Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM KEPERAWATAN

MATERNITAS

Dosen Pembimbing:
Ns Niken Ayu Merna Eka Sari ,S.Kep.,M.Biomed
Disusun Oleh:
1 NI KADEK SRI WAHYUNI ANTARI (223213467)
2 NI KADEK SRIASIH (223213460)
3 NI KADEK NOVIA RATNA DEWI (223213480)
4 NI LUH AYU SANGGING GIRI ANTARI (223213456)
5 NI PUTU KERTIYASARI PUTRI (223213481)
6 NI KADEK SHINTYA PUTRI DIAH PITALOKA (223213485)
7 NI LUH MADE WAHYU NIRMALASARI (223213474)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRAMEDIKA BALI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa karena atas berkat, rahmat, dan karuniaNya-lah kami
dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH EVIDENCE
BASED PRACTICE DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS” tepat
pada waktunya. Adapun makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
dalam mengikuti mata kuliah Keshatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan
Kerja dalam Keperawatan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan saran, petunjuk, dan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini.
Demi kesempurnaan makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan
sarannya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Denpasar,8 oktober
2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................... i
DAFTAR ISI….................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………………1
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................................
BAB II PEMBAHASANAN
2.1. DEFINISI EVINDANCE……………………………………………………………………………3
2.2. GERAKAN SEJARAH………………………………………………………………………………
2.3. LANGKAH LANGKAH…………………………………………………………………………….
2.4. KONTROVERSI SEPUTAR PRAKTIK BERBASIS BUKTI...................................
2.5. HASIL PENELITIAN ..........................................................................................
2.6. Evidence Base Practice Keperawatan Maternitas……………………..
2.7. Hambatan Praktik Berbasis Bukti dalam keperawatan……………..

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan.................................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran professional dari seorang perawat di pelayanan klinis telah
berkembang menjadi kemandirian dalam melakukan pengambilan keputusan
klinis untuk diagnosis keperawatan, pengujian, dan pemberian asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien (Facchiano & Snyder, 2012).
Oleh karena itu, untuk memenuhi tanggung jawab peran profesional tersebut,
diperlukan suatu penelitian klinis yang dapat menjadi bukti kuat bahwa suatu
intervensi keperawatan tidak membahayakan dan memiliki efek yang
menguntungkan bagi pasien, baik ditinjau dari segi klinis dan juga ekonomis
(Forbes, 2009). Salah satu metode dalam mendapatkan hasil penelitian klinis
yang terbukti manfaatnya adalah dengan melakukan kajian terkait evidence
based practice dan riset klinis keperawatan.
Sejarah evidence dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane
menegaskan perlunya mengevaluasi pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-
bukti ilmiah (scientific evidence). Sejak itu berbagai istilah digunakan terkait
dengan evidence based, diantaranya Evidence Based Medicine (EBM),
Evidence Based Nursing (EBN), dan Evidence Based Practice (EBP).
Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil keputuan
klinis berdasarkan sumber yang paling relevan yang valid. Oleh karena itu
EBP merupakan jalan untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam
praktek sehingga perawat dapat meningkatkan “quality of care” terhadap
pasien
Evidence-Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yang dapat
digunakan dalam praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence
atau fakta. Selama ini, khususnya dalam keperawatan, seringkali ditemui
praktik-praktik atau intervensi yang berdasarkan “biasanya juga begitu”.
Sebagai contoh, penerapan kompres dingin dan alcohol bath masih sering
digunakan tidak hanya oleh masyarakat awam tetapi juga oleh petugas
kesehatan, dengan asumsi dapat menurunkan suhu tubuh lebih cepat,
sedangkan penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penggunaan kompres
hangat dan teknik tepid sponge
1

meningkatkan efektifitas penggunaan kompres dalam menurunkan suhu tubuh.


Penggunaan evidence based dalam praktek akan menjadi dasar scientific
dalam pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan. Sayangnya pendekatan evidence based di Indonesia
belum berkembang termasuk penggunaan hasil riset ke dalam praktek.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa yang dimaksud evidance based practice?
3. Bagaimana gerakan sejarah evidence based practice?
4. Apa langkah-langkah penting evidence based practice?
5. Bagaimana kontroversi seputar evidence based practice?
6. Bagaimana hasil penelitian evidence based practice dalam keperawatan
maternitas?
7. Bagaimana evidence based practice keperawatan maternitas “perawatan
efektif dengan bahaya paling kecil”?
8. Apa hambatan evidence based practice dalam keperawatan maternitas?

1.3 Tujuan
1 Mengetahui definisi evidence based practice.
2 Mengetahui gerakan sejarah evidence based practice.
3 Mengetahui langkah-langkah penting evidence based practice.
4 Memahami kontroversi seputar evidence based practice.
5 Mengetahui hasil penelitian evidence based practice dalam keperawatan
maternitas.
6 Memahami evidence based practice keperawatan maternitas “perawatan
efektif dengan bahaya paling kecil”.
7 Mengetahui hambatan evidence based practice dalam keperawatan
maternitas.
2

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu:
Bab 1. Pendahuluan. Pada bab ini dipaparkan tentang latar belakang penulisan
makalah, rumusan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

2 Bab 2. Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi tentang definisi evidance based
practice, gerakan sejarah evidence based practice, langkah-langkah penting
evidence based practice, kontroversi seputar evidence based practice, hasil
penelitian evidence based practice dalam keperawatan maternitas, evidence
based practice keperawatan maternitas “perawatan efektif dengan bahaya
paling kecil”, hambatan evidence based practice dalam keperawatan
maternitas.

Bab 3. Penutup. Bab ini memuat tentang simpulan dan saran terkait makalah
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Evidance Base Practice


Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah
tindakan yang teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti
(berbasis bukti) yang berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai
pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam proses perawatan
(Titler, 2008). Evidence Based Practice merupakan salah satu perkembangan
yang penting pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk
kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan
profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et
al., 2002; Sackett et al., 2000). Evidence Based Practice (EBP) keperawatan
adalah proses untuk menentukan, menilai, dan mengaplikasikan bukti ilmiah
terbaik dari literature keperawatan maupun medis untuk meningkatkan
kualitas pelayanan pasien. Dengan kata lain, Evidence Based Practice
merupakan salah satu langkah empiris untuk mengetahui lebih lanjut apakah
suatu penelitian dapat diimplementasikan pada lahan praktek yang berfokus
pada metode dengan critical thinking dan menggunakan data dan penelitian
yang tersedia secara maksimal.

Praktik berbasis bukti (Evidence Based Practice) adalah penggunaan bukti


terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang perawatan pasien
(Sackett, Straus, Richardson, Rosenberg, & Haynes, 2000). itu adalah
pendekatan pemecahan masalah untuk praktik klinis yang terintegrasi:

1. Pencarian sistematis dan penilaian kritis dari bukti yang paling relevan
untuk menjawab pertanyaan klinis yang membara
2. Keahlian klinis seseorang
3. Preferensi dan nilai-nilai pasien.

Evidance from Research/ Evidance Based


Theories and Opinion Leader/ Expert Evidence-Based
Panels Clinical Decision
Bukti dari Penelitian/ Teori berbasis Bukti
Making
dan Pemimpin Oponi / Panel Ahli Pembuatan Keputusan
Klinis Berbasis Bukti
Evidence from Assessment of the patient
history and physical exam, and availability
of healthcare resources

Bukti dari Penilaian riwayat pasien dan


pemeriksaan fisik, dan ketersediaan
sumber daya perawatan kesehatan

Clinical Expertise

Keunggulan Klinis

Infromation about patient preferences and


Values

Infromasi tentang preferensi dan nilai-nilai


pasien

tidak seperti pemanfaatan penelitian, yang merupakan penggunaan


pengetahuan yang biasanya didasarkan pada studi tunggal, Evidence Based
Practice mempertimbangkan keahlian praktisi serta preferensi dan nilai- nilai
pasien (Barnsteiner & Prevost, 2002)

2.2. Gerakan Sejarah


Gerakan Evidence Based Practice didirikan oleh Dr. Archie Cochrane,
seorang Ahli Epidemiologi Inggris, yang berjuang dengan kemanjuran
perawatan kesehatan dan menantang masyarakat untuk membayar hanya
untuk perawatan yang secara empiris didukung sebagai efektif (enkin, 1992).
pada tahun 1972, cochrane menerbitkan buku terkenal yang mengkritik profesi
medis dan tidak memprovokasi ulasan yang teliti terhadap bukti sehingga
pembuat kebijakan dan organisasi dapat mengambil keputusan tentang
perawatan kesehatan.

5
cochrane adalah pendukung kuat menggunakan bukti dari uji klinis acak
karena
ia percaya bahwa ini adalah bukti terkuat yang menjadi dasar praktik klinis. ia
menegaskan bahwa peninjauan bukti penelitian di semua bidang khusus perlu
disiapkan secara sistematis melalui proses yang ketat dan bahwa mereka harus
dipelihara untuk mempertimbangkan pembangkitan bukti baru (Cochrane
Collaboration, 2001). dalam contoh kasus, cochrane mencatat bahwa ribuan
bayi prematur dengan berat lahir rendah meninggal dengan sia-sia. Dia
menekankan bahwa hasil dari beberapa uji klinis acak mendukung efektivitas
terapi kortikosteroid untuk menghentikan persalinan prematur pada wanita
berisiko tinggi tidak pernah dianalisis dan disusun dalam bentuk tinjauan
sistematis. data dari tinjauan sistematis menunjukkan bahwa terapi
kortikosteroid mengurangi kemungkinan kematian bayi prematur dari 50%
hingga 30% (Cochrane Collaboration, 2001).
Dr. Archie Cochrane meninggal pada 1988. namun sebagai akibat dari
pengaruhnya dan menyerukan pembaruan peninjauan sistematis atas uji coba
terkontrol secara acak, Cochrane Center diluncurkan di Oxford, Inggris pada
tahun 1992, dan Cochrane Collaboration didirikan setahun kemudian. Tujuan
utama dari Pusat dan kolaborasi internasional adalah untuk membantu
individu dalam membuat keputusan yang diinformasikan dengan baik tentang
perawatan kesehatan dengan mengembangkan, memelihara, dan memperbarui
tinjauan sistematis intervensi perawatan kesehatan dan memastikan bahwa
ulasan ini dapat diakses oleh public (Cochrane Collaboration, 2001).
2.3. Langkah-langkah Penting dari Praktik Berbasis Bukti (Evidance Based
Practice)
Lima langkah penting dari praktik berbasis bukti (Diringkas dalam kotak 1-1)
termasuk:
1. Menanyakan pertanyaan klinis yang terhangat dalam format yang akan
menghasilkan bukti yang paling relevan dan terbaik (yaitu, format PICO).
2. Mengumpulkan bukti yang paling relevan dan terbaik untuk menjawab
pertanyaan klinis, termasuk mencari tinjauan sistematis / meta-analisis
atau pedoman praktik klinis terlebih dahulu.
6
3. Secara kritis menilai bukti yang telah dikumpulkan untuk validitas,
relevansi, dan penerapannya.
4. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis seseorang, penilaian
kondisi pasien, dan sumber daya kesehatan yang tersedia bersama dengan
preferensi dan nilai pasien untuk menerapkan keputusan klinis
5. Mengevaluasi perubahan yang dihasilkan dari menerapkan bukti dalam
praktek

Kotak 1-1

Lima Langkah Penting dalam Praktik Berbasis Bukti :


1. Menanyakan pertanyaan klinis yang terhangat
2. Mengumpulkan bukti yang paling relevan dan terbaik
3. Secara kritis menilai bukti
4. mengintegrasikan semua bukti dengan keahlian klinis seseorang,
preferensi pasien, dan nilai-nilai dalam membuat keputusan Praktek atau
perubahan
5. Mengevaluasi Keputusan Praktik atau Perubahan

Langkah 1: Merumuskan Pertanyaan Klinis yang masih hangat

Dalam Langkah 1 Praktik Berbasis Bukti, pertanyaan klinis harus ditanyakan


dalam format PICO (yaitu intervensi populasi pasien yang menarik, intervensi
atau status perbandingan, dan hasil) untuk menghasilkan bukti yang paling
relevan dan terbaik. misalnya, pertanyaan PICO yang dirancang dengan baik
adalah pada remaja (populasi pasien), seberapa efektif Depo-Provera
(Intervensi) dibandingkan kontrasepsi oral (intervensi pembanding) dalam
pencegahan pregnamcy (hasil). Mengajukan pertanyaan dalam format PICO
menghasilkan pencarian yang efektif yang menghasilkan infromasi terbaik dan
relevan dan menghemat banyak waktu (Melnyk & Fineout-Overholt 2002.a).
Ketika masalah klinis menghasilkan beberapa pertanyaan klinis, prioritas
harus diberikan kepada pertanyaan-pertanyaan dengan konsekuensi yang
paling penting atau yang paling sering terjadi (yaitu, masalah-masalah klinis
yang terjadi dalam volume tinggi dan atau mereka yang membawa risiko
tinggi untuk hasil negatif ke sabar). misalnya, perawat dan dokter di unit
bedah secara rutin

menghadapi pertanyaan, pada pasien pasca operasi, seberapa efektif morfin

versus hidromorfon dalam meredakan nyeri? pertanyaan lain mungkin, apa


intervensi yang paling efektif untuk mencegah luka tekan pada pasien
postopperatif, usia paruh baya? prioritas klinis akan menjawab pertanyaan
pertama karena rasa sakit adalah kejadian sehari-hari, dibandingkan mencari
jawaban untuk pertanyaan kedua karena ulkus tekanan jarang terjadi pada
pasien pasca operasi, setengah baya.

