id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Kesehatan Secara Holistik
Kesejahteraan masyarakat menurut United Nations Development Program
(UNDP) diukur oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
Development Index (HDI). IPM merupakan indikator komposit dari tiga indikator
sektor pembangunan, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Indikator
kesehatan digunakan untuk mengukur hidup sehat dan panjang umur, diukur
dengan angka harapan hidup (AHH) saat kelahiran. IPM digunakan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, berkembang, atau
terbelakang, juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi pada kualitas
hidup (United Nation Development Program, 2018).
Pada bulan September 2000, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 189 negara anggota PBB sepakat untuk
mengadopsi deklarasi milenium, yang disebut sebagai tujuan pembangunan
milenium (Millennium Development Goals – MDGs), terdiri dari delapan tujuan,
menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan dan mengartikulasi
satu gugus tujuan yang berkaitan satu sama lain ke dalam agenda pembangunan
dan kemitraan global. Semangat ini dilandasi oleh kesadaran akan pentingnya
menjaga kelangsungan hidup manusia dan lingkungan, tidak hanya untuk saat ini
tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Seiring berakhirnya periode
program MDGs pada akhir tahun 2015, 193 kepala negara yang hadir dalam
sidang umum PBB bulan September 2015, secara resmi mengesahkan Sustainable
Development Goals (SDGs) sebagai kesepakatan baru terhadap agenda
pembangunan global. SDGs terdari dari 17 tujuan. SDGs dalam sektor kesehatan
adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan
gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan (butir ke dua); menjamin
kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Promosi dan prevensi kesehatan saling berkaitan dan sering kali bertumpang
tindih. Promosi berfokus pada determinan kesehatan sedangkan prevensi berfokus
pada penyebab penyakit. Promosi kesehatan digunakan untuk memayungi usaha
prevensi. Promosi kesehatan selain mencakup usaha prevensi, juga mencakup
determinan sosial, lingkungan, dan budaya yang berpengaruh terhadap kesehatan.
Usaha promosi kesehatan terdiri dari membangun kebijakan kesehatan publik,
menciptakan lingkungan yang mendukung, memberdayakan komunitas, dan
mengembangkan ketrampilan personal (World Health Organization, 2005;
Fertman & Allensworth, 2010; Talbot & Verrinder, 2010).
Pembangunan kesehatan jiwa merupakan bagian tak terpisahkan dari
pembangunan kesehatan secara keseluruhan (holistik). Kesehatan fisik
memengaruhi kesehatan jiwa dan sebaliknya kesehatan jiwa memengaruhi
kesehatan fisik. Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering terlupakan, walaupun
bukti-bukti menunjukkan bahwa gangguan jiwa memiliki beban penyakit yang
besar, yang berdampak pada ekonomi. Memperbaiki kesehatan jiwa dan
mengurangi prevalensi gangguan jiwa akan memperbaiki kualitas hidup dan
produktivitas individu dan masyarakat (Katsching, 2006).
Kesehatan jiwa mencakup perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Jiwa yang sehat
didefinisikan oleh WHO (2003) sebagai keadaan sejahtera individu yang
menyadari kemampuannya, mampu menghadapi stresor kehidupan yang normal,
bisa bekerja secara produktif dan bermanfaat, serta mampu berperan dalam
kehidupan bermasyarakat. Jiwa yang sehat bukan sekedar tidak adanya gangguan
jiwa. Beberapa hal yang menjadi hasil dari proses belajar dari lingkungan individu
adalah efikasi diri, toleransi stres, strategi koping, dan perilaku berisiko, yang
menjadi mediator status kesehatan jiwa secara keseluruhan. Efikasi diri, toleransi
stres, strategi koping, dan perilaku berisiko dipilihsebagai variabel yang diteliti
oleh penulis, karena semuanya menggunakan pengukuran laporan diri yang
bersifst subjektik. Distres emosional dipilih sebagai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
indikator status kesehatan jiwa, karena mengukur ada tidaknya gangguan anxietas
dan depresi yang sering kali tidak terdeteksi oleh awam.
Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial, budaya, dan religi pada
masyarakat. Sementara tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama
untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan dan kemajuan tersebut. Hal
ini akan memberikan dampak yang kurang baik terutama bagi mereka yang tidak
bisa menyesuaikan diri dan menikmati kemajuan tersebut, yaitu munculnya stres
dan masalah gangguan jiwa.
