Anda di halaman 1dari 19

Nama : Yosina M.

R Bianome
No.UKG : 201698316068
Tugas : LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah terpilih
No. yang akan Akar Penyebab masalah Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
diselesaikan
1 semangat Pembelajaran yang Dari Kajian Literatur Dari kajian literatur dan hasil
(motivasi) belajar dilakukan dikelas 1. Strategi dalam pembelajaran sangat wawancara yang diperoleh,
siswa tergolong cenderung monoton dan dibutuhkan oleh guru pengajar Eksplorasi alternatif Solusi
rendah” kurang variatif dalam pemecahan berbagai masalah yang dapat diterapkan adalah
pembelajaran pada mata pelajaran
matematika. Agar anak didik merasa 1. Guru harus menggunakan
senang, aktif dan tidak merasa Strategi Pembelajaran
tertekan dalam mengikuti proses yang tepat agar anak didik
belajar mengajar matematika di merasa senang dan tidak
kelas. Sehingga dengan sikap yang tertekan dalam mengikuti
demikian guru dan anak didik dapat proses belajar mengajar
mencapai tujuan yang di inginkan matematika di kelas.
dalam belajar. (Maswar, 2019) 2. Guru diharapkan
2. Menurut Learning Teoris and menggunakan metode
Educational Perspective (Schunk, yang dapat
2012) menyatakan bahwa menumbuhkan daya
“permainan juga mempengaruhi minat atau antusias siswa
pembelajaran dengan meningkatkan dalam pembelajaran
motivasi. Motivasi semakin besar matematika.
ketika hubungan endogenous 3. Guru harus
(alamiah) muncul diantara konten memaksimalkan
dan makna (pengaruh khusus), penggunaan media
dimana permainan atau simulasi pembelajaran untuk
menampilkan konten.”. Dalam meningkatkan motivasi
proses pembelajarannya, metode Siswa
mathemagic akan meningkatkan 4. Guru harus melakukan
rasa percaya diri anak sehingga pendekatan personal
mereka akan mampu dan berani terhadap siswa
untuk mengerjakan soal dan 5. Guru diharapkan mampu
mencoba untuk menyelesaikannya. merancang pembelajaran
Selain itu, metode mathemagic yang menyenangkan dan
dapat menumbuhkan daya minat tidak monoton
atau antusias siswa dalam 6. Guru diharapkan mampu
mempelajari matematika. menerapkan model-model
3. Pelaksanaan pendidikan erat pembelajaran inovatif
kaitannya dengan kegiatan 7. Guru harus pintar
pembelajaran. Pembelajaran adalah memilah media yang
suatu proses untuk mengatur dan sesuai dengan materi dan
mengorganisasi lingkungan sekitar kondisi siswa.
siswa, sehingga siswa dapat
memotivasi siswa melaksanakan
proses belajar (Pane & Darwis
Dasopang, 2017). Dalam kegiatan
pembelajaran, mengandung konsep
interaksi antara siswa dengan guru,
siswa dengan sumber belajar, serta
siswa dengan lingkungan sekitar
(Faizah, 2017). Oleh karena itu,
diperlukan adanya minat dan
motivasi siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, serta
sumber belajar yang digunakan
siswa dipastikan tidak terbatas, baik
dengan lingkungan sekitar maupun
media pembelajaran pendukung
lainnya agar pembelajaran yang
dialami siswa dapat berjalan efektif
dan bermakna. Matematika
merupakan salah satu mata
pelajaran yang memiliki peranan
yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika adalah ilmu
yang berperan penting dalam
pembentukan kemampuan
matematis siswa dalam penyelesaian
suatu permasalahan (Utami et al.,
2020). Sehingga mata pelajaran
matematika ini perlu diajarkan
kepada siswa sejak dini. Mata
pelajaran matematika yang lebih
memfokuskan kepada pemecahan
masalah menggunakan cara atau
rumus matematika, membuat
sebagian siswa tidak menyukai
pelajaran matematika. Diperlukan
media untuk mengkonkritkan
materi pelajaran, penggunaan media
pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, dengan
penggunaan media pembelajaran
siswa mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna (Supriyono,
2018). Peningkatan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran diperoleh
dengan adanya pengembangan
media pembelajaran yang inovatif
dan kreatif (Audie, 2019). Hal ini
dilakukan agar dalam kegiatan
pembelajaran siswa tidak merasa
bosan dengan alur pembelajaran
yang monoton. (Pinarti dan Wiarta,
2022)
4. Guru yang kreatif dapat
memanfaatkan segala yang ada agar
interaksi belajar mengajar dapat
berlangsung dengan menyenangkan
dan membuat peserta didik
termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran. Guru dapat
mengoptimalkan kreativitasnya
memotivasi peserta didik baik dari
dalam maupun dari luar. Dari dalam
misalnya guru harus pandai
menjadi pribadi yang dekat dengan
peserta didik. Sedangkan dari luar
misalnya guru dapat memilih
metode yang tepat dan
menggunakan media yang sesuai
sehingga peserta didik termotivasi
untuk belajar (Oktiani, 2017)
5. Motivasi belajar peserta didik
berasal dari dalam (intrinsik) dan
dari luar (ekstrinsik). Agar motivasi
belajar dapat tumbuh dalam diri
siswa, maka diperlukan stimulan
salah satunya adalah guru yang
kreatif. Kreativitas guru dalam
pembelajaran dapat diterapkan
dalam dua hal yaitu dalam
manajemen pembelajaran di kelas
dan dalam penggunaan media
pembelajaran. Guru dapat
menggunakan potensi yang
dimilikinya untuk membuat siswa
termotivasi untuk belajar. Beberapa
cara yang dapat dilakukan oleh guru
untuk menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik yaitu, memberi
angka/nilai, hadiah,
saingan/kompetisi, ego-involment,
memberi ulangan, mengetahui hasil,
pujian, hukuman, hasrat untuk
belajar, minat, dan memaparkan
tujuan yang hendak dicapai kepada
peserta didik. (Oktiani, 2017)
6. Upaya meningkatkan motivasi
belajar anak dalam kegiatan belajar
di sekolah, ada beberapa langkah
yang dapat dilakukan oleh guru
diungkapkan Sardiman (2005:92),
yaitu: a) Memberi angka. Angka
dalam hal ini sebagai simbol dari
nilai kegiatan belajarnya. Banyak
siswa yang justru untuk mencapai
angka/nilai yang baik. Sehingga
yang dikejar hanyalah nilai ulangan
atau nilai raport yang baik. Angka-
angka yang baik itu bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat
kuat. Yang perlu diingat oleh guru,
bahwa pencapaian angka-angka
tersebut belum merupakan hasil
belajar yang sejati dan bermakna.
Harapannya angka-angka tersebut
dikaitkan dengan nilai afeksinya
bukan sekedar kognitifnya saja. b)
Hadiah dapat menjadi motivasi yang
kuat, dimana siswa tertarik pada
bidang tertentu yang akan diberikan
hadiah. Tidak demikian jika hadiah
diberikan untuk suatu pekerjaan
yang tidak menarik menurut siswa.
c) Kompetisi Persaingan, baik yang
individu atau kelompok, dapat
menjadi sarana untuk
meningkatkan motivasi belajar.
Karena terkadang jika ada saingan,
siswa akan menjadi lebih
bersemangat dalam mencapai hasil
yang terbaik. d) Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada
siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras
adalah sebagai salah satu bentuk
motivasi yang cukup penting.
Bentuk kerja keras siswa dapat
terlibat secara kognitif yaitu dengan
mencari cara untuk dapat
meningkatkan motivasi. e) Memberi
Ulangan Para siswa akan giat
belajar kalau mengetahui akan
diadakan ulangan. Tetapi ulangan
jangan terlalu sering dilakukan
karena akan membosankan dan
akan jadi rutinitas belaka. f)
Mengetahui Hasil Mengetahui hasil
belajar bisa dijadikan sebagai alat
motivasi. Dengan mengetahui hasil
belajarnya, siswa akan terdorong
untuk belajar lebih giat. Apalagi jika
hasil belajar itu mengalami
kemajuan, siswa pasti akan
berusaha mempertahankannya atau
bahkan termotivasi untuk dapat
meningkatkannya. g) Pujian Apabila
ada siswa yang berhasil
menyelesaikan tugasnya dengan
baik, maka perlu diberikan pujian.
Pujian adalah bentuk reinforcement
yang positif dan memberikan
motivasi yang baik bagi siswa.
Pemberiannya juga harus pada
waktu yang tepat, sehingga akan
memupuk suasana yang
menyenangkan dan mempertinggi
motivasi belajar serta sekaligus akan
membangkitkan harga diri. h)
Hukuman Hukuman adalah bentuk
reinforcement yang negatif, tetapi
jika diberikan secara tepat dan
bijaksana, bisa menjadi alat
motivasi. Oleh karena itu, guru
harus memahami prinsip prinsip
pemberian hukuman tersebut.
(Suprihatin, 2015)

Sumber Wawancara kepada


Pakar/Ahli:
1. Guru harus melakukan pendekatan
personal dengan siswa. Untuk
membuat siswa lebih bersemangat,
siswa harus menyukai gurunya
terlebih dahulu, setelah itu, mereka
akan menyenangi pelajaran yang
diberikan. Selain itu, gaya
mengajar guru dikelas harus lebih
inovatif (berubah-ubah), tidak
monoton sehingga siswa menjadi
penasaran dan menimbulkan minat
dan motivasi belajar siswa.
2. Guru sebaiknya merancang
pembelajaran yang
menarik/menyenangkan, sehingga
siswa tidak merasa bosan di kelas.
Guru bisa mempelajari berbagai
model pembelajaran inovatif di
internet dan disesuaikan dengan
kondisi kelas yang akan di ajar.
3. Guru diharapkan mampu
menerapkan model-model
pembelajaran inovatif. Model
pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi belajar
siswa biasanya adalah yang
membuat siswa bekerja, berpikir,
dan bertanya. Model pembelajaran
yang dapat di coba adalah model
PBL (Problem Based Learning),
Discovery Inquiry, dan sebagainya.
4. Penggunaan media cukup
berpengaruh, akan tetapi tidak
terlalu signifikan. Apabila
memungkinkan, guru sebaiknya
tetap menggunakan media ajar dan
dapat memilah media ajar yang
cocok dengan materi ajar dan
karakteristik siswa.

2. ”Guru belum Guru kurang mempelajari Dari Kajian Literatur Dari kajian literatur dan hasil
mengoptimalkan cara penerapan model 1. Model pembelajaran blended wawancara yang diperoleh,
model pembelajaran inovatif di learning mengemas Eksplorasi alternatif Solusi
pembelajaran yang kelas dari berbagai pembelajarannya dengan sistem yang dapat diterapkan adalah
inovatif”. sumber. tatap muka dan online (Banggur et
al., 2018). Driscoll dalam 1. Guru Harus mempelajari
(Hendarrita et al., 2018) menyatakan tentang model
terdapat empat konsep dalam pembelajaran inovatif yang
pembelajaran Blended learning dapat di terapkan pada
yakni 1) blended learning pembelajaran matematika.
pembelajaran mengkombinasikan 2. Guru harus mempelajari
berbagai teknologi untuk mencapai tentang model
tujuan Pendidikan, 2) blended pembelajaran inovatif dan
learning kombinasi pendekatan menyesuaikan dengan
pembelajaran behaviorisme, karakteristik materi ajar.
konstruktivisme dan kognitivisme 3. Guru diharapkan mampu
kombinasi dari berbagai pendekatan menerapkan model
ini diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran inovatif di
suatu pencapaian pembelajaran kelas.