Kotak 1-2

FORMAT PICO

P: Patient Population (Kelompok / Populasi Pasien)

I : Intervention or Issue of Interest (Intervensi Atau Issue yang Menarik)

C: Comparison Intervention Of Group (Perbandingan Intervensi Didalam Populasi)

O: Outcome (Hasil)

Langkah 2: Cari bukti terbaik

Pencarian bukti terbaik, langkah 2 dalam EBP, pertama-tama harus


dimulai dengan tinjauan sistematis atau meta-analisis dan pedoman praktik
klinis berbasis bukti, yang dianggap sebagai bukti paling kuat yang menjadi
dasar keputusan praktik (Guyatt dan Rennie 2002) . Meskipun ada banyak
hierarki bukti yang tersedia dalam literatur (misalnya, Guyatt & Rennie, 2002;
Harriss et al. 2001). Kami telah memilih untuk menyajikan hierarki yang
mencakup berbagai bukti, termasuk peninjauan sistematis bukti kualitatif
(lihat Kotak 1 - 3). Tinjauan sistematis adalah ringkasan bukti pada topik
tertentu, biasanya oleh ahli atau panel ahli yang menggunakan proses yang
ketat untuk mengidentifikasi, menilai, dan mensintesis studi untuk menjawab
pertanyaan

klinis spesifik. Kesimpulan kemudian ditarik tentang data yang dikumpulkan


melalui proses ini (misalnya, Seberapa efektifkah pijat dibandingkan dengan
agen farmakologis dalam mengurangi nyeri pada wanita dewasa dengan
artritis? Apa faktor utama yang memprediksi penyakit jantung pada wanita?).
menggunakan proses yang ketat dari kriteria preset yang ditentukan dengan
baik untuk memilih studi untuk dimasukkan dalam tinjauan, bias diatasi, dan
hasilnya lebih kredibel.

Banyak tinjauan sistematis yang menggabungkan metode kuantitatif untuk


merangkum hasil dari beberapa penelitian. Ulasan ini disebut meta-analisis.
Sebuah meta-analisis sering menghasilkan statistik keseluruhan yang
mewakili efek dari intervensi di beberapa studi. Karena suatu metaanalisis
menggabungkan sampel dari masing-masing studi yang termasuk dalam
ulasan untuk membuat satu penelitian besar, statistik ringkasan lebih tepat
daripada temuan individu dari salah satu studi kontribusi saja (Ciliska,
Cullum, & Mark, 2001). Dengan demikian, tinjauan sistematis dan meta-
analisis menghasilkan tingkat bukti terkuat yang menjadi dasar keputusan
praktik.

Pedoman praktik klinis berbasis bukti adalah rekomendasi praktik khusus


yang didasarkan pada tinjauan yang teliti terhadap metodologi bukti terbaik
pada topik tertentu. Dengan demikian, mereka memiliki potensi yang luar
biasa untuk meningkatkan kualitas perawatan, proses perawatan dan hasil
yang memuaskan (Grimshaw & Russell, 1993; Grimshaw et al., 1995).
Pedoman Clearinghouse nasional menyediakan mekanisme untuk
mengakses pedoman praktik klinis informasi rinci untuk profesional
perawatan kesehatan, sistem perawatan kesehatan, dan publik; mekanisme ini
diterapkan untuk memperluas penyebaran dan penggunaan pedoman. contoh-
contoh dari beberapa rumah panduan di clearinghouse panduan nasional
termasuk:

1. Bunuh diri lansia: pencegahan sekunder "oleh Pusat Penelitian


Intervensi Perawatan Keperawatan Universitas Lowa Gerontological
(Juni 2002)

2. "Pedoman konsensus 2001 untuk manajemen wanita dengan kelainan


sitologi serviks" oleh American Medical Association
3. Anthrax sebagai senjata biologis, 2002: Rekomendasi terbaru untuk
manajemen.

Kotak 1-3

Sistem Rating Untuk Hierarki Bukti


Level 1 :
Bukti dari Tinjauan Sistematis atau Analisis-Meta dari semua uji coba
terkontrol secara acak yang relevan (RCT), atau pedoman praktik klinis
berbasis bukti berdasarkan tinjauan sistematis RCT

Level 2 :
Bukti yang diperoleh dari setidaknya satu RCT yang dirancang dengan
baik

Level 3 :
Bukti yang diperoleh dari Uji Coba terkontrol yang dirancang dengan baik
tanpa acak

Level 4:
Bukti dari Studi kasus-kontrol dan Studi Kohort yang dirancang dengan
baik

level 5:
Bukti dari Tinjauan Sistematis Studi Deskriptif dan Kualitatif

Level 6:
Bukti dari Studi Deskriptif atau Kualitatif Tunggal

Level 7:
Bukti dari Pendapat Otoritas dan / Atau Laporan Komite Ahli
Association of Women’s Health, Obstetric and Neonatal Nurse
(AWHONN) telah menjadi yang terdepan dalam organisasi profesional yang
sangat menganjurkan penggunaan bukti untuk memandu praktik. konsisten
dengan advokasi ini, AWHONN (www.awhonn.org) telah mengembangkan
sejumlah bukti pedoman praktik klinis ased untuk menginformasikan praktik
yang mencakup topik-topik seperti perawatan kulit neonatal,

10

menyusui, dan manajemen keperawatan tahap kedua persalinan.


Keuntungan

utama dari panduan AWHONN adalah bahwa mereka termasuk bukti yang
kuat di mana setiap rekomendasi didasarkan.

