Anda di halaman 1dari 2

BAB XI

(Lanjutan)
ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG
a. Tanggal 1 Juni 1945 (Ir. Soekarno)
Usulan dasar negara dalam sidang BPUPKI pertama berikutnya adalah
pidato dari Ir. Soekarno, yang disampaikannya dalam sidang tersebut secara
lisan tanpa teks. Beliau mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip
yang rumusannya adalah sebagai berikut :
1). Nasionalisme (kebangsaan Indonesia).
2). Internasionalisme (peri kemanusiaan).
3). Mufakat (demokrasi).
4). Kesejahteraan sosial.
5). Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
Lima prinsip sebagai dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno
diusulkan agar diberi nama “Pancasila” atas saran salah seorang teman beliau
ahli bahasa. Berikutnya menurut Soekarno kelima sila tersebut dapat diperas
menjdi “Tri Sila” yang meliputi :
1). Sosio nasionalisme yang merupakan sintesa dari “Kebangsaan”
(nasionalisme).
2). Sosio demokrasi yang merupakan sintesa dari “Mufakat” (demokrasi)
dengan kesejahteraan sosial.
3). Ketuhanan.
Berikutnya beliau juga mengusulkan bahwa “Tri Sila” tersebut juga dapat
diperas menjadi “Eka Sila” yang intinya adalah “gotong royong”.
Beliau mengusulkan bahwa Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia atau “Philoshopisce ground-slag” juga
pandangan dunia yang setingkat dengan aliran-aliran besar dunia atau sebagai
“weltanschsuung” dan diatas dasar itulah kita dirikan negara Indonesia. Sangat
menarik untuk dikaji bahwa beliau dalam mengusulkan dasar negara tersebut
selain secara lisan juga dalam uraiannya juga membandingkan dasar filsafat
negara “Pancasila” dengan ideologi-ideologi besar dunia seperti liberalism,
komunisme, chauvinism, kosmopolitisme, San Min Chui dan ideologi besar
dunia lainnya (Sekretariat Negara, 1995 : 63-84).
1. Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)
Hari pertama sebelum sidang BPUPKI kedua dimulai, diumumkan oleh
ketua penambahan 6 anggota baru Badan Penyelidik yaitu :
a. Abdul Fatah Hasan.
b. Asikin Natanegara.
c. Soerjo Hamidjojo.
d. Muhammad Noor.
e. Besar.
f. Abdul Kaffar.
Selain tambahan anggota BPUPKI Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia
Kecil melaporkan hasil pertemuannya yang dilakukan sejak tanggal 1 Juni yang
lalu. Menurut laporan itu pada tanggal 22 Juni 1945, Ir. Soekarno mengadakan
1
pertemuan antara Panitia Kecil dengan anggota-anggota badan Penyelidik. Yang
hadir dalam pertemuan itu berjumlah 38 anggota, yaitu anggota-anggota yang
bertempat tinggal di Jakarta dan anggota-anggota Badan Penyelidik yang
merangkap menjadi anggota Tituoo Sangi In dari luar Jakarta, dan pada waktu itu
Jakarta menjadi tempat rapat Tituoo Sangi In. Pertemuan antara 38 orang anggota
itu diadakan di gedung kantor besar Jawa Hooko Kai (Kantornya Bung Karno
sebagai Honbucco/ Sekretaris Jenderal Jawa Hooko Kai) mereka membentuk
panitia kecil yang terdiri atas 9 orang dan popular disebut “Panitia Sembilan” yang
anggotanya adalah sebagai berikut :
a. Ir. Soekarno. ----Wachid Hasyim. ------Mr. Muh. Yamin.
b. Mr. Maramis. ------Drs. Moh. Hatta. -------Mr. Soebardjo.
c. Kyai Abdul Kahar Moezakir. -----Abikoesno Tjokrosoejoso.
d. H. Agus Salim.
Panitia Sembilan ini setelah mengadakan pertemuan secara masak dan
sempurna telah mencapai suatu hasil yang baik yaitu suatu modus atau persetujuan
antara golongan Islam dengan golongan kebangsaan. Modus atau persetujuan
tersebut tertuang dalam suatu rancangan Pembukaan Hukum Dasar, rancangan
Preambul Hukum Dasar yang dipermalukan oleh panitia kecil Badan Penyelidik
dalam rapat BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945. Panitia kecil Badan Penyelidik
menyetujui sebulat-bulatnya rancangan Preambule yang disusun oleh panitia
Sembilan tersebut. Adapun bagian terakhir naskah Preambule tersebut adalah
sebagai berikut :
“.............. maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam
suatu hukum dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasarkan kepada : Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Terdapat hal yang sangat menarik perhatian juga yaitu pemakaian istilah
“hukum dasar” yang kemudian diganti dengan istilah Undang-Undang Dasar. Hal
ini menurut keterangan Prof. Soepomo dalam rapat tanggal 15 Juli 1945, bahwa
istilah hukum dalam bahasa Belanda “recht” itu meliputi yang tertulis dan tidak
tertulis. Oleh karena itu, tidak lagi digunakan istilah hukum dasar untuk rancangan
yang harus disusun oleh Panitia Perancang yang dibentuk dalam rapat 11 Juli,
adapun istilah yang benar adalah Undang-Undang Dasar.
Beberapa keputusan penting, yang patut diketahui dalam rapat BPUPKI
kedua adalah sebagai berikut : Dalam rapat tanggal 10 Juli antara lain diambil
keputusan tentang bentuk negara. Dari 64 suara (ada beberapa anggota yang tidak
hadir) yang pro Republik 55 orang yang meminta kerajaan 6 orang adapun bentuk
lain dan blangko 1 orang.

Anda mungkin juga menyukai