Anda di halaman 1dari 5

Saya Ali Firdaus, saat ini saya berdomisili Kota Ternate.

Sebagai anak muda yang


ingin mempersiapkan diri untuk menjadi Dosen di salah satu Universitas di Maluku Utara.
Saya juga menghabiskan waktu dengan membaca buku dan mengikuti diskusi yang dilakukan
oleh beberapa organsiasi di daerah. Pada beberapa kesempatan saya juga dipercayakan untuk
menjadi pemateri. Melalui beasiswa Bidik Misi saya bisa menyelesaikan studi sarjana pada
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Khairun Ternate
tahun 2020. Saya percaya bahwa Ilmu Manajemen berperan sangat krusial dikehidupan
dengan dalih bahwa segala sesuatu membutuhkan kemampuan manajerial dalam
mewujudkan setiap tujuan secara efektif dan efesien.

Selama kuliah saya aktif berkontribusi dalam berbagai organisasi baik dari organisasi
intra kampus hingga organisasi ekstra kampus. Di intra saya dipercayakan sebagai Ketua
bidang Gerakan Aksi Mahasiswa di Himpunan program studi (HIMAPRO) Manajemen pada
periode 2016-2017, wakil bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan di
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unkhair pada periode
2017-2018 dan juga sebagai Mentri Dalam Negeri Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-
UNIV) Universitas Khairun pada periode 2019-2020. Sedangkan organisasi ekstra kampus
saya dipercayakan sebagai sekertaris umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat
Ekonomi Unkhair.

Keterlibatan saya dalam organisasi tersebut sangat mengasah kemampuan


kepemimpinan berpikir kreatif dan inovatif. Dan yang terpenting adalah membantu dalam
merespon dengan tindakan nyata segalah permasalahan sosisal. Baik pada level lokal maupun
nasional. Beberapa tindakan nyata yang saya berikan adalah turut berkontribusi sebagai
peserta Desa Binaan yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unkhair
pada tahun 2016 di Desa Bukit Tiinggi Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera Utara
Provinsi Maluku Utara. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu menyelesaikan masalah
masyarakat yang berada di desa yang masih tertinggal dalam bidang Infrastruktur, Pendidikan
dan Ekonomi.

Dua tahun kemudian tepatnya diawal tahun 2018 dengan kegiatan yang sama kita
selenggarakan di Desa Wama Kecamatan Oba Selatan Kota Tidore Kepulauan. Masalah yang
kita temukan tidak jauh berbeda dengan Desa Bukit Tinggi yang pernah kita buat dua tahun
yang lalu, begitu juga cara penyelesaiannya. Namun di Desa Wama kita ada penambahan
pembuatan rumah literasi untuk kebutuhan anak-anak pelajar yang ada di Desa Wama.

Berlanjut pada bulan Agustus hingga September 2019 saya mengikuti Kuliah
Bersama Masyarakat (KUBERMAS) Universitas Khairun di Desa Kyowor Kecamatan Pulau
Makian Kabupaten Halmahera Selatan. Berkat pengalaman yang sudah saya dapatkan di
waktu program Desa Binaan sebelumnya, saya berkontribusi untuk merancang dan
melaksanakan beberapa program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada di Desa
Kyowor. Diantaranya adalah kita membuat struktur organisasi untuk desa, melaksanakan
bakti sosial disetiap minggu bersama masyarakat dan membuat pertandingan sepak bola
gawang sedang antar RT untuk memperat silaturahmi masyarakat. Kita juga mengajak ibu-
ibu Desa Kyowor untuk tidak lagi membuang daging buah pala yang suda dipanen bijinya
tetapi diolah menjadi ekonomi kreatif dengan menjadikannya manisan dan jus pala seperti di
Desa Bukit Tinggi Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera Utara.

Saya menyadari bahwa dari beberapa kegiatan pengabdian kepada masyarakat diatas
masih jauh dari kata sempurna oleh karena setelah kita meninggalkan desa-desa tersebut
dalam beberpa bulan kedepan kelompok UMKM dan ekonomi kreatif yang kita bentuk tidak
lagi berjalan dengan baik. Meskipun ada beberapa orang yang memutuskan untuk
menjalankan usahanya secara individu. Hal yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya
pememahaman yang matang terkait dengan proses manajerial yang baik dari kita sebagai
mahasiswa untuk disampaikan kepada masyarakat dan aspek infrastruktur untuk menunjang
proses pemasarannya serta kurangnya komitmen pendampingan terhadap pelaku UMKM di
masing-masing desa tersebut.

Selain dari pengalaman dan pelajaran yang bersentuhan langsung dengan masyarakat
yang saya temukan dalam aktivitas organisasi intra kampus maupun akademik, saya juga
dituntut untuk mampu mengelola kegiatan yang berfokus pada pengembangan dan kualitas
mahasiswa selama perkuliahan. Saya terlibat dalam menyelenggarakan pelatihan karya tulis
ilmiah, latihan dasar kepmimpinan, dan kegiatan lainya yang berhubungan dengan basic
keilmuan program Studi Manajemen. Saya juga dipercayakan menjadi moderator dalam
seminar nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program studi akuntansi
(HIMAPRO AKUNTANSI) pada tanggal 13 Februari 2020 di gedung rektorat Universitas
Khairun mendampingi sekertaris daerah Kota Ternate Dr. Yusuf Sunya dan mantan ketua
KNPI Provinsi Maluku Uatara Tamrin Ali Ibrahim sebagai narasumber dengan tema
“Eksistensi Pemuda sebagai roda penggerak ekonomi”.

Tak kalah menariknya dari organisasi intra kampus, organisasi ekstra kampus seperti
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga banyak memberikan pengalaman berharga. Salah
satu pengalaman berharga adalah saya bisa menjadi peserta intermediate training tingkat
nasional di Bandung pada bulan Agustus 2018 bertemu dengan peserta dari berbagai macam
daerah dari Sumatra hingga Papua. Di sana kita berdiskusi tentang komitmen kebangsaan dan
bagaimana strategi anak muda dalam memberikan kontribusi terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Salah satu problem kebangsaan yang telah menarik perhatian saya ialah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

UMKM memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara.


Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 64,19
juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,97% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah.
Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97%
dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi.
Fenomena ini menjelaskan bahwa UMKM merupakan usaha yang produktif untuk
mendukung perekonomian secara makro dan mikro di Indonesia serta mempengaruhi sektor-
sektor yang lain agar turut berkembang. Hal ini turut mempengaruhi kondisi UMKM di
Maluku Utara.

Kepala Disperindag Provinsi Maluku Utara, Yudhitia Wahab mengungkapkan


terdapat 105.000 unit usaha UMKM di Maluku Utara. Peluang ini jika di manfaatkan secara
maksimal tentu akan memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan
ketenaga kerjaan. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh sekertaris daerah Maluku Utara
Samsudin A Kadir yang mewakili Gubernur dalam kegiatan Karya Kreatif Indonesia tahun
2021 yang diselenggarakan oleh BI Perwakilan Maluku Utara yang menyatakan bahwa
hadirnya UMKM di Maluku Utara tidak hanya memberikan keuntungan bagi pelaku usaha
tetapi juga membuka peluang untuk lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Saat ini UMKM di Maluku Utara menjadi salah satu jenis usaha yang paling
terdampak dengan adanya pandemi. Adapun beberapa masalah UMKM yang dialami selama
pandemi COVID-19 yakni, yang pertama kemampuan manajerial yang masih rendah. Dalam
penelitian skripsi saya di pusat perbelanjaan oleh-oleh khas Maluku Utara tepatnya di
swalayan Tara No Ate Kota Ternate. Saya menemukan bahwa 1.322 jenis produk Pangan,
Minuman Dan Sirup, Kerajinan, Fashion dan Batik yang sumbernya dari 132 Pengrajin dan
pelaku UMKM di Maluku Utara belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja
pemasarannya. Salah satu penyebabnya adalah pengrajin dan pengusaha yang
mendistribusikan produknya ke swalayan Tara No Ate belum menjadikan orientasi pasar,
kreativitas strategi dan inovasi produk sebagai titik fokus strategi untuk meningkatkan kinerja
pemasarannya secara maksimal.

Masalah yang kedua ialah perubahan perilaku belanja, yaitu dari yang sebelumnya
berbelanja di toko secara langsung, kini bergulir ke pola belanja melalui aplikasi dalam
jaringan (digitalisasi). Perubahan ini membuat pelaku UMKM yang belum terbiasa
digitalisasi agak kewalahan menghadapi situasi tersebut. Data Kementrian Koperasi dan
UKM, dari total 60 juta lebih UMKM, hanya sekitar 8 juta atau sekitar 13,3% pelaku UMKM
yang telah memanfaatkan adanya sistim digitalisasi. Padahal, potensi yang ada dibalik
pemanfaatan sistem digital ini cukup tinggi. Berdasarkan data survei yang diadakan oleh
Katadata Insight Center, 80,6% pelaku UMKM merasa terbantu dengan adanya penggunaan
sistem digital.

Masalah selanjutnya adalah rendahnya budaya konsmusi masyarakat dalam


menggunakan produk lokal. Ini dilihat dari pernyataan ketua DPD RI Bapak AA LaNyalla
Mahmud Mattalitti di media online (TEMPO) yang mengutip data dari Bank Indonesia,
bahwa transaksi lokapasar sepanjang tahun 2020 mencapai 253 triliun rupiah namun
menurutnya lebih dari 90% produk yang dijual di lokapasar adalah produk Impor. Ini adalah
bukti bahwa konsumen lebih tertarik pada produk impor. Salah satu upaya yang dilakukan
oleh pemerintah adalah dengan mengkampanyekan Gerakan Nasional Bangga Buatan
Indonesia untuk mendukung perkembangan UMKM.

Berdasarkan permasalahan tersebut dan segala hal yang telah saya lalui semasa
mahasiswa telah membentuk karakter dan tangung jawab moril saya untuk bisa berkontribusi
lebih jauh sebagai akademisi dan sekaligus praktisi yang berfokus pada pengembangan
pelatihan dan penelitian UMKM di Maluku Utara. Dengan menjadi praktisi Manajemen,
saya bisa berkontribusi langsung dengan masyarkat terutama pelaku UMKM dalam
meningkatkan kinerjanya. Oleh kerena itu, penting bagi saya melanjutkan studi Magister
Ilmu Manajemen untuk meningkatkan kapasitas saya sebagai peneliti dan praktisi
Manajemen dikemudian nanti.
Saya tertarik melanjutkan studi di Program Studi Magister Ilmu Manajemen
Universitas Padjadjaran Bandung yang telah terakreditasi A oleh BAN-PT. Begitu juga
dengan kurikulum yang telah didesain oleh Program Studi Magister Ilmu Manajemen
Universitas Padjadjaran sangat relevan dengan kondisi ilmu pengetahuan teknologi dan bisnis
saat ini dengan yang akan datang yang tergambar dalam kurikulum Magister Ilmu
Manajemen Universitas Padjadjaran yaitu, menghasilkan lulusan yang dapat bekerja sebagai
dosen, wiraswasta, dan peneliti atau gabungan dari berbagai profesi.

Setelah menyelesaikan studi Magister Manajemen, saya akan mengambil peran


sebagai seorang akademisi sekaligus praktisi di bidang Manajemen pada pengembangan
UMKM. Dimulai dengan membentuk sebuah komunitas dengan nama “Marimoi Ngone
Futuru”. Sebuah komunitas yang fokus bergerak dalam pengembangan SDM UMKM
Maluku Utara dengan harapan bisa meringankan kendala bagi pelaku UMKM dalam proses
manajerialnya dengan membuat model pelatihan UMKM yang berkelanjutan dengan berdasar
pada kekuatan riset dan praktisnya. Begitu juga dengan literasi digital, kami berupaya untuk
meyakinkan para pelaku UMKM bahwa potensi pemanfaatan sistem digitalisasi sangatlah
penting dengan dalih bahwa cepat atau lambat dengan adanya perkembangan teknolgi yang
sangat pesat, transformasi interaksi sistem jual beli akan beralih ke sistem digital. Serta kami
juga turut aktif mengkampanyekan GERNAS BBI melalui kegiatan kepemudaan dan
kemasyaraktan serta memanfaatkan media sosial.

Dengan segala Pengalaman keterlibatan dalam organisasi intra kampus maupun ekstra
kampus dan juga pengabdian terhadap masyarakat selama kuliah S1 telah menjadi modal
yang baik bagi saya untuk mengambil peran. Selain itu pengetahuan yang memadai,
keterampilan praktis yang baik, serta jaringan nasional selama studi Magister akan
memudahkan saya untuk mengambil peran sebagai akademisi sekaligus praktisi Manajemen.

Anda mungkin juga menyukai