dengan teknologi atau tanpa 4. Guru harus termotivasi /
teknologi, 3) blended learning memotivasi diri untuk
mengkombinasikan berbagai terus belajar tentang
teknologi pembelajaran misalnya model-model pembelajaran
web, video, film dan lain sebagainya, inovatif
4) blended learning menggabungkan 5. Guru harus meningkatkan
teknologi dan tugas untuk kompetensi untuk
menciptakan pengaruh baik dalam memilah model
pembelajaran. Berdasarkan pembelajaran yang akan
pemaparan diatas dapat diterapkan
disimpulkan bahwa pembelajaran 6. Guru harus membiasakan
blended learning dapat dilakukan diri dalam menerapkan
dengan tatap muka dan online. Pada model pembelajaran
kegiatan pembelajaran inovatif
mengintegrasikan teknologi dan 7. Guru diharapkan
tugas agar pembelajarannya menerapkan model
maksimal. Unsur- unsur pembelajaran inovatif
pembelajaran dengan blended secara kontinu
learning disebutkan oleh 8. Guru diharapkan
(Suhartono, 2017) yaitu bersinergi dengan rekan
pembelajaran tatap muka di kelas, sejawat dalam
pembelajaran secara mandiri di luar merencanakan
kelas, memanfaatkan aplikasi atau pelaksanaan pembelajaran
platform online, adanya tutorial, menggunakan model
Kerjasama dan evaluasi. Peran guru pembelajaran inovatif.
hanya sebagai fasilitator dan
mediator dalam mengelola unsur
pembelajaran tersebut. Pada model
blended learning terdapat dua model
pembelajaran yaitu 1) model offline
dilaksanakan secara tatap muka
dengan penambahan media online
yang telah diunduh sebelumnya
seperti video atau gambar serta
informasi lain. 2) Hybrid learning
dilaksanakan langsung terhubung
dengan online namun dipadukan
dengan tatap muka. Pembelajaran
dengan online dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai
macam platform online seperti portal
rumah belajar
https://belajar.kemdikbud.go.id/,
google classroom, Edmodo, web,
kipin school dan sebagainya. (Sari,
2021)
2. Pembelajaran blended learning
dapat diterapkan di sekolah dengan
cara offline ataupun hybrid learning.
Pembelajaran dengan blended
learning dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai macam
platform online seperti portal rumah
belajar
https://belajar.kemdikbud.go.id/ ,
google classroom, Edmodo, web,
kipin school dan sebagainya.
Pembelajaran dengan blended
learning memiliki kelebihan
diantaranya: siswa menjadi lebih
mandiri dalam belajar, memiliki
motivasi belajar, belajar menjadi
menyenangkan dan siswa tertarik,
dapat meningkatkan hasil belajar
dan keterampilan berpikir kritis.
Kelemahan pada pembelajaran
blended learning beberapa siswa
tidak aktif dalam pembelajaran
secara online karena kurang diawasi
secara langsung oleh guru, guru
harus berupaya melakukan segala
cara untuk dapat
mengimplementasikan
pembelajaran blended learning.
Namun hal itu tidak menjadi
masalah jika melihat tuntutan
pembelajaran era abad ke-21 bahwa
pembelajaran harus bisa
mengintegrasikan teknologi sesuai
perkembangan zaman. (Sari, 2021)
3. Model Problem Solving Menurut
Moffit (Ratnaningsih, 2007 : 3)
menyatakan bahwa model
pembelajaran Problem Solving
adalah suatu model yang
melibatkan siswa aktif secara
optimal, memungkinkan siswa
melakukan eksplorasi, observasi
eksperimen, investigasi, pemecahan
masalah yang mengintegrasikan
keterampilan dan konsep konsep
dasar dari berbagai konten area
Menurut Polya (Andri dan Sthepen,
2006) tentang langkah Problem
Solving, yaitu: a) Memahami
masalah (understand) Siswa
membaca, memahami dan
kemudian menuliskan masalah
dengan kata-kata sendiri. Untuk
memudahkan siswa dalam
memahami masalah, siswa
diperbolehkan untuk membuat
tabel, diagram, gambar, atau
visualisasi lainnya. b) Membuat
rencana pemecahan masalah (plan).
