Anda di halaman 1dari 8

Makalah Kasus Manajemen Resiko

Metallgesellschaft

Di Susun Oleh
Kelompok 3 :
1. Vani Eka Saputri (195503787)
2. Widya Listyowati (195503959)
3. Wiji Astuti (195503790)
4. Winda Ayu Pangestika (195503791)
5. Yana Rifky Pratama (195503795)
6. Yuli Rien Hartati (195503797)
7. Yuniarti (195503968)
8. Zilawati Chantika (195503800)
9. M. Komarudin (195503891)
10. Yunita Damayanti (195503969)
11. Ahmad Riyanto (195503621)

UNIVERSITAS PUTRA BANGSA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN (S-1)
KEBUMEN
2023UL
Sejarah perkembangan Manajemen Resiko, awalnya hanya diterapkan pada
perusahaan-perusahaan di industri asuransi, dengan memandang risiko sebagai
kerugian yang diperkirakan (expected loss) dan diukur dengan menggunakan
metodologi estimasi probabilitas langsung dikalikan dengan nilai aktiva yang
terekspose risiko, sebagai dasar penetapan besarnya premi asuransi yang harus
dibayar oleh tertanggung.
Pada periode 1990an, merupakan periode kebangkitan manajemen risiko, yang
ditandai dengan meningkatnya apresiasi dan kesadaran para pelaku bisnis, penentu
kebijakan dan pembuat peraturan di berbagai belahan dunia.
Apresiasi dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan risiko tersebut terutama
dipicu oleh berbagai bencana keuangan besar yang terjadi sepanjang paruh pertama
tahun 1990an, seperti kasus bank Barings Inggris, Orange County California, bank
Daiwa Jepang, Metallgesellschaft Jerman, Procter & Gamble Amerika Serikat, dan
lain-lain. Banyak pihak kemudian mengalamatkan sebab-sebab terjadinya kerugian-
kerugian tersebut kepada kegagalan pengendalian.
Pada bulan Desember 1993, Metallgesellshcaft AG yang berkantor di
Frankfurt, Jerman, menghadapi krisis yang serius. Perusahaan tersebut merugi sekitar
$1 miliar pada kontrak futures minyak. Paket perbaikan diluncurkan, pada akhirnya
banyak asetnya yang dijual. Direkturnya dipecat, reorganisasi dilakukan di
perusahaan tersebut. Apa yang terjadi?
Metallgesellschaft merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan, logam, dan teknik (engineering). Pada tahun 1993, penjualannya
melebihi $16 miliar, dengan aset sekitar $10 miliar, dengan 15 anak perusahaan besar.
MG Corp AS merupakan salah satu anak perusahaan dengan modal sekitar $50 juta.
Anak tersebut melakukan bisnis minyak dan mempunyai anak perusahaan yaitu MG
Refining dan Marketing (MGRM). MGRM melakukan kontrak dengan Castle Energy
untuk membeli output Castle dengan jumlah sekitar 46 juta barel per tahun, dengan
marjin yang tetap selama 10 tahun (harga berubah-ubah tetapi marjin tetap). MGRM
kemudian menjual minyak tersebut dengan harga tetap ke ritel.
Kontrak semacam itu menghadapkan MGRM ke risiko perubahan harga
minyak. Jika harga minyak meningkat, maka MGRM akan merugi, karena membayar
harga yang lebih tinggi. Untuk mengurangi risiko tersebut MGRM memutuskan untuk
melakukan hedging dengan membeli futures yaitu long futures oil. Jika MGRM
menggunakan kontrak forward, MGRM tidak akan menghadapi risiko basis karena
MGRM bisa menegosiasikan kebutuhannya. Tetapi forward dirasakan lebih mahal
dan tidak likuid. Kontrak futures menghadapkan MGRM pada masalah baru, yaitu
risiko basis. Jika risiko basis muncul, maka mestinya perusahaan melakukan
perhitungan sehingga bisa diperoleh rasio hedge optimal. Nampaknya MGRM tidak
melakukan hal tersebut sehingga pada akhirnya MGRM membeli kontrak futures
lebih banyak dari yang seharusnya (optimal). Karena lebih banyak dibandingkan
dengan nilai eksposur yang di-hedge, maka MGRM menghadapi masalah baru yaitu
berspekulasi dari kelebihan kontrak futures tersebut. Diperkirakan dari 158 juta barel
dari kontrak futures, 86 juta barel merupakan hedge murni, sementara 68 juta barel
merupakan kelebihan tersebut (spekulasi).
Pada waktu harga minyak jatuh signifikan, posisi futures oil MGRM
mengalami kerugian yang signifikan. Untuk sebagian, kerugian di futuresnya akan
diganti oleh keuntungan di spot-nya, tetapi untuk posisi spekulasi, tidak ada
kompensasinya. Diperkirakan untuk penurunan harga minyak $1, MGRM mengalami
kerugian sebesar $68 juta. Masalah lain adalah, dalam kontrak futures, kerugian akan
dikurangkan dari saldo kas yang didepositkan oleh perusahaan. Jika kerugian semakin
besar, maka perusahaan akan menghadapi margin calls, di mana pihak bursa akan
meminta perusahaan untuk menambah saldo kasnya. Hal semacam itu terjadi terhadap
MGRM, yang mengakibatkan MGRM menghadapi kewajiban jangka pendek.
Kerugian MGRM dari kontrak futures-nya diperkirakan sekitar $1 miliar, sebagian
dikompensasi oleh keuntungan di spot-nya, sebagian lagi merupakan kerugian murni.
Untuk perusahaan dengan aset sekitar $10 miliar, kerugian sekitar $1 miliar
tentu saja menimbulkan masalah serius. Apalagi perusahaan harus menyediakan kas
dengan jumlah signifikan untuk menutup margin calls, padahal kas dari penjualan
belum masuk ke perusahaan. Pada akhirnya manajemen Metallgesellschaft
memutuskan untuk menutup kontrak futures-nya dan menanggung kerugian sebesar
$1 miliar dari kontrak futures tersebut. Sampai saat ini masih terjadi perdebatan
apakah sebenarnya kontrak futures Metallgesellschaft merupakan kontrak yang jelek,
atau sebenarnya baik, tetapi reaksi dari manajemen yang berlebihan sehingga kontrak
tersebut harus ditutup merugi. Kontroversi masih berkelanjutan.

