Anda di halaman 1dari 5

X TP 1

A. PENGERTIAN
Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia, dapat disimpulkan
bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan dapat
menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara Indonesia
B. Ide pendiri bangsa tentang dasar Negara

a. Ada banyak tokoh yang menyampaikan pidato pada sidang pertama BPUPK.

Beberapa di antaranya: Margono, Sosrodiningrat, Soemitro, Wiranatakoesoema,


Woerjaningrat, Soerjo, Soesanto, Soedirman, Dasaad, Rooseno, dan Aris.

Kemudian ada Hatta, H. Agoes Salim, Samsoedin, Wongsonagoro, Soerachman,


Soewandi, A. Rachim, Soekiman, dan Soetardjo, Abdul Kadir, Soepomo, Hendromartono,
Mohammad Yamin, Sanoesi, Liem Koen Hian, Moenandar, Dahler, Soekarno, Ki Bagoes
Hadikoesoemo, Koesoema Atmaja, Oei Tjong Hauw, Parada Harahap, dan Boentaran,
Baswedan, Mudzakkir, dan Otto Iskandardinata.

b. Dalam Naskah Persiapan yang ditulis Moh. Yamin disebutkan bahwa Moh. Yamin
menyampaikan pidato dalam sidang BPUPK 29 Mei 1945, berisi tentang:

(1) Peri Kebangsaan,

(2) Peri Kemanusiaan,

(3) Peri Ketuhanan,

(4) Peri Kerakyatan, dan

(5) Kesejahteraan Rakyat.

c. Sementara dalam Koleksi Pringgodigdo, pidato Moh. Yamin berbeda isinya dengan
Naskah Persiapan karya Moh. Yamin sendiri.

Dalam koleksi Pringgodigdo, pidato Moh. Yamin tidak menyinggung tentang dasar
negara. Karena itulah ia diinterupsi oleh anggota sidang.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa isi pidato Moh. Yamin yang ada dalam Naskah
Persiapan diragukan kebenarannya

d. Soepomo menyampaikan pidato pada 31 Mei 1945.

Ia berbicara mengenai struktur sosial bangsa Indonesia yang ditopang oleh semangat
persatuan hidup, semangat kekeluargaan, keseimbangan lahir batin masyarakat, yang
senantiasa bermusyawarah dengan rakyatnya demi menyelenggarakan keinsyafan keadilan
rakyat.

Brian Abipraya Alcani Sutrisno(17)


X TP 1

Soepomo juga menyebutkan mengenai aliran pikiran (staatsidee) Indonesia nantinya,


yaitu negara yang integralistik.

e. Soekarno menyampaikan pidato pada 1 Juni 1945, yang berisi 5 dasar negara:

(1) Kebangsaan Indonesia,

(2) Peri kemanusiaan atau internasionalisme,

(3) Mufakat atau demokrasi,

(4) Kesejahteraan sosial, dan

(5) Ketuhanan.

Terhadap kelima dasar tersebut, Soekarno mengusulkan nama Pancasila.

f. Setelah sidang BPUPK, dibentuk Panitia Delapan dan Panitia Sembilan.

Panitia Delapan bertugas untuk mengumpulkan berbagai usulan para anggota.

Sementara, Panitia Sembilan bertugas menyusun Pembukaan Hukum Dasar.

g. Ada 9 pokok usulan yang berhasil dirangkum oleh Panitia Delapan, yaitu:

(1) Usulan yang meminta Indonesia merdeka selekas-lekasnya,

(2) Usulan yang meminta mengenai dasar negara,

(3) Usulan yang meminta mengenai soal unifikasi atau federasi,

(4) Usulan yang meminta mengenai bentuk negara dan kepala negara,

(5) Usulan yang meminta mengenai warga negara,

(6) Usulan yang meminta mengenai daerah,

(7) Usulan yang meminta mengenai agama dan negara,

(8) Usulan yang meminta mengenai pembelaan, dan

(9) Usulan yang meminta mengenai keuangan.

h. Panitia Sembilan mengadakan rapat pada 22 Juni 1945 tentang dasar negara.

Diskusi berlangsung alot ketika membahas bagaimana relasi agama dan negara,
sebagaimana juga yang tergambar dalam sidang BPUPK.

Beberapa anggota BPUPK menghendaki bahwa dasar negara Indonesia harus


berlandaskan Islam, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Sementara itu,

Brian Abipraya Alcani Sutrisno(17)


X TP 1

sebagian kelompok lain menolak menjadikan agama (dalam hal ini Islam) sebagai dasar
negara.

i. Piagam Jakarta adalah kesepakatan Panitia Sembilan, yang di dalamnya terdapat


tujuh kata dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.

