Anda di halaman 1dari 38

PENDIDIKAN PANCASILA

UNB 04602/3 SKS

HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI


IDEOLOGI BANGSA

Nindy Callista Elvania, S.T., M.Ling.

Program Studi Ilmu Lingkungan


Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Bojonegoro
 Pada awalnya, pancasila bersumber dari nilai-nilai
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat
istiadat, serta dalam agama-agama sebagai pandangan
hidup bangsa.
 Sebagai sebuah ideologi, pancasila tidak bersifat
tertutup (statis) terhadap berbagai perubahan atau
pemikiran-pemikiran baru.
Pancasila bersifat terbuka (dinamis) yang mampu
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan baik
zaman atau pemikiran.
Dengan kata lain, pancasila mempunyai keluwesan yang
memungkinkan menerima perkembangan pemikiran-
pemikiran baru yang relevan tanpa menghilangkan hakikat
(jati diri) yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
1. Asal Mula Istilah Pancasila
Secara etimologis istilah pancasila berasal dari
bahasa sanksekerta. Menurut Mr. Moh. Yamin,
dalam bahasa sanksekerta perkataan pancasila
memiliki dua macam arti, yaitu :
a. Panca artinya lima, syila dengan vocal i pendek
artinya “batu sendi’ atau “dasar”;
b. Panca artinya lima, syiila dengan vical i panjang
artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang
penting atau yang senonoh.
Pancasila yang berlaku sekarang adalah panca
Syila dengan vocal i pendek, yakni dasar yang
memiliki lima unsur.
Pancasila berisi lima larangan dan pantangan yang
terdiri dari :
a. Panatipada veramani sikhapadam samadiyani, artinya
jangan mencabut nyawa makhluk hidup, atau dilarang
membunuh.
b. Dinna dana veramani skhapadam samadiyani, artinya
jangan mengambil barang yang tidak diberikan, atau
dilarang mencuri.
c. Komeshu micchacara veramani skhapadam
samadiyani, artinya janganlah berhubungan kelamin, atau
dilarang berzina.
d. Musawada veramani skhapadam samadiyani, artinya
janganlah berkata palsu, atau dilarang berdusta.
e. Sura meraya masjja pamada tikana veramani, Artinya
janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran,
atau dilarang meminum minuman keras.
 Dalam buku Nagarakartagama terdapat ketentuan bagi raja
yang berbunyi “yatnaggegwani pancasyiila
kertasangkarbhisekakakrama”, yang artinya raja menjalankan
dengan setia kelima pantangan (pancasila), begitu pula
upacara-upacara ibadat dan pengobatan-pengobatan.
 Dalam buku Sutasoma dikenal istilah Pancasila Krama.
Pancasila Krama itu merupakan lima dasar tingkah laku atau
perintah kesusilaan yang lima atau sering disingkat Ma Limo,
yakni :
a. Dilarang Mateni (Membunuh)
b. Dilarang Maling (Mencuri)
c. Dilarang Madon (Berzina)
d. Dilarang Mabok (Minum-minuman keras)
e. Dilarang main (berjudi)
2. Sejarah Perumusan Pancasila

Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara


berawal pada sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Dr. Radjiman Wedyodiningrat, selaku ketua
BPUPKI pada awal sidang mengajukan suatu
masalah sebagai agenda sidang. Masalah tersebut
adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Tiga orang
pembicaranya yaitu Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr.
Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno untuk memaparkan
gagasannya mengenai rumusan dasar negara
Indonesia merdeka.
a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)

Pada tanggal 29 mei 1945 BPUPKI mengadakan


sidangnya yang pertama. Pidato Mr. Muhammad
Yamin berisikan lima asas dasar negara Indonesia
merdeka yang diidam-idamkan. Kelima asas tersebut
adalah :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato, Mr. Muhammad Yamin
menyampaikan usulan secara tertulis mengenai
rancangan Undang-undang Dasar (UUD) Republik
Indonesia. Dalam rancangan UUD itu tercantum
pula rumusan lima asas dasar negara sebagai
berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan persatuan Indonesia
3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Prof. Dr. Mr. Soepomo
Pada tanggal 31 Mei 1945 Prof Dr. Mr. Soepomo tampil berpidato di
hadapan sidang BPUPKI. Dalam pidatonya itu beliau menyampaikan
tiga teori tentang pengertian negara (staats idee) yang penting dalam
mempertimbangkan dan menetapkan dasar negara. Ketiga teori
tersebut adalah :
1) Teori perseorangan (individualistis). Menurut teori ini, negara adalah
masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak sosial
antara seluruh perseorangan dalam masyarakatnya.
2) Teori negara kelas. Teori menganggap bahwa negara alat dari suatu
golongan (kelas) untuk menindas kelas lain
3) Teori negara integralistik. Menurut teori ini, negara bukanlah untuk
menjamin perseorangan atau suatu golongan saja, akan tetapi
menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu
persatuan.
Prof. Soepomo dalam pidatonya menolak tegas teori
individualistis maupun teori negara kelas. Beliau
menyarankan, Indonesia memilih teori integralistik, yang
dinilai lebih sesuai dengan semangat kekeluargaan yang
berkembang di daerah pedesaan.
Dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia,
Prof. Soepomo mengusulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pendirian negara nasional yang bersatu dalam arti
totaliter, yaitu negara yang tidak mempersatukan diri
dengan golongan terbesar, akan tetapi yang
mempersatukan semua golongan, baik golongan besar
atau kecil.
2. dianjurkan semua warga negara takluk kepada Tuhan,
supaya tiap-tiap waktu ingat kepada Tuhan
3. Untuk menjamin supaya pemimpin negara,
terutama kepala negara terus menerus
bersatu dengan rakyat, dalam susunan
pemerintahan negara Indonesia harus
dibentuk sistem badan permusyawarata.
4. Dalam lapangan ekonomi negara akan
bersifat kekeluargaan.
5. Dalam hubungan antar bangsa, dianjurkan
supaya negara Indonesia bersifat negara
Asia Timur Raya, atau sebagai anggota dari
kekeluargaan Asia Timur Raya.
c. Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 juni 1945, Ir. Soekarno
manyampaikan pidatonya dihadapan sidang
BPUPKI. Dalam pidatonya Ir. Soekarno mengajukian
secara lisan usulan lima asas sebagai dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Rumusan tersebuat
yaitu :
1) Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3) Mufakat atau Demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan
Lima asas tersebut diusulkan oleh Ir. Soekarno agar
diberi nama “Pancasila”. Kemudian beliau
mengusulkan bahwa kelima sila tersebut dapat
diperas menjadi Tri Sila yang dirumusannya :
1) Sosio Nasionalisme, yaitu Nasionalisme dan
Internasionalisme
2) Sosio Demokrasi, yaitu Demokrasi dengan
Kesejahteraan Rakyat
3) Ketuhanan Yang Maha Esa
Ir. Soekarno mengusulkan bahwa Tri Sila tersebut
masih dapat diperas lagi menjadi Eka Sila atau satu
sila yang intinya dalah “gotong-royong”.
Setelah Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya, kemudian dr. Radjiman
Wedyodiningrat selaku ketua BPUPKI menganjurkan anggotanya untuk
mengajukan usul secara tertulis, usul tersebut harus sudah masuk
paling lambat tanggal 20 Juni 1945. dibentuklah Panitia Kecil untuk
menampung dan memeriksa usulan lain mengenai rumusan dasar.
Anggota terdiri atas delapan orang (Panitia Delapan), yakni sebagai
berikut :
1) Ir. Soekarno (Ketua)
2) Mr. A.A. Maramis (anggota)
3) Ki Bagoes Hadikeoseomo (anggota)
4) K.H. Wahid Hasjim (anggota)
5) M. Soetardjo Kartohadikoesoemo (anggota)
6) Rd. Otto Iskandardinata (anggota)
7) Mr. Muhammad Yamin (anggota)
8) Drs. Mohammad Hatta (anggota)
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara BPUPKI,
Panitia Delapan, dan Tyuo Sangi In (Badan Penasihat Pemerintah Pusat
Bala Tentara jepang). Rapat dipimpin oleh ir soekarno dirumah kediaman
beliau Jl. Pegangsaan Timur No. 56 jakarta. Rapat menyetujui Indonesia
merdeka selekasnya, sebagai negara hukum yang meliki hukum dasar
dan memuat dasar/falsafat negara dalam mukahdimahnya. Untuk
menuntaskan hukum dasar maka dibentuklah Panitia Sembilan antara lain
:
1) Ir. Soekarno (Ketua)
2) Drs. Mohammad Hatta (anggota)
3) Mr. A.A. Maramis (anggota)
4) K.H. Wahid Hasjim (anggota)
5) Abdoel Kahar Meoxakir (anggota)
6) H. Agoes Salim (anggota)
7) Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
8) Mr. Achmad Soebarjo (anggota)
9) Mr. Muhammad yamin (anggota)
Pada tanggal 22 Juni 1945 panitia sembilan mengadakan rapat
dan disepakati rumusan dasar negara yang tercantum dalam
Mukadimah (Pembukaan) Hukum Dasar, yaitu :
“Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya menurut dasar Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan osial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Makadimah tersebut ditandatangani oleh Panitia Sembilan yang
dikenal dengan nama “Jakarta Carter” atau “Piagam Jakarta”.
pada tanggal 10-17 Juli 1945 Makadimah tersebut dibawa ke
sidang BPUPKI dan disepakati pada tanggal 14 Juli 1945 serta
pada tanggal 17 Juli 1945 sidang berhasil menyelesaikan
rumusan Hukum Dasar dan Pernyataan Indonesia Merdeka
Pemerintah Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Zyunby Inkai
karena Jepang kalah melawan sekutu.
Pada tanggal 8 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Mohammad
Hatta dan dr.Radjiman Wedyodiningrat berangkat ke saigon
untuk memenuhi panggilan Jenderal Besar Terauchi yang
memberikan keputusan sebagai berikut :
1)Ir. Soekarno diangkat sebagai Ketua PPKI, Drs. Mohammad
Hatta sebagai Wakil Ketua dan dr. Radjiman Wedyodiningrat
sebagai anggota.
2)Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9
Agustus 1945
3)Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia diserahkan
sepenuhnya kepada panitia
kemudian, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah
tanpa syarat dan pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk
mengesahkan naskah Hukum Dasar. Hasil nya ialah
beberapa perubahan dari Naskah Hukum Dasar,
terutama Dasar Negara pada sila pertama dalam
Mukadimah menjadi :
“Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarata/perwakilan serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
3. Fungsi Pancasila
a. Jiwa bangsa Indonesia
b. Kepribadian bangsa Indonesia
c. Pandangan hidup bangsa Indonesia
d. Dasar negara Republik Indonesia
e. Perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan
negara
f. Sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum
bagi bangsa Indonesia
g. Cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia
sedangkan fungsi pokok pancasila adalah sebagai ideologi
nasional dan dasar negara.
Fungsi Pokok Pancasila
a. Pancasila sebagai Ideologi Nasional
1) Hakikat Ideologi
Istilah ideologi dibangun dari dua kata, yaitu idea yang
berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita-
cita, serta kata logos yang berarti ilmu. Kata idea
berasal dari kosakata bahasa Yunani yaitu eidos, yang
berarti bentuk. Ada pula kata idein, yang artinya
melihat. Dengan demikian secara harfiah, ideologi
berarti ilmu tentang pengertian-pengertian dasar.
secara umum ideologi yaitu kumpulan gagasan, ide ,
keyakinan, kepercayaan, yang meyeluruh dan
sistematis serta mencangkup bidang politik, sosial,
kebudayaan, dan keagamaan.
Kandungan Sebuah Ideologi
a) Seperangkat gagasan yang disusun secara
sistematis
b) Pedoman tentang cara hidup
c) Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok
(kelas, negara)
d) Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya
Fungsi dan Peranan Ideologi

1. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan


identitasnya
2. Landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia
dan kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya
3. Kekuatan yang mampu menyemangati dan
mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan
dan mencapai tujuan
4. Pedoman dan pegangan bagi seeseorang untuk
melangkah dan bertindak
5. Memberikan arahan kepada manusia
dalam mencapai tujuan hidupnya
6. Menjembatani para pendiri negara
(founding fathers) dan para generasi
penerusnya
7. Menanamkan keyakinan akan
kebenaran perjuangan kelompoknya
atau negaranya
2) Pancasila sebagai Ideologi Negara Republik
Indonesia
Pancasila pada hakikatnya bukan mrupakan hasil
perenungan atau pemikiran seseorang atau
kelompok orang seperti halnya ideologi lain di
dunia. Akan tetapi, Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta nilai
religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri. Artinya, bangsa
Indonesia sendiri merupakan kausa materialis (asal
bahan) Pancasila.
Fungsi Pancasila dalam Kedudukannya
sebagai Ideologi Negara

a) Sebagai sumber motivasi, dengan karakteristik


sebagai berikut :
1. Ideologi Pancasila mencerminkan cara
berpikir masyarakat, bangsa, maupun negara
2. Ideologi Pancasila memandu masyarakat
menuju cita-citanya
3. Ideologi pancasila membimbing bangsa dan
negara untuk mencapai tujuannya melalui
berbagai realisasi pembangunan
b) Sebagai sumber semangat dalam berbagai
kehidupan negara, dengan karakteristik sebagai
berikut :
1. Ideologi Pancasila akan menjadi realistis
manakala terjadi orientasi yang bersifat dinamis
antara masyarakat dan ideologi Pancasila
2. Ideologi Pancasila akan bersifat dinamis,
terbuka dan antisipatif
3. Ideologi Pancasila senantiasa mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan sesuai dengan aspirasi bangsanya
b. Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar


negara sering disebut sebagai filsafat negara.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu
dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu
asas kerohanian yang meliputi suasana kebatinan
atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu
sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral
maupun hukum negara
Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara
1. Pancasila sebagai dasar negara
2. Meliputi suasana kebatinan (geistlichenhintergrund) dari
UUD RI Tahun 1945
3. Mewujudkan cita-cita hukum dasar negara(baik hukum dasar
tertulis maupun tidak tertulis)
4. Mengandung norma yang mengharukan UUD RI Tahun 1945
dan Peraturan Perundang-undangan lainnya mengandung
isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara memegang penuh nilai-nilai Pancasila
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD RI Tahun 1945,
penyelenggara negara, para pelaksana tugas pemerintahan,
penyelenggara partai politik dan golongan fungsional
lainnya.
4. GAGASAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
TERBUKA
A. Perbedaan Ideologi Terbuka dan ideologi tertutup
Ciri-ciri Ideologi Terbuka
• Sistem pemikirannya terbuka
• Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar melainkan diganti,
diambil dari harta kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat itu
sendiri
• Nilai-nilai ideologi bersikap garis besarnya saja dan tidak langsung
operasional
Ciri-ciri Ideologi Tertutup
• System pemikirannya tertutup
• Adanya sifat pemaksaan terhadap ideologi merupakan cita-cita
sekolompok orang, bukan berasal dari masyarakat atau bangsa
• Isinya bukan hanya nilai-nilai atau cita-cita tertentu melainkan terdiri atas
tuntutan-tuntutan yang nyata operasional dan diajukan dengan mutlak
B. Perbedaan Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka

Keterbukaan ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai


sebagai berikut :
1) Nilai dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila,
yangbbersifat universaal.
2) Nilai Instrumental, yaitu penjabaran lebih lanjut dari
nilai-nilai dasar ideologi Pancasila.
3) Nilai praksis, yaitu realisasi nilai-nilai instrumental
dalam suatu pengalaman nyata dalam kehidupan
sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pancasila Sebagai Ideologi Trebuka Secara
Struktural Memiliki 3 Dimensi, Yaitu :
a) Dimensi Idealisme, yang menekankan bahwa nilai-
nilai dasar yang terkandung dalam pancasila yang
bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, pada
hakikatnya bersumber pada filsafat Pancasila.
b) Dimensi Normatif, bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu
sistem norma, sebagaimana terkaqndung dalam
norma keagamaan.
c) Dimensi Realitas, bahwa suatu ideologi harus
mampu mencerminkan realitas kehidupan yang
berkembangan dalam masyarakat.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila
sebagai ideologi terbuka, maka ideologi Pancasila :

a) Tidak bersifat utopis, yaitu merupakan sistem ide-


ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari
secara nyata.
b) Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang
bersifat tertutup, melainkan suatu norma yang
bersifat ideaqlis, nyata dan reformatif yang mampu
melakukan perubahan.
c) Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis,
yang hanya menekankan pada segi praktis-praktis
belaka tanpa adanya aspek idealisme.
3. Pancasila Sebagai Pradigma
Pembangunan
a. Pengertian pradigma pembangunan
Pradigma pembangunan adalah suatu
model, pola yang merupakan sitem
berfikir sebagai upaya untuk
melaksanakan perubahan yang
direncanakan guna mewujudkan cita-
cita kehidupan masyarakat menuju
hari esok yang lebih baik.
Perwujudan Kedudukan Pancasila
Sebagai Pradigma Pembangunan
Mencakup Dalam Hal:
1) Iptek, yaitu dengan ;
• Tidak hanya memikirkan yg ditemukann dan
diciptakan, tetapi juga harus mempertimbangkan
maksud & akibatnya
• Harus bersifat beradab
• Dapat mengembangkan nasionalisme
• Berlandaskan nilai-nilai demokrasi
• Menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan
2) Bidang politik, dapat dilakukan dengan
cara, sbb:
• Mewujudkan tujuan negara
• Memposisikan rakyat Indonesia sebagai
subjek dalam kehidupan politik, buakn hanya
sebagai objek semata
• Sistem politik negara harus mendasarakan
pada tuntutan hak dasar kemanusiaan
• Para penyelenggara negara dan para politisi
senantias berbudi pekerti luhur
3) Bidang Ekonomi, dapat dilakukan
dengan cara :
a) Sistem ekonomi negara senantiasa
mendasarkan pada pemikiran untuk
mengembangkan ekonomi atas dasar
moralitas dan ketuhanan
b) Menghindari pengembangan ekonomi yang
mengarah pada sistem monopoli dab
persaingan bebas
c) Mengembangkan sistem ekonomi
kerakyatan dan kekeluargaan
4) Bidang sosial budaya dapat diwujudkan
dengan:
a) Senantiasa berdasarkan kepada sistem
niali yangsesuai dengan nilai-nilai budaya
yang dimiliki bangsa Indonesia
b) Pembangunan ditujukan untuk
meningkatkan derajat kemerdekaan
manusia dan kebebasan spiritual
c) Menciptakan sistem sosial yang beradab
melalui pendekatan kemanusiaan secara
universal

Anda mungkin juga menyukai