1. Jelaskan permasalahan yang terjadi di Metallgesellscgaft, kenapa perencanaan risiko


tidak berjalan baik di perusahaan tersebut!
Jawab:
Metallgesellshcaft AG yang berkantor di Frankfurt, Jerman, mengalami
kerugian sekitar $1 milyar pada kontrak futures minyak. Hal itu dikarenakan MGRM
memutuskan untuk melakukan hedging dengan membeli futures yaitu long futures oil,
bukannya forward dengan alasan bahwa forward lebih mahal perolehannya dan tidak
likuid. MGRM menghadapi risiko baru yaitu risiko basis (pergerakan harga spot tidak
proporsional dengan pergerakan harga futures). Jika risiko basis muncul, maka
mestinya perusahaan melakukan perhitungan sehingga bisa diperoleh rasio hedge
optimal. Nampaknya MGRM tidak melakukan hal tersebut sehingga pada akhirnya
MGRM membeli kontrak futures lebih banyak dari yang seharusnya (optimal).
Karena futures yang dibeli lebih banyak dibandingkan dengan nilai eksposur yang
dihedge, maka MGRM menghadapi masalah baru yaitu berspekulasi dari kelebihan
kontrak futures tersebut.

Permasalahan dimulai dengan MGRM yang melakukan kontrak dengan Castle


Energy untuk membeli output castle dengan jumlah 46 juta barel per tahun, dengan
margin yang tetap selama 10 tahun (harga berubah-ubah tetapi margin tetap).
Kemudian MGRM menjual minyak tersebut dengan harga tetap ke ritel. Kontrak
tersebut menghadapkan MGRM ke risiko perubahan harga minyak. Jika harga minyak
meningkat maka MGRM akan merugi, karena membayar harga yang lebih tinggi.
Untuk mengurangi risiko tersebut MGRM melakukan hedging dengan membeli
futures yaitu long futures oil, namun MGRM tidak melakukan perhitungan terlebih
dulu untuk memperoleh rasio hedge optimal jika rasio basis muncul. Sehingga hal itu
menyebabkan perusahaan mengalami margin calls, dimana perusahaan mengalami
kerugian sebesar $1 milyar, sebagian kerugian tersebut dikompensasi dari keuntungan
di spot-nya dan sebagian lagi merupakan kerugian murni yang harus dibayarkan
MGRM, padahal kas dari penjualan belum masuk ke perusahaan.

2. Apa yang dimaksud dengan risiko basis? Jelaskan dan kaitkan dengan situasi di
perusahaan ini!
Jawab:
Risiko dasar atau basis risk adalah risiko yang timbul karena terjadinya
kegagalan dalam pengelolaan antara sumber dana dan penanamannya. Risiko basis
dapat dihitung dari segi jangka waktu atau sumber dana jangka pendek yang
digunakan perusahaan untuk membiayai kredit jangka panjang. Apabila perhitungan
mengenai risiko dasar memadai maka investor dapat mengimbangi kegiatan investasi
dengan strategi lindung nilai sehingga nilai investasi tidak mengalami perubahan yang
sepenuhnya berlawanan arah satu sama lain.
Dalam kasus perusahaan Metallgesellschaft, risiko basisnya terjadi saat anak
perusahaan Metallgesellschat yaitu MG Corps AS melakukan kontrak futures (long
futures oil). Kontrak futures tersebut dilakukan untuk dapat mengurangi risiko yang
berkaitan dengan kontrak antara MG Refining dan Marketing (MGRM) yang juga
anak perusahaan dari MG Crops AS melakukan kontrak dengan Castle Energy.
Kontrak tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian akibat harga minyak
yang meningkat karena dalam melakukan kontrak dengan Castle Energy, MGRM
menentukan margin yang tetap selama 10 tahun dan juga menjual minyak dengan
harga tetap ke ritel.
Risiko basis ini sebenarnya dapat dihindari apabila MGRM melakukan
perhitungan sehingga bisa diperoleh rasio hedge optimal. Akan tetapi dalam kasus ini,
MGRM tidak melakukan perhitungan tersebut dan membeli kontrak futures lebih
banyak dibandingkan dengan nilai eksposur yang di-hedge. Dengan begitu MGRM
akan menghadapi masalah baru yaitu berspekulasi dari kelebihan kontrak futures
tersebut. Diperkirakan dari 158 juta barel kontrak futures, 86 juta barel merupakan
hedge murni sementara 68 juta barel merupakan kelebihan (spekulasi) tersebut.
Dengan adanya kontrak futures (futures oil) tersebut, maka apabila harga
minyak jatuh secara signifikan MGRM juga akan mengalami kerugian yang
signifikan. Untuk Sebagian kerugian futuresnya akan digantikan oleh keuntungan di
spot-nya tetapi untuk posisi spekulasi tidak ada kompensasinya. Diperkirakan, apabila
harga minyak turun $1 maka MGRM mengalami kerugian sebesar $68 juta.
Disamping itu, masalah lain yang timbul dalam kontrak futures adalah kerugian akan
dikurangkan dari saldo kas yang didepositkan oleh perusahaan. Jika kerugian semakin
besar, maka perusahaan akan mengalami margin calls yang dapat menyebabkan
MGRM menghadapi kewajiban jangka pendek.
3. Bagaimana usulan anda untuk menghindari resiko semacam ini di masa yang akan
datang ?
Jawab

karakteristik forward dari sisi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan saat
menggunakan forward. Pada dasarnya kontrak forward tidak memerlukan investasi awal neto
dalam penggunaannya, akan tetapi bisa juga menggunakan investasi awal neto dalam jumlah
yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk kontrak sejenis lainnya
yang
diperkirakan akan menghasilkan pengaruh yang sama terhadap perubahan faktor pasar.
Ketika
perusahaan menggunakan kontrak forward karena bertujuan untuk melindungi nilai entah
pada
saat mau membeli ataupun menjual suatu komoditas atau barang tertentu untuk masa yang
akan datang, dilihat dari segi biaya yang dikeluarkan otomatis biayanya relatif lebih murah
atau
sesuai dengan harga kontrak pada saat itu juga. Misalpun dikemudian hari harganya naik atau
turun sudah menjadi risiko dari kontrak ini.
2)Bagi perusahaan yang menggunakan kontrak forward bukan berarti akan mengalami bebas
risiko. Misalnya kasus kebangkrutan seperti yang dialami oleh Metallgesellschaft pada
tahun
1992 akibat menggunakan instrument futures untuk melindungi diri dari kenaikan harga
minyak ,
namun ternyata harga minyak turun dan Metallgesellschaft mengalami kesulitan
likuiditas
karena harus menyetorkan margin deposit. Kontrak forward yang sederhana pun mengandung
kerumitan dalam penilaiannya sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan penilaian akan
tinggi.
Misalnya, antara 1992-1994 sistem akuntansi di Kidder Peabody tidak memperhitungkan
unsur
present value dalam menilai instrumen forward sehingga terjadi kesalahan dalam melaporkan
laba. Kerumitan yang terkandung pada instrumen derivatif dapat diperburuk dengan
unsur
manipulasi menggunakan instrumen derivative seperti yang pernah dilakukan oleh Nick
Lesson
yang membuat bangkrut Barings Bank pada 1995 akibat penggunaan instrumen futures dan
options; John Rusnak yang membuat Allied Irish Bank mengalami akumulasi kerugian US$
691
juta pada 1997-2002 akibat penggunaan instrument option dan forward; dan Jerome Kerviel
yang juga membuat Societe Generale mengalami kerugian US$ 7,1 miliar pada 2008
akibat
penggunaan instrumen futures.
karakteristik forward dari sisi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan saat
menggunakan forward. Pada dasarnya kontrak forward tidak memerlukan investasi awal neto
dalam penggunaannya, akan tetapi bisa juga menggunakan investasi awal neto dalam jumlah
yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk kontrak sejenis lainnya
yang
diperkirakan akan menghasilkan pengaruh yang sama terhadap perubahan faktor pasar.
Ketika
perusahaan menggunakan kontrak forward karena bertujuan untuk melindungi nilai entah
pada
saat mau membeli ataupun menjual suatu komoditas atau barang tertentu untuk masa yang
akan datang, dilihat dari segi biaya yang dikeluarkan otomatis biayanya relatif lebih murah
atau
sesuai dengan harga kontrak pada saat itu juga. Misalpun dikemudian hari harganya naik atau
turun sudah menjadi risiko dari kontrak ini.
2)Bagi perusahaan yang menggunakan kontrak forward bukan berarti akan mengalami bebas
risiko. Misalnya kasus kebangkrutan seperti yang dialami oleh Metallgesellschaft pada
tahun
1992 akibat menggunakan instrument futures untuk melindungi diri dari kenaikan harga
minyak ,
namun ternyata harga minyak turun dan Metallgesellschaft mengalami kesulitan
likuiditas
karena harus menyetorkan margin deposit. Kontrak forward yang sederhana pun mengandung
kerumitan dalam penilaiannya sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan penilaian akan
tinggi.
Misalnya, antara 1992-1994 sistem akuntansi di Kidder Peabody tidak memperhitungkan
unsur
present value dalam menilai instrumen forward sehingga terjadi kesalahan dalam melaporkan
laba. Kerumitan yang terkandung pada instrumen derivatif dapat diperburuk dengan
unsur
manipulasi menggunakan instrumen derivative seperti yang pernah dilakukan oleh Nick
Lesson
yang membuat bangkrut Barings Bank pada 1995 akibat penggunaan instrumen futures dan
options; John Rusnak yang membuat Allied Irish Bank mengalami akumulasi kerugian US$
691
juta pada 1997-2002 akibat penggunaan instrument option dan forward; dan Jerome Kerviel
yang juga membuat Societe Generale mengalami kerugian US$ 7,1 miliar pada 2008
akibat
penggunaan instrumen futures.
arakteristik forward dari sisi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan saat
menggunakan forward. Pada dasarnya kontrak forward tidak memerlukan investasi awal neto
dalam penggunaannya, akan tetapi bisa juga menggunakan investasi awal neto dalam jumlah
yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk kontrak sejenis lainnya
yang
diperkirakan akan menghasilkan pengaruh yang sama terhadap perubahan faktor pasar.
Ketika
perusahaan menggunakan kontrak forward karena bertujuan untuk melindungi nilai entah
pada
saat mau membeli ataupun menjual suatu komoditas atau barang tertentu untuk masa yang
akan datang, dilihat dari segi biaya yang dikeluarkan otomatis biayanya relatif lebih murah
atau
sesuai dengan harga kontrak pada saat itu juga. Misalpun dikemudian hari harganya naik atau
turun sudah menjadi risiko dari kontrak ini
Bagi perusahaan yang menggunakan kontrak forward bukan berarti akan
mengalami bebas risiko. Kasus kebangkrutan seperti yang dialami oleh
Metallgesellschaft pada tahun 1993 akibat menggunakan instrument futures untuk
melindungi diri dari kenaikan harga minyak, namun ternyata harga minyak turun dan
Metallgesellschaft mengalami kesulitan likuiditas. Karena harus menyetorkan margin
deposit. Kontrak forward yang sederhanapun mengandung kerumitan dalam
penilaiannya sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan penilaian akan tinggi.
Karena petinggi MGRM tidak mengetahui proses, mekanisme, dan hakikat hedging
dengan penggunaan instrumen derivatif.

Menurut saya dimasa yang akan datang perusahaan sebaiknya dalam melakukan
pembelian kontrak future secara optimal saja, dan mengelolanya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai