantoran, dan kawasan
cadangan air tanah berkurang. industri. Berkurangnya
Cadangan air air tanah berkurang karena air cadangan air tanah
hujan tidak masuk ke dalam tanah. Sebaliknya, mengakibatkan banyak mata air
air hujan langsung mengalir ke parit, selokan, kering.
lalu ke sungai dan terus ke laut. Air hujan tidak
dapat masuk ke dalam tanah karena tidak ada
akar-akar pohon yang dapat menahan air di
dalam tanah. Banyak pohon di hutan ditebangi.
Lahan-lahan hijau berubah menjadi perumahan,
perkantoran, dan kawasan industri.
Berkurangnya cadangan air tanah
mengakibatkan banyak mata air kering. Sumur-
111

Indikator Bentuk Soal Kunci Jawaban Skor Ranah


Pemahaman Indikator Soal Kognitif
Konsep Soal
sumur gali pun cepat kering pada musim
kemarau. Akibatnya, penduduk di daerah
pedesaan kesulitan mendapatkan air bersih
untuk keperluan sehari-hari. Hasil panen pun
jauh berkurang karena tanaman pangan
kekeringan.
Buatlah rangkuman singkat dari teks diatas!
PG Persediaan air bersih di kota A semakin b. Pencemaran sungai 1 C5
berkurang, karena banyaknya limbah pabrik
dibuang secara illegal ke sungai. Maka hal
tersebut dapat menyebabkan peristiwa....
a. Penguapan air laut
b. Pencemaran sungai
c. Hujan bercampur angin
d. Kemacetan lalu lintas
Menyimpulkan Menyimpulkan Esai Cermatilah teks dibawah ini! Dapat disimpulkan bahwa 5 C5
teks yang Air cadangan akan selalu ada apabila daerah keberadaan hutan sangat
disajikan peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan penting. Hutan berperan dalam
air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan penyimpanan air. Oleh karena
mampu memperkukuh struktur tanah. Saat itu, kita harus senantiasa
hujan turun, air tidak langsung hanyut, tetapi menjaga kelestarian hutan.
air akan terserap dan tersimpan di dalam tanah.
Air yang tersimpan dalam tanah akan menjadi
air tanah. Air akan lebih mudah meresap jika
terdapat banyak tumbuhan. Air yang meresap
112

Indikator Bentuk Soal Kunci Jawaban Skor Ranah


Pemahaman Indikator Soal Kognitif
Konsep Soal
akan diserap oleh akar tumbuhan tersebut.
Adanya air dan akar di dalam tanah
menyebabkan struktur tanah menjadi kukuh
dan tidak mudah longsor.
Buatlah suatu kesimpulan dari teks tersebut!
PG Air sangat penting bagi kehidupan semua d. Jawaban a dan b benar 1 C5
makhluk hidup. Terutama manusia setiap hari
kita menggunakan air. Bagaimana jika kualitas
air yang kita gunakan tidak bersih?
a. Mengancam sumber-sumber air
b. Berakibat buruk untuk kesehatan
c. Pemborosan air
d. Jawaban a dan b benar
Menafsirkan Menafsirkan PG Proses siklus air seringkali terganggu oleh ulah b. Pencemaran air 1 C5
aktivitas yang manusia itu sendiri. Pak Doni membuang
merusak siklus limbah sampah sembarangan ke area sungai,
air hal tersebut merupakan aktivitas perilaku yang
mengganggu proses siklus air pada peristiwa?
a. Penebangan hutan secara liar
b. Pencemaran air
c. Pencemaran udara
d. Pembangunan yang berlebihan
Membuat Esai Buatlah gambar skema siklus air dan Contoh gambar 20 C6
skema siklus tambahkan kalimat-kalimat untuk menjelaskan
air proses siklus air tersebut!
113

Indikator Bentuk Soal Kunci Jawaban Skor Ranah


Pemahaman Indikator Soal Kognitif
Konsep Soal

Mengklasifikasikan Mengkategorik PG Untuk menjawab soal No. 4 dan 5 a. 1 1 C6


an tahapan Perhatikan gambar berikut ini!
siklus air
Siklus air memiliki
beberapa
tahapannya.
Tahapan siklus air
evaporasi
a. 1 c. 3 ditunjukan pada
b. 2 d. 4 nomor...

