Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu penyakit yang dapat dicegah dan
diobati yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan yang
menimbulkan obstruksi saluran nafas, termasuk didalamnya ialah asma, bronkhitis kronik,
dan emphysema paru. Pada tulisan ini Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik
dan Askep PPOK dengan pendekatan Sdki, Slki, dan Siki.
Tujuan
Memahami Etiologi dan Patofisiologi pasien dengan Penyakit paru obstruktif Kronik
atau PPOK
Merumuskan luaran dan kriteria hasil pada askep PPOK dengan pendekatan Slki
Etiologi
Faktor resiko lainnya termasuk keadaan sosial ekonomi dan status pekerjaan yang rendah,
kondisi lingkungan yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokok pasif, atau
terkena polusi udara dan komsumsi alkohol yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30-
40 paling banyak menderita PPOK.
PPOK disebabkan faktor lingkungan dan gaya hidup yang sebagian besar bisa dicegah,
diantaranya:
1. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis dan emfisema.
Manifestasi klinis
Kelemahan badan
Batuk
Sesak nafas
Sesak nafas saat aktivitas dan nafas berbunyi
Mengi atau whezzing
Ekspirasi memanjang
Edema kaki, asietas dan jari tabuh
Suara nafas melemah
Penggunaan obat bantu pernafasan
Patofisiologi
Faktor resiko PPOK adalah merokok. Komponen racun yang terdapat dalam asap rokok akan
menyebabkan timbulnya inflamasi atau peradangan pada paru. Pada proses peradangan ini
dikeluarkan berbagai mediator inflamasi yang menyebakan menurunnya elstisitas saluran
pernafasan, dan bisa menyebabkan kolapsnya alveoli.
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi Karena irisatsi
yang konstan ini kelenjar yang mengsekresi lendir dan koblet meningkat jumlahnya, fungsi
silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan.
Sebagai akibatnya dapat terjadi penyempitan alveoli yang berdekatan dengan bronkiulus
sehingga menjadi rusak karena membentuk fibrosis. Dalam kasus ini juga terjadi gangguan
pada fungsi makrofag alveolar untuk memfagosit dan menghancurkan bakteri serta partikel
asing. Sehingga Pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran pernafasan.
Pada kondisi yang lebih parah, penyempitan bronkial tahap lanjut bisa menyebabkan
perubahan paru yang irreversibel, mengakibatkan empisema dan bronkkiektasis.
Penatalaksanaan
PPOK adalah penyakit paru kronis yang bersifat progresif dan irreversible. Untuk
penatalaksanaan keperawatannya digolongkan berdasarkan pada keadaan pasien, apakah
termasuk stabil atau eksasebasi akut.
e. Memberikan informasi mengenai penyakit, prognosis, dan program pengobatan yang akan
dijalani
1. Memperbaiki kemampuan pasien mengatasi gejala yang timbul baik pada fase akut dan
fase kronik
3. Pengurangi laju perkembangan dan keparahan penyakit jika bisa dideteksi lebih dini
Klasifikasi
1. Asma
Asma merupakan penyempitan saluran nafas yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas
atau alergi terhadap stimulus tertentu dan biasanya bersifat reversibel
2. Bronkhitis kronis
Bronkhitis kronis adalah peradangan bronkus jangka panjang, ditandai dengan batuk
produktif dan produksi dahak secara terus menerus. Terjadi selama minimal 3 bulan dalam
setahun, dalam kurun waktu 2 tahun berturut turut.
3. Emfisema
Emfisema adalah perubahan struktur anatomi parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran
alveoli, tidak normalnya duktus alveolar dan destruksi pada dinding alveolar.
ASSEMENT KEPERAWATAN
Paru- paru : adanya sesak, retraksi dada, auskultasi adanya bunyi ronchi, atau bunyi
tambahan lainnya
Neuromuskular : perlu diwaspadai kesadaran dari composmentis ke apatis, somnolen,
hingga koma pada pemeriksaan GCS, adanya kelmmahan anggota badan dan
terganggunya aktivitas.
Kardiovaskuler : TD menurun, diaphoresis terjadi pada minggu pertama, kulit pucat,
akral dingin, penurunan curah jantung, dengan adanya bradikardi, kadang terjadi
anemia, nyeri dada.
Perkemihan : pada pasien dengan bronchitis kaji adanya gangguaan eliminasi seperti
retensi urine ataupun inkontinensia urine
Pencernaan : Distensi abdomen, nyeri
Intervensi :
4. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d merokok aktif, merokok pasif dan terpajan
polutan (D.0001)
Daftar Pustaka: