Anda di halaman 1dari 3

BAB 7

ISLAM WASHATIYAH SEBAGAI RAHMATAN LILALAMIN

1. Pengertian dan dalil islam washatiyah


a. Secara bahasa kata washatiyah berasal dari bahasa wasatha yang artinya adil, tengah-
tengah atau sesuatu yang berada di pertengahan. Menurut Ibnu Asyur bahwa kata “
Wasath “ dapat dimaknai dengan dua makna :
 Menurut etimologi , kata wasath artinya sesuatu yang ukurannya sebanding
 Menurut terminologi bahasa, kata wasath artinya nilai-nilai islam yang dibangun atas
dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan tidak berlebihan dalam hal tertentu.
Jadi islam washatiyah adalah islam mengambil jalan tengah diantara dua titik ekstrim yang
saling berlawanan, yaitu antara taqshir ( meremehkan ) dan ghuluw ( berlebih-lebihan )
atau antara liberalisme dan radikalisme. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw :
“ Amran bainna amroini wa khoerul umuuri au sathuhaa “
Artinya : “ Pilihlah perkara yang berada diantara dua hal dan sebaik-baiknya urusan adalah
sikap yang paling moderat ( tengah-tengah ).
Allah berfirman dalam Qs. Al Baqarah ayat 143 :
‫ش ِهيد ۗٗا‬
َ ۡ‫علَ ۡيكُم‬
َ ‫ٱلرسُو ُل‬ ِ َّ‫علَى ٱلن‬
َّ ‫اس َويَ ُكو َن‬ َ ‫ش َهدَا ٓ َء‬ َ ‫َو َك َٰذَلِكَ َجعَ ۡل َٰنَكُمۡ أ ُ َّم ٗة َو‬
ُ ْ‫س ٗطا ِلت َ ُكونُوا‬
Artinya : “ Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu ( umat islam ),umat yang wasath
(adil) dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas ( perbuatan ) manusia dan agar rasul
( Muhammad ) menjadi saksi atas ( perbuatan ) kamu”.
Islam washatiyah , selanjutnya dikenal dengan islam moderat, adalah islam yang cinta
damai, toleran, menerima perubahan demi kemaslahatan, menerima perubahan fatwa
karena sikon dan menerima perbedaan penetapan hukum karena perbedaan kondisi dan
psikologi seseorang.
Wasath atau jalan tengah dalam beragama islam dapat diklasifikasikan dalam 4 lingkup:
1. Wasath dalam persoalan akidah. Dalam persoalan iman kepada yang ghaib. Contohnya :
a. Islam tidak seperti keimanan mistisisme yang cenderung berlebihan dalam
mempercayai benda ghaib.
b. Islam menentang dengan tegas sistem keyakinan kaum atheis yang menafikan wujud
Tuhan.
c. Islam memberikan porsi berimbang antara pikir dan dzikir. Islam memposisikan
wahyu sebagai pembimbing nalar, menuju kemaslahatan dunia akherat melalui
syariahnya.
2. Wasath dalam persoalan ibadah.
Dalam masalah ibadah menyeimbangkan antara hablu minnalloh dan hablu minnannas.
3. Wasath dalam persoalan perangai dan budi pekerti. Dalam masalah ini islam
memerintahkan manusia untuk bisa menahan dan mengarahkan hawa nafsunya agar
tercipta budi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari hari
4. Wasath dalam persoalan tasyri ( pembentukan syariah ). Dalam hal ini islam
menentukan halal dan haram yang selalu mengacu kepada alasan manfaat madarat, suci
najis dan bersih kotor.
b. Ciri-ciri islam washatiyah
Ada 10 prinsip dasar dan ciri-ciri amaliyah keagamaan seorang muslim moderat
/washatiyah itu :
1. Tawasuth ( mengambil jalan tengah )
2. Tawazun ( berkeseimbangan )
3. I’tidal ( lurus dan tegas )
4. Tasamuh ( toleransi )
5. Musawah ( persamaan )
6. Syura (musyawarah )
7. Ishlah ( reformasi )
8. Aulawiyah ( mendahulukan yang prioritas )
9. Tathawur wa ibtikar ( dinamis dan inovatif )
10. Tahadhadhur ( berkeadaban )
c. Islam Washatiyah sebagai rahmatan lil alamin
Islam yang rahmatan lil alamin itu adalah islam washati, islam yang moderat. Islam yang
moderat itu dapat dilihat dari cara seseorang berfikir dan bergerak. Cara berfikir yang
moderat adalah tidak terlalu tekstual dan tidak terlalu liberal. “ Tekstual itu kaku tanpa
penafsiran,liberal itu penafsirannya terlalu lebar tanpa batas”.
Islam rahmatan lil alamin adalah islam yang dinamis dan tidak kaku tetapi juga tidak
memudah mudahkan masalah. “ tidak galak tetapi juga tidak mencari yang mudah-mudah
saja”. Islam wasathiyah adalah yang bisa menerima NKRI. “ karena indonesia bukan hanya
milik kita, tapi milik kita semua. “

3. Radikalisme
a. Makna Radikalisme
Kata radikalisme sebagai turunan kata”radikal” bersifat netral dan tidak terkait dengan
masalah agama. Radikal berasal dari bahasa latin yaitu “ radix “ yang berarti “ akar “. Secara
etimologi kata radikal mengandung arti segala sesuatu yang sifatnya mendasar sampai
keakar akarnya atau sampai pada prinsipnya . Sikap radikal akan mendorong perilaku
individu untuk membela secara mati-matian mengenai suatu kepercayaan, keyakinan,
agama atau ideologi yang dianutnya.
Paham radikalisme sering kali dikaitkan dengan agama /mengatasnamakan agama, padahal
semua agama tidak mengajarkan kekerasan. Radikalisme atas nama agama ini tidak jarang
menimbulkan konplik sampai pada puncaknya terjadinya terorisme yang membahayakan
stabilitas dan keamanan negara. Akhirnya radikalisme ini menjadi penyebab peperangan
yang menimbulkan rasa tidak aman. Pada taraf terendah, radikalisme mengganggu
keharmonisan dan kerukunan masyarakat seperti klaim sesat, bid’ah dan kafir bagi
kalangan yang tidak sepakat dengannya.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab radikalisme :
1. Pengetahuan agama yang setengah-setengah melalui proses belajar yang doktriner
2. Memahami islam dari kulitnya saja tetapi minim wawasan tentang esensi agama
3. Disibukan oleh masalah sekunder sembari melupakan masalah-masalah primer
4. Lemah dalam wawasan sejarah dan sosiologi sehingga fatwa-fatwa mereka sering
bertentangan dengan kemaslahatan umat, akal sehat, dan semangat zaman
b. Ciri-ciri Radialisme
1. Intoleransi dengan orang lain yang memilki perbedaan pandangan dan mengingkari kata
kebinekaan yang ada di indonesia.
2. Sikap berlebihan
3. Memaksakan kehendak degan berbagai dalil termasuk dalil agama
4. Menggunakan cara-cara kekerasan, baik verbal ataupun pisik, yang menumbuhkan
kecemasan ( teror ) dan penghancuran fisik ( Vandalisme ) kepada orang lain yang tidak
sepaham
5. Merasa dirinya paling benar, sehingga tidak mau mendengarkan argumentasi dari
kelompok lain
c. Islam menentang radikalisme
Sikap melampaui batas tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam semua urusan,
apalagi dalam urusan agama. Sebagai mana sabda Rasulullah :
Artinya :” Hindarilah oleh kalian tindakan melampaui batas ( ghuluw ) dalam beragama
sebab sungguh ghuluw dalam beragama telah menghancurkan orang sebelum kalian.
( HR. An Nasa’i dan Ibnu majah )
Berlebih lebihan dalam agama adalah dengan melakukan sesuatu yang melampai batas
dengan kekerasan dan kekakuan. Islam dengan tegas menolak radikalisme karena sangat
membahayakan, merusak syari’ah dan ibadah umat islam, merusak tatanan dan ideologi
negara, bahkan menimbulkan teroris dan pembunuhan. Maka faham radikalisme harus
dihentikan penyebarannya dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah dengan
meningkatkan pemahaman agama secara kaffah atau sempurna, baik melalui pendidikan
formal maupun non formal. Meningkatkan rasa toleransi dengan cara menghormati
perbedaan yang ada, serta harus mewaspadai adanya pengaruh-pengaruh dari paham yang
mempengaruhi terhadap radikalisme.

Anda mungkin juga menyukai