Siswa menuliskan langkah yang
akan ditempuh dalam memecahkan
masalah/soal. Siswa juga
menuliskan rumus yang akan
digunakan saat memecahkan
masalah nantinya. c) Memecahkan
masalah sesuai rencana (solve)
Siswa memecahkan masalah/soal
dan melakukan perhitungan sesuai
rencana yang telah dibuat
sebelumnya. d) Memeriksa kembali
(look back) Siswa memeriksa
kembali langkah pemecahan
masalah yang telah dikerjakan
(tanpa menuliskannya di lembar
jawab), kemudian menuliskan
kesimpulan yang telah didapatkan
atau mengkomunikasikan jawaban
sesuai apa yang ditanyakan pada
soal/masalah. (Pinahayu, 2017)
4. Kelebihan dan kekurangan problem
solving a) Kelebihan model problem
solving 1) Pemecahan masalah
merupakan teknik yang cukup
bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran; 2) Pemecahan masalah
dapat menantang kemampuan siswa
serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi
siswa; 3) Pemecahan masalah dapat
meningkatkan aktivitas siswa; 4)
Pemecahan masalah dapat
membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata. Kelemahan model
problem solving 1) Manakala siswa
tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba; 2)
Keberhasilan strategi pembelajaran
melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan; 3) Tanpa pemahaman
mengapa mereka berusahaa untuk
memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan
belajar apa yang mereka ingin
pelajari. (Pinahayu, 2017)
5. Setiap model memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan model PBL
menurut Shoimin (2016) antara lain:
1) peserta didik dilatih untuk
memiliki kemampuan memecahkan
masalah dalam keadaan nyata, 2)
mempunyai kemampuan
membangun pengetahuannya
sendiri melalui aktivitas belajar, 3)
pembelajaran berfokus pada
masalah sehingga materi yang tidak
ada hubungannya tidak perlu
dipelajari oleh peserta didik. Hal ini
mengurangi beban peserta didik
dengan menghafal atau menyimpan
informasi, 4) terjadi aktivitas ilmiah
pada peserta didik melalui kerja
kelompok, 5) peserta didik terbiasa
menggunakan sumber-sumber
pengetahuan, baik dari
perpustakaan, internet, wawancara,
dan observasi, 6) peserta didik
memiliki kemampuan menilai
kemajuan belajarnya sendiri, 7)
peserta didik memiliki kemampuan
untuk melakukan komunikasi
ilmiah dalam kegiatan diskusi atau
presentasi hasil pekerjaan mereka,
dan 8) kesulitan belajar peserta
didik secara individual dapat diatasi
melalui kerja kelompok dalam
bentuk peer teaching. Sedangkan,
kekurangan model PBL (Shoimin,
2016) antara lain: 1) pembelajaran
berbasis masalah (PBM) tidak dapat
diterapkan untuk setiap materi
pelajaran, ada bagian guru berperan
aktif dalam menyajikan materi. PBM
lebih cocok untuk pembelajaran
yang menuntut kemampuan
tertentu yang kaitannya dengan
pemecahan masalah, dan 2) dalam
suatu kelas yang memiliki tingkat
keragaman peserta didik yang tinggi
akan terjadi kesulitan dalam
pembagian tugas. (Rerung, Sinon,
dan Widyaningsih, 2017)
6. Model pembelajaran inovatif lainnya
yang juga mulai banyak dipakai
para pendidik adalah model SOLE
(Self-Organised Learning
Environment). Model SOLE lahir dari
pemikiran bahwa setiap orang yang
lahir telah dibekali dengan rasa
ingin tahu. Kehadiran dan
perkembangan TIK memberikan
kemudahan dalam mengakses
informasi. Dua proses ini yang
dipertemukan dan dioptimalisasi
oleh model pembelajaran SOLE.
Model pembelajaran SOLE
menitikberatkan proses
pembelajaran mandiri yang
dilakukan oleh siapapun yang
berkeinginan untuk belajar dengan
memanfaatkan internet dan
perangkat pintar yang dimilikinya.
Dalam konteks pembelajaran yang
dilakukan di sekolah, model
pembelajaran SOLE digunakan guru
dalam mengeksplorasi kedalaman
pemahaman peserta didik tentang
materi pelajaran dengan
memanfaatkan rasa keingintahuan
peserta didik tersebut (Soleh, 2018).
Sintaks atau alur pembelajaran
pada model SOLE terdiri dari 3 (tiga)
langkah besar, yaitu: (1) big
question, pertanyaan dasar sebagai
tantangan bagi siswa untuk dapat
mencari jawaban atas pertanyaan
tersebut, (2) investigation, dalam
proses ini, siswa melakukan
pencarian jawaban atas pertanyaan
tersebut melalui berbagai upaya
eksplorasi, searching, browsing,
googling, dll. sampai dengan mereka
mendapat kesimpulan, (3) review,
pada tahap ini, siswa melihat ulang
(cross check) dan mengkonfirmasi
jawaban yang mereka hasilkan.
(Koesnandar, 2020)
7. SOLE (self organized learning
environments) merupakan model
pembelajaran yang awal mula
dikenalkan pada tahun 1999 oleh
seorang ilmuwan Pendidikan
bernama Sugata Mitra. Titik berat
dari penerapan model pembelajaran
SOLE adalah pembelajaran mandiri
yaitu siswa belajar sendiri dengan
menggunakan internet dan
perangkat pintar yang dimiliki.
Model pembelajaran SOLE
dirancang agar bisa membantu guru
mendorong siswa pada rasa ingin
tahu yang ada dalam dirinya dengan
melaksanakan kegiatan
pembelajaran berbasis siswa.
Pembelajaran berbasis siswa
komponennya meliputi rasa ingin
tahu, kerjasama, terorganisir
sendiri, diikutsertakan, sosial, dan
adanya fasilitas berupa motivasi dari
orang dewasa (Mitra, 2015).
Langkah-langkah penerapan model
pembelajaran SOLE: 1) Question
atau Pertanyaan. Guru memberikan
pertanyaan, 2) Investigate atau
Investigasi. Siswa menginvestigasi
pertanyaan dari guru yaitu dengan
cara mencari lewat internet atau e-
book atau rumah belajar, dan 3)
Review atau Pencermatan. Guru
mereview hasil investigasi siswa
(Sidik, 2020). (Suciati, 2021)
8. Bertolak dari kesimpulan dan
pembahasan pada penelitian ini,
maka disarankan pada guru untuk
menerapkan model pembelajaran
self organized learning environment
(SOLE) pada pembelajaran jarak
jauh diera pandemi Covid-19. Pada
saat menerapkan model
pembelajaran SOLE pada siklus I,
dijumpai kendala ketidakseragaman
sumber belajar dan tidak ada
kerjasama antar siswa. Oleh karena
itu, peneliti berikutnya disarankan
untuk mengantsipasi kendala
tersebut. (Suciati, 2021)

Sumber Wawancara kepada teman


sejawat

1. Selain dari motivasi diri dari guru


itu sendiri, kepala sekolah sebagai
atasan, dan kami sebagai pengawas
harus aktif mendukung guru
tersebut dengan memberi masukkan
dan motivasi dan dengan
mengadakan pelatihan-pelatihan
tentang model pembelajaran
inovatif. Kepala sekolah khususnya
bisa memaksa guru tersebut
menggunakan model pembelajaran
inovatif pada saat supervisi
mengajar.
2. Diperlukan kompetensi guru dalam
memilah model pembelajaran yang
cocok diterapkan di kelas,
disesuaikan dengan materi serta
karakteristik siswa. Jadi, guru tidak
harus selalu menggunakan model
pembelajaran inovatif, tetapi
diharapkan mampu menerapkan
dalam satu dua materi mengajar
dengan model pembelajaran inovatif.
3. Tujuan mempelajari model
pembelajaran inovatif adalah untuk
membiasakan guru mengajar
dengan model pembelajaran inovatif.
Meningkatkan kompetensi guru,
meningkatkan mutu pembelajaran,
dan yang paling utama adalah
ketika guru sudah terbiasa
menggunakan pembelajaran
inovatif, guru bisa memilah secara
mandiri model yang akan
digunakan, mengkondisikan siswa,
sehingga penerapan pembelajaran
inovatif ini efektif dan tepat sasaran
serta memiliki dampak pada siswa
dan proses pembelajaran.
4. Kendala utama dalam penerapan
pembelajaran inovatif ada di guru.
Guru harus mau/percaya diri dalam
menerapkan model pembelajaran
inovatif. Terkadang guru merasa
malas karena tidak memiliki waktu
yang cukup untuk merancang
pembelajaran yang inovatif. Cara
mengoptimalkan nya adalah dengan
bersinergi dengan guru sejawat
(Team Teaching) dalam merancang
dan mengembangkan perangkat
rencana pembelajaran, sehingga ada
take and give antar guru serumpun.

Anda mungkin juga menyukai