KUPANG
BAB I
PENDAHULUAN
Berkaitan dengan kesetaraan gender baik di Indonesia maupun global masih belum
berimbang. Sejumlah riset menunjukkan keterwakilan perempuan pada level manajemen di
sektor swasta masih belum terpenuhi bahkan sangat minim. Berdasarkan riset World Economic
Forum, Indonesia sendiri masih berada di peringkat 101 dari 156 negara untuk kesetaraan
gender.
Rumusan masalah yang berkaitan dengan latar belakang diatas adalah Bagaimana Peran
Perempuan Sebagai Manajer Publik, Skill Dan Strategi ?
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas tujuan penulisan dalam makalah
ini adalah sebagai berikut adalah Untuk mengetahui dan menjelaskan Peran Perempuan Sebagai
Manajer Publik, Skill Dan Strategi.
BAB II
PEMBAHASAN
Peranan kepemimpinan perempuan dalam jabatan publik dapat di artikan sebagai serangkaian
perilaku yang di lakukan oleh perempuan sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin dalam
jabatan publik. Apabila perempuan telah masuk dan terlibat dalam sektor publik khususnya
memegang peranan sebagai pemimpin dalam jabatan publik, ada beberapa hal fundamental yang
1. Nilai Sosial
Nilai sosial yang di maksudkan sebagai pengendali perilaku manusia. Nilai sosial ini
merupakan ukuran-ukuran di dalam menilai tindakan dalam hubungannya dengan orang lain.
Menurut Soedjito, dengan nilai-nilai sosial ini orang yang satu dapat memperhitungkan apa yang
di lakukan orang lain. Nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat bersifat dinamis. Ia akan
selalu mengalami perubahan, bersamaan dengan meningkatnya pengalaman, baik yang diperoleh
dari luar masyarakatnya atau perkembangan pola piker yang selaras dengan tuntutan zaman. Hal
ini akan berakhir pada berubahnya nilai-nilai sosial yang dianut. Namun begitu ada nilai-nilai
tertentu yang relatif sulit mengalami perubahan misalnya agama.
Nilai–nilai Sosial Nilai sosial adalah sebagai pengendali perilaku manusia. Nilai sosial ini
merupakan ukuran–ukuran didalam menilai tindakan dalam hubungannya dengan orang lain.
Dengan nilai-nilai sosial orang yang satu dapat memperhitungkan apa yang dilakukan oleh orang
lain, (Soedjito, 1986:84)
Menurut Soekanto (2005:86) nilai sosial adalah sebagai konsepsi abstrak didalam diri
manusia mangenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Dari dua defenisi
diatas nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat yang menjadi patokan atau ukuran dari
masyarakat yang bersangkutan, yang bertujuan untuk mengadakan tata atau ketertiban.
Nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat bersifat dinamis. Ia akan selalu mengalami
perubahan, bersamaan dengan meningkatnya pengalaman, baik yang diperoleh dari luar
masyarakatnya atau perkembangan zamannya. Terjadinya perubahan, baik disengaja atau tidak,
akan berpengaruh terhadap peran-peran yang harus dijalankan dalam institusi yang
bersangkutan. Keluarga merupakan institusi terkecil dari masyarakat yang mangalami hal
tersebut. Beberapa peran tersebut ada yang kita warisi, ada yang kita ciptakan dan ada pula yang
muncul bersamaan dengan aktifitas kita. Peran-peran tersebut ditentukan oleh keluarga dan
lingkungan budaya kita. Banyak peran yang kita warisi tanpa kita sadari. Pertentangan timbul
jika ketentuan peran dan perasaan kita sendiri tidak sama, sehingga mulai timbul konflik dalam
menjalankan peran tersebut. Hal ini disebabkan tidak semua perubahan terjadi dengan mudah,
masih dibutuhkan penyesuaian–penyesuaian yang seringkali menimbulkan konflik.
Hal yang sama terjadi jika perempuan memasuki sektor publik secara lebih khusus bila ia
menempati posisi sebagai pejabat publik, ia dinilai mendobrak sistem nilai yang telah mengakar
kuat.Beribu tahun sebelum islam, perempuan dipandang tidak memiliki Kemanusiaan yang utuh,
maka perempuan tidak berhak bersuara, berkarya dan berharta. Maka islam secara bertahap
mengembalikan lagi hak-hak perempuan sebagai manusia merdeka. Berhak menyuarakan
keyakinan, berhak mengaktualisasikan karya, dan berhak memiliki harta yang memungkinkan
mereka diakui sebagai warga masyarakat. Kedudukan dan peranan seseorang atau kelompok
memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial. Kadangkala seseorang dalam masyarakat
memiliki dua atau lebih status sosial yang disandangnya secara bersamaan. Apabila status-status
yang dimilikinya tersebut berlawanan akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal itulah yang
menyebabkan timbulnya konflik status. Konflik status dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
a) Konflik status yang bersifat individual yaitu konflik yang dirasakan seseorang dalam dirinya
sendiri.
b) Konflik status antara individu satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya.
c) Konflik status antar kelompok karena kedudukan atau status yang terjadi antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain. Memilih pekerjaan sebagai perempuan karir atau ibu
rumah tangga merupakan persoalan (konflik status) yang harus dihadapi seorang perempuan
apabila ia masuk kedalam sektor politik.
3. Komunikasi
Didalam sebuah organisasi, komunikasi harus terjalin dengan baik agar terjadinya
kerjasama yang efektif antara atasan dan bawahan. Beberapa definisi komunikasi yang
dikemukakan oleh para ahli, yaitu : Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi
juga sebagai proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang
kepada orang lain, (Veithzal Rivai, 2003:375).
Dari penjelasan diatas, komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam
organisasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang mempengaruhi posisi pegawai
dalam jabatan publik termasuk perempuan. Jika seseorang dapat mencapai kekuasaan atas
kemampuannya sendiri, hal ini disebabkan karena ia mampu membangun basis kekuasaan
keorganisasian karena ditunjang oleh arus kemunikasi yang efektif.
4. Pendidikan
5. Pengalaman Kerja
Ada dua sudut pandang berbeda yang menyebabkan para perempuan memilih untuk tetap
bekerja meskipun sudah menikah. Pertama, untuk meningkatkan standar ekonomi keluarga
dalam arti karena adanya kebutuhan ekonomi. Kedua, untuk meningkatkan kualitas hidup,
ketertarikan dalammelakukan sesuatu atau mengaktualisasikan kemampuan yang ada. Ada juga
perempuan yang sebenarnya tidak terlalu berambisi terhadap profesi tetapi tetap melanjutkan
bekerja meskipun sudah menikah. Hal ini terjadi karena perempuan ini telah terbiasa bekerja dan
tidak terbiasa untuk diam dirumah sebagai ibu rumah tangga saja. Terlepas apakah itu laki-laki
atau perempuan, pengalamanpengalaman individu pada awal bekerja dimana ia mampu
mengalahkan rekan kerjanya dalam memperoleh pengetahuan, keahlian dan informasi akan
memberikan dampak positif bagi kecerahan prospek karirnya.
Pengalaman kerja dan pengetahuan menentukan kesuksesan seseorang dalam karir, yang
dipengaruhi oleh bentuk dan jenis pekerjaan yang spesifik, sehingga mendorong seseorang
mencapai penyelesaian yang sempurna dan lebih baik dibandingkan orang lain. Perbedaan antara
pria dan perempuan merupakan hal mendasar yang membedakan keinginan untuk berkompetisi.
Karakteristik pribadi yang dimiliki perempuan lebih mengarahkan mereka untuk menghindari
konflik dan persaingan yang kurang baik.
Menurut Mansur Fakih (1999:109) peran serta perempuan bukan hanya sekedar
partisipasi, namun lebih jauh lagi perempuan dituntut untuk mampu bergerak dalam tatanan
konseptual. perempuan sebagai pejabat publik harus bisamelihat bagaimana peran mereka
didalam pemerintahan, menjalankan roda pemerintahan secara sungguh-sungguh tanpa ada
tekanan dari pihak manapun sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik. Tugas dan
wewenang perempuan sebagai pejabat publik adalah menjalankan semua aktivitas yang
berhubungan dengan publik dan menerima laporan dari masyarakat mengenai tata cara system
pemerintahan. Perempuan dituntut untuk bisa menjalankan semua urusan dan mengurus segala
hal yang menyangkut masalah publik. Seorang pejabat publik dilingkungan pemerintah harus
bisa menunjukkan bahwa ia bisa melaksanakan semua tugas yang diberikan kepadanya dan
menjalankannya dengan baik sehingga orang menilai bahwa mereka ditunjuk untuk menduduki
suatu jabatan sesuai dengan keahliannya.
Seiring dengan perubahan sosial dan budaya yang terus berkembang, semakin banyak
perempuan yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi pemimpin di berbagai bidang,
termasuk politik, bisnis, dan organisasi nirlaba. Ada banyak keterampilan dan sifat yang terbukti
dapat membantu perempuan dalam peran kepemimpinan, seperti:
Hadary dan Henderson (2013) dalam bukunya How Women Lead memaparkan strategi
keberhasilan bagi para pemimpin wanita yang ingin memaksimalkan kekuatan mereka untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat, yaitu:
"Women who achieve most are also women who define success in their own terms and integrate
achieving high financial goals with creating a business”
(Wanita menentukan keberhasilan dalam istilah mereka sendiri dan mengintegrasikan capaian
tinggi untuk keberhasilan tujuan keuangan dengan menciptakan bisnis).
“Highly successful women are likely to build on their leadership strengths of collaboration,
inclusion, and consultation”.
"Learn about finance and speak about it in its own language. The women business owners and
leaders with the largest, fastest- growing organizations produce more financial reports more
frequently than those with slower growing businesses."
(Belajar tentang keuangan dan berbicara tentang hal itu dalam bahasa sendiri. Pemimpin wanita
paling cepat untuk mengembangkan pertumbuhan serta melaporkan keuangan organisasi lebih
sering dibandingkan dengan pertumbuhan bisnis lebih lambat.)
Hire the best from the very beginning and avoid the common mistake of hiring executives from a
large company. You need leaders who can work effectively in a fast-moving, entrepreneurial
organization. These are people who have the ability to commit to a bigger cause and possess
values congruent with yours, curiosity and critical thinking skills, common sense, people and
relationship skills, risk taking skills, and respect, admiration, and tolerance for the entrepreneur”.
(Menyewa yang terbaik dari awal akan menghindari kesalahan umum dalam mempekerjakan
eksekutif dari sebuah perusahaan besar. Seorang pemimpin diharapkan dapat bekerja secara
efektif serta bergerak cepat. Mereka adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
berkomitmen, memiliki nilai-nilai kongruen, memiliki rasa ingin tahu dan berpikir kritis, akal
sehat, keterampilan berhubungan dengan orang, memiliki keterampilan dalam pengambilan
risiko, memiliki rasa hormat, kekaguman, dan toleransi).
“The most successful leaders are life-long learners. Set aside time to attend conferences and
seminars, read, participate in networks that provide industry knowledge, and meet with experts”.
(Para pemimpin yang paling sukses adalah belajar seumur hidup. Sisihkan waktu untuk
menghadiri konferensi dan seminar, membaca, berpartisipasi dalam jaringan yang menyediakan
pengetahuan industri, dan berdiskusi dengan para ahli).
“Take the time to enjoy the journey and celebrate the successes along the way.
Pearce (dalam Pace 1993:258) menjelaskan bahwa “komunikasi dipandang sebagai suatu
instrumen yang dipakai manusia untuk mencapai maksud-maksud tertentu, seperti memberi
instruksi, membujuk, atau memperoleh kekuasaan.” Komunikasi dapat digunakan sebagai sarana
untuk memperoleh kekuasaan melalui suatu proses berpikir dalam berbagai realitas simbolik.
Dalam konteks komunikasi organisasi bisnis, keadaan ketidakpastian ini biasanya ditemui ketika
melakukan pekerjaan atau tugas, penilaian hasil kerja, implementasi inovasi atau peraturan, dan
bagaimana membina hubungan dengan orang lain serta lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Seorang pemimpin perempuan harus tetap mempertahankan nilai-nilai yang baik dan
ditingkatkan dalam rangka kesuksesan kerja dalam masing-masing bidang yang dipimpin. Sifat
kepribadian yang baik harus dijaga, serta kestabilan akan emosi ketika masalah muncul baik dari
keluarga maupun kerja, sehingga tetap menghasilkan kerja yang optimal. Seorang pemimpin
perempuan perempuan juga harus menjaga hubungan baik dengan para bawahan agar selalu
tercipta lingkungan kerja yang kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/73950-ID-peranan-kepemimpinan-perempuan-dalam-
jab.pdf
http://openai.com//Kemampuan-Kepemipinan-Perempuan//
Hadary, Sharon and Henderson, Laura. (2013). How Women Lead: The 8 Essential Strategies
Successful Women Know.
Fitriani, Annisa. "Gaya kepemimpinan perempuan." Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi
Politik Islam 11.2 (2015): 1-22.