Proses terjadinya kondensasi ditunjukan pada b. 2 1 C6


nomor...
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
Mengkategorik PG Perhatikan keterangan berikut. b. 2→1→4→3 1 C6
an urutan (1) Transpirasi
tahapan siklus (2) Evaporasi
air (3) Presipitasi
114

Indikator Bentuk Soal Kunci Jawaban Skor Ranah


Pemahaman Indikator Soal Kognitif
Konsep Soal
(4) Kondensasi
Urutkan tahapan siklus air yang benar yakni
nomor...
a. 1→2→3→4 c. 4→3→2→1
b. 2→1→4→3 d. 2→3→1→4
115

Soal Pretest dan Postest


Nama : ...............................................................................
Kelas : ...............................................................................
Sekolah : ...............................................................................
Hari/Tanggal : ............................................................................... Nilai

Petunjuk Umum
1. Tulislah identitas dengan jelas dan lengkap.
2. Perhatikan petunjuk soal dengan teliti.
3. Bacalah soal dengan baik.
4. Dahulukan menjawab pertanyaan yang dianggap paling mudah.
5. Jawablah soal langsung pada lembar soal.

Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D pada jawaban yang
paling benar!
1. Air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia di bumi, maka dari
itu sudah selayaknya kita sebagai manusia harus bisa menjaga kelestarian air.
Berikut ini contoh kegiatan sehari-hari dalam menjaga kelestarian air adalah...
a. Memanfaatkan air dengan bijak
b. Membuang sampah sembarangan
c. Menanam tanaman di pekarangan rumah
d. Boros menggunakan air
2. Perhatikan penjelasan berikut!
1) Menggunakan air cucian buah dan sayur untuk menyiram tanaman
2) Mengisi bak air sampai penuh setiap hari
3) Mencuci pakaian atau kendaraan saat kotor
4) Menampung air ujan untuk mencuci atau menyiram tanaman.
Salah satu contoh upaya menghemat air adalah...
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4
c. 1 dan 3
d. 3 dan 4
3. Putri menggunakan air secara berlebihan untuk kegiatan sehari-hari. Ayu
menggunakan air secukupnya. Dibandingkan perilaku Putri, perilaku Ayu lebih
mencerminkan....
a. Tidak menggangu siklus air
b. Menghambat siklus air
c. Mengganggu siklus air
d. Memacu siklus air
116

4. Berikut ini yang merupakan pasangan yang tepat mengenai jenis proses yang
terjadi dalam siklus air dengan keterangannya yang tepat adalah...

a. Evaporasi Proses berubahnya partikel akibat suhu dingin

b. Kondensasi Semua bentuk hujan dari atmosfer ke bumi meliputi


air, salju, dan es
c. Infiltrasi Proses penguapan yang terjadi di laut, sungai atau
danau akibat terkena sinar mathari

d. Transpirasi Proses penguapan yang terjadi pada tumbuhan-


tumbuhan di bumi

5. Persediaan air bersih di kota A semakin berkurang, karena banyaknya limbah


pabrik dibuang secara illegal ke sungai. Maka hal tersebut dapat menyebabkan
peristiwa....
a. Penguapan air laut
b. Pencemaran sungai
c. Hujan bercampur angin
d. Kemacetan lalu lintas
6. Air sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup. Terutama manusia
setiap hari kita menggunakan air. Bagaimana jika kualitas air yang kita
gunakan tidak bersih?
a. Mengancam sumber-sumber air
b. Berakibat buruk untuk kesehatan
c. Pemborosan air
d. Jawaban a dan b benar
7. Proses siklus air seringkali terganggu oleh ulah manusia itu sendiri. Pak Doni
membuang limbah sampah sembarangan ke area sungai, hal tersebut
merupakan aktivitas perilaku yang mengganggu proses siklus air pada
peristiwa?
a. Penebangan hutan secara liar
b. Pencemaran air
c. Pencemaran udara
d. Pembangunan yang berlebihan
8. Untuk menjawab soal No. 8 dan 9!
Perhatikan gambar berikut ini!

