Anda di halaman 1dari 1

Nama : Billqies An Jaliyatil Kaafi

NIM : 23102010031
Kelas : B (Islam dan Ilmu Sosial Humaniora)

Islam dan Gender

Kata Gender berasal dari Bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. Sebenarnya lebih
dasar lagi, kata Gender diambil dari Bahasa Latin yaitu ‘Genus’ yang berarti jenis. Gender
adalah perbedaan yang tampak antara laki laki dan perempuan dari segi nilai dan perilaku. Bukan
hanya pada masalah jenis kelamin, namun lebih dari itu. Persoalan antara laki-laki dan
perempuan sangat ramai diperbincangkan menyangkut hak-hak dasar mereka yang terabaikan,
terpinggirkan atau tertindas, oleh sistem yang berlaku di masyarakat.
Agama dan budaya terjadi tarik menarik kekuatan besar bagi terciptanya subordinasi
(Subordinasi merupakan penilaian bahwa salah satu gender lebih rendah dari yang lain) dan
ketertindasan kaum perempuan. Ketidakadilan gender telah termanifestasi dalam berbagai bentuk
seperti marginalisasi (fenomena yang membuat individu atau kelompok terpinggirkan)
perempuan disektor ekonomi, subordinasi keputusan politik, pembentukan stereotype atau
pelabelan negatif, kekerasan terhadap perempuan, distribusi beban kerja yang tidak adil, serta
minimnya sosialisasi ideologi nilai peran gender.
Melihat persoalan di atas, kaum feminis tergugah hatinya untuk mencetuskan piranti
keislaman berperspektif keadilan gender untuk mendekontruksi teks-teks keagamaan dalam
usaha mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dalam Islam. kesetaraan gender adalah
keadaan di mana akses terhadap hak atau peluang tidak dipengaruhi oleh gender. Kaum feminis
Islam mencoba melihat kembali penafsiran terhadap ayat al Qur’an dan al-Hadis yang memiliki
bias gender sehingga tidak terjadi pemahaman yang keliru. Salah seorang tokoh feminis yang
mencoba untuk mengkaji al-Qur’an adalah Amina Wadud. Amina Wadud yang lahir di
Amerika Serikat pada 1952 ini masuk Islam pada 1972 berpendapat bahwa salah satu sebab
adanya ketidak adilan gender dalam kehidupan adalah karena penafsiran al-Qur’an oleh
ulama klasik dianggap mengusung bias patriarki. Padahal menurutnya prinsip dasar dan spirit
al-Qur’an telah menempatkan laki-laki dan perempuan dengan sangat adil dimana keduanya
memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam semua bidang.
Oleh karena itu kesetaraan gender memiliki arti kesamaan kondisi antara laki-laki
dan perempuan untuk memperoleh kesempatan yang sama di berbagai aspek kehidupan
seperti poitik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain sebagainya agar
mampu ikut andil dan berperan di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai