Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi 1 - 50.000
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi 1 - 50.000
Petunjuk Teknis
PU
Pemetaan Geologi
SA
Skala 1:50.000
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I
Petunjuk Teknis
PU
Pemetaan Geologi
SA
Skala 1:50.000
T
SU
R
VE
Editor :
Hermes Panggabean
Rachmat Heryanto
IG
Syaiful Bachri
EO
Penyusun :
Tim Pemetaan
Pusat Survei Geologi
LO
G
I
Penyusun:
Indra Sanjaya Dian Hari Saputro Undang Hernawan
Akbar Cita Dian Novita Wawan Sujana
Jamal M. Luthfi Faturrakhman Yudhistiro Cahyadhi
PU
Editor:
T
Sidarto
SU
Sigit Maryanto
R
VE
Diterbitkan oleh
Pusat Survei Geologi
Jln. Diponegoro 57 Bandung, 40122
EO
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi
Skala 1:50.000 ini dapat diselesaikan. Pusat Survei Geologi sebagai walidata peta
geologi mempunyai tugas untuk menyusun dan mengembangkan standar pembuatan
peta geologi di Indonesia. Pusat Survei Geologi telah menerbitkan peta geologi dari
skala 1:5.000.000 hingga 1:100.000, dan saat ini menghasilkan peta geologi skala
PU
1:50.000.
SA
Buku ini merupakan hasil revisi buku petunjuk teknis yang diterbitkan pada tahun 2016
setelah menerima masukan dari pemangku kepentingan (stakeholder). Revisi meliputi
T
penyederhanaan isi serta penyempurnaan notasi satuan batuan dan standar warna
yang digunakan dalam peta geologi skala 1:50.000. Petunjuk teknis disusun untuk
SU
menyeragamkan penyajian peta geologi yang dihasilkan oleh Pusat Survei Geologi,
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Petunjuk teknis dapat
digunakan oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) yang melakukan pemetaan
R
geologi, mengingat banyaknya lembar peta geologi skala 1:50.000 yang masih perlu
VE
diselesaikan.
IG
Kami memberikan apresiasi kepada para penyusun dan dewan redaksi yang telah
bekerja keras untuk menghasilkan buku ini. Buku petunjuk ini teknis diharapkan dapat
menjadi standar penyusunan peta geologi skala 1 : 50.000 untuk pemenuhan kebutuhan
EO
data dan informasi dasar bagi eksplorasi sumber daya geologi, pencegahan potensi
kebencanaan dan penataan wilayah. Akhir kata semoga buku petunjuk teknis ini dapat
LO
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 1
1.3 Metode
PU
1
1.4 Ruang Lingkup 1
SA
1.5 Acuan 2
2. TAHAPAN KEGIATAN PEMETAAN 3
T
LAMPIRAN 15
EO
LO
G
I
iii
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000
BAB I.
PENDAHULUAN
dibutuhkan tersedianya data dan informasi geologi rinci berupa peta geologi skala
1:50.000.
T
Peta geologi skala 1:50.000 menggambarkan kondisi geologi daerah terkait secara rinci,
meliputi stratigrafi, satuan batuan, struktur geologi, informasi keberadaan sumber daya
SU
geologi dan kebencanaan geologi. Diharapkan peta ini dapat dimanfaatkan secara lebih
optimal untuk eksplorasi sumber daya geologi, pengembangan wilayah, mitigasi
bencana alam geologi, pembangunan infrastruktur, serta pengembangan ilmu
R
Maksud penyusunan petunjuk teknis ini adalah sebagai pedoman dalam pemetaan dan
penyajian peta geologi skala 1:50.000 agar seragam. Tujuan penyajian petunjuk teknis
EO
adalah terwujudnya peta geologi skala 1:50.000 lebih berkualitas, yang dihasilkan oleh
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
LO
1.3. Metode
G
1.5. Acuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 13-4691-1998 tentang Penyusunan Peta Geologi,
Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-6502.3-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupa
Bumi Skala 1:50.000, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6502.3:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupa
Bumi Skala 1:50.000, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Federal Geographic Data Committee (FGDC) Document Number FGDC-STD-013-2006:
FGDC Digital Cartographic Standard for Geologic Map Symbolization, United States
Federal Geographic Data Committee.
