Disusun Oleh :
FITRI NURAJIZAH
NIM : 16120013
FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Atas
kelimpahan kasih dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Praktik Islamologi Terapan
(PIT) serta menyelesaikan laporan PIT ini guna memenuhi salah satu syarat untuk
Kabupaten Cirebon. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dimana laporan Praktik Islamologi Terapan ini disusun berdasarkan hasil observasi dan
wawancara langsung yang berisi tentang hidup bersama masyarakat serta segala kegiatan
yang dilakukan oleh penulis selama 2 bulan melaksanakan PIT di Desa Sitiwinangun serta
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama mengikuti Praktik Islamologi Terapan
(PIT).
Dalam proses pelaksanaan PIT dan penyusunan Laporan Praktik Islamologi Terapan
(PIT) ini dapat terlaksana dengan baik. Penulis telah banyak menerima dukungan, bimbingan,
pengarahan dalam pelaksanaan PIT serta saran dan bantuan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Allah Swt atas segala rahmatnya penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan
Kabupaten Cirebon
2. Hj. Afwah Mumtazah, M.Pd.I , Selaku Rektor Institut Studi Islam Fahmina (ISIF)
3. Bapak Dr. Muhammad Ali, M.Ag selaku Deputi Rektor I Bidang Akademik dan
Kelembagaan.
2
4. Bapak Nadisa Astawi, Lc., M.Sh selaku Kepala Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat (LP2M)
5. Bapak Samud. M.H.I selaku Dekan Fakultas Ekonomi Institut Studi Islam Fahmin
6. Ibu Zainab, M.E.I selaku ketua studi program Ekonomi Syariah Institut Studi Islam
Fahmina (ISIF) dan terima kasih kepada Seluruh dosen serta staff atas segala bantuan
7. Bapak Udin Komarudin, selaku dosen pembimbing lapangan PIT yang telah
9. Bapak Wastani Bajuri selaku pendamping lapangan desa yang telah memberikan
Sitiwinangun.
10. Terimakasih untuk semua teman yang bekerjasama dalam melaksanakan PIT di Desa
Sitiwinangun, terimakasih untuk semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
Laporan Praktik Islamologi Terapan ini masih jauh dari sempurna, karena masih
banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa, maka penulis menerima saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini, untuk perbaikan lebih lanjut
3
Untuk itu penulis berharap agar diberikan arahan atau bimbingan untuk kegiatan
selanjutnya agar lebih baik. Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
Fitri Nurajizah
4
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 16120013
Fakultas : Syari’ah
Mengetahui,
5
Abstrak
6
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
cukup luas. Tersedianya lahan pertanian yang cukup luas ini menjadi sebagian
penduduknya bekerja sebagai petani dan buruh tani, khususnya laki-laki. Selain
sebagai buruh tani, laki-laki di Desa Sitiwinangun ini juga banyak yang bekerja pada
Desa Sitiwinangun juga memiliki potensi alam berupa tanah liat yang tersedia
dalam jumlah yang cukup. Ketersediaan tanah liat dan kemampuan masyarakatnya
merupakan tempat tertua penghasil gerabah di Jawa Barat yang memiliki pengrajin
Selain sebagai pengrajin gerabah, perempuan yang ada di dusun ini juga bekerja
pada sektor ekonomi lainnya, seperti pedagang dan karyawan pengrajin ban bekas.
tetapi, peneliti lebih tertarik untuk meneliti perempuan yang bekerja sebagai pengrajin
7
Alasan lainnya, karena Dusun Kebagusan memang terkenal dengan pengrajin
menjemur tanah liat yang masih basah hingga kering yang membutuhkan waktu 1-2
hari, mengayak pasir, membuat adonan dengan mencampur tanah liat dan pasir sambil
Proses pembakaran dilakukan di atas tungku atau tempat pembakaran terbuka. Untuk
membakar gerabah bahan-bahan yang dibutuhkan ialah jerami, kayu, dan karet ban
bekas. 1
Pendapatan suami dari bekerja pada sektor informal tidak juga seringkali tidak
menentu dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hal inilah
yang menjadi salah satu alasan perempuan di Dusun Kebagusan ikut terlibat pada
ranah publik sebagai pengrajin gerabah. Alasan lain yang diungkapkan adalah untuk
mengisi waktu luang setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, serta untuk
Apapun alasan perempuan ikut terlibat pada ranah publik dan sekecil apapun hasil
yang mereka peroleh, mereka telah memberikan sumbangan ekonomi yang berharga
“diakui atau tidak, lebih dari separuh perempuan di hampir seluruh dunia pada
1
Wwawancara dengan Mimi Marini, beliau adalah salah satu pengrajin di Dusun Kebagusan.
8
ketenagakerjaan tetap berjuang bekerja untuk menghidupi keluarganya bersam-sama
dengan laki-laki atau dalam status sebagai orang tua tunggal (singel parent)”.2
rumah tangga. Anggapan tersebut tidak menjadi penghalang bagi perempuan untuk
bekerja pada ranah publik guna membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga. Hal
Perempuan memilih ikut terlibat pada ranah publik sebagai pengrajin gerabah guna
perempuan untuk mempunyai pekerjaan yang bisa menghidupi diri dan keluarganya
Karena tidak semua perempuan mempunyai suami yang bisa sendirian mencukupi
kebutuhan keluarga, sehingga ketika istri dan suami saling bahu membahu memenuhi
Selain itu, rezeki suami juga tidak selamanya lancar, sewaktu-waktu bisa saja
turun dan tidak bisa memenuhi semua kebutuhan keluarga, kemudian selama ini telah
banyak kasus perempuan yang ditinggalkan oleh suaminya, sehingga istri harus mulai
Selain dari sisi ekonomi, keterlibatan perempuan dalam proses produksi kerajinan
gerabah menjadi salah satu upaya supaya untuk memberi ruang gerak bebas untuk
2
Ilyani Indria Lestari dkk, Peran Wanita Pengrajin Gerabah dalam Menunjang Ekonomi Keluarga di Desa
Masbagik Timur Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur, diunduh pada tanggal 13 Maret 2020.
9
B. Fokus PIT
mendalami tentang peran perempuan pengrajin gerabah dalam industri kerajinan gerabah
Sebab, setelah melakukan Praktik Islamologi Terapan (PIT) selama dua bulan yang
terhitung sejak 10 Februari-10 April 2020, penulis menemukan bahwa di sana perempuan
lebih banyak yang terlibat dalam produksi kerajinan gerabah dibandingkan dengan laki-
laki.
Adapun hal-hal yang akan penulis uraikan adalah peran perempuan dalam industri
kerajinan gerabah mulai dari cara menyiapkan bahan baku sampai pada pemasarannya.
Kemudian penulis juga akan menambahkan soal peran perempuan dalam kehidupan
keluarga.
Dalam penelitian ini, penulis juga fokus pada perempuan pengrajin gerabah di Dusun
Kebagusan, Desa Sitiwinangun. Karena, Dusun tersebut merupakan salah satu cagar
C. Tujuan PIT
Praktik Islamologi Terapan (PIT) adalah mata kuliah pada semua program studi di
ISIF. Model perkuliahannya dilakukan dengan cara terlibat langsung di masyarakat. PIT
persoalan di masyarakat ISIF percaya bahwa mahasiswa dipersiapkan bukan menjauh dari
masyarakat tetapi untuk hidup bermasyarakat. Materi Mata Kuliah Hidup bersama
Masyarakat (HBM) dan Penelitian Aksi Partisipatoris (PAR) yang telah dipelajari oleh
3
Diambil dari Cirebon.tribunnews.com, dalam tulisan berjudul Warga Desa Sitiwinangun Gelar Tradisi
Membersihkan al-Qur’an, Jum’at 13 Maret 2020,
10
mahasiswa di semua program studi tidak hanya menggantung dalam angan saja,
6. Untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian dan penulisan tugas akhir, penulis juga
mengenal dan mengetahui secara langsung serta dapat menilai pengembangan ilmu
Manfaat Praktik Islamologi Terapan terkait dengan Prodi Ekonomi Syariah penulis bisa
mengaplikasikan konsep PAR (Partisipasi Aksi Riset) secara langsung di lapangan.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai wadah untuk melatih daya fikir,
analisis dan mengaplikasikan teori yang diterima selama kuliah untuk pembekalan di
memperluas wawasan.
Adapun manfaat Praktik Lapangan Profesi (PLP) bagi penulis sendiri adalah :
maupun praktik.
11
3. Membangun mental penulis terhadap pendekatan kepada masyarakat baik kesiapan
Penampilan maupun sopan santun yang terdapat dalam suasana yang sebenarnya.
5. Untuk menerapkan teori dan pengetahuan yang telah didapatkan selama proses
Adapun manfaat Praktik Islamologi Terapan (PIT) bagi Kampus Institut Studi Islam
Sitiwinangun
2. Membantu mahasiswa agar dapat bersosialisasi dan bisa belajar hidup bersama
masyarakat.
ekonomi yang lebih tinggi dan bisa membantu untuk arah yang lebih maju dan
berkembang.
penelitian di lapangan selama penulis melakukan PIT dan hasil dari kajian pustaka
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa jenis referensi utama
yang digunakan adalah buku, jurnal ilmiah edisi online dan artikel yang bersumber
12
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
jenis pendekatan analisis deskriptif, maka data lapangan diperoleh dengan langkah
berikut;
mengetahui apa yang dilakukan orang dalam konteks tertentu, pola rutinitas
Dalam penelitian kualitatif observasi lebih dipilih sebagai alat karena peneliti
langsung.4
adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi anatara pewawancara dan
langsung.5
atau tercetak dan segala benda yang memiliki keterkaitan dan keterangan
4
Anggi Anggito dkk, 2018, Metode Penelitian Kualitatif, CV Jejak, Jawa Barat hal. 110
5
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabunga, Kencana,
Jakarta hal. 1
6
Pengertiandepinisi.com, diunduh pada tanggal 14 Maret 2020.
13
c. Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.
Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah disiapkan
secara logis dan sistematis. Teknis analisis data bersifat deskriptif argumentatif.
d. Penarikan Kesimpulan
bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran prkatis sebagai rekomendasi
selanjutnya.
14
BAB II
Sitiwinangun adalah salah satu desa yang sudah ada sejak abad ke-12, kurang lebih
pada 1222 Masehi, bertepatan dengan akan munculnya Kerajaan Majapahit. Tanda-tanda
atau bukti tentang ini adalah ditemukannya beberapa artepak di Singosari, yang kebetulan
Hal ini juga bisa dilihat dari penulisan yang ada di pesarean Mbah Buyut Kebagusan.
Lama sebelum Cirebon ini berdiri di Sitiwinangun sudah ada Padukuhan yang diberi
nama Padukuhan Kebagusan, pendiri Padukuhan tersebut adalah seorang alim ulama
bernama Ratna Gumilang, beliau adalah pase awal dari pada berdirinya Desa
Sitiwinangun. Kemudian berkembang pada abad ke-14 yaitu pase ke-2. Pada pase ke-2
ini mulai masuknya Mbah Kuwu Cirebon atau bisa dikenal dengan nama pangeran
Walasungsang, dan juga seorang alim ulama dari Baghdad yang bernama Syekh
Abdurohman.
yaitu dengan cara ikut serta andil dalam perkembangan gerabah di masyarakat Padukuhan
Kebagusan. Dengan cara itu, Syekh Abdurahman mulai membuat alat-alat ritual atau alat-
alat untuk ibadah salah satunya adalah “Padasan”. Padasan ini adalah tempat untuk
berwudhu. Dan “Momolo”. (Kubah Masjid dari tanah liat). Setiap Syekh Abdurahman
membuat alat-alat ibadah masyarakat pasti akan bertanya tujuan dan fungsi alat tersebut,
15
pada kesempatan itulah Syekh Abdurahman akan menjelaskan sekaligus mendakwahkan
ajaran-ajaran Islam.
Pada pase ke-3, perjuangan penyebaran Islam diteruskan oleh Cucu ke tiga dari Syekh
Nama Sitiwinangun diambil dari kebiasaan masyarakat Kebagusan pada waktu itu, di
mana mereka membuat sebuah kerajinan dari tanah, tanah ini diberi nama “SITI”.
Kerajinan mereka untuk membuat sebuah kerajinan dari tanah ini adalah
Secara administratif Desa Sitiwinangun merupakan salah satu dari 8 Desa di Wilayah
Kecamatan Jamblang. Desa Sitiwinangun berada di ketinggian 230 Mdl diatas permukaan
desa yaitu :
Penghujan, hal Tersebut mempunyai Pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada
7
Wawancara dengan Pak Wastani Bajuri sebagai aparat Desa sekaligus pemandu wisatawan di Desa
Sitiwinangun. Wawancara dilakukan pada 17 Februari 2020 , 14;00 -15;00 WIB, Cirebon.
16
Iklim suatu daerah sangat berpengaruh dalam kehidupan utamanya untuk
Desa Sitiwinangun merupakan desa yang mempunyai jumlah penduduk 5.004 jiwa,
1.515 KK yang terbagi dalam 5 Dusun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 2.563 Jiwa dan
TABEL. I
JUMLAH PENDUDUK
TABEL. II
TABEL. III
( Thn)
00 – 01 72 61 133
17
10 – 14 211 194 402
55 – 59 99 107 206
60 – 64 60 55 115
65 – 69 63 58 121
70 – 74 25 44 69
75 – 79 22 26 48
80 – 84 3 13 16
>85 3 8 11
D. Keadaan Sosial
layanan pendidikan cukup jauh, jarak Desa ke SMP ± 5KM. Pemeluk agama 100 %
beragam Islam. Pendidikan agama hanya MDA ( Madrasa Diniyah Awwaliyah ) dan
18
masyarakat kebanyakan petani. budaya yang dianut masih ada upacara adat seperti pada
acara pernikahan.
E. Keadaan Pendidikan
Pendidikan adalah satu hal yang penting dalam memajuhkan tingkat kesejateraan pada
umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya dengan tingkat pendidikan yang
tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan tingkat kecakapan juga akan
Dengan begitu akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja
sisitimatika piker atau pola piker individu, selain itu mudah menerima informasi yang
lebih maju.
Dibawah ini tabel yang menunjukan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa
Sitiwinangun.
TABEL. IV
TINGKAT PENDIDIKAN
19
9. Tamat SMA / Sederajat 595
Jumlah 3778
F. Keadaan Ekonomi
berjuang demi kelangsungannya itu, setiap manusia mempunyai usaha yang berbeda-beda
industri rumah tangga dan yang lainya. Namun, keadaan ekonomi di Desa Sitiwinangun
lebih di dominasi oleh pertanian dan kerajinan industri rumah tangga seperti gerabah dan
TABEL. V
1. Petani 15
2. Buruh Tani 23
20
4. Pegawai Negeri 57
6. Pedagang 299
7. Ternak 4
8. Nelayan 1
9. Montir 6
13. Jasa -
14. POLRI 15
15. TNI 2
18. Guru 30
22. Wiraswasta 93
21
TABEL.VI
KEPEMILIKAN TERNAK
TABEL. VII
4 Hutan Negara -
5 Hutan Rakyat -
6 Perkantoran 4.273
7 Carik -
8 Lain-lain -
Jumlah 66.274
TABEL. VIII
5 bh 5 bh 1 bh 5 bh 5KM 2 KM
22
G. Kondisi Pemerintah Desa
sebanyak 30.
KUWU
KUWU
RATIJA BRATA MENGGALA
Ratija Brata
SEKRETARIS
SEKRETARIS
DESA
SUDARTO
DESA
SUJENA MUIRA
KADUS KADUS
KADUS KADUS KADUS KADUS
LEBAK SENTUL KADUS
CAPLEK KIDUL
KADUS
CAPLEK LOR
KADUS
KEBAGUSAN
SUGIHARTO MISNEN
II HERMANTO SUTRISNO KADMIYA
III IV V
BAB III
23
A. Sejarah Gerabah Desa Sitiwinangun
Km ke arah barat kota Cirebon. Sitiwinangun berasal dari bahasa jawa yang berarti tanah
yang di bentuk. (siti = tanah, wangun = bentuk). Tradisi membuat gerabah sudah
dilakukan oleh nenek moyang penduduk Sitiwinangun yang berbudaya agraris sejak
jaman dahulu.
Pada tahun 1222 di daerah Kebagusan sudah ada padukuhan namanya Padukuhan
Kebagusan dan masyarakat Kebagusan pada waktu itu juga sudah mengenal kerajinan
gerabah.
Singasari memiliki kesamaan dengan gerabah yang dibuat oleh warga Kebagusan. Seiring
dengan perkembangan Islam mulai berkembang, pada jaman itu sudah masuk para
pendakwa dari Arab salah satunya adalah Syekh Abdurahman yang berasal dari Baghdad
beliau mendapat gelar Pangeran Panjunan karena ahli membuat gerabah (anjun).
menggunakan pendekatan kultural atau tradisi masyarakat Kebagusan pada waktu itu.
dengan begitu beliau berdakwah sambil mengajari gerabah atau mengajari cara membuat
Motif-motif gerabah Sitiwinangun sangat kental dengan ajaran agama Islam salah
satunya momolo masjid, padasan (tempat menyimpan air untuk berwudhu), dan alat-alat
untuk upacara tradisi keagamaan. Selain itu motif gerabah Sitiwinangun juga terpengaruh
oleh tiga kebudayaan yaitu Islam, China, Arab. Setelah masa beliau, datanglah cucu dari
Dalam masyarakat Sitiwinangun terdapat satu adat yaitu adat mengelilingi makam
Ki Jagabaya. Jadi, jika seseorang ingin bisa membuat gerabah maka ia harus
24
mengelilingi makam Ki Jagabaya sebanyak 3x dengan mengangkat batu dibarengi dengan
Ketika seseorang ingin bisa membuat gerabah dengan ukuran kecil maka dia harus
sebaliknya tergantung dari ukuran gerabah besar atau kecilnya batu yang diangkat.
Namun saat ini, tradisi tersebut sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Desa
Sitiwinangun.8
Desa Sitiwinangun sudah sejak lama terkenal sebagai sentra kerajinan gerabah
meskipun secara nasional popularitasnya masih kalah jika dibandingkan dengan sentra
gerabah lainnya.
Gerabah Sitiwinangun mengalami masa kejayaan dimana pada masa itu gerabah
di jadikan sebagai mas kawin seseorang ketika ingin menikah, tidak hanya berlaku untuk
di Sitiwinangun saja melainkan ketika ada warga Sitiwinangun yang menikah dengan
kondisi surut sampai titik nadir. Bahkan pada satu periode tertentu usaha gerabah
Mulai sekitar Tahun 1980’an tak ada lagi orang yang mau membeli gerabah
Barulah pada sekitar dekade 2000’an, pesanan gerabah mulai datang kembali
kepada para pengrajin gerabah Sitiwinangun. Hapara pemesan lebih tertarik pada
8
Wawancara dengan pak Jaji, beliau adalah salah satu pengrajin gerabah dan beliau juga masih termasuk
keturunan Mbah Buyut Kebagusan. Wawancara dilakukan pada 18 Februari 2020.
25
kerajinan yang bernilai seni, bukan lagi kerajinan yang biasa dipakai untuk kehidupan
sehari-hari. 9
Vincentelli seorang peneliti kajian tentang gender dan gerabah, yang telah
tradisi Timur, empat dari lima masyarakat pengrajin gerabah adalah perempuan.
Menurut Vincentelli, peran perempuan dalam disain sebuah karya seni sering
diabaikan, sehingga banyak penelitian tentang karya seni termasuk gerabah, yang bias
gender. Vincentelli juga banyak mengkritisi hasil-hasil penelitian ahli sejarah dari Barat
Menurut ahli sejarah Barat, peran perempuan Barat dalam produksi gerabah hanya
sebatas dekorasi saja sedangkan laki-laki mengambil peran sebagai disainer. Ahli sejarah
dari Barat juga mempercayai bahwa aktor utama dalam proses produksi gerabah adalah
laki-laki.
penelitian mengenai gerabah di beberapa negara di Eropa, Afrika, dan Asia. Menurutnya
para pembuat gerabah di berbagai belahan dunia yang ditemuinya kebanyakan adalah
perempuan.
Dalam teknik produksi gerabah pun, terdapat perbedaan metode antara pengrajin
laki-laki dan perempuan. Menurut para ahli sejarah Barat, laki-laki membuat gerabah
9
Wawancara dengan Sariman, pengrajin gerabah Desa Sitiwinangun, pada tanggal 20 Maret 2020.
26
perempuan pengrajin gerabah tetap resisten terhadap metode ‘maskulin’ dan lebih
memilih mengunakan tangan dan teknologi rendah untuk menjaga sebuah tradisi.
diminati oleh para wisatawan. Tidak hanya produk hasil yang dijual namun proses
pembuatan gerabah dapat dikemas sebagai wisata atraksi yang menjadi daya tarik
gerabah, menyediakan bahan baku, dan menjual gerabah biasanya dibantu oleh tenaga
laki-laki. Berikut ini penjelasan secara singkat mengenai peran perempuan dalam proses
Tanah liat sebagai bahan baku pembuatan gerabah dapat ditemukan di sekitar
gerabah kepada kuli tanah di pinggir sungai Jamblang. Lalu para perempuan akan
menggunakan jasa kuli giling atau kuli ngedek lemah untuk menyampurkan tanah liat,
dan pasir. Sehingga tanah tersebut bisa digunakan untuk membuat gerabah.
Warna tanah liat merupakan salah satu dasar dalam mengklasifikasikan jenis
gerabah yang dihasilkan. Tanah liat bahan baku gerabah bisa berwarna merah atau
10
Deshinta Vibriyanti, Peran Kaum Perempuan dalam Industri Kerajinan Gerabah di Desa Banyumulek, Lombok
Barat, Nusa Tenggara Barat, diunduh pada tanggal 10 Maret 2020.
27
hitam. Warna dasar tanah liat akan menghasilkan warna yang berbeda pada gerabah
Tanah liat yang terdapat di Desa Sitiwinagun biasa disebut dengan tanah lempung
yaitu tanah yang mengandung pasir. Sehingga gerabah yang dihasilkan adalah
gerabah yang tahan api dan tahan lama. Maka tidak heran jika gerabah-gerabah di
Namun, saat ini para pengrajin gerabah cukup kesusahan untuk mencari bahan
baku pembuatan gerabah, karena mulai dari tanah, pasir, dan bahan bakar semuanya
harus dibeli dari para kuli. Sementara, harga yang hasilkan dari setiap kerajinan
Berbeda dengan jaman leluhurnya, pada masa itu masyarakat bisa dengan leluasa
mengambil tanah liat dari sawah, pinggir sungai Jamblang dan dari tanah-tanah yang
menganggur. Selain itu, pada beberapa masa jabatan kuwu, pemerintah desa
menyediakan satu lahan bagi para pengrajin gerabah untuk mengambil tanah dan
Sejalan dengan mulai berkurangnya sumber tanah liat dan keterbatasan akses
perempuan pengrajin dalam memperoleh tanah liat, maka saat ini pola pembelian
tanah liat kepada pemilik lahan dan kemudian diantarkan langsung ke rumah
pemilik lokasi tanah atau kepada kuli tanah sekitar Rp 100.00 per satu gerobak.
Biasanya tanah liat tersebut berasal dari sungai Jamblang atau dari desa sebelah yaitu
Desa Wangunharja.
28
Sebelum melakukan proses pengadukan bahan dasar, yang terdiri dari tanah
liat dan pasir yang telah disaring, tanah liat terlebih dahulu mengalami proses
Proses perendaman itu disebut sebagai sistem basah. Proses ini berguna untuk
menyaring tanah liat dari kerikil-kerikil kecil yang masih menempel pada tanah liat.
Sementara menunggu rendaman tanah liat selesai, pasir disaring untuk menghasilkan
pasir yang benar-benar halus. Pasir sebagai bahan campuran tersebut biasanya diambil
dari pinggiran sungai Jamblang yang jaraknya lumayan dekat dengan Dusun
Kebagusan.
Setelah proses perendaman selesai dan pasir telah disaring, kedua bahan
tersebut dicampurkan dengan cara di giling atau di edek11 hingga menghasilkan bahan
dasar gerabah yang mudah dibentuk sesuai dengan desain yang diinginkan.
menggunakan peralatan sederhana seperti: sepotong kayu, botol kecil bekas atau batu
yang berbentuk bulat, perbot (alat pemutar yang terbuat dari kayu atau besi), plastik
atau kain untuk menghaluskan, kayu-kayu kecil untuk mengukir, kerig, serat, dan
Tanah liat yang siap dibentuk diletakkan di perbot ( kayu putaran) kemudian
berupa gulungan.
dengan menggunakan sepotong bambu/kayu, kain, kerig, sepang, botol plastik bekas
dan sebilah sabit bekas hingga pori-pori permukaan gerabah benar-benar halus.
11
Di edek adalah tanah dan pasir dicampurkan dengan cara diinjak-injak sampai dirasa halus .
29
Sebelum dijemur di bawah terik matahari, gerabah yang sudah agak mengeras
dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu diukir. Setelah itu baru dijemur hingga
benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan dengan cuaca dan panas
c. Pembakaran Gerabah
Secara teknis, proses pembakaran gerabah baru dapat dilakukan jika gerabah
pembakaran tradisional, yaitu dengan menggunakan jerami dan kayu bakar yang
banyak dilakukan di lahan terbuka. Atau saat ini ada yang menggunakan tungku atau
jerami/daun bambu kering, limbah ban bekas, dan bancik12 sebagai alas untuk
meletakkan gerabah.
cairan yang terbuat dari tanah liat merah. Cairan tersebut bertujuan untuk
12
Bancik adalah alat yang terbuat dari gerabah seperti tungku kecil yang digunakan untuk alas membakar
gerabah.
30
Namun, ada beberapa pengrajin gerabah yang melakukan proses pembakaran
dua tahap. Tahap pertama, gerabah di bakar sesuai tempat pembakaran, kemudian
Tujuan dari pengasapan ini selain hasilnya lebih unik yaitu agak kehitam-
hitaman dan lebih mengkilap, harga jualnya juga lebih mahal. Misalnya coet. coet jika
hanya dibakar menggunakan satu tahap pembakaran biasa, harga jualnya hanya Rp.
1.600 atau 2.000, sedangkan coet yang menggunakan dua tahap pembakaran biasanya
d. Proses Finishing
tampilan gerabah yang masih polos dan kasar menjadi gerabah yang menarik dan
Oleh karena itu, biasanya para pengrajin secara kreatif melakukan inovasi-
tanah liat pada permukaan gerabah merupakan salah satu teknik lama yang masih
Selain itu, pengrajin juga akan mengelap gerabah dengan kain kering untuk
identitas budaya di era gobalisasi saat ini. Mereka beradaptasi dengan dinamis
31
Hal tersebut didorong oleh permintaan pasar pariwisata yang menuntut
motif, dan warna yang semakin variatif. Contohnya pada masa leluhur gerabah
bahasa Arab.
masukan dari dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) akhirnya masyarakat pengrajin
mulai mengaplikasikan ciri khas-ciri khas yang ada di Cirebon seperti model sulur
kangkung, anyaman, motif tali duri ikan, tumpal, pilin, meander, melati, mega
mendung, patung berbentuk paksi naga liman atau singa barong dan yang lainnya. 13
pemasaran yang tidak luas. Pedagang keliling adalah bagian dari masyarakat usaha
gerabah yang memiliki peran cukup penting dalam sebuah jaringan pemasaran.
kaki di sekitar desa terdekat. Tawar menawar harga terjadi antara pengarajin dengan
pedagang.
alasan kualitas gerabah yang kurang baik saat menemukan sedikit retakan atau
13
Wawancara dengan Pak Sariman, salah satu pengelola Showroom Desa Sitiwinangun, pada tanggal 27
Februari 2020.
32
Jika kesepakatan harga telah tercapai maka pedagang akan menyusun gerabah-
Pedagang keliling ini akan menjajakan gerabah sampai beberapa hari hingga
menggunakan cara tradisional yaitu dari hanya didagangkan dengan jalan kaki
menjadi sangat meluas, misalnya pada tahun desa 1980, gerabah desa Sitiwinangun
menjadi gerabah yang paling diminiati oleh masyarakat, sehingga pada tahun itu
pembeli dari luar kota biasa membeli gerabah Sitiwinangun dalam jumlah banyak.
Bahkan setiap harinya bisa sampai lima sampai enam truk barang dikirim ke
berbagai daerah di Indonesia. Jenis gerabah yang banyak diminati oleh pembeli saat
itu adalah perabotan rumah tangga seperti gentong, pendil, kendi dan yang lainnya.