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa pasal 4 dan
5 menyebutkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal
diperlukan usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan
secara terintegrasi, komperehensif, dan berkesinambungan. Upaya promosi
kesehatan jiwa bertujuan untuk: (1) Mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan jiwa masyarakat secara optimal, (2) Menghilangkan stigma,
diskriminasi, pelanggaran hak asasi orang dengan gangguan jiwa sebagai bagian
dari masyarakat, (3) Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat
terhadap kesehatan jiwa, dan (4) Meningkatkan penerimaan dan peran serta
masyarakat terhadap kesehatan jiwa. Upaya promotif di lingkungan masyarakat
dilaksanakan dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai
kesehatan jiwa serta menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif untuk
pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat. Kebutuhan akan promosi
kesehatan jiwa sama besar dengan kebutuhan akan prevensi dan kurasi. Saat ini
sebagian besar upaya pelayanan kesehatan merupakan pelayanan kuratif.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan merupakan bentuk dan salah
satu cara penyelenggaraan upaya di bidang kesehatan, baik perorangan,
kelompok, organisasi, maupun masyarakat secara terencana, terpadu, dan
berkesinambungan guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
(ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik
kelompok), dan linking (hubungan antara beberapa level dan status sosial dalam
masyarakat) (Woolcock, 2001). Modal sosial memengaruhi status kesehatan jiwa
dengan berbagai mekanisme. Masyarakat dengan modal sosial yang kuat
merupakan faktor protektif terhadap status kesehatan jiwa yang buruk.
Memperbaiki modal sosial merupakan salah satu cara dalam promosi kesehatan
jiwa. Para ahli ilmu kesehatan, pembuat kebijakan, dan institusi internasional,
termasuk WHO (2010) dan World Bank (1999), mengemukakan bahwa modal
sosial berperan dalam ketidakadilan (inequity) status kesehatan pada berbagai
populasi masyarakat. Sebagai contoh Departemen Kesehatan Inggris telah
memasukkan program pembangunan modal sosial dalam kebijakan promosi
kesehatan jiwa (Frenkel et al, 2003).
masyarakat, (5) Memiliki kemampuan yang baik dalam perencanaan program, dan
(6) Menjadi anggota organisasi dari profesinya. Berdasarkan definisi tersebut,
maka yang disebut sebagai profesional kesehatan jiwa adalah psikiater, psikolog
klinis, dan perawat jiwa. Organisasi profesi kesehatan yang ada antara lain
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI), Himpunan Psikologi
Indonesia (HIMPSI), dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sub
perawat jiwa.
Untuk mewujudkan kota Surakarta sebagai “Kota Sehat Jiwa”, diperlukan
suatu upaya model promosi kesehatan jiwa yang komprehensif. Salah satu potensi
kota Surakarta yang bisa dimanfaatkan dalam membuat model tersebut adalah
modal sosial dan nilai budaya Jawa yang merupakan kearifan lokal masyarakat
kota Surakarta. Hingga saat ini belum ada program promosi kesehatan jiwa di
kota Surakarta yang melibatkan komponen kearifan lokal.
Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengeksplorasi variabel nilai budaya
Jawa, penulis melakukan penelitian kualitatif fenomenologis terhadap seorang
perempuan, 38 tahun, dengan identitas budaya Jawa, yang memilih bertahan
dalam pernikahannya, walaupun mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Dimensi nilai budaya Jawa, yakni meredam konflik, membuatnya merahasiakan
konflik perkawinannya, termasuk kepada ibunya. Perceraian menurutnya adalah
sesuatu yang ora ilok (tidak pantas, tidak baik), tidak sesuai dengan standar
masyarakat, sehingga ia tetap mempertahankan pernikahannya. Dari hasil
penelitian tersebut tampak bahwa nilai budaya yang dihayati oleh seseorang
berpengaruh terhadap perilaku dan kopingnya ketika menghadapi stresor.
Penelitian pendahuluan kedua untuk mengeksplorasi variabel modal sosial
yang dilakukan penulis, adalah penelitian survei terhadap 40 orang yang tinggal di
kecamatan Jebres, Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan hubungan lemah
antara tingkat modal sosial dengan tingkat stres (r=-0,282). Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner modal sosial yang diadaptasi dari Australia, dengan
dimensi kognitif, reciprocal (timbal balik), partisipasi, relasional, bounding,
bridging, dan linking. Berdasarkan teori, diketahui bahwa modal sosial yang kuat
berhubungan dengan rendahnya tingkat stres. Penulis menganalisis bahwa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
hubungan yang lemah tersebut terjadi karena kuesioner yang digunakan tidak
valid jika digunakan untuk mengukur tingkat modal sosial penduduk di Indonesia.
Oleh karenanya penulis beranggapan perlu dibuat instrumen pengukur modal
sosial yang sesuai dengan cara interaksi masyarakat Indonesia.
Beberapa permasalahan di atas, menjadi pertimbangan bagi penulis untuk
membuat penelitian dengan judul MODEL PROMOSI KESEHATAN JIWA
MELALUI INTERAKSI MODAL SOSIAL DAN NILAI BUDAYA JAWA
UNTUK MENCEGAH DISTRES EMOSIONAL. Dalam proses pembuatan
model tersebut penulis merujuk pada grand theory, yakni teori perubahan sosial;
middle theory, yakni teori pembangunan dan pemberdayaan; dan low theory,
yakni teori motivasi perlindungan di tingkat intrapersonal, teori kognitif sosial di
tingkat interpersonal, dan teori dukungan sosial di tingkat komunal. Pembuatan
model didasarkan pada kontribusi interaksi modal sosial dan nilai budaya Jawa
terhadap status kesehatan jiwa. Adapun variabel parameter kesehatan jiwa yang
dinilai adalah efikasi diri, toleransi stres, koping, dan perilaku berisiko, dan distres
emosional yang merupakan indikator status kesehatan jiwa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah gambaran dan hubungan kualitatif antara modal sosial dengan nilai
budaya Jawa masyarakat kota Surakarta?
2. Adakah hubungan kuantitatif antara modal sosial dengan nilai budaya Jawa?
3. Adakah pengaruh modal sosial terhadap distres emosional kelompok usia dewasa
penduduk kota Surakarta, melalui efikasi diri, toleransi stres, strategi koping, dan
perilaku berisiko?
4. Adakah pengaruh nilai budaya Jawa terhadap distres emosional kelompok usia
dewasa penduduk kota Surakarta, melalui efikasi diri, toleransi stres, strategi
koping, dan perilaku berisiko?
5. Bagaimanakah rumusan model promosi kesehatan jiwa di kota Surakarta?
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan permasalahan tersebut, secara umum penelitian ini
bertujuan:
1. Mengetahui gambaran serta hubungan kualitatif antara modal sosial dengan nilai
budaya Jawa masyarakat kota Surakarta.
2. Menganalisis secara kuantitatif hubungan antara modal sosial dengan nilai budaya
Jawa.
3. Menganalisis secara kuantitatif pengaruh modal sosial terhadap distres emosional
kelompok usia dewasa di kota Surakarta, melalui efikasi diri, toleransi stres,
strategi koping, dan perilaku berisiko.
4. Menganalisis secara kuantitatif pengaruh nilai budaya Jawa terhadap distres
emosional kelompok usia dewasa di kota Surakarta, melalui efikasi diri, toleransi
stres, strategi koping, dan perilaku berisiko.
5. Merumuskan model promosi kesehatan jiwa berbasis masyarakat di kota
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Membangun teori yang menjelaskan konsep modal sosial dan nilai budaya
Jawa, yang diharapkan bermanfaat bagi penelitian yang akan datang.
b. Mengaplikasikan teori perubahan sosial, pemberdayaan, dan perilaku
kesehatan dalam model promosi kesehatan jiwa.
c. Membangun teori yang menjelaskan hubungan nilai budaya Jawa dengan
status kesehatan jiwa.
d. Membangun model promosi kesehatan jiwa di kota Surakarta.
2. Manfaat metodologis
a. Mengaplikasikan metode penelitian campuran yang menggabungkan metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan sekuensial.
b. Model yang diperoleh dapat digunakan untuk penelitian Research and
Development di masa mendatang.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
3. Manfaat praktis
a. Bagi pengambil kebijakan di kota Surakarta, produk model promosi
kesehatan yang dihasilkan dapat digunakan untuk membuat program
promosi kesehatan jiwa.
b. Bagi pelaksana program promosi kesehatan jiwa, dapat menggunakan
kearifan lokal sebagai salah satu modal dalam promosi kesehatan jiwa.
c. Bagi penerima manfaat, dapat menggunakan kearifan lokal budaya Jawa
untuk memperbaiki status kesehatan jiwa individual.
E. Originalitas Penelitian
1. Penelitian Terdahulu
Dalam rangka memperoleh informasi tentang kebaruan dari penelitian ini, maka
telah dilakukan penelusuran jurnal-jurnal terdahulu. Rangkuman hasil penelusuran
jurnal terdahulu, disajikan dalam tabel berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
2 Ehsan dan Silva (2015) Journal Mengetahui hubungan Systematical Modal sosial kognitif individual
Social capital and common Community langsung antara modal review merupakan faktor protektif terhadap
mental disorder : A Health Vol sosial dan gangguan gangguan jiwa.
systematic review. 2015 jiwa yang sering Modal sosial kognitif ekologi
dijumpai, yakni menurunkan risiko menderita gangguan
anxietas dan depresi. jiwa.
3 Levula, Wilson, Harre Quality Life Meneliti hubungan Survei Isolasi sosial merupakan faktor yang
(2015), The association Research, antara skor kesehatan paling berpengaruh terhadap kesehatan
between social network Vol 25 dan faktor jaringan mental pada semua rentang usia.
factors and mental health at sosial terhadap Faktor jaringan sosial yang lain memiliki
different life stages. kesehatan mental pada pengaruh yang berbeda pada tiap
berbagai tahapan usia. tahapan usia.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
5 Alexi, Moore (2016) Seeking Hellenic Mengetahui alasan Kualitatif Partisipan memiliki pemahaman yang buruk
Help for Mental Illness: A Journal of mengapa orang tidak mengenai gangguan jiwa. Partisipan masih
Qualitative Study Among Psychology, mencari pertolongan memiliki rasa malu menderita gangguan jiwa
Greek Australians and Anglo- untuk gangguan jiwa walaupun terus menerus dilakukan kampanye
Australians. dan menemukan apakah untuk meningkatkan kesadaran mengenai
ada perbedaan budaya gangguan jiwa. Kedua kelompok menekankan
antara Anglo- pentingnya hubungan saling percaya dan
Australians dan konfidensial dengan terapis. Anglo Australia
populasi Greek lebih banyak memilih professional kesehatan
Australians. jiwa saat mencari pertolongan, sedangkan
populasi Greek Australian lebih memilih
mencari pertolongan dari pendeta.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
10 Klinders (2017) Qualitative Disertasi Mengeksplorasi Kualitatif Perbedaan etnis bukan merupakan faktor
Analysis of Social Capital in Universitas berbagai tingkat modal pengganggu dalam membangun modal
Arkansas – A Case Study Arkansas sosial di daerah rural sosial. Hasil menunjukkan perbedaan
based Approach. Arkansas. tingkat modal sosial lokal yang diukur
secara kuantitatif maupun kualitatif.
11 Raymond-Flesch, Auerswald, BMC Public Mengetahui pengaruh Kualitatif Partisipan melaporkan hidup dalam
McGlonel, Comfort, Minnis Health, sosial dan struktural keluarga dengan ikatan yang kuat.
(2017), Building Social Volume 17 terhadap perkembangan Meskipun orang tua mendorong perilaku
Capital to Promote remaja, terutama yang hidup sehat dan mobilisasi sosial, mereka
Adolescent Well Being: A berhubungan dengan tidak memiliki modal sosial bridging dan
Qualitative Study with Teens peningkatan linking, yang diperlukan remaja untuk
in A Latino Agriculture kesejahteraan dan memasuki sistem struktural. Beberapa
Community. perilaku seksual keluarga mengarahkan anak-anaknya ke
berisiko dan modal sosial negatif, misalnya gang.
kekerasan.`
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
13 Straiton, Ledesma, Donnelly BMC Mengeksplorasi faktor- Kualitatif Agama dan dukungan informal dari
(2017). A qualitative study of Woman’s faktor yang teman dan keluarga sangat membantu
Filipina immigrants’ stress, Health, 17:72 berpengaruh terhadap wanita Filipina dalam menghadapi
distress and coping: the kesehatan jiwa wanita tantangan yang mereka hadapi selama
impact of their multiple, Filipina yang bermukim tinggal dan bekerja di luar negeri.
transnational roles as women di Norwegia dan
strategi koping mereka.
14 Machisa, Christofides & Global Mengetahui faktor- Survei Dukungan sosial meliputi jaringan
Jewkes (2018), Social support Health faktor yang sosial, ikatan sosial, dan dukungan
factors associated with Action, vol berhubungan dengan masyarakat adalah faktor-faktor yang
psychological resilience 11 resiliensi psikologis berperan dalam resiliensi perempuan
among women survivors of pada perempuan korban korban kekerasan
intimate partner violence in kekerasan.
Gauteng, South Africa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
16 Sharapova, Racliff (2018), Frontiers in Mengetahui peran Survei Prediktor anxietas antenatal pada perempun
Psychosocial and Psychology, sosiodemografis dan migran adalah faktor psikososial, yakni
sociocultural factors 9 faktor risiko psikososial status sosial ekonomi, dukungan marital,
influencing antenatal anxiety pada depresi dan kehadiran keluarga di Genewa Swiss, dan
and depression in non- anxietas antenatal paritas. Prediktor depresi antenatal adalah
precarious migrant women peremuan migran dimensi akulturasi, yakni keterikatan
generasi pertama di terhadap budaya asal.
Swiss.
Mengetahui peran
akulturasi dan faktor
sosiobudaya lainnya
terhadap distres
antenatal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
18 Castaldelli-Maia, Gallinaro, British Melakukan tinjauan Systematical Stigma, kurangnya pengetahuan mengenai
Falcao, Gouttebarge, Journal of literatur mengenai review gangguan jiwa, pengalaman yang buruk,
Hitchcock, Hainline, Reardon, Sports faktor-faktor yang jadwal yang padat, dan hipermaskulinitas,
Stull (2019), Mental health Medicine, 53 menghalangi pencarian merupakan faktor-faktor yang menghalangi
symptoms and disorders in pengobatan gangguan para atlit mencari pengobatan kejiwaan.
elite athletes: a systematic jiwa dan pengaruh Kurangnya penerimaan perempuan sebagai
review on cultural influencers budaya terhada[ atlit, kurangnya penerimaan gangguan dan
and barriers to athletes keseharan jiwa pada gejala kesehatan jiwa pada atlit kulit
seeking treatment. atlit. berwarna, agama, dan orientasi terhadap
keuntungan ekonomi, merupakan faktor-
faktor budaya yang berpengaruh terhadap
kesehatan jiwa atlit.
Sumber: Resume penulis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
2. Kebaruan Penelitian
Selama ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai peran modal sosial
dan nilai budaya Jawa dalam promosi kesehatan jiwa. Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini tidak hanya membangun teori dan konsep mengenai modal
sosial dan nilai budaya Jawa di kota Surakarta, serta hubungannya dengan
kesehatan jiwa, akan tetapi juga berupaya mengkonstruksikan kedua variabel
tersebut dalam suatu model. Penelitian ini dilakukan dalam lingkup pemerintahan
kota Surakarta. Kota Surakarta dipilih karena merupakan pusat budaya Jawa,
selain kota Yogyakarta.
Ada empat jenis variabel yang diteliti dalam penelitian ini: (1) Variabel
bebas, yaitu pertama, modal sosial yang dimensinya sudah diuraikan dalam
banyak teori, dan kedua, nilai budaya Jawa, yang dimensinya diketahui lewat
penelitian kualitatif; (2) Variabel perantara, yakni efikasi diri, toleransi stres,
strategi koping, dan perilaku berisiko; dan (3) Variabel tergantung, yakni distres
emosional, dengan indikator ada tidaknya gejala depresi atau anxietas. Selain itu
dimungkinkan ada variabel proses yang terlibat, yakni internalisasi, sosialisasi,
dan enkulturasi, namun ketiganya tidak diukur dalam penelitian ini. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode campuran kualitatif kuantitatif
eksploratorik, dengan rancangan qual→ QUAN. Dengan demikian penelitian
yang dominan adalah kuantitatif.
Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan (1) Teori tentang modal sosial dan
nilai budaya Jawa masyarakat Surakarta; (2) Teori tentang hubungan modal sosial
dan nilai budaya Jawa dengan status kesehatan jiwa; (3) Instrumen pengukur
modal sosial dan nilai budaya Jawa; dan (4) Model promosi kesehatan jiwa, yang
mengkonstruksikan interaksi modal sosial dan nilai budaya Jawa.