Disusu Oleh :
DOSEN PENGAMPU
Melis, S.E.I.,M.E.Sy
TAHUN 2019/2020
A. LATAR BELAKANG
Dalam ilmu ekonomi terdapat dua cabang yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro.
Sesuai dengan namanya mikro dapat diartikan kecil. Berdasarkan pada corak dan ruang
lingkup analisisnya, ekonomi mikro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang
menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian.
Yang dimaksud dengan ekonomi mikro adalah kajian tentang tingkah laku individual
dalam ekonomi.1
Sedangkan ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas ekonomi suatu negara.
Sesuai dengan namanya makro berarti besar. Dengan demikian ekonomi makro
menganalisis keseluruhan kegiatan perekonomian bersifat global dan tidak memperhatikan
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian. Dalam
menganalisis mengenai kegiatan pembeli, misalnya yang dianalisis bukanlah mengenai
tingkah laku seorang pembeli, melainkan keseluruhan pembeli yang ada di pasar. Juga
tidak lagi memperhatikan permintaan dan penawaran terhadap suatu barang, melainkan
permintaan dan penawaran barang-barang secara keseluruhan (agregat).2
Perbedaan yang esensial dalam kajian ekonomi mikro dan ekonomi makro mencakup
dua hal, yaitu: Pertama, adanya uang dalam ekonomi makro, sehingga nominal price
menjadi faktor kajian penting. Dalam kajian ekonomi mikro, yang terpenting adalah harga
relatif atau harga relatif pendapatan. Adanya uang inilah yang nantinya akan menghasilkan
cabang ilmu ekonomi moneter. Kedua, adanya pembeli dan penjual besar dalam ekonomi
makro yaitu pemeritah. Kemampuan dan perilaku pemerintah membelanjakan dan
menabung uangnya dalam jumlah yang sangat besar menjadi kajian tersendiri yang
nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi fiskal.
B. PEMBAHASAN
Uang dalam Ekonomi Makro
Definisi uang disini adalah alat tukar barang dan jasa dalam pasar ekonomi. Dalam
kajian ekonomi mikro, yang penting adalah harga relatif (relatif price) atau harga relatif
pendapatan (income relatif price). Harga relatif menentukan kemiringan (slope) budget line.
1. Harga Relatif Barang X terhadap barang Y(relative price,Px/Py)
Besarnya harga relatif (relative price, Px/Py) menentukan kemiringan budget line.
Bila harga relatif semakin besar, maka kemiringan budget line semakin besar (semakin
curam), sedangkan bila harga relatif semakin kecil maka kemiringan budget line semakin
kecil (semakin landai).3
Contoh:
1
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: IIIT-Indonesia, 2003), Edisi Kedua, hlm 1.
2
Prathama Rahardja, Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi), Edisi
Ketiga, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), hlm 11-12.
3
Adiwarman A. Karim, ibid, hlm.1
Untuk memenuhi kebutuhan Bapak Rusdi terhadap barang X dan barang Y, jumlah dana
yang tersedia untuk mengkonsumsi kedua barang tersebut adalah Rp 160.000. Saat ini
harga barang X adalah Rp 8000 per buah dan harga barang Y adalah Rp 10.000 per buah.
Berikut adalah kombinasi jumlah barang X dan barang Y yang dapat dikonsumsi oleh
Bapak Rusdi sesuai dengan dana yang tersedia:
Tabel 1.1 jumlah barang X dan Y dikonsumsi dengan Px/ Py = 0,8
Grafik 1.2 diatas menggambarkan budget line Bapak Rusdi dalam mengonsumsi barang X
dan barang Y yang besarnya sama dengan harga relatif (Px, Py) yaitu 0,8.4
4
Ibid, hlm. 3.
2. Harga Relatif Pendapatan terhadap Harga Barang X atau Harga Barang Y
(Income Relative Price, I/Px atau I/Py)
Dalam ekonomi mikro hanya dikenal satu nilai dari uang, yaitu daya beli uang
yang digambarkan dalam harga relatif pendapatan (income relative price, I/Px atau I/Py).
