Disusun Oleh :
H1A119012
Dosen Pengampu :
BAB I
PENDAHULUAN
Pemimpin daerah merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat dalam hal
konsep otonomi daerah, yang mana daerah diberi hak untuk mengatur dan mengurusi
daerahnya sendiri sesuai dengan aturan Undang-Undang yang berlaku. Untuk itu pemimpin
setiap daerah memiliki tanggung jawab besar dalam memajukan dan membangun daerahnya
menjadi lebih baik. Agar kesejahteraan dapat dirasakan oleh setiap masyarakat tanpa adanya
ketimpangan dan ketidakadilan dalam proses pembangunan di tiap-tiap daerah. Setiap
pemimpin pun harus memahami dan mengatahui kemampuan yang ia miliki dan juga yang
dimiliki oleh anggotanya. Supaya nantinya mereka dapat berkoordinasi dan bekerja sama
dengan baik melalui kompetensi masing-masing.
Dalam sebuah organisasi sangatlah dibutuhkan peran mutlak atau nyata dari seorang
pemimpin dan para pegawainya dengan terus saling mendukung suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara bersama-sama. Seorang pemimpin
yang baik juga didasarkan pada seseorang yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan
semangat kerja dan menanamkan rasa percaya diri serta tanggung jawab pada bawahannya
dalam melaksanakan dan mengemban setiap tugas. Untuk itu seorang pemimpin dituntut agar
bersifat fleksibel dalam menggunakan kepemimpinannya dengan berorientasi pada tugas dan
hubungan antar manusia yang bertujuan untuk meningkatkan integritas bawahannya.
Semangat kerja para pegawai pun akan muncul dengan adanya kepemimpinan yang
diterapkan seorang pemimpin dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang maksimal,
sehingga pemimpin mampu menggerakkan orang lain yang menjadi bawahannya. Untuk
itulah seorang pemimpin dituntut harus mampu menciptakan suasana dinamis serta mampu
meningkatkan semangat kerja bawahannya. kinerja instansi pemerintah menjadi sorotan dari
berbagai pihak, terutama sejak berkembangnya gerakan reformasi yang menuntut perubahan
struktural di berbagai bidang. Perubahan yang paling mendasar adalah untuk mewujudkan
karakter pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, bersih dan bebas korupsi,
berorientasi kepada pasar dan peran serta aktif masyarakat dalam berbagai bidang.
Bagi seorang pemimpin daerah juga harus mampu menerapkan prinsip good
governance yang memiliki peranan besar untuk kemajuan kinerja dan kualitas dalam
memberikan pelayanan dengan optimal, pada lembaga-lembaga Pemerintahan di daerah. Di
dalam prinsip good governance terdapat 7 hal utama yang dibahas yaitu ; (1) Partisipasi (2)
Rule of law (3) Transparansi (4) Responsivitas (5) Efektivitas dan efesiensi (6) Akuntabilitas
(7) Strategi visi. Masing-masing makna dari setiap prinsip tersebut sangatlah memiliki
peranan yang besar dan mampu menciptakan perbaikan bagi pelayanan birokrasi di Negara
ini apabila dilaksanakan dengan maksimal. Dan juga akan memberikan integritas yang
mumpuni untuk pemimpin-pemimpin yang benar-benar menerapkan prinsip tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pihak ketiga dilakukan berdasar hukum (peraturan yang sah). 5) Jaminan, adanya
jaminan fairness a level playing field (perlakuan yang adil, perlakuan kesetaraan). Ini berlaku
bagi pemerintah kepada masyarakat dalam pelayanan publik, perusahaan kepada pelanggan.
Sedangkan untuk prinsip-prinsip good governance paling tidak ada beberapa hal yang harus
ditegakkan dan dilakukan, yaitu: 1) Akuntabilitas.2) Transparansi. 3) Keterbukaan. 4)
Kepastian hukum-legalitas (rule of law). 5) Jaminan. 6) Partisipasi (kemitraan). 7)
Desentralisasi. 8) Profesional dan proporsional. 9) Efektif dan efisien. 10) Produktivitas dan
kualitas kerja.
Sehingga dari prinsip-prinsip good governance yang telah dijelaskan oleh Bintoro
Tjokroamidjojo, sangat memuat asas-asas dalam kepemimpinan yang baik bagi setiap
pemimpin daerah apabila diterapkan atau dilaksanakan dengan optimal. Dan menurut penulis
penerapan prinsip good governance ini belumlah dilaksanakan maksimal, karena budaya kita
yang masih bersifat malas-malasan dan tidak memiliki integritas dalam bekerja. Sehingga
banyak permasalahan yang masih sering terjadi serta turun temurun yang masih dilakukan
oleh oknum oknum pemimpin yang tidak bertanggung jawab terhadap amanah yang telah
diberikan masyarakat kepadanya.
Pengertian governance juga diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara
pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah publik.
Good Governance sebagai “the way state power is used in managing economic and social
resources for development of society” yang artinya cara pemerintah mengelola sumber daya
sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat. Menurut United Nation
Development Program/ UNPD (UNDP) mendefinisikan governance sebagai ”the exercise of
political, economic, and administrative authority to manage a nation affair at all levels”
yang artinya pelaksanaan pada aspek politik, ekonomi, dan administratif dalam pengelolaan
Negara.
Singkatnya dewasa ini sedang terjadi perubahan dari pola kepemerintahan yang buruk
(bad governance) kearah terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance). Good
Governance yakni penyelenggaraan pemerintahan negara yang baik atau kepemerintahan
yang baik. Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik adalah pemerintah yang dekat dengan
masyarakat dan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sedangkan pemerintahan yang bersih adalah pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN).
Pemerintah sendiri telah ada kebijakan publik yang dijadikan instrument untuk
menuju pemerintahan yang amanah. Oleh karena itu pemerintah di daerah dituntut untuk
menerapkan prinsip-prinsip good governance. Salah satunya dalam menjalankan aktivitas
pemerintahannya dituntut untuk selalu transparan dan diperlukan pertanggungjawaban yang
tepat, jelas, nyata dihadapan publik. Karena banyaknya ditemukan berbagai permasalahan di
daerah akibat dari tidak transparannya pemerintah kepada masyarakat, serta penyalahgunaan
kewenangan dan masalah lainnya membuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
pun berkurang. Yang bisa disebabkan oleh pemimpin yang tidak bisa mengemban amanah
dengan baik dan tidak memiliki integritas dalam kinerjanya.
Dan menurut Sondang P. Siagian pemimpin adalah: Seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan kelebihan di satu bidang sehingga dia
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi pemimpin itu merupakan seorang yang memiliki
satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir) dan
merupakan kebutuhan dari satu situasi, sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan
untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. Dia juga mendapatkan pengakuan serta
dukungan dari bawahannya dan mampu menggerakkan bawahan ke arah tujuan tertentu.
2.4 Hipotesis
Dalam penelitian ini, penulis mengangkat judul “Pengaruh Penerapan Prinsip Good
Governance Terhadap Akuntabilitas Pemimpin Daerah di Kota Jambi” maka dapat
dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut :
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini juga bersifat kausal yang dimana penelitian ini meneliti terkait sebab akibat
antara dua variabel atau lebih. Sehingga dalam penelitian ini lebih dijelaskan pengaruh
perubahan variasi nilai dalm suatu variabel terhadap perubahan variasi nilai dalam satu atau
lebih variabel lainnya. Dan dapat diartikan sebagai perubahan nilai pada suatu variabel akan
menyebabkan perubahan nilai dalam variabel lain. Dan penelitian ini melihat pengaruh antara
penerapan prinsip good governance terhadap akuntabilitas pemimpin daerah.
Sehingga peneliti dapat menentukan secara acak berbagai sampel penelitian yang
akan digunakan sebagai data. Agar memperoleh data yang bermacam dari berbagai latar
belakang pegawai terhadap bagaimana bentuk akuntabilitas pemimpinnya dan kaitannya
dengan penerapan prinsip good governance . Dan untuk eksperimen peneliti akan
menguji coba penerapan prinsip good governance di beberapa lembaga Pemerintahan di
Kota Jambi, untuk melihat sejauh mana pemahaman dan pelaksanaan hal tersebut bagi
para pemimpin dan pegawai atau anggota di lembaga pemerintahan tersebut. Dan yang
menjadi subjek penelitiannya yaitu sekitar 85 orang dalam lembaga pemerintahan di Kota
Jambi tersebut.
N = 120
No = 0,05 x N
= 0,05 x 120
=6
Karena 6 > 0,05 atau 43.96 > 0,05 dan Nilai 36.03 dibulatkan menjadi 36, maka
besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penilaian terhadap tingkat kinerja pemimpin daerah pada pegawai lembaga
pemerintahan dan masyarakat, dengan menggunakan sampel yang telah ditentukan.
(sample = 85 orang)
Stratum 3 Kinerja Pemimpin daerah baik dan menerapkan prinsip good governance pada
lembaga pemerintahannya.
Perhitungan :
Semisal : stratum I ( 20 orang) = 25/120 x 36 = 7.56 = 8
Semisal : staratum II (56 orang) = 32/120 x 36 = 9.72 = 10
Semisal : stratum III (54 orang) = 28/120 x 36 = 8.28 = 9
Yang dimana kuesioner dengan pertanyaan bersifat tertutup lebih memberi opsi
responden untuk memilih jawaban yang sudah tertulis dalam kuesioner. Sedangkan untuk
pertanyaan terbuka sendiri lebih memberikan kesempatan bagi pembaca untuk
menuliskan jawabannya sendiri. Yang kemudian penulis akan menggunakan kedua
metode penulisan kuesioner tersebut agar pegawai atau anggota dalam lembaga
pemerintahan yang menjadi responden bisa leluasa dalam memberikan pendapat mereka
masing-masing.
Teknik analisis data yang bersumber dari kuesioner yang telah diisi oleh responden,
dengan mengambil jawaban ya atau tidak dan disertai dengan sedikit alasan yang jelas
diakhir kuesioner. Dan kemudian digambarkan dalam bentuk kuantitatif deskriptif, yang
kmudian dibuatkan perbandingan dengan rata-rata data sampel atau populasi.
a. Analisis Data
Data yang dapat diangkat dari hasil penelitian yaitu berupa angka yang diperoleh dari
hasil posttest kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan menggunakan
analisis melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t.
1) Uji Normalitas
Bertujuan untuk mengetahui apakah dalam penerapan prinsip good governance dalam
lembaga pemerintahan dapat berdistribusi normal atau tidak.
2) Uji Homogenitas
Dalam tahap uji ini menggunakan uji homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan memperoleh data dari penilaian para pegawai dan masyarakat
terhadap kinerja pemimpin di lembaga pemerintahan. Dengan tujuan agar mengetahui
apakah kelompok dalam sampel memiliki variasi yang sama atau tidak.
3) Uji Hipotesis 1
Pada uji hipotesis pertama dalam penelitian ini digunakan uji linieritas atau uji
pengaruh, untuk mengetahui adanya pengaruh untuk penerapan prinsip good
governance terhadap tingkat akuntabilitas pemimpin daerah di Kota Jambi.
4) Uji Hipotesis 2
Uji ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata hasil penilaian antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Dengan menggunakan Uji t pihak kanan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Sofian, 2005, Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance. Makalah
Seminar Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi. Diselenggarakan Kantor Menteri Negara
PAN.
Kaloh. J., 2009, Kepemimpinan Kepala Daerah: Pola Kegiatan, Kekuasaan, dan Perilaku
Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.
https://impian-mahasiswa-manfaat-good-governance-bagi-kepentingan-negara
dan pemerintahan.html, diakses tanggal 05 Juni 2019.
Siagian, Sondang P., 2012, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: PT. Renika
Cipta.