PU
Dokumen Metode Uji Laboratorium Pusat Survei Geologi, mengacu pada ISO/IEC
17025: 2008, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I
2
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000
BAB II.
TAHAPAN KEGIATAN
PEMETAAN GEOLOGI SKALA 1:50.000
studio. Hasil kegiatan disajikan dalam bentuk peta geologi skala 1:50.000.
SA
meliputi:
a. Rencana pembangunan nasional dan daerah, meliputi tata ruang wilayah dan
VE
kawasan.
b. Potensi sumber daya geologi: energi, mineral dan air tanah; dan potensi lainnya
IG
Studi pustaka yang perlu dilakukan antara lain: pengumpulan data dan informasi hasil
pemetaan sebelumnya, penyelidikan dan penelitian geologi terdahulu. Data dan
informasi tersebut diperlukan untuk mengetahui kondisi geologi umum, yang dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam interpretasi data penginderaan jauh dan
merencanakan kegiatan pemetaan geologi.
2.1.3. Penyediaan Peta Dasar
Peta dasar yang digunakan adalah peta rupa bumi digital skala 1:50.000 atau lebih besar
yang berbasis GIS (Geographic Information System) atau citra Digital Elevation Model
(DEM) dengan resolusi 10 m atau lebih besar (tergantung pada ketersediaan dan
kelayakan data). Pembagian dan penamaan lembar peta geologi mengacu peta rupa
bumi Badan Informasi Geospasial (BIG). Pada daerah yang belum tersedia peta rupa
bumi sesuai kebutuhan, dapat digunakan citra DEM digital.
2.1.4. Penyediaan dan Interpretasi Data Pengindraan Jauh
Data penginderaan jauh yang digunakan adalah foto udara skala 1:50.000 atau lebih
besar; citra satelit yang terdiri atas citra penginderaan jauh berresolusi spasial = atau >
30 m , ORRI (Ortho Rectified Radar Image) dengan resolusi 3 m, dan citra DEM dengan
resolusi 10 m.
Pemetaan geologi pengindraan jauh dilakukan pada tahap awal pemetaan geologi. Studi
ini melakukan interpretasi geologi pada citra pengindraan jauh
PU
lintasan geologi.
T
Perekaman data geologi lapangan membutuhkan peralatan lapangan antara lain: peta
dasar (peta rupa bumi dan/atau peta citra pengindraan jauh), kompas geologi, kamera,
GPS, palu geologi, kaca pembesar, cairan asam klorida (HCl) 10%, pena pengukur
R
kekerasan, pita ukur, buku lapangan standar, alat tulis dan peralatan teknologi terkini
VE
lainnya. Untuk mencapai daerah pemetaan dan kerja lapangan, digunakan sarana
transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah dan dilengkapi peralatan lapangan
personil. Kegiatannya meliputi:
IG
geografis, seperti kampung, cabang sungai, persimpangan jalan, dan perkebunan. Hasil
pengukuran ini kemudian diplotkan pada peta dasar. Jumlah titik pengamatan dalam
G
satu daerah tertentu sangat tergantung pada kondisi geologi, ketersediaan data
sekunder, dan kondisi (kesampaian) medan. Kerapatan lokasi pengamatan, dalam jarak
I
500 m, minimum 1 (satu) titik pengamatan atau sesuai dengan kondisi geologi.
2.2.2. Pengamatan dan Pengukuran Singkapan
Pengamatan lapangan meliputi kondisi geomorfologi, deskripsi singkapan
batuan/litologi, struktur geologi serta pengamatan sumber daya dan indikasi
kebencanaan. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui arah jurus dan kemiringan
lapisan batuan, sesar, kekar, perdaunan, gores-garis, pergeseran, serta fenomena
struktur geologi lainnya.
4
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000
Jumlah dan volume contoh yang diambil disesuaikan dengan keragaman litologi,
kebutuhan, dan standar/panduan yang berlaku di Laboratorium Pusat Survei Geologi
sesuai dengan ISO 17025:2008.
R
VE
Hasil analisis ini digunakan untuk melengkapi hasil pemerian geologi di lapangan.
Analisis laboratorium sesuai dengan standar ISO 17025:2008.
EO
geologi adalah analisis petrologi, paleontologi, dan geokimia batuan serta analisis
penentuan umur, disesuaikan dengan jenis batuan.
G
Analisis petrologi dan mineralogi dilakukan untuk mengetahui jenis dan komposisi
mineral/material di dalam batuan. Tujuan analisis petrologi adalah menentukan nama
batuan. Ragam analisis petrologi ini sangat tergantung jenis batuan yang dijumpai di
dalam lembar peta geologi terkait. Analisis ini meliputi petrologi batuan beku, petrologi
batuan piroklastika, petrologi batuan silisiklastika, petrologi batuan karbonat dan
petrologi batuan malihan. Selain analisis petrologi tersebut di atas, apabila diperlukan
dapat dilakukan analisis petrologi batuan ubahan, petrografi batubara, mineralogi butir,
dan mineralogi bijih.
b. Analisis Paleontologi
Analisis paleontologi dilakukan atas dasar jenis fosil yang dijumpai di lembar peta
terkait. Analisis ini meliputi makropaleontologi, mikropaleontologi foraminifera hasil
cucian, mikropaleontologi foraminifera sayatan pipih, mikropaleontologi nanofosil, dan
mikropaleontologi palinologi. Analisis paleontologi ini digunakan untuk penentuan
umur dan lingkungan pengendapan batuan.
2.3.2. Analisis Laboratorium Tambahan
Selain analisis laboratorium utama tersebut di atas, ada beberapa analisis yang
diperlukan sebagai pelengkap. Analisis tersebut adalah analisis geokimia lanjut, analisis
mineralogi, analisis sedimentologi, analisis fisika batuan dan analisis yang lain.
PU
Analisis geokimia batuan beku dan malihan terdiri atas unsur utama, unsur jarang dan
unsur langka, memakai metode XRF dan ICPMS. Analisis batuan sedimen terdiri atas
unsur organik, jenis hidrokarbon, dan unsur mineral dengan metode TOC dan Rock Eval
SA
menghasilkan peta geologi skala 1: 50.000 dan buku sesuai dengan petunjuk teknis.
IG
EO
LO
G
I
6
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000
BAB III.
PENYAJIAN PETA GEOLOGI
Hasil kegiatan pemetaan geologi skala 1:50.000 disajikan dalam bentuk peta geologi
berskala 1:50.000. Peta geologi adalah peta yang menggambarkan kondisi geologi suatu
PU
daerah. Namun demikian, penyajian kondisi geologi dalam suatu peta geologi memiliki
keterbatasan, yaitu tidak dapat menampilkan semua data yang diperoleh dari kegiatan
lapangan secara lengkap. Untuk memperoleh data yang informatif harus dapat
SA
disertakan bersama peta itu sebuah uraian berupa ringkasan eksekutif yang berisikan
sejarah geologi dan sumberdaya geologi yang mungkin tidak dimuat dalam peta gologi.
T
SU
Peta geologi harus mempunyai standar format penyajian yang sama, dengan mengacu
kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ada, antara lain SNI 13-4691-1998
tentang Penyusunan Peta Geologi, SNI 19-6502.3-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta
R
Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 dan SNI 6502.3:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta
VE
Format penyusunan peta geologi diuraikan secara singkat dalam bahasan berikut.
1. Isi Peta
- Peta dasar yang digunakan adalah peta rupa bumi atau citra DEM berukuran 15'
x 15' dengan rangka jala (grid) 30” x 30”.
- Gratikul digambarkan setiap 1' dengan warna biru dan grid peta ditunjukkan
dengan proyeksi UTM berupa garis pada tepi peta setiap 5.000 m dan diberi
warna hitam.
- Isi peta terdiri atas:
a. Dasar (background) peta adalah kontur dengan interval kontur 12,5m, atau citra
PU
skala 1:50.000.
- Setiap satuan batuan diberi warna dan simbol sesuai dengan SNI 13-4691-1998
tentang Penyusunan Peta Geologi.
R
kecamatan dengan kelas jalan adalah jalan lain, tidak perlu jalan setapak.
- Sungai menggunakan sungai utama (2 garis) berdasarkan peta BIG, jika terjadi
G
2. Instansi Penerbit
- Memuat nama dan alamat instansi penerbit.
- Nama instansi disusun dengan urutan Pusat Survei Geologi, Badan Geologi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan diikuti oleh alamat instansi.
Teks dibuat rata kiri, setelah logo KESDM.
8
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000
- Nama dan nomor lembar peta mengacu pada indeks peta skala 1:50.000 yang
SU
dibuat oleh BIG (apabila belum memuat nama lembar, maka pemeta boleh
memberi nama pada lembar tersebut berdasarkan kaidah yang berlaku, seperti
nama daerah pada titik tengah peta dan lain sebagainya, yang selanjutnya akan
R
PETA GEOLOGI
IG
2016
I
QUATERNARY (PERIOD)
(EPOCH)
ZAMAN
KURUN
UMUR
MASA
KALA
(EON)
(AGE)
KORELASI SATUAN PETA
(ERA)
CORRELATION OF MAP UNITS
HOLOSEN Qsw Qfp
KUARTER
HOLOCENE 0.0117
0.126
PLISTOSEN 0.781
PLEISTOCENE
1.806 Qdcg
2.588
Ahir
PLIOSEN Late
Awal
3.600
PLIOCENE Early 5.332
NEOGENE
Ahir 7.246
NEOGEN
KENEZOIKUM
Late
Nmws
CENOZOIC
11.608
MIOSEN Tengah
13.82
Middle
MIOCENE
15.97 Nmwcl
Awal
20.43
Early
23.03 Ombl
PANEROZOIKUM Ahir
PHANEROZOIC
OLIGOSEN Late 28.4 ±0.1 Ombm
Awal
OLIGOCENE Early
33.9 ±0.1
Ahir
Petcl
PALEOGENE
Late 37.2 ±0.1
PALEOGEN
EOSEN Tengah
40.4 ±0.2 Pets
Middle
EOCENE
Awal
48.6 ±0.2
Early
55.8 ±0.2
Petcg
Ahir
Late
PALEOSEN 58.7 ±0.2
PU
Tengah
Middle
PALEOCENE Awal
~ 61.1
Early 65.5 ±0.3
Late Kpp
MESOZOIKUM
CRETACEOUS
~ 88.6
MESOZOIC
KAPUR
93.6 ±0.8
99.6 ±0.9
112.0 ±1.0
125.0 ±1.0
T
145.5 ±4.0
(Lampiran 2), corak dasar satuan batuan (Lampiran 3), notasi huruf sebagai
simbol umur geologi (Lampiran 4), tata cara penamaan notasi (Lampiran 5), dan
EO
6. Legenda
- Menjelaskan keterangan batas administrasi, jalan, perairan dan simbol geolog.i
- Keterangan batas administrasi, jalan, perairan mengacu pada SNI 6502.3:2010
tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000.
- Keterangan unsur geologi mengacu pada SNI 13-4691-1998 tentang
Penyusunan Peta Geologi dan FGDC Document Number FGDC-STD-013-2006.
10
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000
200
Batas Kecamatan / District boundaries
Jalan Lain / Other road
Kantor Desa / Village office
A B Penampang A - B
A : andesit/andesite
A - B Profile
14 SGT 024 Pengukuran stratigrafi rinci G : Batugamping
S. Santosa (1981).
R. Heryanto, Sutrisno, Sukardi, T. Turkandi, D.A. Agustiyanto,
R.L. Situmorang (1996)
R. Heryanto. Kusdji D.K, U. Margono, Kusnama, D. Irawan (2007)
EO
Penelaah
reviewers : R. Heryanto, H. Panggabean & Sidarto
Kartografi
G
Cartography : W. Sujana
I
8. Skala
- Mencantumkan skala angka dan skala garis serta proyeksi peta yang digunakan
0 1 2 3 4 5 Km
9. Glosari
- Menjelaskan nama lokal keterangan geografi.
DAFTAR ISTILAH
GLOSSARY
PENAMPANG GEOLOGI
GEOLOGICAL CROSS SECTION
SKALA / SCALE
H:V=1:2
Khpi(l)
Kpcg
SA
250 m 250 m
Pets Kbl Kpks
200 m Kpks 200 m
150 m Qsw Qfp Qdcg Nmwc Ombl Ombm Petc Petcl Pets 150 m
100 m 100 m
50 m 50 m
0m 0m
C D
Sinklin
Sinklin Antiklin
Khpi(l) Riam Kiwa S. Pinang
250 m Kpks Kbl 250 m
200 m
Pets Kpks Pets Ombl Ombm Petcl Pets Kpks
Petcl Khpi(l) 200 m
150 m Nmws Qdcg Qfp Nmwcl Ombm Petc Pets 150 m
100 m Qsw Qfp 100 m
50 m 50 m
0m Mzgr 0m
A B
T
11. Citra
SU
3o 15' LS 3o 15' LS
115o 00' BT 115o 15' BT
3o 15' 3o 15'
d
i
3o 30' LS 3o 30' LS 3o 15' LS 3o 15' LS 3o 15' LS 3o 15' LS
114o 45' BT 115o 00' 115o 15' 115o 30' BT 115o 00' BT 115o 15' BT 115o 00' BT 115o 15' BT
12
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000
Etc Ombm
Napal-btps gpan
Marl-calc sst
Btlp
Clst
14SGT062
20 m
Ets
Btps-btlp-btbr
Sst-clst-coal
Btps
Sst
PU
10 m
Btps-btlp
Sst-clst Skala tegak
Vertical scale
SA
0m
Btlp-btbr
Clst-coal Tanpa skala datar
No horizontal skale
Etc
Btps
Sst
T
Btlp-btbr
Ets
Clst-coal
Btps
Sst
Etc
Btps-btlp
SU
Sst-clst
Btps
Btlp-btps Sst
Ets
Clst-sst Btps-btlp
Sst-clst
Ets
Btps-btlp Btps-btlp
Sst-clst Btps Sst-clst
Btps Sst
Btps-btlp-btbr Sst Btps
R
Etc Ets
Sst-clst-coal
Sst
Btlp-btbr Btps-btlp Btlp-btps 14SGT083
Etc
Sst
Btps
Etc
Btlp
Ets
Sst-clst Sst
IG
14SGT065
EO
Btps gnapi
Kpk
- Menunjukkan selisih sudut antara utara magnetik dan utara sebenarnya (utara
I
US
US : Utara Sebenarnya (Geografi)
UG UG : Utara Grid (UTM)
UM
UM : Utara Magnetik
"
6 8.11
o
41 o51.89
"
Hubungan dengan Utara Sebenarnya, Utara Grid, dan Utara
o
Magnetik ditunjukan secara diagram untuk pusat peta ini.
47 0.0"
Dekinasi Magnetik rata-rata pada tahun 2016 di pusat peta.
Deklinasi tersebut tiap tahun bertambah 4’.
14
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000
LAMPIRAN
PU
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I
dapat digunakan corak. Beberapa contoh warna umum yang digunakan dalam
pewarnaan batuan pada peta yang sudah diterbitkan sebelumnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
SA
T
Batupasir Kuning
Batugamping Biru
Konglomerat Jingga
R
3). Batuan malihan umumnya berwarna ungu, dapat dibedakan berdasarkan (1)
derajat dan fasies serta (2) umur nisbi batuan pra-malihan dan litologi. Tata
EO
warna batuan malihan sama dengan batuan sedimen atau menggunakan bakuan
warna khusus. Corak untuk membedakan litologi tertera pada lampiran 3.
4). Warna batuan beku adalah merah, derajat warnanya menyatakan susunan
LO
5). Batuan gunung api yang berlapis dan diketahui umurnya, mengikuti tata warna
I
untuk batuan sedimen. Perbedaan litologi untuk lahar, breksi gunungapi dan tuf
dapat dibedakan dengan corak. Beberapa satuan batuan gunung api pada suatu
lembar peta geologi dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya, dengan
bakuan warna khusus.
6). Satuan tektonik dinyatakan dengan corak khusus.
C = Cyan, M = Magenta, Y = Yellow, K = Black (K = 0)
PU
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I
I
G
LO
EO
IG
VE
R
SU
T
SA
PU
I
G
LO
EO
IG
VE
R
SU
T
SA
PU
Lampiran 3. Corak dasar simbol batuan
* Untuk corak batuan tertentu yang belum tercantum dalam lampiran ini dapat merujuk
pada FGDC Digital Cartographic Standard for Geologic Map Symbolization (2016).
G
I
Lampiran 4. Huruf sebagai simbol umur geologi
Jura J
Trias TR
SA
Paleozoikum PZ
Perem PR
T
Karbon C
SU
Pensilvanian PN
Missisipian MS
R
Devon D
VE
Silur S
Ordovisium OR
IG
Kambrium €
Prakambrium p€
EO
LO
G
I
Lampiran 5. Tata cara penamaan notasi
Satuan kronostratigrafi pada peta geologi ditunjukkan dengan singkatan huruf. Sebagai
pedoman/acuan satuan kronostratigrafi adalah tabel (chart) yang dibuat oleh International
Union of Geological Sciences (2020).
1) Huruf pertama saja pada notasi satuan batuan yang ditulis dengan huruf besar (kapital).
Jumlah huruf dalam satu notasi tidak lebih dari enam (6) huruf.
2) Huruf pertama dan kedua mencerminkan umur batuan. Pada batuan berumur Kenozoikum
(Paleogen dan Neogen), huruf pertama menyatakan Zaman, huruf kedua menyatakan Kala.
Misalnya: satuan batuan berumur Miosen ditulis Nm (Neogen Miosen), satuan batuan
berumur Eosen ditulis Pe (Paleogen Eosen), kecuali:
a. Satuan berumur panjang dan berbeda Zaman, maka yang ditulis keduanya adalah notasi
PU
Kala. Misalnya batuan berumur Eosen sampai Miosen, ditulis dengan notasi huruf Em.
b. Satuan batuan berumur panjang, akan tetapi berada pada Zaman yang sama, maka yang
ditulis tetap inisial Kala. Misalnya: Batuan berumur Eosen sampai Oligosen maka notasi
SA
umur yang ditulis adalah Eo, Satuan batuan berumur Miosen sampai Pliosen, maka
notasi umur yang ditulis adalah Mp
T
c. Satuan batuan berumur Neogen yang berlanjut hingga Kuarter, maka notasi umur yang
ditulis adalah Kala. Misalnya: umur satuan batuan Pliosen sampai Plistosen maka notasi
SU
huruf ditulis Pp, satuan batuan berumur Pliosen sampai Holosen maka notasi huruf
ditulis Ph.
d. Pada batuan berumur pra-Kenozoikum (Paleozoikum sampai Mesozoikum) notasi huruf
R
umur yang ditulis boleh satu atau dua huruf. Contoh : batuan berumur Jura maka ditulis
VE
dengan notasi J, batuan berumur Trias maka ditulis dengan notasi TR.
e. Batuan yang mempunyai kisaran umur panjang, urutan singkatan umur berdasarkan
dominasi umur batuan. Sebagai contoh: notasi J untuk batuan berumur Jura hingga
IG
penyusun Formasi Domaring ditulis dengan d. Apabila pada satu lembar peta hadir dua
formasi dengan huruf awal sama maka ditulis dua huruf. Pada satu lembar dijumpai
Formasi Telakai dan Formasi Talabar, maka ditulis dengan notasi te dan ta.
LO
4) Huruf selanjutnya merupakan singkatan jenis batuan yang mendominasi satuan batuan,
diambil dari singkatan nama batuan dalam Bahasa Inggris. Contoh: batulempung ditulis
G
dengan notasi c, konglomerat ditulis dengan notasi co, batupasir ditulis dengan notasi s.
5) Batuan beku dan malihan yang tak terperinci susunan batuan dan umurnya cukup
I
dinyatakan dengan satu atau dua huruf. Contoh: batuan dominan diorit ditulis di.
6) Batuan beku dan malihan yang diketahui umurnya, huruf pertama menjelaskan umur,
sedangkan huruf selanjutnya menjelaskan formasi dan jenis batuan. Contoh: Andesit
Sintang yang berumur Miosen ditulis dengan notasi Msa.
7) Batuan gunung api yang dapat dipisahkan jenis batuannya diberi notasi seperti batuan
sedimen, sedangkan batuan gunung api yang tidak dapat dipisahkan jenis batuannya cukup
diberi notasi v. Contoh: Breksi gunung api produk Gunung api Ungaran muda yang berumur
Holosen ditulis dengan notasi Qhubx, produk Gunung api Ungaran purba yang berumur
Pliosen sampai Plistosen dan jenis batuannya tak terpisahkan ditulis dengan notasi Ppuv.
JENIS BATUAN SIMBOL NAMA BATUAN
a Endapan aluvial
b Endapan pantai
c endapan koluvial
cl Batugamping koral
Endapan Permukaan f Endapan kipas aluvial
l Endapan danau
r Endapan sungai
s Endapan rawa
t Endapan teras
bx Breksi
c Batulempung
ca Kalkarenit
ch Rijang
PU
cl Batubara
co Konglomerat
Batuan Sedimen do Dolomit
l Batugamping
SA
li Lignit
m Napal
s Batupasir
T
sh Serpih
sl Batulanau
SU
a Andesit
ag Aglomerat
b Basal
g Granit
R
gd Granodiorit
gb Gabro
VE
d Dasit
db Diabas
Batuan Beku dan Vulkanik dn Dunit
IG
di Diorit
pg Pegmatit
pd Peridotit
py Piroksenit
EO
r Riolit
sy Sienit
to Tonalit
t Tuf
LO
am Ampibolit
bs Sekis biru
ec Eklogit
G
gn Genes
gs Sekis hijau
I
hf Batu tanduk
Batuan Malihan mb Marmer
my Milonit
py Filit
qz Kuarsit
sc Sekis
st Batusabak
sp Serpentinit
Lampiran 6. Simbol geologi di dalam peta
0.75 mm
Sesar, jenis dan pergerakan tidak diketahui, lokasi tertutup
6 Fault, unknown type and sense of slip, concealed location
0.75 mm
Sesar Mendatar, panah menunjukkan arah gerakan relatif
7 Strike Slip Fault, arrows show direction of relative movement
SA
Lineaments
0.5 mm
Antiklin, garis putus-putus bila letaknya diperkirakan
12 0.25 mm
VE
Black 100%
Sesar, U, bagian yang naik; D, bagian yang turun
17 0.225 mm
G
Sesar Turun, gerigi pada blok yang turun. Garis putus-putus bila 0.375 mm
letaknya diperkirakan
20
Normal Fault, serrations on downthrown block. Dashed if
approximately located
Black 100%
Black 100%
Sesar Naik, gerigi pada lempeng atas, garis putus-putus
bila letaknya diperkirakan
22 0.375 mm
Thrust Fault, sawteeth on upper plate, dashed where
approximately located
Black 100%
Jurus dan Kemiringan lapisan
23 0.2 mm
Strike and Dip of beds
Black 100%
PU
Lapisan Mendatar
24 0.2 mm
Horizontal Beds
SA
Black 100%
Lapisan Tegak
25 0.2 mm
Vertical Beds
T
SU
Black 100%
Black 100%
Jurus dan Kemiringan kekar
27 0.2 mm
Strike and Dip of joints
IG
Black 100%
EO
Black 100%
Jurus dan Kemiringan perdaunan, dapat dipakai untuk
29 sekis
0.2 mm
G
Black 100%
Jurus dan Kemiringan perdaunan tegak, dapat dipakai
untuk sekis
30
0.2 mm
Strike and Dip of vertical foliation, may subtitute
schistosity
Black 100%
Black 100%
Jurus dan Kemiringan belah
33 0.2 mm
Strike and Dip of cleavage
Black 100%
Jurus dan Kemiringan belah tegak
34 0.2 mm
Strike and Dip of vertical cleavage
PU
Black 100%
Struktur aliran, laminasi, layer, atau foliasi pada batuan
35 beku 0.2 mm
Black 100%
Struktur aliran,laminasi, layer, atau foliasi tegak pada
36 batuan beku 0.2 mm
T
Magenta or red
Kawah gunungapi, titik menunjukkan titik rendah kawah
SU
37
Rim of volcanic crater, dot shows low point of crater
R
Magenta or red
0.275 mm
Kawah gunungapi, lokasi diperkirakan. Garis pendek Magenta or red
menunjuk kearah bagian dalam kawah
EO
Magenta or red
Kawah gunungapi, lokasi tertutup. Garis pendek
menunjuk kearah bagian dalam kawah
40
Rim of volcanic crater, location concealed. Hachures
G
Black 100%
Lubang tambang pasir, kerikil, lempung, atau endapan
41 letakan 0.15 mm
Black 100%
Bekas lubang tambang pasir, kerikil, lempung, atau
42 endapan letakan 0.15 mm
46 Oil well
diameter 1.5 mm
Black 100%
Sumur gas
47 0.2 mm
Gas well
Black 100%
Sumur kering
48 0.2 mm
Dry well
PU
Black 100%
Mata air panas
49 0.15 mm
Hot spring
SA
Black 100%
Mata air
50 0.15 mm
Spring
T
51 0.2 mm
Geological cross section line and labels
Black 100%
VE
Terowongan
53 0.175 mm
Adit
IG
Black 100%
Terowongan runtuh
54 0.175 mm
Caved adit
EO
Red 100%
Lapisan batubara
55
Coal bed
LO
57
Coal bed, dashed line where concealed located
Red 100%
Garis aliran dari aliran lava 0.175 mm
64
Flow lines of lava flow
Red 100%
Mata air panasbumi
0.15 mm
Geothermal spring
65
PU
Koral
69 Corals
R
Moluska
VE
70
Molusk
Black 100%
Brachiopoda
IG
71 Brachiopods
Foraminifera
72 fill color
EO
Foraminifera
0.125 mm 100% white
Foraminifera besar
73
Large foraminifera
LO
Alga
74
Algae
G
Vertebrata
75
I
Vertebrata
Tanaman
76
Plants
Fosil jejak
77
Trace fossil
* Lampiran simbol ini dapat digunakan untuk kolom stratigrafi dan penampang geologi
**Simbol yang tercantum adalah simbol yang paling umum dijumpai dalam peta geologi.
Untuk simbol tertentu yang belum tercantum dalam lampiran ini dapat merujuk pada
FGDC Digital Cartographic Standard for Geologic Map Symbolization (2016).
Lampiran 7. Tabel kronostratigrafi sebagai acuan umur satuan batuan
PU
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I