Anda di halaman 1dari 36

ISBN 978 979 551 083 3

Petunjuk Teknis
PU

Pemetaan Geologi
SA

Skala 1:50.000
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I

PUSAT SURVEI GEOLOGI


BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2020
I
G
LO
EO
IG
VE
R
SU
T
SA
PU
ISBN 978 979 551 060 4

Petunjuk Teknis
PU

Pemetaan Geologi
SA

Skala 1:50.000
T
SU
R
VE

Editor :
Hermes Panggabean
Rachmat Heryanto
IG

Syaiful Bachri
EO

Penyusun :
Tim Pemetaan
Pusat Survei Geologi
LO
G
I

PUSAT SURVEI GEOLOGI


BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2020
© 2020 Pusat Survei Geologi

Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi


Skala 1:50.000

Pengarah: S.R. Sinung Baskoro

Penyusun:
Indra Sanjaya Dian Hari Saputro Undang Hernawan
Akbar Cita Dian Novita Wawan Sujana
Jamal M. Luthfi Faturrakhman Yudhistiro Cahyadhi
PU

Sonia Rijani Nela Paramita R.


Fitriani Agustin Ferdy Firmansyah
SA

Editor:
T

Sidarto
SU

Sigit Maryanto
R
VE

Cetakan Pertama : September 2020


IG

Diterbitkan oleh
Pusat Survei Geologi
Jln. Diponegoro 57 Bandung, 40122
EO

Telp. (022) 7203205, Faks. (022) 7202669


Email : sekretariat_psg@esdm.go.id
redaksi@grdc.esdm.go.id
LO

Sanksi Pelanggaran Pasal 72


G

Undang-undang Nomor 19 tahun 2002


Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun1987
I

Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982


Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi
Skala 1:50.000 ini dapat diselesaikan. Pusat Survei Geologi sebagai walidata peta
geologi mempunyai tugas untuk menyusun dan mengembangkan standar pembuatan
peta geologi di Indonesia. Pusat Survei Geologi telah menerbitkan peta geologi dari
skala 1:5.000.000 hingga 1:100.000, dan saat ini menghasilkan peta geologi skala
PU

1:50.000.
SA

Buku ini merupakan hasil revisi buku petunjuk teknis yang diterbitkan pada tahun 2016
setelah menerima masukan dari pemangku kepentingan (stakeholder). Revisi meliputi
T

penyederhanaan isi serta penyempurnaan notasi satuan batuan dan standar warna
yang digunakan dalam peta geologi skala 1:50.000. Petunjuk teknis disusun untuk
SU

menyeragamkan penyajian peta geologi yang dihasilkan oleh Pusat Survei Geologi,
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Petunjuk teknis dapat
digunakan oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) yang melakukan pemetaan
R

geologi, mengingat banyaknya lembar peta geologi skala 1:50.000 yang masih perlu
VE

diselesaikan.
IG

Kami memberikan apresiasi kepada para penyusun dan dewan redaksi yang telah
bekerja keras untuk menghasilkan buku ini. Buku petunjuk ini teknis diharapkan dapat
menjadi standar penyusunan peta geologi skala 1 : 50.000 untuk pemenuhan kebutuhan
EO

data dan informasi dasar bagi eksplorasi sumber daya geologi, pencegahan potensi
kebencanaan dan penataan wilayah. Akhir kata semoga buku petunjuk teknis ini dapat
LO

memberikan manfaat bagi kita semua.


G

Bandung, September 2020


Kepala Pusat Survei Geologi
I

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 1
1.3 Metode
PU

1
1.4 Ruang Lingkup 1
SA

1.5 Acuan 2
2. TAHAPAN KEGIATAN PEMETAAN 3
T

GEOLOGI SKALA 1:50.000


SU

2.1 Tahapan Persiapan (pra-lapangan) 3


2.2 Perekaman Data Geologi Lapangan 4
R

2.3 Analisis Laboratorium 5


VE

2.4 Kegiatan Studio 6


3. PENYAJIAN PETA GEOLOGI 7
IG

LAMPIRAN 15
EO
LO
G
I

iii
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

BAB I.
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemetaan geologi bersistem skala 1:250.000 di luar Pulau Jawa dan skala 1:100.000 di
Pulau Jawa - Madura telah dilakukan selama 5 (lima) Pelita. Pada awalnya, kegiatan
pemetaan geologi bertujuan untuk mendukung kegiatan eksplorasi. Dalam
PU

perkembangannya peta geologi bersistem tersebut masih belum memberikan


informasi geologi rinci untuk mendukung berbagai sektor pembangunan lain. Untuk itu,
SA

dibutuhkan tersedianya data dan informasi geologi rinci berupa peta geologi skala
1:50.000.
T

Peta geologi skala 1:50.000 menggambarkan kondisi geologi daerah terkait secara rinci,
meliputi stratigrafi, satuan batuan, struktur geologi, informasi keberadaan sumber daya
SU

geologi dan kebencanaan geologi. Diharapkan peta ini dapat dimanfaatkan secara lebih
optimal untuk eksplorasi sumber daya geologi, pengembangan wilayah, mitigasi
bencana alam geologi, pembangunan infrastruktur, serta pengembangan ilmu
R

pengetahuan dan teknologi.


VE

1.2. Maksud dan Tujuan


IG

Maksud penyusunan petunjuk teknis ini adalah sebagai pedoman dalam pemetaan dan
penyajian peta geologi skala 1:50.000 agar seragam. Tujuan penyajian petunjuk teknis
EO

adalah terwujudnya peta geologi skala 1:50.000 lebih berkualitas, yang dihasilkan oleh
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
LO

1.3. Metode
G

Pemetaan geologi skala 1:50.000 secara umum menggunakan prinsip satuan


I

litostratigrafi, sedangkan di daerah yang didominasi oleh gunung api, pemetaan


didasarkan prinsip satuan vulkanostratigrafi. Hasilnya ditampilkan dalam peta geologi
bersistem SIG (Sistem Informasi Geografi).

1.4. Ruang Lingkup


Petunjuk Teknis ini menjelaskan tahapan kegiatan pemetaan dan penyajian peta geologi
skala 1:50.000

Pusat Survei Geologi 1


Badan Geologi - 2020
Pendahuluan

1.5. Acuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 13-4691-1998 tentang Penyusunan Peta Geologi,
Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-6502.3-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta Rupa
Bumi Skala 1:50.000, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6502.3:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupa
Bumi Skala 1:50.000, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Federal Geographic Data Committee (FGDC) Document Number FGDC-STD-013-2006:
FGDC Digital Cartographic Standard for Geologic Map Symbolization, United States
Federal Geographic Data Committee.
PU

Dokumen Metode Uji Laboratorium Pusat Survei Geologi, mengacu pada ISO/IEC
17025: 2008, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I

2
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

BAB II.
TAHAPAN KEGIATAN
PEMETAAN GEOLOGI SKALA 1:50.000

Kegiatan pemetaan geologi terdiri atas tahap persiapan (pra-lapangan), perekaman


data geologi di lapangan, analisis data/contoh batuan di laboratorium dan kegiatan
PU

studio. Hasil kegiatan disajikan dalam bentuk peta geologi skala 1:50.000.
SA

2.1. Tahapan Persiapan (pra-lapangan)


Tahap persiapan pemetaan meliputi: pemilihan daerah pemetaan, studi pustaka,
T

penyediaan peta dasar, penyediaan dan interpretasi data penginderaan jauh.


SU

2.1.1. Pemilihan Daerah Pemetaan


Pemilihan daerah pemetaan diprioritaskan berdasarkan pertimbangan strategis,
R

meliputi:
a. Rencana pembangunan nasional dan daerah, meliputi tata ruang wilayah dan
VE

kawasan.
b. Potensi sumber daya geologi: energi, mineral dan air tanah; dan potensi lainnya
IG

yang berhubungan dengan geologi.


c. Kerawanan bencana alam geologi: gempa bumi dan tsunami, gunung api, gerakan
EO

tanah dan banjir.


d. Wilayah perbatasan dengan wilayah negara tetangga.
LO

e. Kawasan lindung geologi.


G

2.1.2. Studi Pustaka


I

Studi pustaka yang perlu dilakukan antara lain: pengumpulan data dan informasi hasil
pemetaan sebelumnya, penyelidikan dan penelitian geologi terdahulu. Data dan
informasi tersebut diperlukan untuk mengetahui kondisi geologi umum, yang dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam interpretasi data penginderaan jauh dan
merencanakan kegiatan pemetaan geologi.
2.1.3. Penyediaan Peta Dasar
Peta dasar yang digunakan adalah peta rupa bumi digital skala 1:50.000 atau lebih besar
yang berbasis GIS (Geographic Information System) atau citra Digital Elevation Model

Pusat Survei Geologi 3


Badan Geologi - 2020
Tahapan Kegiatan Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

(DEM) dengan resolusi 10 m atau lebih besar (tergantung pada ketersediaan dan
kelayakan data). Pembagian dan penamaan lembar peta geologi mengacu peta rupa
bumi Badan Informasi Geospasial (BIG). Pada daerah yang belum tersedia peta rupa
bumi sesuai kebutuhan, dapat digunakan citra DEM digital.
2.1.4. Penyediaan dan Interpretasi Data Pengindraan Jauh
Data penginderaan jauh yang digunakan adalah foto udara skala 1:50.000 atau lebih
besar; citra satelit yang terdiri atas citra penginderaan jauh berresolusi spasial = atau >
30 m , ORRI (Ortho Rectified Radar Image) dengan resolusi 3 m, dan citra DEM dengan
resolusi 10 m.
Pemetaan geologi pengindraan jauh dilakukan pada tahap awal pemetaan geologi. Studi
ini melakukan interpretasi geologi pada citra pengindraan jauh
PU

Interpretasi geologi mencakup mengidentifikasi satuan batuan, struktur geologi


(lipatan, sesar, dan kelurusan), penampakan geologi lainnya, dan penentuan rencana
SA

lintasan geologi.
T

2.2. Perekaman Data Geologi Lapangan


SU

Perekaman data geologi lapangan membutuhkan peralatan lapangan antara lain: peta
dasar (peta rupa bumi dan/atau peta citra pengindraan jauh), kompas geologi, kamera,
GPS, palu geologi, kaca pembesar, cairan asam klorida (HCl) 10%, pena pengukur
R

kekerasan, pita ukur, buku lapangan standar, alat tulis dan peralatan teknologi terkini
VE

lainnya. Untuk mencapai daerah pemetaan dan kerja lapangan, digunakan sarana
transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah dan dilengkapi peralatan lapangan
personil. Kegiatannya meliputi:
IG

2.2.1. Penentuan Lokasi Pengamatan


EO

Penentuan lokasi pengamatan berdasarkan pengukuran GPS dan diperkuat orientasi


medan. GPS yang digunakan dalam penentuan lokasi ini harus mempunyai akurasi baik,
agar hasilnya akurat. Orientasi medan bertujuan mengikatkan lokasi tersebut ke lokasi
LO

geografis, seperti kampung, cabang sungai, persimpangan jalan, dan perkebunan. Hasil
pengukuran ini kemudian diplotkan pada peta dasar. Jumlah titik pengamatan dalam
G

satu daerah tertentu sangat tergantung pada kondisi geologi, ketersediaan data
sekunder, dan kondisi (kesampaian) medan. Kerapatan lokasi pengamatan, dalam jarak
I

500 m, minimum 1 (satu) titik pengamatan atau sesuai dengan kondisi geologi.
2.2.2. Pengamatan dan Pengukuran Singkapan
Pengamatan lapangan meliputi kondisi geomorfologi, deskripsi singkapan
batuan/litologi, struktur geologi serta pengamatan sumber daya dan indikasi
kebencanaan. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui arah jurus dan kemiringan
lapisan batuan, sesar, kekar, perdaunan, gores-garis, pergeseran, serta fenomena
struktur geologi lainnya.

4
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

2.2.3. Pembuatan Penampang Stratigrafi Terukur


Pembuatan penampang stratigrafi terukur dapat dilakukan secara rinci atau komposit
(bila data tersedia) pada lokasi yang paling lengkap dan mewakili suatu satuan batuan,
sehingga dapat diketahui ciri litologi dan hubungan antar satuan batuan baik vertikal
maupun horizontal. Ciri litologi ditunjukkan dari setiap bagian penampang stratigrafi
dan digambarkan oleh warna, tekstur dan komposisi mineral, kandungan mineral
penyerta, fosil, dan/atau struktur sedimen, umur, serta ketebalan. Untuk hubungan
antar satuan batuan digambarkan batas kontaknya dengan simbol. Skala penampang
stratigrafi disesuaikan dengan keadaan dan ketebalan stratigrafi yang ditemui.
2.2.4. Pemotretan dan/atau Pembuatan Sketsa
Potret dan/atau sketsa singkapan diperlukan untuk memberi gambaran sebenarnya
PU

suatu singkapan. Untuk mengetahui ukuran singkapan, diperlukan pembanding seperti


orang atau benda-benda yang secara umum diketahui ukurannya, seperti palu geologi,
SA

kompas geologi, pensil, atau uang logam.


2.2.5. Pengambilan Contoh Batuan
T

Pengambilan contoh batuan dilakukan untuk analisis lebih lanjut di laboratorium.


SU

Jumlah dan volume contoh yang diambil disesuaikan dengan keragaman litologi,
kebutuhan, dan standar/panduan yang berlaku di Laboratorium Pusat Survei Geologi
sesuai dengan ISO 17025:2008.
R
VE

2.3. Analisis Laboratorium


Analisis laboratorium merupakan salah satu tahapan penting dalam pemetaan geologi.
IG

Hasil analisis ini digunakan untuk melengkapi hasil pemerian geologi di lapangan.
Analisis laboratorium sesuai dengan standar ISO 17025:2008.
EO

2.3.1. Analisis Laboratorium Utama


Analisis laboratorium utama yang dilakukan sebagai pelengkap dalam pemetaan
LO

geologi adalah analisis petrologi, paleontologi, dan geokimia batuan serta analisis
penentuan umur, disesuaikan dengan jenis batuan.
G

a. Analisis Petrologi dan Mineralogi


I

Analisis petrologi dan mineralogi dilakukan untuk mengetahui jenis dan komposisi
mineral/material di dalam batuan. Tujuan analisis petrologi adalah menentukan nama
batuan. Ragam analisis petrologi ini sangat tergantung jenis batuan yang dijumpai di
dalam lembar peta geologi terkait. Analisis ini meliputi petrologi batuan beku, petrologi
batuan piroklastika, petrologi batuan silisiklastika, petrologi batuan karbonat dan
petrologi batuan malihan. Selain analisis petrologi tersebut di atas, apabila diperlukan
dapat dilakukan analisis petrologi batuan ubahan, petrografi batubara, mineralogi butir,
dan mineralogi bijih.

Pusat Survei Geologi 5


Badan Geologi - 2020
Tahapan Kegiatan Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

b. Analisis Paleontologi
Analisis paleontologi dilakukan atas dasar jenis fosil yang dijumpai di lembar peta
terkait. Analisis ini meliputi makropaleontologi, mikropaleontologi foraminifera hasil
cucian, mikropaleontologi foraminifera sayatan pipih, mikropaleontologi nanofosil, dan
mikropaleontologi palinologi. Analisis paleontologi ini digunakan untuk penentuan
umur dan lingkungan pengendapan batuan.
2.3.2. Analisis Laboratorium Tambahan
Selain analisis laboratorium utama tersebut di atas, ada beberapa analisis yang
diperlukan sebagai pelengkap. Analisis tersebut adalah analisis geokimia lanjut, analisis
mineralogi, analisis sedimentologi, analisis fisika batuan dan analisis yang lain.
PU

Analisis geokimia batuan beku dan malihan terdiri atas unsur utama, unsur jarang dan
unsur langka, memakai metode XRF dan ICPMS. Analisis batuan sedimen terdiri atas
unsur organik, jenis hidrokarbon, dan unsur mineral dengan metode TOC dan Rock Eval
SA

Pyrolisis, XRF dan XRD.


Analisis umur batuan secara radiometri menggunakan metode antara lain Kalium –
T

Argon, Argon – Argon, jejak belah dan isotop yang lain.


SU

2.4. Kegiatan Studio


R

Kegiatan studio diperlukan untuk menganalisis hasil pengamatan dan pengukuran di


lapangan serta kompilasi dengan hasil analisis laboratorium. Hasil analisis studio
VE

menghasilkan peta geologi skala 1: 50.000 dan buku sesuai dengan petunjuk teknis.
IG
EO
LO
G
I

6
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

BAB III.
PENYAJIAN PETA GEOLOGI

Hasil kegiatan pemetaan geologi skala 1:50.000 disajikan dalam bentuk peta geologi
berskala 1:50.000. Peta geologi adalah peta yang menggambarkan kondisi geologi suatu
PU

daerah. Namun demikian, penyajian kondisi geologi dalam suatu peta geologi memiliki
keterbatasan, yaitu tidak dapat menampilkan semua data yang diperoleh dari kegiatan
lapangan secara lengkap. Untuk memperoleh data yang informatif harus dapat
SA

disertakan bersama peta itu sebuah uraian berupa ringkasan eksekutif yang berisikan
sejarah geologi dan sumberdaya geologi yang mungkin tidak dimuat dalam peta gologi.
T
SU

Peta geologi harus mempunyai standar format penyajian yang sama, dengan mengacu
kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ada, antara lain SNI 13-4691-1998
tentang Penyusunan Peta Geologi, SNI 19-6502.3-2000 tentang Spesifikasi Teknis Peta
R

Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 dan SNI 6502.3:2010 tentang Spesifikasi Penyajian Peta
VE

Rupa Bumi Skala 1:50.000. Untuk kartografi mengacu pada FGDC-STD-013-2006:


Digital Cartographic Standard for Geologic Map Symbolization.
IG
EO
LO
G
I

Pusat Survei Geologi 7


Badan Geologi - 2020
Penyajian Peta Geologi

Format penyusunan peta geologi diuraikan secara singkat dalam bahasan berikut.

1. Isi Peta
- Peta dasar yang digunakan adalah peta rupa bumi atau citra DEM berukuran 15'
x 15' dengan rangka jala (grid) 30” x 30”.
- Gratikul digambarkan setiap 1' dengan warna biru dan grid peta ditunjukkan
dengan proyeksi UTM berupa garis pada tepi peta setiap 5.000 m dan diberi
warna hitam.
- Isi peta terdiri atas:
a. Dasar (background) peta adalah kontur dengan interval kontur 12,5m, atau citra
PU

DEM tergantung pada ketersediaan dan kelayakan data.


b. Informasi geospasial dasar berupa garis pantai, perairan, nama rupa bumi,
batas wilayah, transportasi sesuai SNI 6502.3:2010 tentang Spesifikasi
SA

Penyajian Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000.


c. Peta geologi berisi pembagian satuan batuan, struktur geologi, serta lokasi
T

pengamatan kolom stratigrafi serta fenomena geologi yang terpetakan pada


SU

skala 1:50.000.
- Setiap satuan batuan diberi warna dan simbol sesuai dengan SNI 13-4691-1998
tentang Penyusunan Peta Geologi.
R

- Struktur geologi yang dicantumkan adalah jurus dan kemiringan batuan


VE

(strike/dip), kelurusan (lineament), sesar, lipatan (antiklin dan sinklin), serta


fenomena struktur geologi lainnya, warna dan simbol sesuai dengan SNI 13-
IG

4691-1998 tentang Penyusunan Peta Geologi dan standar internasional dalam


FGDC Document Number FGDC-STD-013-2006.
- Fenomena keterdapatan sumber daya geologi dan kebencanaan yang dapat
EO

dipetakan dimasukkan ke dalam peta.


- Keterangan daerah administrasi yang dicantumkan minimal setingkat
LO

kecamatan dengan kelas jalan adalah jalan lain, tidak perlu jalan setapak.
- Sungai menggunakan sungai utama (2 garis) berdasarkan peta BIG, jika terjadi
G

perbedaan dengan citra, maka menggunakan pola penyaluran dari citra.


- Jenis dan ukuran huruf yang digunakan untuk keterangan administrasi dan
I

geologi sesuai dengan Lampiran 1.

2. Instansi Penerbit
- Memuat nama dan alamat instansi penerbit.
- Nama instansi disusun dengan urutan Pusat Survei Geologi, Badan Geologi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan diikuti oleh alamat instansi.
Teks dibuat rata kiri, setelah logo KESDM.

8
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

PUSAT SURVEI GEOLOGI


BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122
Telepon: +62 22 7203205 - 8, Fax: +62 22 7202669
Email: contact@grdc.esdm.go.id

3. Judul Peta, Nama Penyusun dan Tahun Terbit


- Judul peta adalah Peta Geologi, diikuti dengan nama dan nomor lembar peta;
penyusun dan tahun penerbitan.
- Bilamana dalam pelaksanaan pembuatan peta geologi, Pusat Survei Geologi
bekerjasama dengan universitas atau instansi lainnya, maka logo dan nama
PU

univeristas/instansi lainnya berhak dicantumkan sejajar dengan logo dan


nama Pusat Survei Geologi.
SA

- Apabila dalam pelaksanaan pembuatan peta geologi, Pusat Survei Geologi


dibantu oleh pihak ke-3, maka namanya dapat disertakan dalam nama
penyusun, dan diberi keterangan instansi penyusunnya.
T

- Nama dan nomor lembar peta mengacu pada indeks peta skala 1:50.000 yang
SU

dibuat oleh BIG (apabila belum memuat nama lembar, maka pemeta boleh
memberi nama pada lembar tersebut berdasarkan kaidah yang berlaku, seperti
nama daerah pada titik tengah peta dan lain sebagainya, yang selanjutnya akan
R

diajukan ke BIG untuk diregister).


VE

PETA GEOLOGI
IG

LEMBAR BINUANG (1712-63),


KALIMANTAN SKALA 1:50.000
EO

GEOLOGICAL MAP OF THE


BINUANG SHEET (1712-63),
LO

KALIMANTAN SCALE 1:50.000


Oleh (by) :
K.D. Kusumah, Jamal, dan (and) S. Maryanto
G

2016
I

4. Korelasi Satuan Peta


- Korelasi satuan batuan pada peta menggambarkan kedudukan stratigrafi
satuan batuan yang terdapat pada daerah pemetaan serta hubungan antar
satuan batuan.
- Hubungan antara satu satuan batuan dengan satuan lain disebandingkan
dengan skala waktu geologi menurut tabel yang dibuat oleh International
Union of Geological Sciences (IUGS).

Pusat Survei Geologi 9


Badan Geologi - 2020
Penyajian Peta Geologi

QUATERNARY (PERIOD)

(EPOCH)
ZAMAN
KURUN

UMUR
MASA

KALA
(EON)

(AGE)
KORELASI SATUAN PETA

(ERA)
CORRELATION OF MAP UNITS
HOLOSEN Qsw Qfp

KUARTER
HOLOCENE 0.0117

0.126
PLISTOSEN 0.781
PLEISTOCENE
1.806 Qdcg
2.588
Ahir
PLIOSEN Late
Awal
3.600
PLIOCENE Early 5.332

NEOGENE
Ahir 7.246

NEOGEN
KENEZOIKUM
Late
Nmws

CENOZOIC
11.608
MIOSEN Tengah
13.82
Middle
MIOCENE
15.97 Nmwcl
Awal
20.43
Early
23.03 Ombl
PANEROZOIKUM Ahir

PHANEROZOIC
OLIGOSEN Late 28.4 ±0.1 Ombm
Awal
OLIGOCENE Early
33.9 ±0.1
Ahir
Petcl

PALEOGENE
Late 37.2 ±0.1

PALEOGEN
EOSEN Tengah
40.4 ±0.2 Pets
Middle
EOCENE
Awal
48.6 ±0.2
Early
55.8 ±0.2
Petcg
Ahir
Late
PALEOSEN 58.7 ±0.2
PU

Tengah
Middle
PALEOCENE Awal
~ 61.1
Early 65.5 ±0.3

70.6 ±0.6 Kpm


Kpk
83.5 ±0.7
Akhir Khpi
85.8 ±0.7 Krl
SA

Late Kpp
MESOZOIKUM

CRETACEOUS

~ 88.6
MESOZOIC
KAPUR

93.6 ±0.8
99.6 ±0.9

112.0 ±1.0

125.0 ±1.0
T

Awal 130.0 ±1.5


Early ~ 133.9
Kgr Kdi
140.2 ±3.0
SU

145.5 ±4.0

5. Keterangan Satuan Batuan


R
VE

- Menjelaskan keterangan nama satuan batuan, uraian singkat satuan batuan.


Keterangan lengkap dijelaskan pada Buku Geologi.
- Satuan batuan dibedakan dengan menggunakan indeks warna satuan batuan
IG

(Lampiran 2), corak dasar satuan batuan (Lampiran 3), notasi huruf sebagai
simbol umur geologi (Lampiran 4), tata cara penamaan notasi (Lampiran 5), dan
EO

simbol geologi di dalam peta (Lampiran 6).


- Kotak setiap satuan batuan diberi warna dan simbol sesuai dengan SNI 13-
4691-1998 tentang Penyusunan Peta Geologi, dengan notasi satuan batuan
LO

dimasukkan dalam kotak warna yang ada.


- Urutan warna dengan notasi yang dimaksud di atas, disusun secara sekuensial,
G

dari yang termuda ke yang tertua.


I

6. Legenda
- Menjelaskan keterangan batas administrasi, jalan, perairan dan simbol geolog.i
- Keterangan batas administrasi, jalan, perairan mengacu pada SNI 6502.3:2010
tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupa Bumi Skala 1:50.000.
- Keterangan unsur geologi mengacu pada SNI 13-4691-1998 tentang
Penyusunan Peta Geologi dan FGDC Document Number FGDC-STD-013-2006.

10
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

Batas Administrasi / Administration border Jalan / Track Perairan / Water


Batas Negara / Border
Jalan Raya / Road Sungai
River
Batas Provinsi / Provincy boundaries
Jalan Kolektor / Collector roads Danau
Lake
Batas Kabupaten / Regency boundaries
Jalan Lokal / Local road
Kontur / Contour

200
Batas Kecamatan / District boundaries
Jalan Lain / Other road
Kantor Desa / Village office

Kantor Kecamatan / District office

Simbol Geologi / Geological Symbol


Kontak, Batas geologi

Contact, Geological boundary


Sesar Geser, panah menunjukkan arah gerakan relatif

Strike slip Fault, arrows show direction of relative movemen


Sesar Normal Geser, gerigi pada bagian turun

Normal Strike slip Fault, teets on down plate


Sesar Geser, Garis terputus-putus bila letaknya diperkirakan

Strike slip Fault, Dashed where approximately located


Sesar Naik, gerigi pada lempeng atas Ketakselarasan
Unconformity
PU

Thrust Fault, teeth on upper plate


Antiklin dan Sinklin Menjemari
Interfingeering
Acticline and Syncline
40 Jurus / kemiringan bidang lapisan Tambang/mine
C
Strike / dip of bedding plane C : batubara/coal
SA

A B Penampang A - B
A : andesit/andesite
A - B Profile
14 SGT 024 Pengukuran stratigrafi rinci G : Batugamping

Detail stratigraphic section /limestone


T

7. Riwayat Pembuatan Peta dan Personil


SU

- Mencantumkan referensi/acuan pembuatan peta.


- Menjelaskan nama peneliti/pemeta yang pernah bekerja di daerah pemetaan.
R

Geologi oleh : L.H. Krol (1920 & 1925)


VE

Geology by J.D. Elifas (1971).


Hashimoto & T. Kolke (1973)
N. Sikumbang, R. Heryanto, Amiruddin, I. Umar, K. Hasan, D. Satria &
IG

S. Santosa (1981).
R. Heryanto, Sutrisno, Sukardi, T. Turkandi, D.A. Agustiyanto,
R.L. Situmorang (1996)
R. Heryanto. Kusdji D.K, U. Margono, Kusnama, D. Irawan (2007)
EO

U. Margono, T. Sihombing, E.H. Nugroho, B. Hermanto (2012)


Kusdji D.K, S. Maryanto, Jamal, M.L. Faturrakhman, D. Novita,
I. Agustiany, O.W. Nawawi, Khrisnawati (2014)
LO

Penelaah
reviewers : R. Heryanto, H. Panggabean & Sidarto

Kartografi
G

Cartography : W. Sujana
I

8. Skala
- Mencantumkan skala angka dan skala garis serta proyeksi peta yang digunakan

SKALA (SCALE) 1 : 50.000

0 1 2 3 4 5 Km

SISTEM GRID : GRID GEOGRAFIS & UTM Zone 49 S


PROYEKSI PETA : TRANSVERSE MERCATOR ; DATUM HORISONTAL : WGS’84 ; DATUM VERTICAL : EGM’96

Pusat Survei Geologi 11


Badan Geologi - 2020
Penyajian Peta Geologi

9. Glosari
- Menjelaskan nama lokal keterangan geografi.
DAFTAR ISTILAH
GLOSSARY

Gunung (G), Bukit (Bt) ........................Mountain


Sungai (S) ....................................................River
Danau (D) .....................................................Lake

10. Penampang Geologi


- Menggambarkan kondisi geologi bawah permukaan.
PU

PENAMPANG GEOLOGI
GEOLOGICAL CROSS SECTION

SKALA / SCALE
H:V=1:2

Khpi(l)
Kpcg
SA

250 m 250 m
Pets Kbl Kpks
200 m Kpks 200 m
150 m Qsw Qfp Qdcg Nmwc Ombl Ombm Petc Petcl Pets 150 m
100 m 100 m
50 m 50 m
0m 0m

C D

Sinklin
Sinklin Antiklin
Khpi(l) Riam Kiwa S. Pinang
250 m Kpks Kbl 250 m
200 m
Pets Kpks Pets Ombl Ombm Petcl Pets Kpks
Petcl Khpi(l) 200 m
150 m Nmws Qdcg Qfp Nmwcl Ombm Petc Pets 150 m
100 m Qsw Qfp 100 m
50 m 50 m
0m Mzgr 0m

A B
T

11. Citra
SU

- Menampilkan citra pengindraan jauh yang digunakan pada daerah pemetaan.


R

CAKUPAN FUSI CITRA LANDSAT RGB.457+ORI+DSM


LANDSAT RGB.457+ORI+DSM IMAGE FUSION COVERAGE
115o 00' BT 115o 15' BT
3o 00' LS 3o 00' LS
VE
IG
EO
LO

3o 15' LS 3o 15' LS
115o 00' BT 115o 15' BT

12. Peta Indeks


G

- Menerangkan diagram lokasi, petunjuk indeks peta, pembagian wilayah


I

administrasi dan diagram kebenaran lintasan (reliability diagram).


LOKASI LEMBAR INDEKS LOKASI PETA PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI SEBARAN DATA LAPANGAN
QUADRANGLE LOCATION INDEX SHOWING MAP LOCATION ADMINISTRATIVE TERRITORIAL DIVISION DISTRIBUTION OF FIELD DATA
114o 45' BT 115o 00' 115o 15' 115o 30' BT 115o 00' BT 115o 15' BT 115o 00' BT 115o 15' BT
2o 45' LS 2o 45' LS 3o 00' LS 3o 00' LS 3o 00' LS 3o 00' LS

c a. Kecamatan Tapin Tengah


a b. Kecamatan Tapin Selatan
1713-22 1713-31 1713-32 d c. Kecamatan Bungur
Marabahan Rantau Kandangan d. Kecamatan Sungai Pinang
b
e. Kecamatan Simpang Empat 1
f. Kecamatan Binuang
g. Kecamatan Pengaron
3o 00' 3o 00' e h. Kecamatan Simpang Empat
I. Kecamatan Mataraman

1712-54 1712-63 1712-64


Bantuil Binuang Rantaunangka f

3o 15' 3o 15'
d

1712-52 1712-61 1712-62 h


Martapura Benteng Kahalaan g

i
3o 30' LS 3o 30' LS 3o 15' LS 3o 15' LS 3o 15' LS 3o 15' LS
114o 45' BT 115o 00' 115o 15' 115o 30' BT 115o 00' BT 115o 15' BT 115o 00' BT 115o 15' BT

12
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

13. Stratigrafi Terukur


- Menggambarkan kondisi stratigrafi terukur secara rinci/komposit pada
lintasan terpilih dan telah diukur untuk mewakili satu satuna batuan atau lebih
(dapat ditampilkan apabila data tersedia).
PENAMPANG VERTIKAL
VERTICAL CROSS SECTION

Etc Ombm
Napal-btps gpan
Marl-calc sst

Btlp
Clst
14SGT062

20 m

Ets
Btps-btlp-btbr
Sst-clst-coal

Btps
Sst
PU

10 m

Btps-btlp
Sst-clst Skala tegak
Vertical scale
SA

0m
Btlp-btbr
Clst-coal Tanpa skala datar
No horizontal skale
Etc

Btps
Sst
T

Btlp-btbr

Ets
Clst-coal

Btps
Sst
Etc

Btps-btlp
SU

Sst-clst
Btps
Btlp-btps Sst
Ets

Clst-sst Btps-btlp
Sst-clst
Ets

Btps-btlp Btps-btlp
Sst-clst Btps Sst-clst
Btps Sst
Btps-btlp-btbr Sst Btps
R
Etc Ets

Sst-clst-coal
Sst
Btlp-btbr Btps-btlp Btlp-btps 14SGT083
Etc

Clst-coal Btlp-btps Sst-clst Btlp-btps-btbr


Clst-sst Clst-sst
Clst-sst-coal
Btps 14SGT082 14SGT081
VE

Sst
Btps
Etc

Batubara Batubara Btlp-btps


Coal Coal Sst Clst-sst
Btlp-btbr 14SGT042
Ets

14JA020 Btlp-btps Clst-coal


Btps
Ets

Clst-sst Btps Sst


Btps-btlp Sst
Btps
Ets

Btlp
Ets

Sst-clst Sst
IG

Btlp Clst Btps-btlp


Btps 14SGT067 Sst-clst
Clst
Btlp-btps Sst
Btps
Ets

Clst-sst Btps Btlp


Sst
Sst Clst
Btps-btlp
Btps Sst-clst
Btps
Sst Btps Sst Btps kongl
Kpk Etcs

14SGT065
EO

Sst Congl sst


Btlp tufan
Khpi

Btps gnapi
Kpk

Basal Tufcs clst


Volc sst
Basalt
Khpi

Andesit 14SGT117 14SGT056


Andesite 14JA016-17
14JA021

: Kolom stratigrafi Formasi Tanjung Bagian Barat


LO

Stratigraphic column at western part of Tanjung Formation

14. Deklinasi Magnetik


G

- Menunjukkan selisih sudut antara utara magnetik dan utara sebenarnya (utara
I

geografi) pada titik pengamatan.

US
US : Utara Sebenarnya (Geografi)
UG UG : Utara Grid (UTM)
UM
UM : Utara Magnetik
"
6 8.11
o

41 o51.89
"
Hubungan dengan Utara Sebenarnya, Utara Grid, dan Utara
o
Magnetik ditunjukan secara diagram untuk pusat peta ini.
47 0.0"
Dekinasi Magnetik rata-rata pada tahun 2016 di pusat peta.
Deklinasi tersebut tiap tahun bertambah 4’.

Relationship with True North, Grid North, and Magnetic North


showed diagrammatic for this map centre.
Average magnetic declination at the center of the map in 2016.
This Declination is increase 4' each year.

Pusat Survei Geologi 13


Badan Geologi - 2020
Penyajian Peta Geologi

15. Penelaah Peta


- Menerangkan ahli yang telah melakukan penelaahan peta sebelum diterbitkan.
- Menerangkan kartografer atau penggambar peta.
PU
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I

14
Petunjuk Teknis Pemetaan Geologi Skala 1:50.000

LAMPIRAN
PU
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I

Pusat Survei Geologi 15


Badan Geologi - 2020
Lampiran 1. Jenis dan ukuran huruf yang digunakan
PU
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I
Lampiran 2. Warna satuan batuan
Warna untuk membedakan satuan batuan pada peta geologi dipilih berdasarkan jenis
batuan, umur satuan dan satuan geokronologi.
1). Warna dasar yang digunakan adalah sian (biru), magenta (merah) dan kuning
dengan tabel warna CMYK (cyan, magenta, yellow and black) serta gabungannya.
Setiap warna dinyatakan dengan sandi 0, 1, 3, 5, 7 dan x, yaitu sandi derajat
kekuatan warna atau persentase penyaringan pada proses kartografi
2). Warna yang dipilih untuk membedakan satuan batuan sedimen dan endapan
permukaan selanjutnya menganut sistem warna berdasarkan jenis dan umur
yang umum digunakan di Indonesia. Semakin tua umur batuan maka derajat
warna akan semakin gelap. Untuk membedakan beberapa satuan yang seumur
PU

dapat digunakan corak. Beberapa contoh warna umum yang digunakan dalam
pewarnaan batuan pada peta yang sudah diterbitkan sebelumnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
SA
T

Jenis Batuan Warna


Batulempung Hijau
Batulanau Hijau muda
SU

Batupasir Kuning
Batugamping Biru
Konglomerat Jingga
R

Tuf Merah muda


Breksi Coklat
VE

Batuan beku Merah


Batuan metamorf Ungu
Batubara Hitam
IG

3). Batuan malihan umumnya berwarna ungu, dapat dibedakan berdasarkan (1)
derajat dan fasies serta (2) umur nisbi batuan pra-malihan dan litologi. Tata
EO

warna batuan malihan sama dengan batuan sedimen atau menggunakan bakuan
warna khusus. Corak untuk membedakan litologi tertera pada lampiran 3.
4). Warna batuan beku adalah merah, derajat warnanya menyatakan susunan
LO

kimianya: asam, menengah, basa dan ultrabasa, semakin tinggi kandungan


mineral basanya maka derajat warna semakin tua.
G

5). Batuan gunung api yang berlapis dan diketahui umurnya, mengikuti tata warna
I

untuk batuan sedimen. Perbedaan litologi untuk lahar, breksi gunungapi dan tuf
dapat dibedakan dengan corak. Beberapa satuan batuan gunung api pada suatu
lembar peta geologi dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya, dengan
bakuan warna khusus.
6). Satuan tektonik dinyatakan dengan corak khusus.
C = Cyan, M = Magenta, Y = Yellow, K = Black (K = 0)
PU
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I
I
G
LO
EO
IG
VE
R
SU
T
SA
PU
I
G
LO
EO
IG
VE
R
SU
T
SA
PU
Lampiran 3. Corak dasar simbol batuan

CORAK DASAR BATUAN SEDIMEN

Aluvium Lempung Serpih Napal

Batulanau Batulumpur Batupasir Batupasir Konglomerat


konglomeratan
PU

Breksi Batugamping Batugamping Dolomit Bancuh


pasiran
SA

CORAK DASAR BATUAN MALIHAN


T

Genes Batusabak Sekis Pualam


SU

CORAK DASAR BATUAN GUNUNG API


R
VE

Tuf Lahar Breksi Lava Hipabisal


gunung api
IG

CORAK DASAR BATUAN BEKU


EO

Asam Menengah Basa Ultrabasa


LO

* Untuk corak batuan tertentu yang belum tercantum dalam lampiran ini dapat merujuk
pada FGDC Digital Cartographic Standard for Geologic Map Symbolization (2016).
G
I
Lampiran 4. Huruf sebagai simbol umur geologi

UMUR STRATIGRAFI SIMBOL UMUR


Kenozoikum CN
Kuarter Q
Neogen N
Paleogen P
Mesozoikum MZ
Kapur CR
PU

Jura J
Trias TR
SA

Paleozoikum PZ
Perem PR
T

Karbon C
SU

Pensilvanian PN
Missisipian MS
R

Devon D
VE

Silur S
Ordovisium OR
IG

Kambrium €
Prakambrium p€
EO
LO
G
I
Lampiran 5. Tata cara penamaan notasi
Satuan kronostratigrafi pada peta geologi ditunjukkan dengan singkatan huruf. Sebagai
pedoman/acuan satuan kronostratigrafi adalah tabel (chart) yang dibuat oleh International
Union of Geological Sciences (2020).
1) Huruf pertama saja pada notasi satuan batuan yang ditulis dengan huruf besar (kapital).
Jumlah huruf dalam satu notasi tidak lebih dari enam (6) huruf.
2) Huruf pertama dan kedua mencerminkan umur batuan. Pada batuan berumur Kenozoikum
(Paleogen dan Neogen), huruf pertama menyatakan Zaman, huruf kedua menyatakan Kala.
Misalnya: satuan batuan berumur Miosen ditulis Nm (Neogen Miosen), satuan batuan
berumur Eosen ditulis Pe (Paleogen Eosen), kecuali:
a. Satuan berumur panjang dan berbeda Zaman, maka yang ditulis keduanya adalah notasi
PU

Kala. Misalnya batuan berumur Eosen sampai Miosen, ditulis dengan notasi huruf Em.
b. Satuan batuan berumur panjang, akan tetapi berada pada Zaman yang sama, maka yang
ditulis tetap inisial Kala. Misalnya: Batuan berumur Eosen sampai Oligosen maka notasi
SA

umur yang ditulis adalah Eo, Satuan batuan berumur Miosen sampai Pliosen, maka
notasi umur yang ditulis adalah Mp
T

c. Satuan batuan berumur Neogen yang berlanjut hingga Kuarter, maka notasi umur yang
ditulis adalah Kala. Misalnya: umur satuan batuan Pliosen sampai Plistosen maka notasi
SU

huruf ditulis Pp, satuan batuan berumur Pliosen sampai Holosen maka notasi huruf
ditulis Ph.
d. Pada batuan berumur pra-Kenozoikum (Paleozoikum sampai Mesozoikum) notasi huruf
R

umur yang ditulis boleh satu atau dua huruf. Contoh : batuan berumur Jura maka ditulis
VE

dengan notasi J, batuan berumur Trias maka ditulis dengan notasi TR.
e. Batuan yang mempunyai kisaran umur panjang, urutan singkatan umur berdasarkan
dominasi umur batuan. Sebagai contoh: notasi J untuk batuan berumur Jura hingga
IG

Kapur yang didominasi batuan berumur Jura.


3) Satu atau dua huruf selanjutnya menjelaskan inisial formasi batuan. Contoh: batuan
EO

penyusun Formasi Domaring ditulis dengan d. Apabila pada satu lembar peta hadir dua
formasi dengan huruf awal sama maka ditulis dua huruf. Pada satu lembar dijumpai
Formasi Telakai dan Formasi Talabar, maka ditulis dengan notasi te dan ta.
LO

4) Huruf selanjutnya merupakan singkatan jenis batuan yang mendominasi satuan batuan,
diambil dari singkatan nama batuan dalam Bahasa Inggris. Contoh: batulempung ditulis
G

dengan notasi c, konglomerat ditulis dengan notasi co, batupasir ditulis dengan notasi s.
5) Batuan beku dan malihan yang tak terperinci susunan batuan dan umurnya cukup
I

dinyatakan dengan satu atau dua huruf. Contoh: batuan dominan diorit ditulis di.
6) Batuan beku dan malihan yang diketahui umurnya, huruf pertama menjelaskan umur,
sedangkan huruf selanjutnya menjelaskan formasi dan jenis batuan. Contoh: Andesit
Sintang yang berumur Miosen ditulis dengan notasi Msa.
7) Batuan gunung api yang dapat dipisahkan jenis batuannya diberi notasi seperti batuan
sedimen, sedangkan batuan gunung api yang tidak dapat dipisahkan jenis batuannya cukup
diberi notasi v. Contoh: Breksi gunung api produk Gunung api Ungaran muda yang berumur
Holosen ditulis dengan notasi Qhubx, produk Gunung api Ungaran purba yang berumur
Pliosen sampai Plistosen dan jenis batuannya tak terpisahkan ditulis dengan notasi Ppuv.
JENIS BATUAN SIMBOL NAMA BATUAN
a Endapan aluvial
b Endapan pantai
c endapan koluvial
cl Batugamping koral
Endapan Permukaan f Endapan kipas aluvial
l Endapan danau
r Endapan sungai
s Endapan rawa
t Endapan teras
bx Breksi
c Batulempung
ca Kalkarenit
ch Rijang
PU

cl Batubara
co Konglomerat
Batuan Sedimen do Dolomit
l Batugamping
SA

li Lignit
m Napal
s Batupasir
T

sh Serpih
sl Batulanau
SU

a Andesit
ag Aglomerat
b Basal
g Granit
R

gd Granodiorit
gb Gabro
VE

d Dasit
db Diabas
Batuan Beku dan Vulkanik dn Dunit
IG

di Diorit
pg Pegmatit
pd Peridotit
py Piroksenit
EO

r Riolit
sy Sienit
to Tonalit
t Tuf
LO

am Ampibolit
bs Sekis biru
ec Eklogit
G

gn Genes
gs Sekis hijau
I

hf Batu tanduk
Batuan Malihan mb Marmer
my Milonit
py Filit
qz Kuarsit
sc Sekis
st Batusabak
sp Serpentinit
Lampiran 6. Simbol geologi di dalam peta

No DESKRIPSI SIMBOL TEBAL SPESIFIKASI KARTOGRAFI


DESCRIPTION SYMBOL WEIGHT CARTOGRAPHIC SPECIFICATION

Kontak, batas geologi Black 100%


1 Contact, geological boundary
1.5 mm 0.75 mm
Kontak, garis terputus-putus bila letaknya diperkirakan
2 Contact, dashed line if location inferred 0.15 mm
0.5 mm

Kontak, garis titik-titik bila letaknya tertutup


3 Contact, dotted line if location concealed 0.75 mm
Sesar, jenis dan pergerakan tidak diketahui, lokasi diketahui, Black 100%
4 Fault, unknown type and sense of slip, identified location 3.5 mm

Sesar, jenis dan pergerakan tidak diketahui, lokasi diperkirakan


5 Fault, unknown type and sense of slip, inferred location 0.375 mm 0.5 mm
PU

0.75 mm
Sesar, jenis dan pergerakan tidak diketahui, lokasi tertutup
6 Fault, unknown type and sense of slip, concealed location
0.75 mm
Sesar Mendatar, panah menunjukkan arah gerakan relatif
7 Strike Slip Fault, arrows show direction of relative movement
SA

Sesar Mendatar, garis putus-putus bila letaknya diperkirakan


8 Strike Slip Fault, dashed where approximately located 0.375 mm

Sesar Mendatar, titik-titik bila letaknya tertutup


9
T

Strike Slip Fault, dotted where concealed location Black 100%


Black 100%
Kelurusan
10 0.375 mm
SU

Lineaments

Antiklin, lokasi akurat Magenta 100%


11 Arrow lineweight
0.2 mm
Anticline, location accurate
R

0.5 mm
Antiklin, garis putus-putus bila letaknya diperkirakan
12 0.25 mm
VE

Anticline, dashed where approximately located

Antiklin, titik-titik bila letaknya tertutup


13
Anticline, dotted where concealed location
IG

Sinklin, lokasi akurat Magenta 100%


Arrow lineweight
14 0.2 mm
Syncline, location accurate
0.5 mm
EO

Sinklin, garis putus-putus bila letaknya diperkirakan


15 0.25 mm
Syncline, dashed where approximately located

Sinklin, titik-titik bila letaknya tertutup


16
LO

Syncline, dotted where concealed location

Black 100%
Sesar, U, bagian yang naik; D, bagian yang turun
17 0.225 mm
G

Fault, U, upthrown block; D, downthrown block


I

Sesar, menunjukkan kemiringan, U, bagian yang naik; D, bagian Black 100%


yang turun
18 0.225 mm
Fault, showing dip, U, upthrown block; D, downthrown block

Sesar Turun, gerigi menunjukkan blok yang turun Black 100%


19
Normal Fault, serration point downthrown block

Sesar Turun, gerigi pada blok yang turun. Garis putus-putus bila 0.375 mm
letaknya diperkirakan
20
Normal Fault, serrations on downthrown block. Dashed if
approximately located
Black 100%

Sesar Naik, gerigi pada lempeng atas


21 0.375 mm
Thrust Fault, sawteeth on upper plate

Black 100%
Sesar Naik, gerigi pada lempeng atas, garis putus-putus
bila letaknya diperkirakan
22 0.375 mm
Thrust Fault, sawteeth on upper plate, dashed where
approximately located

Black 100%
Jurus dan Kemiringan lapisan
23 0.2 mm
Strike and Dip of beds

Black 100%
PU

Lapisan Mendatar
24 0.2 mm
Horizontal Beds
SA

Black 100%

Lapisan Tegak
25 0.2 mm
Vertical Beds
T
SU

Black 100%

Jurus dan Kemiringan terbalik


26 0.2 mm
Strike and Dip of overturned beds
R
VE

Black 100%
Jurus dan Kemiringan kekar
27 0.2 mm
Strike and Dip of joints
IG

Black 100%
EO

Jurus dan Kemiringan kekar tegak


28 0.2 mm
Strike and Dip of vertical joints
LO

Black 100%
Jurus dan Kemiringan perdaunan, dapat dipakai untuk
29 sekis
0.2 mm
G

Strike and Dip of foliation, may subtitute schistosity


I

Black 100%
Jurus dan Kemiringan perdaunan tegak, dapat dipakai
untuk sekis
30
0.2 mm
Strike and Dip of vertical foliation, may subtitute
schistosity

Black 100%

Jurus dan Kemiringan struktur aliran dalam batuan


gunungapi
31 0.2 mm
Strike and Dip of Flow Structure in volcanic rocks
Black 100%
Jurus dan Kemiringan Struktur Aliran Tegak dalam batuan
gunungapi
32 0.2 mm
Strike and Dip of Vertical Flow Structure in volcanic rocks

Black 100%
Jurus dan Kemiringan belah
33 0.2 mm
Strike and Dip of cleavage

Black 100%
Jurus dan Kemiringan belah tegak
34 0.2 mm
Strike and Dip of vertical cleavage
PU

Black 100%
Struktur aliran, laminasi, layer, atau foliasi pada batuan
35 beku 0.2 mm

Flow banding, lamination, layering, or foliation in igneous


SA

Black 100%
Struktur aliran,laminasi, layer, atau foliasi tegak pada
36 batuan beku 0.2 mm
T

Vertical flow banding, lamination, layering, or foliation in

Magenta or red
Kawah gunungapi, titik menunjukkan titik rendah kawah
SU

37
Rim of volcanic crater, dot shows low point of crater
R

Magenta or red

Kawah gunungapi, lokasi akurat. Garis pendek menunjuk


VE

kearah bagian dalam kawah


38
Rim of volcanic crater, location accurate. Hachures point
into crater
IG

0.275 mm
Kawah gunungapi, lokasi diperkirakan. Garis pendek Magenta or red
menunjuk kearah bagian dalam kawah
EO

39 Rim of volcanic crater, location approximately. Hachures


point into crater
LO

Magenta or red
Kawah gunungapi, lokasi tertutup. Garis pendek
menunjuk kearah bagian dalam kawah
40
Rim of volcanic crater, location concealed. Hachures
G

point into crater


I

Black 100%
Lubang tambang pasir, kerikil, lempung, atau endapan
41 letakan 0.15 mm

Sand, gravel, clay, or placer pit

Black 100%
Bekas lubang tambang pasir, kerikil, lempung, atau
42 endapan letakan 0.15 mm

Abandoned sand, gravel, clay, or placer pit

Lubang tambang terbuka atau penggalian Black 100%


43
Open pit or quarry
0.15 mm
Bekas lubang tambang terbuka atau penggalian
44
Open pit or quarry
Black 100%
Timbunan tambang
45 Mine dump 0.125 mm

Sumur minyak Black 100%

46 Oil well
diameter 1.5 mm

Black 100%
Sumur gas
47 0.2 mm
Gas well

Black 100%
Sumur kering
48 0.2 mm
Dry well
PU

Black 100%
Mata air panas
49 0.15 mm
Hot spring
SA

Black 100%
Mata air
50 0.15 mm
Spring
T

Garis dan label penampang geologi Black 100%


SU

51 0.2 mm
Geological cross section line and labels

Garis dan lintang atau bujur Black 100%


52 0.25 mm
R

Longitude or latitude tick and value

Black 100%
VE

Terowongan
53 0.175 mm
Adit
IG

Black 100%
Terowongan runtuh
54 0.175 mm
Caved adit
EO

Red 100%
Lapisan batubara
55
Coal bed
LO

Lapisan batubara, garis putus-putus bila letaknya


diperkirakan 0.3 mm
56 Coal bed, dashed line where approximately located
G

Lapisan batubara, garis putus-putus bila letaknya


tertutup
I

57
Coal bed, dashed line where concealed located

Luas permukaan slip longsor


58 Area of slip surface landslide

59 Arah gerakan tanah longsor


Direction of landslide movement
0.175 mm

Area longsor, panah menunjukkan arah pergerakan


60 Lanslide area, arrows show direction of movement

Torehan utama dari longsoran, lokasi akurat. Deretan Black 100%


61 garis pendek menunjukkan bagian yang tertoreh
0.25 mm
Main scarp of landslide, accurately located. Hachures
point
Torehan utama dari longsoran, lokasi diperkirakan. Deretan Black 100%
garis pendek menunjukkan bagian yang tertoreh
62 0.25 mm
Main scarp of landslide, approximately located. Hachures
point
Black 100%, 50%
Red 100%, 50%
Singkapan komoditas ekonomi
63
Outcrops of economic commodity

Red 100%
Garis aliran dari aliran lava 0.175 mm
64
Flow lines of lava flow

Red 100%
Mata air panasbumi
0.15 mm
Geothermal spring
65
PU

Fumarola Red 100%


0.2 mm
66
62 Fumaroles
SA

Area panas bumi Red 100%


67 0.2 mm
Geothermal field
T

Lokasi pengambilan fosil, nomor sampel Black 100%


0.2 mm
68 Fossil locality, showing collection number
SU

Koral
69 Corals
R

Moluska
VE

70
Molusk
Black 100%
Brachiopoda
IG

71 Brachiopods

Foraminifera
72 fill color
EO

Foraminifera
0.125 mm 100% white
Foraminifera besar
73
Large foraminifera
LO

Alga
74
Algae
G

Vertebrata
75
I

Vertebrata

Tanaman
76
Plants

Fosil jejak
77
Trace fossil

* Lampiran simbol ini dapat digunakan untuk kolom stratigrafi dan penampang geologi
**Simbol yang tercantum adalah simbol yang paling umum dijumpai dalam peta geologi.
Untuk simbol tertentu yang belum tercantum dalam lampiran ini dapat merujuk pada
FGDC Digital Cartographic Standard for Geologic Map Symbolization (2016).
Lampiran 7. Tabel kronostratigrafi sebagai acuan umur satuan batuan

PU
SA
T
SU
R
VE
IG
EO
LO
G
I

Anda mungkin juga menyukai