C. PENERAPAN PANCASILA DALAM KONTEKS BERBANGSA

Penerapan Pancasila dalam konteks kehidupan berbangsa adalah upaya yang harus
dilakukan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berperilaku atau hidup di
masyarakat sesuai tujuan dan cita-cita Pancasila, salah satunya menciptakan harmonisasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam penerapannya, tentu saja akan memiliki
tantangan-tantangan yang cukup berat,berikut tantangan dalam penerapan Pancasila :

1. Masih banyak tindakan-tindakan tidak menghargai harkat dan martabat manusia, yang
mana hal ini bertentangan dengan sila kedua Pancasila.
2. Masih menjumpai berita yang bersifat menghasut dan memusuhi.
3. Masih ada banyak ketidakadilan di sekitar kita.

Karakter dan Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat yang Sesuai dengan Nilai-


nilai Pancasila

Berikut ini merupakan karakter atau ciri masyarakat yang telah sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila :

1. Sesuai sila kesatu, masyarakat telah menjalankan perintah agama dan menjauhi
larangannya.

2. Sesuai sila kedua, masyarakat dapat berteman atau bergaul dengan siapa pun tanpa
memandang perbedaan, seperti agama, suku, ras, dan lainnya.

3. Sesuai sila ketiga, banyak masyarakat yang turut berkontribusi untuk menjaga persatuan di
tengah kemajemukan bangsa.

4. Sesuai sila keempat, bahwa segala keputusan di masyarakat harus dilakukan dengan
bijaksana.

5. Sesuai sila kelima, keadilan bisa bermakna bahwa setiap bangsa Indonesia berada dalam
posisi yang setara.

D. PELUANG DAN TANTANGAN PENERAPAN PANCASILA

1. Peluang penerapan Pncasila

Peluang penerapan Pancasila merupakan kesempatan dan usaha mencapai persatuan dan
kesatuan dengan menerapkan nilai Pancasila.

Peluang penerapan Pancasila ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, lo.

Brian Abipraya Alcani Sutrisno(17)


X TP 1

Di era globalisasi dan digital seperti sekarang, peluang penerapan Pancasila bisa dilakukan
dengan menggunakan teknologi informasi.

Dengan teknologi informasi, kita bisa mengampanyekan nilai-nilai Pancasila ke seluruh


dunia dengan mudah dan cepat.

Sehingga praktik kehidupan sehari-hari yang berpedoman pada Pancasila bisa menjadi
inspirasi negara-negara lain di dunia.

Beberapa contoh peluang Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

- Menyuarakan dana bantuan melalui website.

- Menyuarakan Bhinneka Tunggal Ika di Media Sosial.

- Menyebarkan bantuan melalui pesan.

- Mengoreksi informasi hoaks.

- Berdiskusi jarak jauh.

- Membuat komunitas keagamaan di media sosial.

- Mendengarkan ceramah melalui video.

- Kampanye kemanusiaan melalui media sosial.

- Ikut komunitas tanaman hias.

- Konsultasi daring dengan dokter hewan.

2. Tantangan Penerapan Pancasila

Penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari juga memunculkan tantangan tersendiri,


teman-teman.

Tantangan penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

- Munculnya paham atau pemikiran baru yang bertentangan dengan nilai-nilai dan ideologi
Pancasila.

- Masuknya budaya asing yang dapat mengikis budaya asli Indonesia.

- Masuknya kebiasaan dan informasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila karena
penggunaan gadget yang berlebihan.

- Berkembangnya hoaks yang kini sangat masif di media sosial yang tak jarang bersifat
merugikan.

Brian Abipraya Alcani Sutrisno(17)


X TP 1

- Banyak ujaran kebencian dan SARA yang tidak sesuai dengan tujuan Pancasila.

- Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga nilai Pancasila.

- Banyak generasi muda yang ikut-ikutan tren tanpa memikirkan identitas bangsa.

E. PROYEK GOTONGROYONG

Gotong Royong adalah ciri khas yang masih melekat dalam kehidupan Bangsa
Indonesia .Gotong Royong berasal dari kata Gotong berarti bekerja dan royong berarti
bersama.nilai gotong royong
1.Persatuan
2.Kesatuan
3.Sosialisasi
4. sukarela
5.tolong menolong

Brian Abipraya Alcani Sutrisno(17)

Anda mungkin juga menyukai