DISUSUN OLEH :
PREDI NANDA KURNIA
150120160002
Sir John Richard Hicks adalah seorang ekonom Inggris dan salah satu ekonom
paling penting dan berpengaruh pada abad kedua puluh. Yang paling besar kontribusina di
bidang ekonomi adalah pernyataan teori permintaan konsumen dalam ekonomi mikro, dan
model IS / LM (1937), yang diringkas dari pandangan makroekonomi Keynesian.
Bukunya Value and Capital (1939) secara signifikan menjelaskan
tentang General-Equilibrium dan Value Theory. The Compensated Demand
Function merupakan sebutan fungsi permintaan Hicks.
Pada tahun 1972 ia menerima Hadiah Nobel dalam Ilmu Ekonomi atas kontribusi
pionir padateori General-Equilibrium dan Walfare Theory.
Karir, pengaruh, dan kehormatan
Hicks menjadi dosen sementara di London School of Economics dan Ilmu Politik
pada tahun 1930. Dia memulainya sebagai seorang ekonom tenaga kerja dan melakukan
pekerjaan deskriptif pada hubungan industrial tetapi secara bertahap ia pindah ke sisi
analitis, di mana matematika latar belakangnya kembali dikhususkan. Termasuk Lionel
Robbins dan rekanannya seperti Friedrich von Hayek, RAK Allen, Nicholas Kaldor, dan
Abba Lerner dan Ursula Webb, yang pada tahun 1935 menjadi istrinya.
Dari tahun 1935 - 1938, ia mengajar di Cambridge di mana ia juga dari Gonville &
Caius College. Ia diutamakan dalam menulis Value and Capital, yang pada
dasarnya merupakan pekerjaan yang telah dilakukannya di London. Dari tahun
1938 - 1946, ia adalah Profesor di University of Manchester. Di sanalah ia melakukan
pekerjaan utamanya pada ekonomi kesejahteraan, dengan aplikasi untuk akuntansi sosial.
Pada tahun 1946 ia kembali ke Oxford, sebaga peneliti dari Nuffield College
(1946-1952), kemudian sebagai Profesor Drummond Ekonomi Politik (1952-1965), dan
akhirnya sebagai sesama penelitian All Souls College (1965-1971) di mana ia terus
menulis setelah pensiun. Dia juga seorang rekan kehormatan Linacre College, Oxford. Dia
meninggal pada tahun 1989.
Hicks, pada tahun 1964 menerima Penghargaan Nobel dalam Ilmu Ekonomi (dengan
Kenneth J. Arrow) pada tahun 1972. Dia menyumbangkan Hadiah Nobel untuk London
School of Economics dan Political Science's Library di tahun 1973.
Kita juga mengetahui bahwa investasi perusahaan sangat tergantung dari tingkat
bunga. Makin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil investasi yang dilaksanakan,
begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu hubungan matematisnya adalah sebagai berikut :
I = f(i)
Di mana ∆I/∆I < 0
Secara eksplisit bentuk poersamaan investasi sebagai berikut : I = I0 – ki
Dimana :
Dalam analisis keseimbangan pasar barang atau sektor riil, kondisi keseimbangan
perekonomian dapat digambarkan ke dalam sebuah kurva yang disebut kurva IS. Menurut
Mankiw untuk terbentuknya kurva IS tersebut, maka Mankiw menggunakan model
Keynesian cross. Keynesian cross adalah model dasar dalam penentuan pendapatan. Ini
mengambil kebijakan fiskal dan perencanaan investasi sebagai exogenous dan kemudian
menunjukkan bahwa terdapat satu level dari pendapatan nasional yang mana actual
expenditure sama dengan planned expenditure. Secara matematisnya adalah :
Y= E
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam kebijakan fiskal memiliki dampak
multiplier atas pendapatan. Mankiw juga menyatakan bahwa perencanaan investasi
tergantung dengan tingkat bunga, Keynesian cross menunjukkan hubungan antara tingkat
bunga dan pendapatan nasional. Makin tinggi tingkat bunga, maka makin rendah
investasi yang akan ditanamkan, hal ini akan mengakibatkan menurunnya pendapatan
nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari grafik berikut ini :
Gambar 1. Menurunkan kurva IS secara grafik
Dari gambar 1 diatas pada grafik a yang menunjukkan fungsi investasi, yang mana
pertambahan tingkat bunga dari r1 ke r2, mengakibatkan penurunan tingkat investasi dari I1
ke I2. Penurunan investasi ini juga mempengaruhi Keynesian cross yang ditunjukkan pada
grafik b hubungan antara pengeluaran dengan pendapatan nasional. Ketika terjadi
penurunan investasi, maka pendapatan juga mengalami penurunan dari Y1 ke Y2.. Grafik a
dan b tersebut kita turunkan akan menghasilkan kurva IS yang ditunjukkan pada grafik c
hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan. Ketika tingkat bunga mengalami
kenaikan dari r1 ke r2, maka mengakibatkan penurunan pendapatan dari Y1 ke Y2.
Kemiringan Kurva IS
Derevasi kurva IS, pada tingkat suku bunga i1, keseimbangan pasar barang berada
pada titik E1pada panel bagian atas dengan tingkat pendapatan Y1. Pada panel bagian
bawah ini dicatat sebagai titik E1 juga. Penurunan tingkat suku bunga ke
titik i2 meningkatkan permintaan agregat dan jumlah pengeluaran pada setiap pendapatan.
Titik keseimbangan pendapatan yang baru adalah Y2. Pada panel bagian bawah,
titik E2 mencatat keseimbangan baru dalam pasar barang yang bersesuaian dengan tingkat
suku bunga i2.
Dari gambar 3 dapat kita lihat pada grafik a yang menunjukkan perubahan
keseimbangan pada pasar uang, dimana ketika pendapatan mengalami kenaikan sebesar
Y1 ke Y2, maka akan mengakibatkan kenaikan permintan uang, sehingga kurva Md
bergerak ke kanan. Hal ini juga mengakibatkan kenaikan tingkat bunga dari r1 ke r2.
Perubahan pada tingkat bunga tersebut menunjukkan kurva lm yang ditunjukkan pada
grafik b.hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan, ketika pendapatan mengalami
kenaikan, maka mengakibatkan kenaikan tingkat bunga.
Dimana fungsi L(r) menunjukkan bahwa jumlah uang yang diminta tergnatung
pada tingkat bunga. Tingkat bunga adalah biaya dari memegang uang, sehingga semakin
tinggi tingkat bunga semakin rendah jumlah keseimbangan uang riil yang diminta. Untuk
menjelaskan berapa tingkat bunga yang berlkau dalam perekonomian, maka
dikombinasikan penawaran dan permintaan terhadap uang riil. Menurut teori preferensi
likuiditas, tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan pasar uang. Pada tingkat
bunga keseimbangan, jumlah uang riil yang diminta sama dengan jumlah penawarannya.
Bagaimana tingkat bunga mencapai keseimbangan penawaran dan permintaan
uang? Penyesuaian terjadi karena kapan pun pasar uang tidak berada dalam keseimbangan,
orang-orang berusaha menyesuaikan portofolio aset mereka dan dalam prosesnya,
mengubah tingkat bunga.
Kurva LM memiliki kemiringan positif. Kenaikan suku bunga akan menurunkan
permintaan saldo riil. Untuk mempertahankan agar tingkat permintaan saldo riil bisa sama
dengan tingkat penawaran tetap, pendapatan harus ditingkatkan. Semakin besar kepekaan
permintaan akan uang terhadap pendapatan, dan semakin rendah kepekaan permintaan
akan uang terhadap, maka semakin curamlah kurva LM.
Menurut Mankiw untuk memahami bagaimana kebijakan moneter dapat
mempengaruhi pergerakan kurva LM digunakanlah teori liquidity preference. Hal ini
dapat kita lihat pada gambar 4 berikut ini :
Kemiringan kurva LM
Derevasi Kurva LM. Panel disebelah kanan memperlihatkan pasar uang penawaran
saldo riil adalah garis vertical. Penawaran uang nominal M adalah ditentukan oleh Bank
Sentral, sedangkan tingkat bunga P dianggap sudah tertentu. Kurva-kurva permintaan
uang, L1dan L2, bersesuaian dengan tingkat pendapatan adalah Y1, maka yang berlaku
adalah L1, sedangkan suku bunga keseimbangan adalah i1 ini menciptakan titik E1pada
kuva LM pada panel (a). Pada tingkat pendapatan Y2, yang lebih besar dari Y1, tingkat suku
bunga keseimbangan adalah i2, yang melahirkan titik E2 pada kurva LM
Asumsi-Asumsi Pokok
Asumsi-asumsi yang mendasari model IL-SM merupakan kombinasi asumsi-asumsi
model Klasik dan Keynes. Asumsi Klasik yang digunakan adalah pasar akan senantiasa
berada dalam keseimbangan. Sedangkan asumsi Keynes yang digunakan adalah uang
sebagai alat transaksi dan spekulasi. Lebih rincinya adalah sebagai berikut:
1. Pasar akan selalu berada dalam keseimbangan. Permintaan sama dengan penawaran
(S=D)
2. Berlaku Hukum Walras, dimana dalam perekonomian terdapat sejumlah n pasar, dan
sebanyak n-1 pasar telah berada dalam keseimbangn, maka pasar ke-n niscaya telah
mencapai keseimbangan.
3. Funsi uang sebagai alat transaksi dan spekulasi. MD = Mt + Msp
4. Dimana MD = total permintaan uang
5. Mt = permintaan uang untuk transaksi
6. Msp = permintaan uang untuk spekulasi
7. Perekonomian adalah perekonomian tertutup. Y = C + S.
8. Model komparatif statis. Analisis yang dilakukan adalah perubahan dari satu
keseimbangan ke kondisi keseimbangan lainnya.
Dalam ekonomi Islam, investasi tergantung dari besarnya tingkat keuntungan yang
diharapkan dan biaya aset yang kurang produktif. Semakin besar tingkat keuntungan yang
diharapkan dan semakin tinggi biaya aset yang kurang produktif, maka semakin besar
pula investasi yang dilakukan, demikian sebaliknya.
Kondisi keseimbangan dalam sektor riil dapat digambarkan secara grafis ke dalam
sebuah kurva yang disebut kurva ISI. Kurva ISI menggambarkan kedudukan titik-titik
yang menunjukkan hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan (r) dan
pendapatan nasional (Y), dimana pasar barang berada dalam kondisi keseimbangan.
Untuk menurunkan kurva ISI secara grafis, maka langkah pertama
adalah menggambarkan empat buah kurva yang terdiri dari diagram I, II, III dan IV
(dimulai dari kurva kanan bawah berputar kebalikan dengan arah jarum jam).
Diagram I menunjukkan fungsi investasi. Fungsi ini menunjukkan hubungan antara
tingkat keuntungan yang diharapkan (r) dan besarnya investasi yang dilakukan (I).
Diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, dimana besarnya tabungan
(S) sama dengan besarnya investasi (I), atau dapat dituliskan S = I. Bila tingkat
keuntungan yang diharapkan adalah r1 maka menuntut agar investasi bersih
menjadi I1. Keseimbangan investasi tabungan mengharuskan bahwa simpanan mesti
menjadi sebesar S1 = I.
Diagram III menunjukkan fungsi tabungan. Pada diagram ini tampak bahwa hanya
satu tingkat pendapatan tertentu yang dapat mendorong masyarakat untuk
menyediakan tabungan pada tingkat yang disebutkan. Bila tingkat tabungan berada pada
S1, maka dapat diperhitungkan bahwa tingkat pendapatan nasional berada pada Y1
(Metwally, 1995).
Diagram IV menunjukkan kurva ISI, kurva yang menghubungkan antara titik-titik
tingkat keuntungan yang diharapkan (r), dan pendapatan nasional (Y). Karena kurva ISI
adalah kurva yang menghubungkan tingkat keuntungan yang diharapkan, serta pendapatan
nasional, maka masing-masing sumbu pada diagram IV kita tentukan sumbu-sumbu yang
akan ditempati variabel tingkat keuntungan yang diharapkan dan variabel pendapatan
nasional. Pada sumbu horisontal kita tempatkan variabel pendapatan nasional (Y) dan
pada sumbu vertikal kita tempatkan variabel tingkat keuntungan yang diharapkan (r).
Dengan demikian, diagram yang berada di atas diagram IV yaitu diagram III adalah
diagram yang menghubungkan besarnya tabungan pada berbagai tingkat pendapatan
nasional (fungsi tabungan). Hubungan antara tabungan dengan pendapata nasional adalah
positif, artinya makin besar pendapatan nasional, maka tabungan yang terjadi juga makin
besar. (Metwally, 1995).
Diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, yaitu suatu kondisi dimana
besarnya investasi (I) sama dengan besarnya tabungan (S), atau dapat ditulis I = S.
Diagram II merupakan kurva bantu yang menggambarkan keseimbangan di pasar barang,
dimana I = S. Kurva kesamaan investasi dan tabungan adalah kurva yang ditarik dari titik
(titik pusat sumbu) yang membentuk sudut 450 terhadap masing-masing sumbu, yang
berarti jarak dari suatu titik tersebut ke sumbu tegak akan sama jaraknya dengan titik
tersebut ke sumbu datar.
Pada diagram I ditunjukkan hubungan positif antara tingkat keuntungan yang
diharapkan (r), dan besarnya investasi (I). Bila tingkat keuntungan yang diharapkan naik,
maka investasi yang dilakukan juga akan naik, demikian sebaliknya. Hal ini
ditunjukkan dengan kurva investasi berlereng positif. Sumbu tegak pada diagram I
menunjukkan variabel tingkat keuntungan yang diharapkan sedangkan sumbu datar
menunjukkan besarnya investasi.
Untuk menghasilkan kurva ISI kita mulai dari diagram I dengan mengambil titik
salah satu titik tingkat keuntungan yang diharapkan, misalnya r1. Pada kondisi
tersebut, investasi yang dilakukan sebesar I1 dan dalam keadaan keseimbangan, besarnya
tabungan adalah S1. Tabungan sebesar S1 terjadi apabila pendapatan sebesar Y1. Apabila
keadaan tersebut kita bawa ke diagram IV, maka kita peroleh satu titik di kurva ISI
(misalnya kita beri nama titik A). Untuk menggambarkan suatu kurva (kita anggap kurva
ISI adalah linear) minimal harus ada dua titik I. Dengan demikian, kita perlu mengambil
salah satu titik pada tingkat keuntungan yang diharapkan lagi, misalnya titik I2. Pada
kondisi tersebut, investasi yang diinginkan sebesar I2, dan dalam keadaan keseimbangan
besarnya tabungan sebesar S2. Tabungan sebesar S2 terjadi apabila pendapatan sebesar Y2.
Apabila keadaan tersebut kita bawa pada diagram IV, maka kita memperoleh satu titik lagi
dari kurva ISI (misalnya kita beri nama titik B). Apabila titik A dan titik B tersebut kita
hubungkan, maka kita memperoleh kurva ISI, yaitu kurva yang menggambarkan
keseimbangan di sektor riil (pasar barang) yang berlereng positif. Hal ini menunjukkan
bahwa pada sektor riil (pasar barang), apabila terjadi kenaikan keuntungan yang
diharapkan, maka pendapatan nasional akan naik. Kenaikan keuntungan yang diharapkan
akan menyebabkan naiknya investasi dan naiknya investasi secara langsung akan
menyebabkan naiknya pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila tingkst keuntungan yang
diharapkan turun maka pendapatan nasional juga akan turun. Karena turunnya tingkat
keuntungan yang diharapkan akan menyebabkan turunnya investasi.
Pergeseran fungsi investasi dan fungsi tabungan (atau fungsi konsumsi) akan
mengakibatkan pergeseran kurva ISI. Kenaikan biaya atas aset yang kurang produktif
(menganggur) akan menyebabkan meningkatnya permintaan investasi, dan sepanjang
tidak ada perubahan fungsi tabungan, akan menyebabkan pergeseran kurva ISI ke kanan
bawah.
DAFTAR PUSTAKA