Meskipun pedoman praktik klinis memiliki potensi yang luar biasa untuk
meningkatkan kualitas perawatan dan hasil untuk pasien, keberhasilan mereka
tergantung pada proses pengembangan pedoman yang sangat ketat dan
penggabungan bukti terbaik yang tersedia. selain itu, keberhasilan panduan
tergantung pada implmentasi yang tepat (Graham, Harrison, Brouwers,
Davies, & Dunn, 2002)

jika tinjauan sistematis atau pedoman berbasis bukti tidak tersedia, proses
pencarian harus melanjutkan dengan penyelidikan untuk uji coba terkontrol
secara acak asli dalam database seperti MEDLINE atau CINAHL (Cumulative
Index of Nursing and Allied Health LIterature). jika uji coba secara acak tidak
tersedia, pencarian harus dilanjutkan untuk jenis penelitian lain yang
menghasilkan bukti untuk memandu pengambilan keputusan klinis (misalnya,
studi deskriptif atau kualitatif).

Langkah 3 Penilaian Kritis


Langkah ketiga dalam proses praktik berbasis bukti sangat penting karena
melibatkan penilaian kritis dari bukti yang diperoleh dari proses pencarian.
meskipun para profesional biasanya memandang penilaian kritis sebagai suatu
proses yang memakan waktu dan melelahkan, ini dapat diselesaikan dengan
sangat efektif dengan menjawab tiga pertanyaan kunci (dirangkum dalam
kotak 1-4):

1. Apa hasil dari penelitian? misalnya, dalam uji coba intervensi, ini
termasuk seberapa besar efek pengobatan; dalam studi kualitatif, ini
termasuk mengevaluasi pendekatan penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian.

11

2. Apakah hasilnya valid? misalnya dalam uji coba intervensi, akan


menjadi penting untuk menentukan apakah subjek secara acak
3. ditugaskan untuk kelompok perlakuan atau kontrol dan apakah mereka
sama pada karakteristik kunci sebelum pengobatan
4. Akankah hasil penelitian memudahkan perawatan pasien praktisi?
pertanyaan penilaian kritis ketiga ini harus mencakup menanyakan
apakah subjek dalam penelitian serupa dengan pasien yang
perawatannya diberikan dan apakah manfaatnya lebih besar daripada
risiko pengobatan.

Kotak 1-4

Pertanyaan Penting Penilaian Kritis


1. Apa hasil dari penelitian?
2. Apakah hasilnya valid?
3. Akankah hasil penelitian memudahkan
perawatan pasien praktisi?

Jawaban atas pertanyaan ini memastikan relevansi dan pengalihan bukti dari
pencarian ke populasi spesifik untuk siapa praktisi memberikan perawatan.
untuk contoh, jika tinjauan sistematis memberikan bukti untuk mendukung
efek positif menggunakan gangguan untuk mengurangi rasa sakit pada pasien
pascakelahiran antara 20 dan 40 tahun, hasil yang sama mungkin tidak relevan
untuk pasien pascaoperasi yang berusia 65 tahun. Selain itu, bahkan jika uji
coba terkontrol secara acak mendukung efektivitas intervensi khusus dengan
populasi pasien, pertimbangan risiko dan manfaat dari intervensi tersebut
harus dipertimbangkan sebelum penerapannya. unit dua berisi informasi
mendalam tentang penilaian kritis (Langkah 3 dalam praktik berbasis Bukti)
dari semua jenis bukti, dari pendapat ahli dan penelitian kualitatif untuk uji
coba terkontrol secara acak.

12

Langkah 4: Integrasikan Bukti

Langkah kunci keempat dalam EBP adalah mengintegrasikan bukti yang


ditemukan dari pencarian literatur dengan keahlian penyedia layanan
kesehatan, penilaian klinis pasien dan sumber daya kesehatan yang tersedia,
serta preferensi dan nilai pasien untuk menerapkan keputusan. Selain
pertimbangan etis yang terkait dengan melibatkan pasien dalam keputusan
pengobatan, konsumen layanan kesehatan ingin berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan klinis (Kee, 1996). Bahkan jika bukti yang ditemukan
dari pencarian yang teliti dan penilaian kritis sangat mendukung bahwa
pengobatan tertentu menguntungkan (misalnya, terapi penggantian hormon
[HRT] untuk mencegah osteoporosis pada wanita yang sangat berisiko tinggi),
diskusi dengan pasien dapat mengungkapkan intensnya bahaya
mengembangkan kanker payudara saat mengambil HRT atau pemeriksaan
fisik, komorbiditas atau kontraindikasi dapat ditemukan yang meningkatkan
risiko HRT (misalnya, riwayat stroke sebelumnya). Oleh karena itu, meskipun
ada bukti kuat untuk mendukung manfaat HRT dalam mencegah osteoporosis
pada wanita berisiko tinggi, keputusan terhadap penggunaannya dapat
dilakukan setelah penilaian menyeluruh dari setiap pasien dan diskusi tentang
risiko dan manfaat pengobatan.
Demikian pula, penilaian klinisi terhadap sumber daya perawatan
kesehatan yang tersedia untuk menerapkan keputusan perawatan merupakan
bagian penting dari proses pengambilan keputusan EBP. Sebagai contoh,
evaluasi tindak lanjut, komentar dokter bahwa pengobatan ini pertama otitis
media akut pada pasien berusia 3 tahun tidak efektif. Bukti terbaru
menunjukkan bahwa antibiotik A memiliki kemanjuran yang sedikit lebih
besar daripada antibiotik B dalam pengobatan lini kedua otitis media akut
pada anak-anak. Namun, karena antibiotik A jauh lebih mahal daripada
antibiotik B dan keluarga anak tidak memiliki cakupan resep, praktisi dan
orang tua bersama-sama dapat memutuskan untuk menggunakan antibiotik
yang lebih murah untuk mengobati infeksi telinga anak yang belum
terselesaikan

13

Langkah 5: Evaluasi Efektivitas

Langkah kunci kelima dalam EBP adalah mengevaluasi intervensi berbasis


bukti dalam hal bagaimana perawatan bekerja atau seberapa efektif keputusan
klinis dengan pengaturan pasien atau praktik tertentu. Jenis evaluasi sangat
penting dalam menentukan apakah perubahan berdasarkan bukti menghasilkan
hasil yang diharapkan. Jika pengobatan tidak menghasilkan efek yang
diharapkan, analisis hasil harus mencakup perumusan semua penjelasan
alternatif yang mungkin untuk temuan (misalnya, ketidakpatuhan terhadap
rejimen pengobatan oleh pasien, kurangnya dosis obat yang tepat,
karakteristik demografi yang berbeda dari pasien penyedia dibandingkan yang
digunakan dalam studi yang ditinjau).

2.4. Kontroversi seputar Praktik Berbasis Bukti


Salah satu kontroversi seputar EBP adalah bahwa pada dasarnya ini adalah
istilah baru untuk pemanfaatan penelitian, yang merupakan penggunaan
beberapa bagian dari satu studi dalam praktik yang mirip dengan cara yang
digunakan dalam penelitian asli. Meskipun pemanfaatan penelitian adalah
komponen, EBP membutuhkan basis pengetahuan dan keahlian yang lebih
besar dan lebih kompleks.

Kontroversi kedua adalah bahwa beberapa individu percaya bahwa


EBP adalah perawatan "cookbook" di mana ada ketidakpedulian terhadap
individualisasi perawatan pasien. Meskipun godaan untuk menggunakan bukti
sebagai "cookbook" dapat hadir dengan EBP, keputusan dibuat berdasarkan
bukti yang dipertimbangkan dan relevansinya untuk situasi klinis tertentu atau
pasien. Penggabungan bukti penelitian ke dalam praktik harus secara
konsisten mencakup keadaan klinis unik pasien, preferensi dan nilai-nilai
pasien, dan sumber daya kesehatan yang tersedia.

14

Ketiga, beberapa ahli berpendapat bahwa EBP hanya berisi bukti dari
RCT. Meskipun sintesis data dari RCT dianggap sebagai bukti terkuat karena
variabel bias dan pembaur dikendalikan melalui penggunaan penugasan acak

untuk kelompok eksperimen dan kontrol, bukti dari jenis penelitian


lain diakui sebagai berharga. Sebagai contoh, data dari studi deskriptif
kualitatif dan kuantitatif sangat berguna dalam membimbing praktek ketika
ada uji klinis yang terbatas atau tidak ada uji yang mengevaluasi efektivitas
intervensi klinis dan ketika pertanyaan klinis tidak dapat dijawab oleh RCT.
Selain itu, bukti kualitatif adalah penting karena memasukkan suara pasien ke
dalam proses EBP (Pearson, 2002).

Karena semakin diakui bahwa EBP dan tinjauan sistematis harus


mempertimbangkan bukti dari studi kuantitatif dan kualitatif, para peneliti
mulai membangun kerangka kerja atau sistem untuk penilaian kritis penelitian
kualitatif untuk EBP (Pearson, 2002; Sandelowski, 2000). Salah satu kerangka
tersebut adalah Instrumen Penilaian Kualitatif dan Peninjauan Kualitatif
(QARI) atau Skala FAME, yang memeringkat bukti kualitatif dalam hal
Kelayakan, Kelayakan, Makna, dan Efektivitas (Pearson, 2002).
Keempat, ada kontroversi tentang penggunaan pedoman praktik
klinis berbasis bukti. Kritik terhadap pedoman dan laporan berbasis bukti
adalah bahwa berbagai ahli dapat menilai data yang sama dari penelitian dan
sampai pada kesimpulan yang berbeda tentang praktik mana yang harus
didasarkan pada bukti yang ditinjau (Cronenwett, 2002). Selain itu, Lohr,
Eleazer, dan Mouskopf (1998) mengusulkan bahwa pedoman saja memiliki
sedikit dampak jika tidak dapat diterjemahkan ke dalam alat yang dapat
digunakan oleh penyedia layanan kesehatan dalam praktek sehari-hari.
Beberapa orang juga mempertanyakan apakah pedoman EBP dapat
diproduksi dan diperbarui cukup sering untuk mempertimbangkan bukti
baru dari studi yang paling baru selesai.

15

Akhirnya, beberapa berpendapat bahwa EBP tidak


mempertimbangkan teori serta aspek-aspek humanistik perawatan. Namun,
teori yang telah mengumpulkan bukti untuk mendukung proposisi mereka
harus dimasukkan ke dalam EBP. Misalnya, teori self-regulation oleh
Johnson dan Leventhal (Johnson, Fieler Jones, Wlasowiez, & mitchell,
1997) menyatakan bahwa penyediaan informasi obyektif konkret untuk
pasien yang mengalami peristiwa medis yang menegangkan akan
meningkatkan pemahaman, prediktabilitas, dan keyakinan mereka. Sebagai
hasilnya, mereka akan memiliki hasil koping emosional dan fungsional yang
lebih baik (misalnya, kurang kecemasan dan tingkat aktivitas yang lebih
tinggi) daripada pasien yang tidak menerima jenis informasi ini. Banyak
RCT, menyediakan data untuk mendukung teori ini dengan orang dewasa
dan anak-anak menjalani prosedur intrusif atau stres, pasien kanker yang
dirawat dengan kemoterapi dan radiasi, serta orang tua dari anak-anak yang
dirawat di rumah sakit dan sakit kritis dan bayi prematur yang beratnya lahir
rendah (Johnson, 1984). ; Johnson kirchhoff & endress, 1975; Johnson, Rise,
fuller, & endres, 1978; Melnyk, 1994; Melnyk, Alpert Gillis, Hensel, Cable-
Beiling, & Rubenstein, 1997; Melnyk at al., 2001). Sebagai akibatnya,
penyedia layanan harus mempertimbangkan teori berbasis bukti ini sebagai
salah satu yang berguna dalam membimbing praktik mereka.

Mengenai komponen perawatan yang manusiawi, para ahli yang


diakui di EBP mengakui bahwa mengimplementasikan EBP diperlukan
tetapi tidak cukup untuk memberikan kualitas tertinggi Perawatan pasien
(DiCenso, Cullum, Ciliska, & Guyatt, 2004). Tanpa kemampuan untuk
memberikan EBP termasuk didalamnya konteks kepedulian yang mencakup
belas kasih, kepekaan budaya, dan menghormati pasien dan keluarga
mereka, kesehatan akan sangat kurang dari tujuan utamanya dalam
menyediakan perawatan yang aman, efektif, dan holistik yang memenuhi bio
/ psiko / kebutuhan sosial konsumennya

16

Seringkali, di sinilah keahlian seorang praktisi mempengaruhi


keputusan klinis. Misalnya, perawat berpengalaman yang telah berlatih di
unit bedah yang memiliki persentase tinggi pasien lansia penduduk asli
Amerika

meninjau tinjauan sistematis terbaru pada pengobatan baru yang


dapat mempercepat waktu pemulihan pasca operasi. Terlepas dari kekuatan
bukti untuk pengobatan baru ini, perawat tahu bahwa itu akan bertentangan
langsung dengan tradisi dan nilai-nilai pasien lansia Indian dan, sebagai
hasilnya, akan memicu banyak kecemasan emosional di dalamnya. oleh
karena itu, sebagai bagian dari proses EBP, perawat menganjurkan unit
untuk melanjutkan pengobatan standar versus yang lebih baru dengan
populasi pasien ini.