Siklus air memiliki beberapa tahapannya. Tahapan siklus


air evaporasi ditunjukan pada nomor...

a. a. 1 c. 3
117

b. b. 2 d. 4
9. Proses terjadinya kondensasi ditunjukan pada nomor...
a. a. 1 c. 3
b. b. 2 d. 4
10. Perhatikan keterangan berikut.
(1) Transpirasi
(2) Evaporasi
(3) Presipitasi
(4) Kondensasi
Urutkan tahapan siklus air yang benar yakni nomor...
a. 1→2→3→4 c. 4→3→2→1
b. 2→1→4→3 d. 2→3→1→4
Esai
1. Perhatikan gambar di bawah ini!

Gambar 1 Gambar 2
Berdasarkan kedua gambar diatas coba bandingkan! Peristiwa apa yang
terjadi, apa penyebab terjadinya peristiwa tersebut, dan sebutkan cara
mengatasinya?
Jawab: ............................................................................................................
............
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Air adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia Air
tidak akan habis karena mengalami perputaran. Jelaskan apa yang dimaksud
dengan siklus air dengan bahasamu sendiri!
Jawab: ..................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

3. Bacalah teks berikut ini dengan seksama!


Hari air sedunia (word water day) diperingati setiap tanggal 22 maret.
Dengan adanya peringatan hari air sedunia, kita diingatkan bahwa persediaan
air bersih semakin berkurang padahal jumlah penduduk semakin bertambah.
118

Persediaan air bersih semakin berkurang karena cadangan air tanah


berkurang.
Cadangan air air tanah berkurang karena air hujan tidak masuk ke dalam
tanah. Sebaliknya, air hujan langsung mengalir ke parit, selokan, lalu ke
sungai dan terus ke laut. Air hujan tidak dapat masuk ke dalam tanah karena
tidak ada akar-akar pohon yang dapat menahan air di dalam tanah. Banyak
pohon di hutan ditebangi. Lahan-lahan hijau berubah menjadi perumahan,
perkantoran, dan kawasan industri.
Berkurangnya cadangan air tanah mengakibatkan banyak mata air kering.
Sumur-sumur gali pun cepat kering pada musim kemarau. Akibatnya,
penduduk di daerah pedesaan kesulitan mendapatkan air bersih untuk
keperluan sehari-hari. Hasil panen pun jauh berkurang karena tanaman
pangan kekeringan.
Buatlah rangkuman singkat dari teks diatas!
Jawab:

..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

4. Cermatilah teks dibawah ini!


Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia.
Daerah resapan air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan mampu
memperkukuh struktur tanah. Saat hujan turun, air tidak langsung hanyut,
tetapi air akan terserap dan tersimpan di dalam tanah. Air yang tersimpan
dalam tanah akan menjadi air tanah. Air akan lebih mudah meresap jika
terdapat banyak tumbuhan. Air yang meresap akan diserap oleh akar
tumbuhan tersebut. Adanya air dan akar di dalam tanah menyebabkan struktur
tanah menjadi kukuh dan tidak mudah longsor.
Buatlah kesimpulan dari teks tersebut!
Jawab:
..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................
119

..............................................................................................................................

5. Buatlah gambar skema siklus air dan tambahkan kalimat-kalimat untuk


menjelaskan proses siklus air tersebut!
120

ANGKET KESULITAN SISWA

Nama Siswa :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan cara
memberikan tanda ceklis (√) pada kolom yang disediakan.
Keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya mengalami kesulitan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
2. Saya merasa kesulitan merencanakan dan
membuat jadwal proyek media diorama siklus
air.
3. Saya merasa kesulitan dalam mengerjakan soal
yang terdapat di LKPD.
4. Saya merasa kesulitan ketika belajar secara
berkelompok.
5. Saya merasa kesulitan dalam membuat proyek
media diorama tentang materi siklus air.
6. Saya merasa kesulitan mempresentasikan hasil
proyek yang telah dibuat didepan kelas
bersama dengan kelompok.
7. Saya kesulitan memberikan pendapat
pengalaman belajar selama pengerjaan proyek
8. Cara belajar yang baru saja berlangsung ketika
pembelajaran IPA materi siklus air sulit untuk
dipahami.
9. Saya merasa kesulitan ketika diminta
menjelaskan kembali mengenai materi siklus
air.
10. Saya kesulitan dalam mencontohkan siklus air
dalam kegiatan sehari-hari.
11. Saya merasa kesulitan mengklasifikasikan
gambar yang termasuk tahapan dari siklus air.
12. Saya merasa kesulitan dalam menyimpulkan
teks tentang siklus air.
13. Saya merasa kesulitan untuk membandingkan
peristiwa siklus air yang terjadi di lingkungan
121

No. Pernyataan STS TS S SS


sekitar.
14. Merangkum teks yang disajikan dengan
menggunakan bahasa sendiri membuat saya
kesulitan.
15. Saya kesulitan dalam menafsirkan aktivitas
yang merusak peristiwa siklus air.
122

WAWANCARA GURU

Nama Guru :
Kelas :
Hari/Tanggal :
No. Daftar Pertanyaan Jawaban Guru
1. Apakah bapak/ibu guru terdapat
kendala pada saat berdiskusi
dengan siswa dalam hal melakukan
tanya jawab, mendesain proyek,
dan menyusun jadwal proyek?

2. Apakah bapak/ibu guru terdapat


kendala dalam menentukan
kelompok untuk diskusi belajar
siswa?
3. Apakah bapak/ibu guru mengalami
kesulitan ketika memonitor dan
kemajuan proyek siswa pada saat
pembelajaran?
4. Apakah bapak/ibu guru mengalami
kesulitan dalam menilai hasil
proyek siswa?
5. Apakah bapak/ibu guru mengalami
kesulitan meminta siswa untuk
berbagi pengalaman dan
mengevaluasi pembelajaran ketika
selesai pembelajaran?
6. Bagaimana cara bapak/ibu guru
mengatasi masalah ketika terdapat
siswa yang kurang aktif pada saat
pembelajaran berlangsung?
7. Apakah fasilitas yang ada di
sekolah dapat menunjang setiap
pembelajaran?
8. Apakah alokasi waktu
yang digunakan dalam
mengimplementasikan model
project based learning
mencukupi?
9. Bagaimana cara ibu menjelaskan
materi siklus air? Apakah terdapat
kesulitan yang dialami dan
123

No. Daftar Pertanyaan Jawaban Guru


bagaimana cara mengatasinya?
10. Bagaimana cara ibu mencontohkan
materi siklus air kepada siswa?
Apakah bapak/ibu guru mengalami
kesulitan dalam mengajarkannya?
Jika ya berikan alasannya!

11. Bagaimana cara ibu mengajarkan


siswa dalam mengklasifikasikan
tahapan siklus air? Apakah
bapak/ibu guru mengalami
kesulitan dalam mengajarkannya?
Jika ya berikan alasannya!
12. Apakah bapak/ibu guru mengalami
kesulitan dalam mengajarkan
membandingkan dan menafsirkan
peristiwa dalam siklus air kepada
siswa?
13. Apakah bapak/ibu guru
mengalami kesulitan mengajarkan
merangkum dan menyimpulkan
teks bacaan siklus air kepada
siswa?
14. Apa saja kendala/masalah yang
dihadapi bapak/ibu guru untuk
meningkatkan pemahaman konsep
IPA siswa menggunakan model
project based learning?
124

LAMPIRAN 5. Perangkat Pembelajaran (RPP, Instrumen Penilaian, Media Pembelajaran,


dan LKPD)
1. RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SDN Batujajar 02
Kelas/Semester : V/II
Tema : 8 “Lingkungan Sahabat Kita”
Sub Tema : 1 “Manusia dan Lingkungan”
Pembelajaran Ke :2
Mata Pelajaran : IPA
Alokasi Waktu : 2 kali pertemuan
Hari/Tanggal : Februari 2023
I. KOMPETESNSI DASAR DAN INDIKATOR
KOMPETESNSI DASAR INDIKATOR
3.8 Menganalisis siklus air dan dampaknya 3.8.1 Menelaah (C5) manfaat siklus air untuk
pada peristiwa di bumi serta kelangsungan keberlangsungan makhluk hidup
makhluk hidup. 3.8.2 Menyimpulkan (C5) tahapan siklus air
4.8 Membuat karya tentang skema siklus air 4.8.1 Mendesain (P5) proyek media diorama
berdasarkan informasi dari berbagai sumber siklus air berdasarkan dari hasil pengamatan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Setelah siswa dan guru menyimak video pembelajaran mengenai siklus air yang
ditampilkan pada powerpoint, siswa mampu menelaah (C5) manfaat siklus air untuk
keberlangsungan makhluk hidup dengan benar.
2. Setelah siswa dan guru menyimak video dan materi mengenai siklus air yang
ditampilkan pada powerpoint, siswa mampu menyimpulkan (C5) tahapan siklus air
dengan benar.
3. Setelah siswa dan guru terlibat aktif dalam diskusi kelompok, siswa dapat mendesain
(P5) proyek media diorama siklus air berdasarkan dari hasil pengamatan dengan benar.
III. MATERI PEMBELAJARAN
Siklus Air
IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran: Model Project Based Learning (PjBL)
Pertemuan 1

Kegiatan Langkah-
dan Alokasi Deskripsi Kegiatan Pembelajaran langkah Model
Waktu
Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
Awal menyapa siswa, menanyakan kabar, dan kondisi
(15 menit) kesehatan mereka dan mengajak semua siswa berdo’a
menurut agama dan keyakinan masing-masing (Selama
berdoa guru mengamati sikap siswa dengan seksama saat
berdoa) (PPK Religius)
125

2. Siswa diingatkan oleh guru untuk menyiapkan diri agar


siap belajar dengan baik secara fisik maupun psikis,
dengan memeriksa kerapihan, dan bersikap disiplin
penuh semangat mengikuti pembelajaran. (PPK Disiplin)
3. Guru menanyakan kehadiran siswa dan kebersihan
ruang tempat belajar siswa di kelas (bersih, rapi dan
nyaman atau belum). (PPK Kemandirian)
4. Guru bersama siswa menyanyikan lagu "Garuda
Pancasila" dan menyimak penjelasan guru berkenaaan
dengan pentingnya menanamkan rasa nasionalisme
(PPK Nasionalis)
5. Guru melakukan (apersepsi) dengan menanyakan
kembali kepada siswa tentang materi pembelajaran
sebelumnya.
6. Siswa menyimak penjelasan tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru.
7. Siswa diarahkan oleh guru untuk melakukan ice
breaking “lagu siklus air” (Neuro Sains)

Kegiatan Inti 1. Guru bertanya kepada siswa mengenai: Tahap 1:


(60 menit) - Coba sebutkan apa saja manfaat air untuk kehidupan Menentukan
sehari-hari? pertanyaan
- Kenapa air yang kita pakai tidak pernah habis? mendasar
(4C-Comunicatiaon & Critical Thinking)
2. Siswa diminta untuk mengamati dan menelaah video
dan powerpoint mengenai siklus air yang ditampilkan
oleh guru (TPACK) (4C-Critical Thinking)
3. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan tahapan
dalam siklus air (4C-Comunicatiaon)
4. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara heterogen Tahap 2:
melalui bimbingan guru (4C-Collaboration) Mendesain
5. Guru memberikan LKPD kepada siswa untuk dikerjakan perencanaan
secara berkelompok. (4C-Collaboration, projek
Communication, & Critical Thinking)
6. Siswa berdiskusi mengenai mendesain proyek
pembuatan media diorama siklus air berdasarkan hasil
pengamatan dari video dan gambar meliputi pembagian
tugas, langkah-langkah, persiapan alat dan bahan yang
dibutuhkan, dengan bimbingan guru (4C-
Communication, Collaboration, Critical Thinking,
Creativity)
7. Siswa dan guru membuat kesepakatan mengenai jadwal Tahap 3:
pembuatan mendesain proyek media diorama siklus air. Menyusun
(4C-Collaboration & Communication) jadwal
8. Siswa diarahkan dan diingatkan untuk menyelesaikan
proyek sesuai jadwal yang telah disepakati yaitu 15 menit
126

untuk merencanakan pembuatan media diorama dan


membagi tugas dalam kelompok, 30 menit untuk
mengerjakan proyek media diorama siklus air, dan 10
menit untuk memberikan tulisan berupa keterangan pada
medianya. (4C-Collaboration & Communication)
Kegiatan 1. Guru dan siswa merefleksikan dan menyimpulkan hasil
Penutup kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan
(15 menit) (4C-Comunication)
2. Guru memberikan penguatan, motivasi, dan apresiasi
atas hasil kerja siswa.
3. Sebagai penutup siswa diajak untuk bersyukur atas ilmu
dan semua kegembiraan yang telah mereka rasakan di
hari ini dengan mengucapkan hamdallah dan berdoa
bersama. Guru juga mengingatkan tentang sikap berdoa
yang baik. (PPK-Religius)

Pertemuan 2
Kegiatan Langkah-
dan Alokasi Deskripsi Kegiatan Pembelajaran langkah Model
Waktu
Kegiatan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
Awal menyapa siswa, menanyakan kabar, dan kondisi
(15 menit) kesehatan mereka dan mengajak semua siswa berdo’a
menurut agama dan keyakinan masing-masing (Selama
berdoa guru mengamati sikap siswa dengan seksama saat
berdoa) (PPK Religius)
2. Siswa diingatkan oleh guru untuk menyiapkan diri agar
siap belajar dengan baik secara fisik maupun psikis,
dengan memeriksa kerapihan, dan bersikap disiplin
penuh semangat mengikuti pembelajaran. (PPK Disiplin)
3. Guru menanyakan kehadiran siswa dan kebersihan
ruang tempat belajar siswa di kelas (bersih, rapi dan
nyaman atau belum). (PPK Kemandirian)
4. Guru bersama siswa menyanyikan lagu "Garuda
Pancasila" dan menyimak penjelasan guru berkenaaan
dengan pentingnya menanamkan rasa nasionalisme
(PPK Nasionalis)
5. Guru melakukan (apersepsi) dengan menanyakan
kembali kepada siswa tentang materi pembelajaran
sebelumnya.
6. Siswa menyimak penjelasan tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru.
7. Siswa diarahkan oleh guru untuk melakukan ice
breaking “lagu siklus air” (Neuro Sains)

Kegiatan Inti Pertemuan 2 Tahap 4:


127

(60 menit) 9. Siswa mengerjakan proyek media diorama dengan di Memonitor


monitoring oleh guru serta mengecek sejauh mana peserta didik
pembuatan proyek serta menanyakan kendala saat dan kemajuan
menyelesaikan proyek tersebut. (4C-Collaboration, projek
Communication, Critical Thinking Creativity).
10. Siswa yang terkendala saat pengerjaan proyek
diberikan solusi dan motivasi oleh guru (4C-
Communication)
11. Guru memantau keaktifan siswa dan memberikan
motivasi agar semangat dalam menyelesaikan proyek
12. Siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil Tahap 5:
mengerjakan proyek di depan kelas (4C- Menguji hasil
Communication)
13. Siswa dibimbing oleh guru untuk memberikan
tanggapan hasil proyek kelompok lain dan kelayakan
proyek media diorama yang telah dibuat. (4C-
Communication, Critical Thinking, & Collaboration)
14. Guru memberikan penguatan, saran, dan masukan
terhadap hasil kerja siswa.
15. Siswa bersama guru melakukan refleksi terhadap Tahap 6:
aktivitas dan hasil projek yang telah dibuat. (4C- Mengevaluasi
Comunication) pembelajaran
16. Selain itu, siswa diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan
projek tersebut.
17. Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk
dikerjakan.
Kegiatan 3. Guru dan siswa merefleksikan dan menyimpulkan hasil
Penutup kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan
(15 menit) (4C-Comunication)
4. Guru memberikan penguatan, motivasi, dan apresiasi
atas hasil kerja siswa.
3. Sebagai penutup siswa diajak untuk bersyukur atas ilmu
dan semua kegembiraan yang telah mereka rasakan di
hari ini dengan mengucapkan hamdallah dan berdoa
bersama. Guru juga mengingatkan tentang sikap berdoa
yang baik. (PPK-Religius)

V. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN


Sumber Belajar
 Buku Guru dan Buku Siswa Kelas V, Tema 8: Lingkungan Sahabat Kita, Subtema 1:
Manusia dan Lingkungan, Pembelajaran 2. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
(Revisi 2017). Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Media Pembelajaran
 Laptop dan Proyektor LCD
 Media Powerpoint materi siklus air
128

 Video Pembelajaran
 LKPD
 Bahan Ajar
VI. PENILAIAN
1. Aspek Pengetahuan
Jenis penilaian : Tes
Bentuk penilaian : PG/Esai
2. Aspek Keterampilan
Jenis penilaian : Non Tes
Bentuk penilaian : Unjuk Kerja
3. Aspek Sikap
Jenis penilaian : Non Tes
Bentuk penilaian : Observasi
Batujajar, 28 Maret 2023
Mahasiswa IKIP Siliwangi Guru Kelas V

Dina Fitriani Solihah Andini Nugrahaeni, S.Pd


NIM. 19060361 NIP. -

Kepala SDN Batujajar 02

Lilis, M.Pd
NIP. 190580197803
129

2. INSTRUMEN PENLIAIAN
Pedoman penskoran soal pilihan ganda
NOMOR
SOAL SKOR KETERANGAN
1
2
3
dst

Pedoman penskoran soal isian singkat dan uraian


NOMOR
SOAL SKOR KETERANGAN
1
2
3
4
dst
Rumus untuk memperoleh Nilai

Daftar Nilai Siswa


NO NAMA SISWA SKOR NILAI KETERANGAN
LULUS BELUM
LULUS

1 A
2 B
3 dst
130

PENILAIAN KETERAMPILAN
Muatan: IPA
Aspek Kriteria Skor
4 3 2 4
4.8.1 Mendesain 1. Siswa dapat Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa tidak
(P5) proyek media mendesain proyek memenuhi semua memenuhi 2 memenuhi 1 memenuhi satu pun
diorama siklus air media diorama kriteria penilaian kriteria penilaian kriteria penilaian kriteria penilaian
berdasarkan dari siklus air dengan keterampilan yang keterampilan yang keterampilan yang keterampilan yang
hasil pengamatan. benar telah ditetapkan. telah ditetapkan. telah ditetapkan. telah ditetapkan
2. Siswa dapat namun hadir
berkolaborasi mengikuti kegiatan
dalam memecahkan proyek
kesulitan dalam
mengerjakan
proyek media
diorama siklus air
dengan baik
3. Siswa dapat
mempresentasikan
hasil proyek dengan
baik
Skoring Rubrik Penilaian Keterampilan
4.8.1 Mendesain (P5) proyek media
No. Nama Siswa diorama siklus air berdasarkan dari Total Skor
hasil pengamatan.
4 3 2 1
1.
2.
3.
Dst
.

PENILAIAN SIKAP

Format Rubrik Penilaian Sikap


Petunjuk:
Berilah tanda ceklis (√) pada sikap setiap siswa yang terlihat
No. Nama Kerja Disiplin Tanggung Sopan & Percaya
Siswa sama Jawab Santun Diri
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1.
2.
3.
dst.

Keterangan:
1 = Ya
0 = Tidak
3. MEDIA PEMBELAJARAN POWERPOINT
4. LKPD
LAMPIRAN 6. Lembar Validasi Ahli
LAMPIRAN 7. Dokumentasi Hasil Pretest, Posttest, dan Angket

Pretest Posttest

Angket Kesulitan Siswa


LAMPIRAN 8. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelaharan Model PjBL

Penjelasan Materi

Mendesain dan Menyusun Jadwal Projek


Membuat Projek
Memonitors Kemajuan Projek Siswa

Hasil Projek Siklus Air


Mempresentasikan Hasil Projek Siklus Air
LAMPIRAN 9. Poster Penelitian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Penulis Dina Fitriani Solihah dilahirkan di

Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

Barat pada tanggal 23 Februari 2001. Anak ke-1 dari

2 orang bersaudara dari pasangan Bapak Olih Solihin

Faturrohim dan Ibu Yuli Yualiningsih. Penulis

memiliki saudara kandung yang bernama Muhammad

Hafiddudin. Pada tahun 2007 penulis lulus dari TK Khusnul Khotimah dan pada

tahun 2013 lulus dari SDN Sinar Jaya. Kemudian selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Ummul Quro dan lulus pada tahun 2016.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menegah kejuruan di SMAN 1

Batujajar 4 dan mengambil jurusan MIPA lalu lulus pada tahun 2019. Pada tahun

2019 penulis melanjutkan pendidikan S1 di IKIP Siliwangi dengan program studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Anda mungkin juga menyukai