Selain itu, pada tahun 1990 salah satu dosen ITB yang tinggal di Sitiwinangun
Inovasi yang diajarkan oleh Bapak Bonzan Eddy Prasetio (dosen ITB) ialah
tehnik modern berupa glasir, menurut pengrajin gerabah tehnik ini mampu
Sehingga pada masa itu gerabah Sitiwinangun bukan hanya banyak dibeli oleh
masyarakat umum tetapi juga oleh perusahaan-perusahaan seperti cafe, hotel dan
14
Wawancara dengan Pak Dija, beliau adalah suami Ibu Marini (salah satu pengrajin gerabah) di Dusun
Kebagusan. Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Maret 2020
33
Namun, tidak lama setelah masa itu, gerabah Sitiwinangun mulai redup karena
pengaruh produk-produk yang terbuat dari plastik dan alumunium. Keadaan tersebut
yang berpindah pada kerajinan ban bekas menjadi kursi atau memilih untuk merantau.
perempuan yang dari masa terpuruk sampai saat ini masih tetap bertahan membuat
dan bisa menambah penghasilan desa, mereka juga berharap para pengrajin yang
sudah sangat sedikit menjadi bertambah dan kerajinan gerabah Sitiwinangun tetap
bisa dilestarikan. 15
34
6 Cet pewarna kayu 2 kaleng Rp. 3.500 Rp. 7.000
lemah 1x100.000
Modal awal kerajinan gerabah setiap pengrajin berbeda, tergantung dengan kerajinan
yang diproduksinya. Tidak semua kerajinan membutuhkan cet pewarna kayu, semen putih
dan semen hitam. Untuk alat pembuatannya seperti perbot, sepotong bambu/kayu, kain dan
Dengan begitu modal yang perlu dimiliki oleh semua pengrajin gerabah di Sitiwinangun
setiap membuat berbagai macam kerajinan gerabah adalah sebesar Rp. 475.000 per satu
produksi dengan hasil dan harga yang berbeda-beda tergantung dengan kerajinan serta tehnik
yang dilakukannya.
B. Analisa Produksi
35
Bulan 1-3
hiasan/pajangan
dapur
1.200.000-625.000 = 575.000
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa keuntungan kerajinan gerabah dilihat dari
jenis kerajinan yang dibuat. Saat ini gerabah jenis hiasan memang harganya cukup tinggi
dibandingkan dengan gerabah alat-alat dapur. Namun, kendala yang dialami oleh setiap
pengrajin gerabah Sitiwinangun adalah soal pemasaran, teruatama pemasaran gerabah hiasan.
36
Para pengrajin masih kesusahan menjual hasil kerajinan mereka selain ke
bandar/pengepul atau ke para wisatawan yang datang ke Desa Sitiwinangun. Dengan begitu
penghasilan yang diperoleh dari setiap kerajinan mereka tergantung dengan harga yang
sampingan dalam menunjang penghasilan suami mereka yang sangatlah minim atau pas-
pasan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan di lapangan, peneliti
memperoleh hasil mengenai peran publik dan sumbangan ekonomi perempuan pengrajin
Kabupaten Cirebon.
4 aspek yaitu lama kerja, alasan kerja, alokasi waktu kerja, dan proses kerja. Dengan
begitu akitivitas ekonomi perempuan pengrajin gerabah dapat dilihat pada tabel-tabel di
bawah ini.
16
Wawancara dengan Ibu Tarina, salah satu perempuan pengrajin gerabah di Dusun Kebagusan, pada tanggal
20 Maret 2020.
37
2. Ibu Naresih 63 Tahun
Kebagusan telah ikut terlibat pada ranah publik sebagai pengrajin gerabah antara 18 – 63
tahun.
Berdasarkan tabel 2 di atas, maka dapat diketahui bahwa secara umum alasan
perempuan di Dusun Kebagusan bekerjaan sebagai pengrajin gerabah karena untuk mencari
38
nafkah dan hanya ini yang bisa mereka lakukan. Alasan lain adalah untuk melestarikan tradisi
leluhur.
Tabel 3 di atas menunjukkan waktu yang dialokasikan oleh wanita pengrajin gerabah
dibutuhkan
digiling
39
4 Membentuk gerabah sesuai keinginan 3 hari
sama. Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa proses pembuatan gerabah secara
umum membutuhkan proses yang lama dan cukup rumit. Proses tersebut dimulai dengan
menjemur tanah liat, mengayak pasir, membuat adonan, membentuk adonan menjadi
gerabah, menjemur gerabah hingga setengah kering, menghaluskan gerabah, menjemur lagi
40
BAB IV
A. Pembahasan
satu sama lain, saling tergantung yang terorganisir dalam satu unit tunggal dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Keluarga memiliki beberapa fungsi dasar, salah
satunya fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi berhubungan erat dengan fungsi keluarga
untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makan, minum, dan tempat
merupakan tugas suami. Suamilah yang bekerja di luar rumah menjalankan mencari
nafkah untuk anak dan istrinya, sedangkan istri bekerja di dalam rumah menjalankan
berjalan sebagaimana mestinya. Hal yang paling sering kita temui terutama pada
masyarakat pedesaan adalah istri ikut bekerja di luar rumah. Perempuan yang
biasanya hanya menjalankan peran domestiknya juga ikut terlibat pada ranah publik
aktivitas pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak, mengasuh anak dan lain-
17
Ilyani Indria Lestari dkk, Peran Wanita Pengrajin Gerabah dalam Menunjang Ekonomi Keluarga di Desa
Masbagik Timut Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur, hlm. 10.
41
lain. Aktivitas ekonomi merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh
Aktivitas ekonomi yang dilakukan ini meliputi lama kerja, alasan kerja,
alokasi waktu kerja, dan proses kerja. Perempuan di Dusun Kebagusan Desa
karena hanya itu pekerjaan yang bisa dilakukan dan salah satu cara untuk terus
sangat minim dan kadang tidak dapat cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan
keluarganya. selain itu, dua dari empat informan yang penulis wawancarai mereka
adalah seorang single parent, sehingga mereka harus tetap bekerja dengan membuat
gerabah tersebut juga cukup rumit, yaitu dimulai dengan menjemur tanah liat,
mengayak tanah liat, membuat adonan dengan cara mencampur tanah liat, pasir, dan
42
Dengan begitu, saat ini istri tidak bisa hanya ditempatkan pada wilayah
domestik saja tetapi perempuan juga harus didorong untuk dapat berperan aktif
diwilayah domestik.
Karena menurut Leacock “diakui atau tidak, lebih dari separuh perempuan di
dengan laki-laki atau dalam statusnya sebagai orang tua tunggal (single parent)”.18
Perempuan yang ikut terlibat untuk mencari nafkah bagi anggota keluarganya
juga secara hukum Islam sangat diperbolehkan bahkan malah justru dianjurkan untuk
bekerja. Sebab, tidak semua perempuan mempunyai suami yang bisa sendirian
kebutuhan keluarga bersama suami. Lalu, rejeki suami sebagaimana rejeki istri tidak
ada yang menjamin terus menerus lancar sehingga suami yang sedang lancar
rejekinya juga sewaktu-waktu bisa bangkrut, mereka yang punya posisi bagus di
Kemudian alasan lainnya ialah tidak semua laki-laki setia kepada istri dan
18
Sihite, R. 2007, Suatu Tinjauan Berwawasan Gender Perempuan, Kesetaraan, & Keadilan, ( Jakarta: P Raja
Grafindo Persada), hlm. 24.
43
Kemudian yang terakhir, Allah tidak memberikan jaminan bahwa usia suami
pasti lebih panjang daripada istri sehingga perempuan bisa sewaktu-waktu ditinggal
sangat bermanfaat bagi perekonomian keluarga. Sekaligus menjadi ruang gerak yang
mereka miliki.
19
https://mubaadalahnews.com/kolom/detail_publik/2016-09-14/17, diunduh tanggal 21 Maret 2020.
44
BAB V
A. Kesimpulan
Islamologi Terapan ini tidak sepenuhnya dijalankan dengan hal tersebut. PIT ini
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan penulis pada bab-bab yang
langsung dalam kerajinan gerabah tersebut dari mulai menyiapkan bahan sampai
pada pemasarannya.
selama 20 – 63 tahun, dan alokasi waktu kerja setiap harinya selama 7-8 jam, dan
proses pembuatan gerabah hingga bisa dijual membutuhkan waktu kira-kira dua
dapat terlaksana dengan baik dan lancar berkat dukungan dan kerjasama antar
warga dan pihak desa, masyarakat yang sangat membantu dan mendukung.
45
Dengan demikian hasil kesimpulan diatas menunjukan bahwa secara garis
besar kegiatan Praktik Islamologi Terapan (PIT) dapat dikatakan sukses dan
B. Rekomendasi
melaksanakan PIT sebagai syarat untuk tugas akhir. Adapun rekomendasi yang
kesulitan untuk mencari modal. Maka penulis sarankan pemerintah desa perlu
modal.
terkait harga tanah liat dan pasir, serta biaya penggilingan yang dirasa mahal.
masyarakat lebih maju lagi dan bisa melakukan kerjasama dengan pihak pihak
4. Adapun saran penulis pagi perempuan pengrajin gerabah adalah harus berani
Setelah penulis melakukan penelitian selama dua bulan ternyata gerabah hasil
yang dibakar dengan cara pengasapan hasilnya lebih mengkilap dan halus.
46
5. Saran yang penulis butuhkan adalam masukan dan kritik yang membangun
dari pembaca.
47
Daftar Pustaka
1. Ilyani Indria Lestari dkk, Peran Wanita Pengrajin Gerabah dalam Menunjang
3. Anggi Anggito dkk, 2018, Metode Penelitian Kualitatif, CV Jejak, Jawa Barat
4. Prof. Dr. A. Muri Yusuf, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
48
17. Wawancara dengan Bapak Sariman : Pengelola Showroom Desa Sitiwinangun
49