Evidance from Research/ Opinion


Leader/ Expert Panels and Evidance
Based Theories

Evidence from clinical


Expertise and Assessment of the
Patient’s History and Condition as
well as Healthcare Resources
Shared Clinical Quality
Context of Decisiom-Making Patient
Between Patient Care and
Caring
and Practitioner Outcomes
Clinical Expertise

Information about Patient Preferences


and Values

17

Penggabungan sains dan seni: EBP dalam konteks kepedulian menghasilkan


kualitas tertinggi perawatan pasien.

2.5. Hasil Penlitian Evidence Base Practice dalam Keperawatan Maternitas


1. Teknik Pengurangan Nyeri di dalam Persalinan Normal
a) Abstrak
Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum
dialami oleh hampir semua ibu bersalin. Nyeri persalinan merupakan
sebuah pengalaman subjektif disebabkan oleh iskemik otot uteri,
penarikan dan traksi ligament uteri, traksi ovarium, tuba fallopii dan
distensi bagian bawah uteri, otot dasar panggul dan perineum. Apabila
nyeri persalinan tidak diatasi akan menyebabkan terjadinya partus
lama. Tujuan Systematic review ini untuk melihat metode yang efektif
untuk mengurangi rasa nyeri dalam proses persalinan sehingga dapat
dijadikan metode alternative pengurangan rasa nyeri pada pasien yang
akan melahirkan. Systematic review ini menelaah dari artike yang
dipublikasi melalui situs google scholar dengan 17 jurnal yang
direview. Dalam upaya mengurangi rasa nyeri persalinan terdapat
berbagai metode yang dapat digunakan dalam memberikan asuhan
kebidanan dalam proses persalinan. Berdasarkan systematic review ini
dapat disimpulkan bahwa banyak metode pengurangan rasa nyeri yang
dapat digunakan dalam mengurangi nyeri proses persalinan adalah
metode counter pressure dan abdominal lifting, hypnobirthing, music
religi dan murottal, music klasik dan music daerah, relaksasi, kompres,
minuman jahe hangat, akupressur, TENS, account dan aromatherapy
b) Metode
Penelitian ini menggunakan metode systematic review. Sumber data
penelitian ini berasal dari literatur yang diperoleh dari hasil penelitian
(artikel penelitian) tentang teknik/metode pengurangan rasa nyeri
dalam proses persalinan normal yang dipublikasikan di internet.
Pencarian literatur dilakukan secara komputerisasi dengan data base
elektronik google scholar
18

c) Hasil dan Pembahasan


HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi pencarian yang telah dilakukan, didapatkan 18 penelitian RCT
(eksperimen) dengan teknik / metode dalam pengurangan rasa nyeri
dalam persalinan. Penelitian tersebut terdiri dari teknik / metode :
Counter Pressure dan Abdominal Lifting, Hypnobirthing, Masase pada
Punggung (kadar endorphin), Endorphin Massage, Metode Massage
Effleurage, Teknik Relaksasi, Metode Zilgrei dan endorphin massage,
Distraksi musik klasik dengan murotal, Teknik relaksasi lamaze,
Teknik relaksasi nafas dalam, Terapi kompres hangat, metode Acount,
Musik
klasik Mozart dan tradisional gamelan jawa, minum jahe hangat, Pijat
punggung, Acupressure metacarpal, Terapi murottal, Terapi music
religi, Masase punggung dengan teknik effluerage, Terapi music klasik
dan musik Bali, Akupressur titik pada tangan, TENS, Kompres air
hangat, Metode Transcutaneus Electical Nerve Stimulation (TENS),
Aromatherapy Jasmine.
2. Efek Terapi Pikiran - Tubuh pada Gejala Klaster Selama Transisi
Menopause
a) Absrak
Meskipun kebanyakan wanita mengalami gejala gejala selama transisi
menopause dan awal pascamenopause, peneliti yang melaporkan efek
uji klinis untuk hot flushes sering menghilangkan gejala yang terjadi
bersamaan. Tujuan kami adalah untuk meninjau uji klinis terkontrol
dari terapi pikiran-tubuh untuk penggunaan hot flushes dan setidaknya
satu lainnya gejala yang terjadi bersamaan dari kelompok-kelompok
ini: tidur, fungsi kognitif, suasana hati, dan rasa sakit.

19

b) Metode
Referensi dari pustakawan yang berpengalaman melakukan pencarian
ekstensif dari PubMed/Medline, CINAHL Plus, PsycInfo, Cochrane
Database of Systematic Reviews, Cochrane Central Register of
Controlled Trials, Web of Science, EMBASE, AMED, dan Alt-Health
Watch untuk uji coba terkontrol secara acak yang dilaporkan dalam
bahasa Inggris antara 2004 dan Juli 2011. Dari 1193 abstrak yang
diidentifikasi, 58 percobaan yang menguji efektivitas terapi untuk hot
flushes dan setidaknya satu gejala tambahan yang muncul telah
diidentifikasi.

c) Hasil dan Pembahasan


Delapan uji coba (sepuluh publikasi) meneliti relaksasi, yoga, atau
olahraga. Uji coba aktivitas/latihan fisik (enam) menghasilkan hasil
yang beragam; hanya satu yang secara signifikan mengurangi hot
flushes dan gejala mood. Dari dua relaksasi uji coba terapi, hanya
pelatihan pengurangan stres berdasarkan kesadaran yang mengurangi
gejala tidur dan suasana hati dan memiliki efek perlakuan dalam
kelompok pada penggunaan hot flushes. Yoga (satu percobaan) secara
signifikan mengurangi hot flushes dan meningkat gejala kognitif lebih
dari olahraga, dan juga memiliki efek dalam kelompok pada gejala
tidur dan nyeri. Tinjauan ini berfokus pada total sepuluh laporan peer-
review dari delapan studi efek terapi pikiran-tubuh, mewakili 919
peserta yang menyelesaikan studi dari empat negara (lihat Tabel 1).
Intervensi yang diuji termasuk aktivitas fisik/olahraga (enam laporan),
terapi relaksasi (dua laporan), dan yoga (dua laporan). Penelitian ini
melibatkan wanita yang berusia di antara 42 hingga 58 tahun, dengan
sebagian besar ditentukan untuk berada dalam transisi menopause atau
pascamenopause. Durasi terapi berkisar antara 3 minggu hingga 12
bulan

20
2.6. Evidence Base Practice Keperawatan Maternitas “Perawatan Efektif
Dengan Bahaya Paling Kecil”
“Evidence Base Practice in Care Maternity (Perawatan maternitas berbasis
bukti)” menggunakan penelitian terbaik yang tersedia tentang keamanan dan
keefektifan praktik khusus untuk membantu memandu keputusan perawatan
kehamilan dan memberikan hasil optimal pada ibu dan bayi baru lahir.
Berbagai pilihan yang mungkin ditempuh dalam situasi tertentu seringkali
memiliki manfaat / bahaya yang sangat berbeda. Perawatan maternitas
berbasis bukti memberikan prioritas kepada jalur perawatan dan praktik yang
efektif dan paling tidak invasive. Kerangka ini adalah tradisi yang
memerintahkan praktisi untuk "pertama, tidak membahayakan" dan
mempertimbangkan konsekuensi yang tidak diinginkan dari niat baik.
Prinsip perawatan yang efektif dengan sedikit bahaya memiliki dua
konsekuensi. Pertama, praktik dengan efek merugikan yang mapan atau yang
masuk akal harus dihindari ketika penelitian terbaik yang tersedia
mengidentifikasi tidak ada manfaat yang jelas diantisipasi untuk
membenarkan penggunaannya. Sebagai contoh, para ibu melaporkan bahwa
sebagian besar induksi persalinan dan seksio sesarea pada tahun 2005
dilakukan karena penilaian pengasuh dan kekhawatiran tentang janin besar
(Declercq dkk. 2006; Pusat Kolaborasi Nasional untuk Kesehatan Perempuan
dan Anak-anak 2008b), tetapi serangkaian ulasan yang telah di teliti
menemukan penelitian terbaik tidak mendukung ini sebagai indikasi yang
valid untuk salah satu prosedur (Chauhan, Grobman, dkk. 2005;
Coomarasamy dkk. 2005; Pattinson dan Farrell 1997; Rouse dan Owen 1999).
Prinsip-prinsip untuk perawatan maternitas berbasis bukti ini sangat penting
dalam pertimbangan periode perkembangan perinatal yang sensitif, potensi
manfaat jangka panjang dan merugikan efek kesehatan, dan ruang lingkup
besar untuk ketidakpastian tentang konsekuensi yang tidak diinginkan dari
banyak kemungkinan eksposur, sebagaimana dibahas dalam bagian berikut.
Prinsip-prinsip ini juga panduan untuk membantu pembeli mendapatkan nilai
yang baik.

21

Untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dan untuk membantu memandu

keputusan perawatan bersalin, para pengambil keputusan memerlukan akses ke


bukti kualitas tertinggi tentang keamanan dan keefektifan prosedur khusus, obat-
obatan, dan intervensi lainnya. Mereka harus memerlukan hasil penelitian yang
ketat yang menunjukkan bahwa perawatan yang disediakan telah terbukti berhasil,
sehingga dapat diharapkan untuk menawarkan manfaat yang tulus, dan merupakan
pilihan bijak ketika mempertimbangkan bahaya dan alternatif terkait.

Prinsip dasar untuk menentukan apa yang merupakan bukti terbaik yang
tersedia adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan asumsi umum
Praktik perawatan bersalin berdasarkan pendapat para ahli atau masyarakat
umum atau pada tradisi adalah panduan yang tidak dapat diandalkan untuk
pengambilan keputusan. Pandangan ini dan pola perawatan telah dibentuk
oleh banyak faktor dan seringkali tidak mencerminkan penelitian terbaik
saat ini. Mereka dapat menyebabkan perawatan yang tidak memadai, hasil
yang buruk, dan sumber daya yang terbuang. Penting untuk menuntut
untuk menunjukkan bukti terbaik.
2. Ketahuilah bahwa banyak studi tentang intervensi adalah panduan yang
tidak dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan
Evaluasi yang cermat terhadap kualitas penelitian dengan menggunakan
keterampilan "penilaian kritis" sangat penting. Banyak penelitian
cacat atau terbatas dalam ruang lingkup dan tidak memberikan jawaban
yang valid untuk pertanyaan penting. Satu penelitian yang baru dilaporkan
jarang menawarkan jawaban terbaik, paling definitif, dan minat komersial
mempengaruhi banyak penelitian.
Penting untuk bertanya apa yang sudah diketahui tentang pertanyaan
tertentu berdasarkan penelitian terbaik yang tersedia, dan apa, jika ada,
studi baru menambahkan.
3. Carilah "standar emas."

22
Jika tersedia, yang telah dirancang dengan baik dan benar, tinjau penelitian
yang harus menginformasikan keputusan perawatan maternitas. Jika
tinjauan sistematis tidak tersedia, penelitian yang dirancang dengan baik
dan dilakukan dengan baik dengan desain uji coba terkontrol yang secara
acak dapat memberikan jawaban yang paling valid untuk banyak
pertanyaan. Untuk banyak alasan, mungkin penting untuk
mempertimbangkan jenis penelitian lain juga
4. Buatlah keputusan berdasarkan informasi yang mempertimbangkan bukti
tentang keamanan dan keefektifan serta nilai dan keadaan dari wanita yang
melahirkan secara individu
Ketika membuat keputusan perawatan kehamilan, itu adalah penting untuk
mempertimbangkan bukti terbaik yang tersedia serta nilai, preferensi, dan
keadaan individu wanita yang melahirkan yang telah didukung untuk
memahami bukti ini. Penting juga untuk mempertimbangkan pilihan
dalam pengaturan perawatan khusus, seperti keterampilan pengasuh dan
bentuk perawatan yang tersedia.
5. Waspadalah terhadap klaim yang menyesatkan
Dengan semakin menyadari nilai kebijakan dan praktik berbasis bukti,
penting untuk waspada terhadap slogan bandwagon yang mendeskripsikan
produk "berbasis bukti" dan layanan dan eksekusi yang sangat cacat yang
mungkin tidak mencerminkan prinsip-prinsip ini.

2.7. Hambatan Praktik Berbasis Bukti dalam Keperawatan Maternitas


Upaya untuk meningkatkan akses keperawatan maternitas berbasis bukti
harus mengatasi hambatan terhadap peningkatan kualitas. Pembatasan
perawatan maternitas berbasis bukti termasuk yang berikut:
a. Kurangnya serangkaian ukuran kinerja persalinan yang kuat dengan
dukungan para pemangku kepentingan utama untuk menggunakan mereka
untuk mengukur, melaporkan, memberi penghargaan, dan meningkatkan
kinerja.
b. Insentif yang tidak baik dari sistem pembayaran.

23

c. Efek merugikan dari sistem malpraktek.


d. Ketergantungan utama pada spesialis untuk menyediakan perawatan
bersalin untuk populasi yang didominasi sehat, berisiko rendah.
e. Ketergantungan yang terbatas pada bukti terbaik dalam pedoman utama
untuk perawatan bersalin.
f. Hilangnya pengetahuan dan keterampilan melahirkan utama di antara para
profesional kesehatan.
g. Perhatian terbatas pada bahaya dan iatrogenesis.
h. Tantangan menerjemahkan penelitian ke dalam praktik.
i. Dampak buruk tekanan dari industry.
j. Proses informed consent yang tidak memadai dan kurangnya persiapan
untuk membuat keputusan.
k. Keterbatasan pandangan yang dikemukakan di media dan wacana popular

Upaya untuk memperbaiki sistem pembayaran, sistem


pertanggungjawaban, proses pengambilan keputusan konsumen, dan faktor
lain yang mempengaruhi keputusan klinis harus mengidentifikasi bukti
terbaik dan mengembangkan kebijakan, program, dan proses yang
menyelaraskan sistem ini dengan perawatan optimal.

24

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Evidence Based Practice dalam Keperawatan Maternitas merupakan
sebuah bukti dasar praktik dan hal yang sangat penting karena dalam
perawatan maternitas harus mengutamakan keefektifan dan tidak
menimbulkan bahaya bagi Ibu dan Bayi. Evidance Based Practice sangat
diperlukan agar Ibu dan bayi terhindar dari masalah kesehatan dan agar Ibu
mendapatkan fasilitas yang terbaik dan memadai untuk melahirkan. penting
untuk selalu memastikan bahwa kebijakan dan praktik pada kenyataannya
dipandu oleh penelitian terbaik yang tersedia. Pengambilan keputusan yang
diinformasikan harus mempertimbangkan keamanan dan keefektifan serta
nilai dan keadaan masing-masing perempuan. Menghindari intervensi yang
dapat meningkatkan risiko bahaya adalah dengan melakukan perawatan yang
optimal

3.2 Saran

Sebagai scorang perawat pemahaman mengenai konsep Evidence Based Practiced


harus harus lebih ditingkatkan. Hal ini dikarenakan EBP merupakan salah satu
langkah atau metode untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan
berkualitas. EBP juga merupakan salah satu langkah yang dapat menjamin
pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat adalah berkualitas, tepat
sasaran dan memang didasarkan olch studi yang kredibcl dan dapat dipercaya.

25
Daftar Pustaka

Barnsteiner, J., & Prevost, S. (2002). How to implement evidence-based practice.


Some tried and true pointers. Reflections on Nursing Leadership, 28 (2), 18-
21.

Ciliska, D., Cullum, N., & Marks, S. (2001). Evaluation of systematic review of
treatment or prevention intervention. Evidence-Based Nursing, 4, 100-104.

Cochrane Collaboration. (2001). Retrieved January 22, 2002 from


http://www.cochrane.org/cochrane/cc-broch.htm#cc.

Cronenwett, L. (2002). Research, practice and policy: Issues in evidence based


care. Online Journal of Issues in Nursing. Retrieved from
http://www.nursingworld.org/ojin/keynotes/speech_2.htm.

DiCenso, A., Cullum, N., Ciliska, D., & Guyatt, G. (2004). Introducing to
evidence-based nursing. In A. DiCenso, N. Cullum, D. ciliska, & G. Guyatt
(Eds.), Evidence-based nursing: A guide to clinical practice. Philadelphia:
Elsevier.

Enkin, M. (1992). Current overviews of research evidence from controlled trials


in midwifery obstetrics. Journal of the Society of Obstetricians and
Gynecologists of Canada, 9, 23-33.

Graham, I. D., Harrison, M. B., Brouwers, M., Davies, B. L., & Dunn, S. (2002).
Facilitating the use of evidence in practice: Evaluating and adapting clinical
practice guidelines for local use by health care organization. Journal of
Obsteric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 32, 599-611.

Grimshaw, J. M., & Russel I. (1993). Effect of clinical guidelines on medical


practice: A systematic review of rigorous evaluations. Lancet, 342 (8883),
1317-1322.

26
Grimshaw, J., Freemantle, N., Wallace, S., Russell, I., Hurwitz, B., Watt, I., Long,
A., & Sheldon, T. (1995). Developing and implementing clinical practice
guidelines. Quality Health Care, 4 (1), 55-64.

Guyatt, G., & Rennie, D. (2002). Users’s Guides to the Medical Literature.
American Medical Association: AMA Press.

Harris, R. P., Hefland, M., Woolf, S. H., et al. (2001). Current methods of the U.S.
Preventive Services Task Force: A review of the process. American Journal
of Preventive Medicine, 20, 21-35.

Kee, F. (1996). Patients’ prerogatives and perceptions of benefit. British Medical


Journal, 312 (7138), 1151-1153.

Johnson, J. E. (1984). Coping with elective surgery. In H. H. Werley & J. J.


Fitzpatrick (Eds.), Annual Review of Nursing Research (pp. 107-132). New
York: Springer-Verlag.

Lohr, K. N., Eleazer, K., & Mauskop, J. (1998). Health policy issues and
applications for evidence-based medicine and clinical practice guidelines.
Health Policy, 46, 1-9.

Melnyk, B. M. (1994). Coping with unplanned childhood Hospitalization: Effects


of informational interventions on mothers and children. Nursing Research,
43, 50-55

Melnyk, B. M., Alpert-Gillis, L., Feinstein, N. F., Fairbanks, E., Schultz-


Czarniak, J., Hust, D., et al. (2001) Improving cognitive development of
LBW premature infants with the COPE program: A pilot study of the
benefit of early NICU intervention with mothers. Research in Nursing and
Health, 24, 373-389.

Melnyk, B. M., Alpert-Gillis, L., Hensel, P. B., Cable-Beiling, R. C., &


Rubenstein, J. (1997). Helping mothers cope with a critically ill child: A
pilot test of the COPE intervention. Research in Nursing & Health, 20, 3-
14.
27

Melnyk, B. M., & Fineout-Overholt, E, (2002a). Key steps in evidence-based


practice: Asking compelling clinical questions and searching for the best
evidence. Pediatric Nursing, 28, 262-263, 266.

Pearson, A. (2002). Nursing takes the lead. Redefining what counts as evidence in
Australian health care. Reflections on Nursing Leadership, 28 (4), 18-21,
37.

Sackett, D. L., Straus, S, E., Richardson, W. S., Rosenberg. W., & Haynes, R. B.
(2000). Evidence-based medicine: How to practice and teach EBM.
London: Churchill Livingstone.

Sandelowski, M. (2000). Combining qualitative and quantitative sampling, data


collection, and analysis techniques in mixed-method studies. Researh in
Nursing & Health, 23, 246-255.
28

Anda mungkin juga menyukai