Anda di halaman 1dari 6

ESSAY

Pelatihan : Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA)


Angkatan : I Tahun 2024
Nama Agenda : Agenda II – Kepemimpinan Transformasional
Nama Peserta : MUSLIMIN, SE, M.M.

“Membangun Komitmen dalam Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi


(WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)
Di Universitas Lambung Mangkurat”

A. Pendahuluan
Zona Integritas (ZI) adalah sebuah konsep yang berasal dari konsep
island of integrity atau pulau integritas yang digunakan oleh pemerintah
maupun Non Goverment Organization (NGO) yang menunjukkan semangat
dari suatu instansi yang turut serta aktif dalam memberantas dan pencegahan
tidak pidana korupsi. Ada dua kata kunci dalam pembangunan zona integritas
yaitu integrity dan island/zone atau pulau/kepulauan. Integrity atau integritas
diartikan suatu sikap ataupun budaya yang menunjukkan konsistensi antara
perkataan dan perbuatan serta sikap untuk menolak segala tindakan tercela atau
menyimpang yang dapat merugikan diri sendiri dan instansinya. Pengertian
zona integritas merupakan predikat yang diberikan kepada satuan kerja (satker)
yang seluruh stekholders yang terkait di dalamnya memiliki komitmen dalam
mewujudkan wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi yang bersih dan siap
melayani khususnya dalam pencegahan wilayah bebas praktik KKN dan
peningkatan kualitas pelayanan publik.
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 10 Tahun 2019 sebagai
perubahan atas Peraturan Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dilingkungan Instansi
Pemerintah, sebagai penguatan dalam menjalankan penegakkan integritas
dalam pelayanan yang berkualitas. Dengan demikian ada 6 (enam) area
perubahan yang menjadi penting meliputi : bidang manajemen Perubahan,
Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen SDM, Penguatan

1
Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja dan Penguatan Kualitas
Pelayanan Publik.
Universitas Lambung Mangkurat salah satu Perguruan Tinggi Negeri
yang diharapkan mampu memitigasi adanya praktik-praktik yang bertentangan
dengan tata kelola yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai implementasi dari
clean governance. Dalam implementasi pedoman tersebut akan diperlukan
pengawasan yang memadai sehingga tidak terjadi diskrimisasi, adanya
transparansi dan akuntabilitas yang memadai dan pencegahan praktik-praktek
korupsi. Langkah awal yang dilakukan oleh Universitas Lambung Mangkurat
adalah mewujudkan tujuan tersebut melalui pembangunan Zona Integritas
menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM). Pembangunan Zona Integritas ini dianggap sebagai
role model Reformasi Birokrasi dalam penegakkan integritas dan pelayanan
berkualitas. Dengan demikian pembangunan Zona Integritas menjadi aspek
penting dalam hal pencegahan korupsi di pemerintahan.
Kami mengutip sambutan yang disampaikan oleh Prof. Nizam yang
mengatakan bahwa “Perguruan Tinggi merupakan contoh Zona Integritas,
mengingat kampus memiliki peran sebagai moral force ditengah perjalanan
bangsa. Moral force hanya bisa terwujud bila perguruan tinggi memiliki
Integritas. Dengan bersihnya kampus, maka bangsa niscaya akan memiliki
SDM yang bersih, beban KKN. Melayani mahasiswa adalah melayani anak
muda untuk menggapai masa depan yang bersih dan berintegritas tinggi”.
Dalam konteks sebuah perguruan tinggi, Universitas Lambung
Mangkurat dalam penerapan Zona Integritas WBK dan WBBM bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, menghidari praktik
korupsi dalam pengelolaan sumber daya, serta memperbaiki tata kelola dan
proses kerja di lingkungan Universitas Lambung Mangkurat.
Selain itu, dalam pembahasan ini kami ingin mengupas bagaimana
pentingnya penerapan konsep WBK dan WBBM di Universitas Lambung
Mangkurat, kemudian membahas tentang strategi yang digunakan untuk
mencapai Zona Integritas WBK dan WBBM. Strategi ini meliputi perumusan
kebijakan anti
2
korupsi, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, pengembangan sistem
pengawasan internal, pelatihan pegawai dan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan pelayanan publik.

B. Analisis Permasalahan
Unutk menganalisis permasalahan terkait dengan membangun
komitmen dalam Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di Universitas Lambung Mangkurat
tentunya dapat melibatkan beberapa aspek yang terkait dengan tata kelola,
integritas, dan efektivitas pelayanan. Sebagai berikut :
1. Kurangnya kesadaran dan komitmen
Untuk mencapai WBK dan WBBM, sangat diperlukan komitmen kuat dari
semua unsur yang terkait di lingkungan Universitas Lambung Mangkurat
yang tujuannya untuk memperbaiki tata kelola, meningkatkan integritas
serta meningkatkan pelayanan. Jika tidak sepenuhnya menyadari dan
berkomitmen terhadap pentingnya zona integritas dan birokrasi bersih,
maka implementasi program ini akan sulit dilakukan.
2. Ketidakjelasan kebijakan dan prosedur
Kebijakan dan prosedur yang tidak jelas atau tidak lengkap dapat
menyebabkan ambiguitas dan interpretasi yang berbeda dikalangan
pegawai. Hal ini dapat menghambat penerapan standar integritas dan
pelayanan yang tinggi. Universitas perlu menyusun kebijakan dan prosedur
yang jelas, terukur dan dapat dipahami oleh semua pihak terkait.
3. Kurangnya supervisi dan pemantauan
Monitoring yang tidak memadai terhadap pelakanaan kebijakan dan
prosedur dapat memungkinkan praktik korupsi dan pelanggaran integritas
terjadi tanda terdeteksi. Penting untuk memastikan adanya mekanisme
supervisi dan pemantauan yang efektif untuk mencegah dan mendeteksi
praktik-praktik yang tidak etis.

3
4. Kurangnya pelatihan dan pengembangan SDM

Kemampuan pegawai dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip zona


integritas dan birokrasi bersih perlu ditingkatkan melalui pelatihan dan
pengembangan SDM. Kurangnya pelatihan yang relevan dan kurangnya
peningkatan keterampilan dapat menjadi hambatan dalam menerapkan
praktik-praktik yang memenuhi standar integritas dan pelayanan yang
diharapkan.
5. Rendahnya partisipasi masyarakat
Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan terhadap
penyelenggaraan pendidikan sangat penting untuk mewujudkan zona
integritas dan birokrasi bersih. Jika masyarakat tidak terlibat aktif dalam
mengawasi dan melaporkan adanya pelanggaran, maka resiko korupsi dan
praktik yang tidak etis dapat terus terjadi tanpa pengungkapan.
6. Lemahnya sistem pengaduan dan whistleblowing
Ketersediaan mekanisme pengaduan yang efektif dan aman sangat penting
untuk mendorong pengungkapan pelanggaran integritas dan praktik
korupsi. Jika sistem pengaduan tidak didukung dengan baik atau jika
whistleblower tidak dilindungi dengan cukup, maka orang-orang yang
ingin melaporkan pelanggaran mungkin akan enggan melakukannya.
7. Kurangnya penggunaan teknologi informasi
Penerapan teknologi informasi yang terintegrasi dapat membantu
meningkatkan transparansi, efisiensi dan akuntabilitas. Jika tidak
mempunyai teknologi informasi yang baik, maka pengelolaan data dan
proses bisnis mungkin tidak efisien dan rentan terhadap praktik korupsi.
Untuk mengatasi berbagai aspek permasalahan yang ditimbulkan dapat
mengambil langkah dengan membangun komitmen yang tinggi untuk
penegakkan integritas dan pelayanan yang berkualitas melalui Zona Integritas
WBK dan WBBM.

4
C. Peranan Kepemimpinan

Peranan kepemimpinan dalam membangun komitmen Zona Integritas


Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBBM) di lingkungan Universitas Lambung Mangkurat sangatlah penting.
Kepemimpinan yang kuat dan berintegritas adalah kunci keberhasilan dalam
mencapai status WBK dan WBBM. Berikut peran kepemimpinan dalam
konteks tersebut :
1. Memberikan contoh teladan
Seorang pemimpin yang baik harus menjadi contoh yang baik dalam
perilaku dan integritas. Pemimpin harus menunjukkan standar tinggi dalam
melakukan tugasnya, menghindari praktik korupsi, dan mengedepankan
pelayanan publik yang baik.
2. Membangun budaya integritas
Pemimpin harus mengambil inisiatif dalam membangun budaya organisasi
yang didasarkan pada integritas, transparansi dan akuntabilitas. Pemimpin
harus memastikan bahwa setiap anggota organisasi memahami pentingnya
menjaga keberihan dan pelayanan yang baik dalam menjalankan tugasnya.
3. Menyusun kebijakan dan prosedur yang jelas
Seorang pemimpin harus mengembangkan kebijakan dan prosedur yang
jelas untuk memastikan kegiatan di dalam suatu organisasi agar sesuai
dengan prinsip-prinsip WBK dan WBBM. Kebijakan tersebut harus
memuat aturan yang menghindari potensi korupsi serta memastikan
pelayanan yang efektif dan efisien.
4. Mendorong partisipasi aktif
Kepemimpinan yang efektif melibatkan partisipasi aktif dari seluruh
anggotanya. Seorang pemimpin harus mendorong partisipasi dari semua
pegawai dan staf, memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide,
gagasan, saran dan masukan dalam upaya membangun zon integritas dan
birokrasi bersih.

5
5. Melakukan monitoring dan evaluasi

Pemimpin harus melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk


memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk mencapai WBK
dan WBBM berjalan dengan bik. Hal ini mencakup pemantauan terhadap
praktik-praktik kegiatan yang melibatkan pihak-pihak eksternal yang
independen dan mengambil tindakan korektif jika diperlukan.
Dengan peran kepemimpinan yang efektif membangun komitmen
dalam menerapkan Zona Integritas WBK dan WBBM, ini akan membantu
membangun kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang ada
di Universitas Lambung Mangkurat serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitasnya dalam pelayanan publik.

Anda mungkin juga menyukai