BAB 8 Id
BAB 8 Id
8
Tenaga Kerja dan Interaksi
Kerja dan interaksi adalah dua aspek kunci dari proses pembentukan
diri manusia dalam masyarakat, atau perkembangan kebudayaan
manusia. Dalam kuliah-kuliah Hegel di Jena, menurut Habermas,
kerja dan interaksi ditampilkan sebagai sesuatu yang tidak dapat
direduksi satu sama lain: suatu hal yang menjadi fokus perhatian
penting Habermas dalam kritiknya terhadap Marx. Interaksi diatur
melalui norma-norma konsensual yang tidak memiliki hubungan
logis dengan proses kausalitas yang terlibat dalam transaksi dengan
alam. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa secara empiris keduanya
merupakan dua dunia yang terpisah dari perilaku manusia. Semua
kerja dilakukan dalam konteks sosial dan oleh karena itu bersifat
komunikatif.
Bahkan pada periode Jena, Habermas menerima, Hegel
menafsirkan kerja dan interaksi dalam sebuah teori identitas:
Geist adalah kondisi absolut dari alam. Dengan kata lain,
penjelasan Hegei mengenai pembentukan diri manusia selalu
merupakan penjelasan yang idealis. Meskipun menolak idealisme
Hegel, dan meskipun tidak memiliki akses ke kuliah-kuliah di
102 Profil dan Kritik dalam Teori Sosial
Jena, Marx tetap dapat menyesuaikan gagasan-gagasan
Labeur dan Interaksi 101
kerja dan interaksi dari Hegel: ini muncul dalam Marx, kata
Habermas, dalam bentuk dialektika kekuatan-kekuatan dan relasi-
relasi produksi." Perkembangan progresif dari kekuatan-kekuatan
produksi, oleh karena itu, memanifestasikan transformasi dunia
melalui kerja manusia. Proses pembentukan diri, dalam tulisan-
tulisan Marx, tidak lagi mengekspresikan eksternalisasi Roh, tetapi
berakar pada kondisi material keberadaan manusia. Namun, konsep
kerja dalam Marx, Habermas menekankan, tetap merupakan kategori
epistemologis; alam hanya dikonstitusikan untuk kita melalui
mediasi dalam praksis manusia. Marx mengandaikan bahwa 'alam-
dalam-dirinya sendiri' ada, tetapi ini adalah semacam tandingan
dalam pemikirannya terhadap 'benda-dalam-dirinya sendiri' dari
Kantian. kita hanya secara langsung bertemu dengan alam dalam
perubahan-perubahan praktis kita dengannya. Hal ini
'mempertahankan', menurut Habermas, 'faktisitas alam yang tak
tergoyahkan meskipun alam memiliki keterikatan historis dengan
struktur universal mediasi yang dibentuk oleh subjek-subjek yang
bekerja'.7 Perlakuan Marx terhadap tenaga kerja, dalam pandangan
Habermas, dalam beberapa hal merupakan kemajuan y a n g
menentukan atas apa yang telah ditetapkan oleh Hegel. Namun pada
saat yang sama, hal ini juga merupakan langkah mundur, karena
Marx tidak memberikan dukungan epistemologis yang memadai
untuk mempertahankan irreduksi timbal-balik a n t a r a kerja dan
tindakan. Skema analisis Marx memberikan p e n e k a n a n yang
sangat besar pada interaksi, dalam bentuk gagasan tentang hubungan
produksi. Akan tetapi, landasan subjektivitas dan refleksi diri dalam
kerangka kerja interaksi yang komunikatif tidak dipahami secara
epistemologis oleh Marx karena tempat dominan yang diberikan
pada peran kerja. Hasil ini berasal d a r i keberhasilan penolakan
Marx terhadap teori identitas Hegel. Karya-karya Marx p a d a
dasarnya tidak seimbang, dengan cara yang memiliki konsekuensi
besar bagi sejarah Marxisme selanjutnya. Dalam karya-karya
empirisnya, Marx selalu memberikan bobot yang kuat pada
r e l a s i - r e l a s i produksi dan juga pada kekuatan-kekuatan
produksi. Konsep-konsep yang secara tepat termasuk dalam yang
pertama - interaksi dalam istilah Habermas - terutama dominasi dan
ideologi, dengan demikian memiliki peran utama dalam tulisan-
tulisan empiris Marx. Namun, mereka tidak memiliki landasan
filosofis yang dinikmati oleh kerja - transformasi material dari dunia
dan kondisi eksistensi manusia - . O l e h karena itu, konsentrasi
Marx pada praksis material menjadi terbuka terhadap penekanan
yang menyesatkan: hal ini membuka jalan bagi runtuhnya interaksi
ke dalam kerja pada tingkat epistemologi. Menurut Habermas,
bahkan Marx tidak sepenuhnya
Tenaga Kerja dan 103
Interaksi
memahami implikasi dari hal ini, yang membantu mendorong
karyanya ke arah positivistik. Dalam kata-kata Habermas:
III
Referensi