PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi korupsi di Indonesia masuk dalam kategori kronis dari waktu ke waktu. Karena
secara umum sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia masih belum berorientasi
sepenuhnya terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good
government governance). Oleh karenanya tidak mengherankan bila Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) Indonesia berdasarkan survei Transparansi Internasional, memperoleh indeks pada
kisaran angka 2 dari tahun 2004 hingga tahun 2007.
IPK hingga saat ini diyakini sebagai pendekatan yang sah untuk melihat tingkat korupsi
di suatu negara. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia Tahun 2011 meningkat menjadi 3
(Transparency International, 2011). Namun kenaikan IPK menjadi 3 tersebut masih
tergolong rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara lainnya baik di Asia maupun
Asia Tenggara.
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
7 Penerapan kebijakan pelayanan publik 6
8 Penerapan whistle blower system tindak pidana korupsi 6
9 Pengendalian gratifikasi 6
10 Penanganan benturan kepentingan (conflict of interest) 6
11 Kegiatan pendidikan, pembinaan, dan promosi antikorupsi 6
12 Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh 5
BPK/KPK/APIP
13 Penerapan kebijakan pembinaan purna-tugas 4
14 Penerapan kebijakan pelaporan transaksi keuangan yang tidak 6
sesuai dengan profil PPATK
15 Promosi jabatan secara terbuka 3
16 Rekrutmen secara terbuka 3
17 Mekanisme pengaduan masyarakat 6
18 E-Procurement 6
19 Pengukuran kinerja individu 3
20 Keterbukaan informasi publik 3
4
disiplin karena
penyalahgunaan
keuangan
7 Persentase pengaduan 5% 0% Idem
masyarakat yang belum
ditindak lanjuti
8 Persentase pegawai yang 0% 0% Pengaduan yang telah
melakukan tindak pidana >60 hari dalam 2 tahun
korupsi terakhir berdasarkan
keputusan pengadilan
yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap
5
unit kerja yang dibangun, menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran
pembangunan Zona integritas.
b) Penataan tatalaksana, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem,
proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan terukur pada Zona Integritas
menuju WBK/WBBM.
c) Penataan sistem manajemen SDM, bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM
aparatur pada Zona Integritas menuju WBK/WBBM.
d) Penguatan akuntabilitas, akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan program dan kegiatan dalam mencapai misi dan tujuan organisasi. Program
ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.
e) Penguatan pengawasan, bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan bebas KKN pada masing-masing instansi pemerintah.
Peningkatan kualitas pelayanan publik, merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas
dan inovasi pelayanan publik pada masing-masing instansi pemerintah secara berkala sesuai
kebutuhan dan harapan masyarakat. Disamping itu, peningkatan kualitas pelayanan publik
dilakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pelayanan
publik dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan keluhan
masyarakat sebagai sarana untuk melakukan perbaikan pelayanan publik.
“Sistem Pengendalian Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, yang kemudian
disingkat SPIP adalah Sistem Pengendalian Internal yang diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.”
Sedangkan menurut Permendagri No. 04 Tahun 2008 Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas
Laporan Keuangan Daereah Pasal 1 Ayat (10) adalah :
“Sistem Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang
diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam penciptaan efektivitas,
efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku dan keandalan
penyajian keuangan daerah.”
6
Sistem Pengendalian Internal merupakan kegiatan pengendalian terutama atas
pengelolaan sistem informasi yang bertujuan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan
informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan informasi meliputi Pengendalian Umum
dan Pengendalian Aplikasi, yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengendalian Umum
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penilaian Resiko
c. Identifikasi resiko
d. Analisis resiko
3. Kegiatan Pengendalian
f. Pemisahan fungsi;
h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
9
4. Informasi dan Komunikasi
b. Komunikasi
5. Pemantauan
b. Evaluasi terpisah
c. Penyelesaian audit
Arens et. Al. (198:2011) yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo
memaparkan tiga tujuan umum manajemen dalam merancang sistem pengendalian
internal yang efektif, yaitu:
10
maupun profesional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar
sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah
memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Zona Integritas merupakan predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang
pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan wilayah bebas korupsi
(WBK) dan wilayah birokrasi bersih melayani (WBBM) melalui reformasi birokrasi,
khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik, serta
reformasi birokrasi di lingkungan kerja yang menjadi tanggung jawabnya, yang diawali
dengan penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh pegawainya. Proses pembangunan
Zona Integritas difokuskan pada penerapan program manajemen perubahan, penataan
tatalaksana, penataan manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas
kinerja, dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang bersifat konkret.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang
selanjutnya disingkat SPIP. SPIP yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kiranya kita dapat bersama-sama untuk selalu menumbuhkan dan
meningkatkan semangat nasionalisme untuk Negara Indonesia agar menjadi Negara yang
bebas dari Korupsi, dan ciptakan pribadi bebas korupsi
12
DAFTAR PUSTAKA
Adwirman, dkk. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Antikorupsi. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Surachmin dan Suhandi Cahaya. 2011. Strategi dan Teknik Korupsi. Jakarta :
Sinar Grafika.
Puspito, Nanang, dkk. 2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :
Kemendikbud RI.
13