Harga relatif pendapatan menentukan letak titik budget line pada sumbu horizontal dan
sumbu vertikal. Bila semua pendapatan digunakan untuk membeli barang X, maka daya
belinya adalah I/Px = Qx, bila semua pendapatan digunakan untuk membeli barang Y,
maka daya belinya adalah I/Py = Qy.
Dalam ekonomi makro, adanya unsur uang menyebabkan nominal price menjadi
penting karena ada dua nilai uang yang berbeda yaitu: nilai nominal uang dan daya beli
uang. Satu nominal pendapatan naik berarti nominal uang yang dimiliki bertambah,
namun daya beli belum tentu meningkat. Katakanlah pemerintah mencetak uang baru
sehingga jumlah jumlah uang yang beredar bertambah banyak padahal barang yang
tersedia tidak bertambah, maka yang terjadi adalah naiknya barang X. Bila persentase
kenaikan pendapatan sama dengan persentase kenaikan harga maka daya beli tidak
berubah.5
5
Ibid., hlm. 5-10.
6
Ibid, hlm. 51.
Permintaan uang berdasarkan motifnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
Semakin kaya orang, maka semakin besar pula keinginannya memegang uang untuk
melakukan transaksi. Sebaliknya, semakin miskin orang, semakin kecil jumlah uang yang
ingin dipegangnya. Hubungan yang positif ini dikenal sebagai teori Cam-bridge
akanpermintaan uang :
Md (tr) = k Y
Money demanded merupakan porsi tertentu dari kekayaan. Bila Y besar, maka Md (tr)
besar, bila Y kecil, maka Md (tr) kecil.
Y ↑→Md (tr) / P ↑
Porsi itu sendiri disimbolkan dengan ‘k’ yang relatif stabil dari waktu ke waktu.
Perubahan teknologi dapat mengubah ‘k’, misalnya dengan adanya ATM, maka jumlah uang
yag dipegang dalam saku berkurang dibandingkan bila tidak ada ATM, karena bila
memerlukan uang ia dapat menarik dari ATM. Bila kemudian kartu debit telah diterima luas,
maka jumlah uang yang dipegang dalam saku semakin berkurang karena transaksi dapat
dilakukan tanpa fisik uang.
Hubungan antara uang dan kekayaan ini digambarkan dengan grafik berikut.
Kemiringan slope kurva ditentukan oleh besaran ‘k’.7
7
Ibid, hlm. 54.
Cara paling sederhana adalah dengan mengansumsikan kurva AS mempunyai slope
positif seperti lazimnya kurva S dalam ekonomi mikro.
1. Harga-harga fleksibel, dapat turun dapat naik, dengan kata lain tidak riditas harga
(kekakuan harga).
2. Gaji-gaji fleksibel, dapat turun dapat naik. Dengan kata lain tidak ada regiditas gaji
(kekakuan gaji).
3. Perekonomian belum berada paada keadaan kapasitas penuh, sehingga setiap
kenaikan AD dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi yang ada.
Pada kenyataannya, tidak selamanya ketiga asumsi itu dapat terpenuhi. Keynes dalam
buku General Theory (1936) mengansumsikan gaji nominal tidak dapat turun, atau dengan
kata lain ada rigiditas gaji. Secara lengkap asumsi yang dibangun Keynes adalah :
1. Pasar barang kompetitif, dan harga-harga fleksibel.
2. Gaji-gaji tidak fleksibel. Dengan kata lain ada rigiditas (kekakuan) gaji nominal.
W= gaji nominal
P= tingkat harga.8
Alternatif lain adalah dengan mengansumsikan rigiditas terjadi pada output bukan
pada gaji atau harga. Kurva AS mempunyai slope yang vertical pada saat seluruh kapasitas
produksi perekonomian telah terpakai. Asumsi yang digunakan dalam kurva AS yang ber-
slope vertical adalah:
1. Perekonomian berada pada keadaan kapasitas penuh. Dengan kata lain, ada rigiditas
output.
2. Harga-harga fleksibel, dapat turun dapat naik. Dengan kata lain, tidak ada rigiditas
harga (kekakuan harga).9
Alternatif lain adalah dengan mengansumsikan rigiditas terjadi pada output, bukan
pada gaji ataupun harga. Kurva AS mempunyai slpoe yang vertikal pada saat seluruh
kapasitas produksi perekonomian telah terpakai. Asumsi yang digunakan dalam kkurva AS
yang ber-slope vertikal adalah:
1. Perekonomian berada pada keadaan kapasitas penuh.
2. Harga-harga fleksibel, bisa turun atau naik.
4. Keseimbangan AS-AD
Dampak dari kenaikan AD berbeda-beda pada jenis AS yang berbeda. Pergeseran AD
hanya berdampak pada Y. Bila AD naik (bergeser kekanan) maka pendapatan nasional naik.
Sebaliknya bila AD turun (bergeser kekiri) maka pendapatan nasional turun.
8
Ibid, hlm. 70.
9
Ibid, hlm. 72.
Apabila AD naik terus sampai tingkat Y max yaitu output maksimal yang dapat
dihasilkan dengan kapasitas ekonomi yang ada, maka yang terjadi bukanlah kenaikan P.10
MV=PT
Keterangan:
M = jumlah uang
10
Ibid, hlm. 73.
11
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 45.
12
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam,Edisi Ketiga, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm.77.
V = tingkat perputaran uang
P = tingkat harga barang
T = jumlah barang yang di perdagangkan
Dari persamaan di atas dapat di ketahui bahwa semakin cepat perputaran uang (V↑)
maka semakin besar income yang di peroleh. Persamaan ini juga berarti bahwa uang adalah
flow concept. Fisher juga mengatakan bahwa sama sekali tidak ada kolerasi anatara
kebutuhan memegang uang (demand for holding money) dengan tingkat suku bunga. Konsep
fisher ini hampir sama dengan konsep yang ada di dalam ekonomi islam, bahwa uang adalah
flow concept, bukan stock concept.
Pendapat lain yang di uangkapkan oleh mishkin adalah konsep dari marshall pigou
dari cambridge, yaitu:
M = kPT
Keterangan:
M = jumlah uang
k = 1/v
P = tingkat harga barang
T = jumlah barang yang di perdagangkan
Walaupun secara matematis k dapat di pindahkan ke kiri atau ke kanan, secar filosofis
kedua konsep ini berbeda. Dengan adanya k pada persamaan marshall pigou di atas
menyatakan bahwa deman for holding money adalah suatu proprsi (k) dari jumlah
pendapatan (PT). Semakin besar k, semakin besar demand for holding money (M), untuk
tingkat pendapatan tertentu (PT). Ini berarti kosep dari marshall pigou mengatakan bahwa
uang adalah stock concept. Oleh sebab itu, kelompok cambridge mengatakan bahwa uang
adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store of wealth).
13
Ibid, hlm. 80
14
Ibid, hlm. 81.
15
Ibid, hlm. 82.
d. Economic Value of Time
Dalam Economic value of time misalnya dalam menghitung nisbah bagi hasil di bank
syariah. Dalam proses penentuan nisbah ini, return on capital harus diperhitungkan. Return
on capital tidak sama dengan return on money. Return on capital tergantung kepada jenis
bisnisnya dan berkaitan dengan sektor riil, sedangkan return on money berkaitan dengan
interest rate. Penentuan nisbah bagi hasil harus di lakukan di awal, dan untuk itu digunakan
projected return. Jika kemudian ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai tidak sama
dengan angka proyeksinya, maka yang digunakan adalah angka aktual, bukan angka
proyeksi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal time value money. Time
mempunyai economic value jika dan hanya jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan
menambah faktor produksi yang lain, sehingga menjadi capital dan dapat memperoleh
return.16
e. Uang sebagai Flow Concept
Dalam Islam flow concept dan capital adalah stock concept. Semakin cepat perputaran
uang, akan semakin baik. Contohnya, pada aliran air masuk dan aliran air keluar. Sewaktu air
mengalir disebut sebagai uang, sedangkan apabila air tersebut mengendap maka disebut
sebagai capital. Wadah tempat mengendapnya adalah private goods, sedangkan air adalah
public goods. Saving harus diinvestasikan ke sektor riil. Apabila tidak, maka saving bukan
saja tidak mendapat return, tetapi juga dikenakan zakat.17
16
Ibid, hlm. 88.
17
Ibid, hlm. 89.
Nilai tukar dapar dicatat sebagai spot atau immediate delivery (penyerahan +/-2 hari)
atau juga dapat dicacat sebagai transaksi dimuka (forwad transaction) dalam berbagai
periode penyerahan.18 Perbedaan antara biaya dari meminjam dalam dua mata uang dalam
periode waktu yang terkait.
Karena setiap Negara mempunyai hubungan dalan investasi dan perdagangan dengan
beberapa Negara lainnya, maka tidak ada satu niali tukar yang dapat mengukur secara
memadai daya beli (purchasing power) dari mata uamg domestic atas mata uanf asing secara
umum. Konsep-konsep dari nilai tukar uang yan efektif telah dikembangkan untuk
mengukur rata-rata tertimbang (weighted averge) harga dari mata uang asing dalam mata
uang domestic. Begitu juga berbagai skema penimbangan (weighting) telah diajukan,
termasuk didalamnya timbangan (weight) Impor untuk merefleksikan daya beli terhadap
barang-barang impor, timbangan perdagangan bilateral untuk merefleksikan pentingnya
berbagai mata uang dalam perdangangan global (dunia), dan juga timbangan elastisitas
porsi perdangan untuk mereflesikan tingkatan yang berbeda dari daya asing
(competitiveness) sebuah Negara dengan Negara-negara yang lainnya.19
C. PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu Ekonomi Makro adalah penerapan ilmu ekonomi dalam perilaku individual sebagai
konsumen, produsen maupun sebagai tenaga kerja, serta implikasi kebijakan pemerintah
untuk mempengaruhi perilaku tersebut.
Ruang Lingkup Ekonomi Makro Islam
a) Asumsi Rasionalitas dalam Ekonomi Islami
b) Teori Permintaan Islami
c) Teori Produksi Islam
18
Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) hal. 157
19
Ibid. hlm.157.
20
Ibid., hlm. 168
d) Teori Penawaran Islam
e) Mekanisme Pasar Islami
f) Efisiensi Alokasi dan Distribusi Pendapatan
Karakteristik Ekonomi Makro Islam
1. Ekonomi Islam pengaturannya bersifat ketuhanan/ilahiah
2. ekonomi hanya merupakan satu titik bahagian dari al-Islam secara keseluruhan
(juz’un min al-Islam as-syamil).
3. Terkait erat dengan akhlak (murtabithun bil-akhlaq),
4. Elastis (al-murunah), dalam pengertian mampu berkembang secara perlahan-lahan
atau evolusi
5. Objektif (al-maudhu`iyyah),
6. Memiliki target sasaran/tujuan yang lebih tinggi (al-hadaf as-sami).
7. Realistis (al-waqi`iyyah).
8. Harta kekayaan itu pada hakekatnya adalah milik Alah s.w.t.
9. Memiliki kecakapan dalam mengelola harta kekayaan (tarsyid istikhdam al-mal).
DAFTAR PUSTAKA
Case, Karl E. & Ray C.Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Chapra, M. Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. alih bahasa oleh Ikhwan Abidin .Jakarta: The
Islamic Foundation.
Ekawarman dan Fahruddinsyah. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Gaung
Persada.
Karim, Adiwarman A. 2003. Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua. Jakarta: IIIT-Indonesia.
. 2007. Ekonomi Makro Islami Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Mujahidin, Akhmad. 2007. Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi dan Makroekonomi) Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada