Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP

AKUNTABILITAS PEMIMPIN DAERAH DI KOTA JAMBI

Disusun Oleh :

ATIKA MARDA TILLAH

H1A119012

Dosen Pengampu :

Drs. H. Navarin Karim, M.Si.

Ahmad Baidawi, S.IP., M. Hub. Int

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seorang pemimpin dapat ditentukan berdasarkan dari kompetensi, kualitas
kepemimpinannya, integritas yang tinggi dan tanggung jawab (akuntabilitas) dalam bekerja
di Pemerintah Daerah. Hal ini pun dapat dianalisis dari tingkat kualitas pelayanan publik di
daerah-daerah, yang nyatanya belum sepenuhnya mampu menciptakan pemimpin yang sesuai
dan bisa mengkoordinasikan anggotanya dengan baik. Berbagai permasalahan dari kualitas
pelayanan publik yang buruk, pemimpin yang tidak berintegritas dan lainnya pun sampai saat
ini masih menjadi permasalahan bagi daerah-daerah, salah satunya dikarenakan menjamurnya
budaya organisasi yang bersifat paternalistik.

Pemimpin daerah merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat dalam hal
konsep otonomi daerah, yang mana daerah diberi hak untuk mengatur dan mengurusi
daerahnya sendiri sesuai dengan aturan Undang-Undang yang berlaku. Untuk itu pemimpin
setiap daerah memiliki tanggung jawab besar dalam memajukan dan membangun daerahnya
menjadi lebih baik. Agar kesejahteraan dapat dirasakan oleh setiap masyarakat tanpa adanya
ketimpangan dan ketidakadilan dalam proses pembangunan di tiap-tiap daerah. Setiap
pemimpin pun harus memahami dan mengatahui kemampuan yang ia miliki dan juga yang
dimiliki oleh anggotanya. Supaya nantinya mereka dapat berkoordinasi dan bekerja sama
dengan baik melalui kompetensi masing-masing.

Dalam sebuah organisasi sangatlah dibutuhkan peran mutlak atau nyata dari seorang
pemimpin dan para pegawainya dengan terus saling mendukung suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara bersama-sama. Seorang pemimpin
yang baik juga didasarkan pada seseorang yang memiliki kemampuan untuk membangkitkan
semangat kerja dan menanamkan rasa percaya diri serta tanggung jawab pada bawahannya
dalam melaksanakan dan mengemban setiap tugas. Untuk itu seorang pemimpin dituntut agar
bersifat fleksibel dalam menggunakan kepemimpinannya dengan berorientasi pada tugas dan
hubungan antar manusia yang bertujuan untuk meningkatkan integritas bawahannya.
Semangat kerja para pegawai pun akan muncul dengan adanya kepemimpinan yang
diterapkan seorang pemimpin dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang maksimal,
sehingga pemimpin mampu menggerakkan orang lain yang menjadi bawahannya. Untuk
itulah seorang pemimpin dituntut harus mampu menciptakan suasana dinamis serta mampu
meningkatkan semangat kerja bawahannya. kinerja instansi pemerintah menjadi sorotan dari
berbagai pihak, terutama sejak berkembangnya gerakan reformasi yang menuntut perubahan
struktural di berbagai bidang. Perubahan yang paling mendasar adalah untuk mewujudkan
karakter pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, bersih dan bebas korupsi,
berorientasi kepada pasar dan peran serta aktif masyarakat dalam berbagai bidang.

Bagi seorang pemimpin daerah juga harus mampu menerapkan prinsip good
governance yang memiliki peranan besar untuk kemajuan kinerja dan kualitas dalam
memberikan pelayanan dengan optimal, pada lembaga-lembaga Pemerintahan di daerah. Di
dalam prinsip good governance terdapat 7 hal utama yang dibahas yaitu ; (1) Partisipasi (2)
Rule of law (3) Transparansi (4) Responsivitas (5) Efektivitas dan efesiensi (6) Akuntabilitas
(7) Strategi visi. Masing-masing makna dari setiap prinsip tersebut sangatlah memiliki
peranan yang besar dan mampu menciptakan perbaikan bagi pelayanan birokrasi di Negara
ini apabila dilaksanakan dengan maksimal. Dan juga akan memberikan integritas yang
mumpuni untuk pemimpin-pemimpin yang benar-benar menerapkan prinsip tersebut.

Tentunya dalam pelaksanaannya bukanlah suatu hal yang mudah, dibutuhkan


konsistensi tinggi dan rasa keinginan dalam membuat terobosan baru yang lebih baik dalam
setiap pemimpin di daerah, terkhusus di Provinsi Jambi. Sehingga untuk penerapannya perlu
dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku. Karena untuk membuat
Negara ini menjadi lebih baik sangat dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang benar, baik dari
tindakannya atau pun perbuatan yang dilakukan. Dibutuhkan pula penegakan sanksi hukum
yang harus kuat agar dapat membuat jera para pemimpin yang berlaku sewenang-wenangnya
dan tidak memiliki tanggung jawab terhadap amanat yang telah ia emban.

Berbagai permasalahan pun turut disumbangkan dari daerah-daerah di Indonesia ini.


Permasalahan yang cukup konkrit ini terkadang menambah daftar panjang ketidaksiapan
pemerintah daerah dalam menangani hal tersebut. Mulai dari KKN, penyalahgunaan
wewenang, dan bermacam permasalahan lainnya. Untuk itu daerah harus mulai berbenah dan
melakukan hal-hal yang hebat melalui tangan-tangan pemimpin yang telah dipercaya oleh
rakyat, dengan tujuan agar membawa kesejahteraan dan ketentraman bagi mereka. Oleh
sebab itu prinsip good governance ini bisa menjadi solusi atau jalan keluar dari berbagai
permasalahan yang ada di daerah, dan mampu mengatasi serta menguranginya dengan
maksimal.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Banyaknya permasalahan di daerah akibat dari tidak akuntabilitasnya pemimpin
daerah.
2. Penerapan prinsip good governance masih belum berjalan maksimal.
3. Penyalahgunaan kewenangan merupakan bentuk sanksi hukum yang masih belum
tegas dan pengawasan dari pemerintah pusat yang masih kurang.
4. Kualitas pelayanan publik di daerah masih rendah akibat dari tidak menerapkan
prinsip good governance di lembaga pemerintahan.

1.3 Pembatasan Masalah


Masalah yang dibatasi dalam proposal ini yaitu :
1. Penelitian terbatas pada penerapan prinsip good governance
2. Sasaran penelitian terbatas pada hasil dari bentuk akuntabilitas pemimpin daerah.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa itu prinsip good governance dan seperti apa pengaruhnya terhadap
akuntabilitas pemimpin di Kota Jambi?
2. Bagaimana dampak dari pengaruh prinsip good governance terhadap kualitas
kinerja pemimpin di Kota Jambi?

1.5 Tujuan Penelitian


1. Untuk memberikan pemahaman bahwa prinsip good governance memiliki
pengaruh terhadap akuntabilitas pemimpin di Kota Jambi.
2. Untuk memberikan penjelasan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
prinsip good governance dengan bentuk kualitas kinerja pemimpin di Kota Jambi.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Agar kita dapat memahami dalam prinsip good governance sangatlah memiliki
pengaruh terhadap akuntabilitas pemimpin di Kota Jambi.
2. Agar kita dapat memahami bahwa pengaruh prinsip good governance sangat besar
terhadap peningkatan kualitas kinerja pemimpin di Kota Jambi.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teoritis

Disini penulis menggunakan teori menurut Bintoro Tjokroamidjojo yang mengatakan


prinsip-prinsip good governance antara lain : 1) Akuntabilitas, yaitu tanggung gugat dari
pengurusan dari governance (pengelolaan) yang dilakukan. 2) Transparansi, yaitu dapat
diketahuinya oleh banyak pihak (yang berkepentingan) mengenai rumusan kebijaksanaan
politik dari Pemerintah, organisasi, badan usaha. 3) Keterbukaan, yaitu pemberian informasi
secara terbuka, untuk open free suggestion dan terbuka terhadap kritik yang dilihat sebagai
partisipasi untuk perbaikan. 4) Kepastian hukum, legalitas (rule of law) artinya keputusan,
kebijaksanaan Pemerintah, organisai, badan usaha yang menyangkut masyarakat.

Pihak ketiga dilakukan berdasar hukum (peraturan yang sah). 5) Jaminan, adanya
jaminan fairness a level playing field (perlakuan yang adil, perlakuan kesetaraan). Ini berlaku
bagi pemerintah kepada masyarakat dalam pelayanan publik, perusahaan kepada pelanggan.
Sedangkan untuk prinsip-prinsip good governance paling tidak ada beberapa hal yang harus
ditegakkan dan dilakukan, yaitu: 1) Akuntabilitas.2) Transparansi. 3) Keterbukaan. 4)
Kepastian hukum-legalitas (rule of law). 5) Jaminan. 6) Partisipasi (kemitraan). 7)
Desentralisasi. 8) Profesional dan proporsional. 9) Efektif dan efisien. 10) Produktivitas dan
kualitas kerja.

Sehingga dari prinsip-prinsip good governance yang telah dijelaskan oleh Bintoro
Tjokroamidjojo, sangat memuat asas-asas dalam kepemimpinan yang baik bagi setiap
pemimpin daerah apabila diterapkan atau dilaksanakan dengan optimal. Dan menurut penulis
penerapan prinsip good governance ini belumlah dilaksanakan maksimal, karena budaya kita
yang masih bersifat malas-malasan dan tidak memiliki integritas dalam bekerja. Sehingga
banyak permasalahan yang masih sering terjadi serta turun temurun yang masih dilakukan
oleh oknum oknum pemimpin yang tidak bertanggung jawab terhadap amanah yang telah
diberikan masyarakat kepadanya.

Pengertian governance juga diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara
pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-masalah publik.
Good Governance sebagai “the way state power is used in managing economic and social
resources for development of society” yang artinya cara pemerintah mengelola sumber daya
sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat. Menurut United Nation
Development Program/ UNPD (UNDP) mendefinisikan governance sebagai ”the exercise of
political, economic, and administrative authority to manage a nation affair at all levels”
yang artinya pelaksanaan pada aspek politik, ekonomi, dan administratif dalam pengelolaan
Negara.

Singkatnya dewasa ini sedang terjadi perubahan dari pola kepemerintahan yang buruk
(bad governance) kearah terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance). Good
Governance yakni penyelenggaraan pemerintahan negara yang baik atau kepemerintahan
yang baik. Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik adalah pemerintah yang dekat dengan
masyarakat dan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sedangkan pemerintahan yang bersih adalah pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN).

Pemerintah sendiri telah ada kebijakan publik yang dijadikan instrument untuk
menuju pemerintahan yang amanah. Oleh karena itu pemerintah di daerah dituntut untuk
menerapkan prinsip-prinsip good governance. Salah satunya dalam menjalankan aktivitas
pemerintahannya dituntut untuk selalu transparan dan diperlukan pertanggungjawaban yang
tepat, jelas, nyata dihadapan publik. Karena banyaknya ditemukan berbagai permasalahan di
daerah akibat dari tidak transparannya pemerintah kepada masyarakat, serta penyalahgunaan
kewenangan dan masalah lainnya membuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
pun berkurang. Yang bisa disebabkan oleh pemimpin yang tidak bisa mengemban amanah
dengan baik dan tidak memiliki integritas dalam kinerjanya.

Dan menurut Sondang P. Siagian pemimpin adalah: Seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan kelebihan di satu bidang sehingga dia
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi pemimpin itu merupakan seorang yang memiliki
satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir) dan
merupakan kebutuhan dari satu situasi, sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan
untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. Dia juga mendapatkan pengakuan serta
dukungan dari bawahannya dan mampu menggerakkan bawahan ke arah tujuan tertentu.

2.2 Kerangka Berpikir

Penggunaan Prinsip Good Governance (V1) Akuntabilitas Pemimpin Daerah (V2)

A. Budaya paternalistic yang masih tinggi di lingkungan pemimpin daerah


B. Sanksi hukum yang tidak tegas dan tidak membuat jera oknum pemimpin yang
bersifat sewenang-wenangnya
C. Kinerja pemimpin daerah yang masih kurang diawasi oleh pemerintah pusat membuat
tingginya permasalahan di tingkat daerah, seperti KKN, kualitas pelayanan yang
buruk dan hal lainnya.

2.3 Variabel Bebas dan Terikat


1. Penerapan Prinsip Good Governance
2. Akuntabilitas Pemimpin Daerah
3. Permasalahan Penyalahgunaan kewenangan oleh pemimpin daerah

2.4 Hipotesis

Dalam penelitian ini, penulis mengangkat judul “Pengaruh Penerapan Prinsip Good
Governance Terhadap Akuntabilitas Pemimpin Daerah di Kota Jambi” maka dapat
dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh antara penerapan prinsip good governance terhadap tingkat


akuntabilitas pemimpin daerah.

H0 : Tidak adanya pengaruh antara penerapan prinsip good governance terhadap


tingkat akuntabilitas pemimpin daerah.

Hk : Semakin tinggi dan maksimal penerapan prinsip good governance maka


membuat semakin rendah tingkat permasalahan terhadap akuntabilitas pemimpin di
daerah. Sebaliknya apabila semakin rendahnya penerapan prinsip good governance
maka akan membuat semakin tingginya permasalahan terhadap tingkat akuntabilitas
pemimpin di daerah.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sifat Penelitian


Metode penelitian dapat diartikan sebagai salah satu aspek yang sangat penting dalam
penentu keberhasilan sebuah penelitian, dengan menggunakan metode yang telah dianggap
tepat oleh penulis maka permasalahan dalam penelitian dapat terjawab dan tujuan penelitian
tersebut pun dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian kuantitatif , yang mana pendekatannya terkait dengan teknik-teknik survey sosial
seperti wawancara terstruktur, kuisioner, analisis statistic, dan hal lainnya. Data kuantitatif
pun merupakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Penelitian
kuantitatif yaitu penelitian yang berbicara tentang positivisme atau eksistensi
kenyataan/realitas sosial dan realitas fisik (independent atau terpisah, bebas diluar peneliti).
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berdasarkan kuisioner atau wawancara (data
primer), dan berbicara tentang angka.

Penelitian ini juga bersifat kausal yang dimana penelitian ini meneliti terkait sebab akibat
antara dua variabel atau lebih. Sehingga dalam penelitian ini lebih dijelaskan pengaruh
perubahan variasi nilai dalm suatu variabel terhadap perubahan variasi nilai dalam satu atau
lebih variabel lainnya. Dan dapat diartikan sebagai perubahan nilai pada suatu variabel akan
menyebabkan perubahan nilai dalam variabel lain. Dan penelitian ini melihat pengaruh antara
penerapan prinsip good governance terhadap akuntabilitas pemimpin daerah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Pada penelitian ini mengangkat judul atau permasalahan terkait “Pengaruh Penerapan
Prinsip Good Governance Terhadap Akuntabilitas Pemimpin Daerah di Kota Jambi”. Dengan
lokasi penelitian yaitu di lembaga pemerintahan Kota Jambi.
3.3 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian kuantitatif ini peneliti menggunakan sampel penelitian Non
Probabilty Sampel yang merupakan teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota
populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Dan peneliti
memakai jenis Sampling Insidential yang merupakan teknik penentuan sampel secara
kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang
dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.

Sehingga peneliti dapat menentukan secara acak berbagai sampel penelitian yang
akan digunakan sebagai data. Agar memperoleh data yang bermacam dari berbagai latar
belakang pegawai terhadap bagaimana bentuk akuntabilitas pemimpinnya dan kaitannya
dengan penerapan prinsip good governance . Dan untuk eksperimen peneliti akan
menguji coba penerapan prinsip good governance di beberapa lembaga Pemerintahan di
Kota Jambi, untuk melihat sejauh mana pemahaman dan pelaksanaan hal tersebut bagi
para pemimpin dan pegawai atau anggota di lembaga pemerintahan tersebut. Dan yang
menjadi subjek penelitiannya yaitu sekitar 85 orang dalam lembaga pemerintahan di Kota
Jambi tersebut.

Pengambilan sampel dengan teknik (Random Sampling) menggunakan rumus yaitu :

N = 120
No = 0,05 x N
= 0,05 x 120
=6
Karena 6 > 0,05 atau 43.96 > 0,05 dan Nilai 36.03 dibulatkan menjadi 36, maka
besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Berdasarkan hasil penilaian terhadap tingkat kinerja pemimpin daerah pada pegawai lembaga
pemerintahan dan masyarakat, dengan menggunakan sampel yang telah ditentukan.
(sample = 85 orang)

Pengkategorian (populasi 120 orang) :

Stratum 1 Kinerja Pemimpin daerah tidak baik dan tidak Akuntabilitas


Stratum 2 Kinerja Pemimpin daerah kurang baik dan tingkat kepuasan masyarakat rendah

Stratum 3 Kinerja Pemimpin daerah baik dan menerapkan prinsip good governance pada
lembaga pemerintahannya.

Perhitungan :
Semisal : stratum I ( 20 orang) = 25/120 x 36 = 7.56 = 8
Semisal : staratum II (56 orang) = 32/120 x 36 = 9.72 = 10
Semisal : stratum III (54 orang) = 28/120 x 36 = 8.28 = 9

3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian kuantitatif ini
yaitu, peneliti memilih pengumpulan data menggunakan angket (kuisioner) karena hal
tersebut lebih efektif dan responden dapat menjawab sesuai dengan kondisi yang
dirasakannya. Serta mereka pun akan lebih nyaman memberikan data tanpa merasa
adanya tekanan atau hal lainnya. Kuesioner pun bisa terdiri atas dua pertanyaan ;
pertanyaan yang bersifat tertutup dan terbuka.

Yang dimana kuesioner dengan pertanyaan bersifat tertutup lebih memberi opsi
responden untuk memilih jawaban yang sudah tertulis dalam kuesioner. Sedangkan untuk
pertanyaan terbuka sendiri lebih memberikan kesempatan bagi pembaca untuk
menuliskan jawabannya sendiri. Yang kemudian penulis akan menggunakan kedua
metode penulisan kuesioner tersebut agar pegawai atau anggota dalam lembaga
pemerintahan yang menjadi responden bisa leluasa dalam memberikan pendapat mereka
masing-masing.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang bersumber dari kuesioner yang telah diisi oleh responden,
dengan mengambil jawaban ya atau tidak dan disertai dengan sedikit alasan yang jelas
diakhir kuesioner. Dan kemudian digambarkan dalam bentuk kuantitatif deskriptif, yang
kmudian dibuatkan perbandingan dengan rata-rata data sampel atau populasi.

a. Analisis Data
Data yang dapat diangkat dari hasil penelitian yaitu berupa angka yang diperoleh dari
hasil posttest kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan menggunakan
analisis melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t.

1) Uji Normalitas
Bertujuan untuk mengetahui apakah dalam penerapan prinsip good governance dalam
lembaga pemerintahan dapat berdistribusi normal atau tidak.
2) Uji Homogenitas
Dalam tahap uji ini menggunakan uji homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan memperoleh data dari penilaian para pegawai dan masyarakat
terhadap kinerja pemimpin di lembaga pemerintahan. Dengan tujuan agar mengetahui
apakah kelompok dalam sampel memiliki variasi yang sama atau tidak.
3) Uji Hipotesis 1
Pada uji hipotesis pertama dalam penelitian ini digunakan uji linieritas atau uji
pengaruh, untuk mengetahui adanya pengaruh untuk penerapan prinsip good
governance terhadap tingkat akuntabilitas pemimpin daerah di Kota Jambi.
4) Uji Hipotesis 2
Uji ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata hasil penilaian antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Dengan menggunakan Uji t pihak kanan.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Sofian, 2005, Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance. Makalah
Seminar Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi. Diselenggarakan Kantor Menteri Negara
PAN.
Kaloh. J., 2009, Kepemimpinan Kepala Daerah: Pola Kegiatan, Kekuasaan, dan Perilaku
Kepala Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.

https://impian-mahasiswa-manfaat-good-governance-bagi-kepentingan-negara
dan pemerintahan.html, diakses tanggal 05 Juni 2019.

Siagian, Sondang P., 2012, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: PT. Renika
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai