Anda di halaman 1dari 8

FORMAT JAWABAN TUGAS TUTON

JUDUL
TUGAS 3 PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

KODE MATA KULIAH MKDK4002.23


NAMA: MELA AGUSTIN
NIM : 857030978
PRODI : PGSD
UPBJJ: PADANG CERMIN

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Penedidikan


Universitas Terbuka
2023.1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas 3 Perkembangn Peserta Didik 01 ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik 01. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Asnah Said. M.Pd, selaku Tutor
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni ini. Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.
PEMBAHASAN

1. Jelaskan teori perkambangan mana yang paling banyak digunakan untuk


matapelajaran yang anda ajarkan?

Jawab :

Begitu banyak model-model teori belajar yang dapat diterapkan dalam suatu proses
pembelajaran. Akan tetapi semua model teori belajar mempunyai keunggulan dan
kelemahan masing-masing yang harus kita jeli dalam memilah model teori belajar yang
cocok akan diterapkan dengan melihat situasi dan kondisi proses belajar yang sedang
berlangsung. Dalam teori belajar kognitif, siswa dianjurkan untuk belajar sesuai dengan
tahapan perkembangannya. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk bereksperimen
dengan obyek fisik yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan dari guru. Sedangkan dalam Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa
harus menemukan sendiri pengetahuannya. Prinsip yang terpenting dalam teori ini bahwa
guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, akan tetapi siswa harus
membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan siswa anak
tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa
sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.

Berpijak dari teori belajar tersebut, maka teori yang tepat untuk diterapkan siswa sekolah
dasar sebagai jenjang pendidikan dasar adalah teori belajar kognitif dan konstruktivis.
Teori belajar kognitif berpendapat bahwa siswa sekolah dasar harus belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya yaitu usia 6-12 tahun berada pada tahap berpikir operasional
kongkrit. Pada tahap ini siswa harus disediakan benda-benda atau peristiwa yang nyata.
Siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-
temannya.

Kemudian didasarkan pada teori konstruktivis memberikan peluang pada siswa untuk
menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya. Konsekuensi dan penerapan dari
teori kognitif dan konstruktivis adalah guru tidak menjadi satu-satunya sumber belajar.
Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dan siswa adalah subyek dalam proses belajar
mengajar. Penggunaan media pembelajaran menjadi sangat penting karena harus sesuai
dengan tahap perkembangan siswa yang masih berpikir operasional kongkret dengan
penggunaan media pembelajaran dapat memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang
dapat merangsang aktivitas siswa untuk belajar dan menemukan sendiri pengetahuannya.
Media pembelajaran yang dihadirkan guru akan mampu membangun ide-ide atau
gagasan-gagasan yang bersifat konseptual sehingga mengurangi kesalah pahaman siswa
dalam mempelajarinya. Bagi siswa sekolah dasar penggunaan media pembelajaran
mampu meningkatkan minat siswa serta menciptakan pembelajaran yang lebih
menyenangkan.
Penekanan pada proses pembelajaran konstruktivisme yaitu menekankan pada proses
belajar bukan proses mengajar, mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar
pada siswa, memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai,
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses bukan menekankan pada hasil,
mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan, menghargai peranan pengalaman kritis
dalam belajar, mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa,
penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa, berdasarkan
proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif, menekankan bagaimana siswa
belajar untuk berdiskusi dengan siswa lain maupun guru, sangat mendukung terjadinya
belajar kooperatif, melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata, menekankan pentingnya
konteks siswa dalam belajar, memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.

Adapun konsep dasar konstruktivisme yaitu siswa sebagai individu yang unik,
pembelajar yang dapat mengelola diri sendiri, tanggung jawab pembelajaran, motivasi
pembelajaran, peran guru sebagai fasilitator, kolaborasi antar pembelajar, serta proses
dari atas ke bawah yaitu dengan pemberian dan pelatihan keterampilan-keterampilan
dasar dan secara bertahap diberikan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.
Implementasi teori konstruktivisme di kelas yaitu mendorong kemandirian dan inisiatif
siswa dalam belajar dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta
mendorong siswa berpikir mandiri, guru mengajukan pertanyaan terbuka dan
memberikan kesempatan bebrapa waktu kepada siswa untuk merespon, mendorong siswa
berpikir tingkat tinggi, siswa terlibat secara aktif dalam dialog maupun diskusi dengan
guru dan siswa lainnya, siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan
mendorong terjadinya diskusi, serta guru memberikan sumber-sumber utama dengan
materi-materi yang interaktif.

2. Jelaskan implikasi teori belajar Kognitif dan sosial emosional dalam keberhasilan
anak didik dalam belajar?

Jawab :

Menurut Ki Hajar Dewantara (2009), "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha


persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya".

Pendidikan adalah kunci utama dalam menciptakan bangsa Indonesia yang beradab
melalui nilai-nilai kemanusiaan sebagi porosnya dan terus berputar dan di wariskan pada
generasi berikutnya.

Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, di antaranya guru harus memahami
bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
Penerapan teori kognitif adalah dalam bentuk bahasa yang digunakan dan penjelasan
yang diberikan pendidik mudah dipahami oleh peserta didik serta memberi kebebasan
bagi mereka untuk saling berbicara dan diskusi dengan yang lainnya. Pembelajaran sosial
dan emosional di pendidikan anak usia dini dapat diimplikasikan dalam tiga ruang
lingkup:

 Kegiatan rutin: kegiatan yang dilakukan di luar waktu belajar akademik. Misalnya,
kegiatan makan bersama, berbaris, perayaan hari besar, senam pagi bersama dan lain
lain.
 Terintegrasi dalam pembelajaran: sebagai strategi pembelajaran atau diintegrasikan
dalam kurikulum. Misalnya, melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik
pembelajaran, bercakap, story telling, menggambar dengan berbagai teknik,
menyanyi dan lain sebagainya.
 Protokol: budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan
diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon
situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, berdo'a dengan khidmat, tidak berebut
mainan, mencintai kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya dan lain
lain.

Teori belajar kognitif dan sosial emosional memiliki aplikasi yang signifikan dalam
keberhasilan anak didik dalam belajar. Teori belajar kognitif menekankan pada proses
belajar ketimbang hasil dari pengajaran itu sendiri. Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon. Teori ini membantah teori behavioristik yang melihat proses belajar sekedar
stimulus dan respons.

Sementara itu, teori Sosial emosional menekankan pada pentingnya pengembangan


keterampilan sosial dan emosional anak didik dalam mencapai keberhasilan
akademik. Keterampilan sosial dan emosional yang baik dapat membantu anak didik
dalam mengatasi stres, meningkatkan motivasi belajar, dan memperbaiki hubungan
interpersonal dengan teman sekelas dan guru.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Referensi : MKDK4002 Modul 1-6 Perkembangan Peserta Didik


Padang cermin, 30 Mei 2023
Hormat saya,

MELA AGUSTIN

Anda mungkin juga menyukai