Anda di halaman 1dari 4

Tugas I: Rangkuman Hukum Kompetisi Bab VII

Nama: Sebastian Cayadi

NPM: 6052101183

Kelas : D

1. Monopoli berbeda dengan Praktik Monopoli

Bahwa dari UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat terdapat definisi yang terlihat mirip dan tumpang tindih yaitu monopoli,
praktik monopoli, dan persaingan usaha tidak sehat. Bahwa dalam definisi tersebut terjadi
perbedaan-perbedaan dan tumpang tindih, hal ini berada pada Pasal 1 dan Pasal 17. Bahwa
dalam Pasal 1 terdapat beberapa definisi diatas yaitu :

- Pasal 1 angka 1 mengenai monopoli yaitu “penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha”
- Pasal 1 angka 2 yaitu mengenai Praktik monopoli yaitu “pemusatan kekuatan ekonomi
oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan
usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum”
- Pasal 1 angka 3 yaitu mengenai Pemusatan kekuatan ekonomi yaitu “penguasaan yang
nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapa
tmenentukan harga barang dan atau jasa”
- Pasal 1 angka 6 yaitu mengenai Persaingan usaha tidak sehat yaitu “persaingan antar
pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan
atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha”
- Selain itu terdapat definisi mengenai larangan monopoli pasal 17 ayat (1) yang
menyatakan “Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”.

Maka jika dilihat bahwa pembentuk UU No.5 Tahun 1999 mencoba untuk membedakan
pengertian/definisi monopoli, praktik monopoli, persaingan usaha tidak sehat (PUTS) dan
Pemusatan Kekuatan Ekonomi. Poin-poin penting yang harus diperhatikan yaitu:
1. Hal ini menunjukan bahwa pembaca UU No.5 Tahun 1999 harus hati-hati dalam
memaksnai definisi tersebut dan definisi tersebut bukan sinonim. Hal ini terlihat dari
definisi dalam Pasal 1 angka 1 berebeda dari yang diartikan dalam Pasal 17, tetapi
walau berbeda hal tersebut saling berkesinambungan dan bukan sebagai hal yang
berlawanan.
2. Pengertian atau definisi monopoli menurut Pasal 1 angka 1 merupakan struktur yang
sifatnya statis artinya bahwa hal diam dan tidak bergerak. Monopoli bukan perilaku
pasar terlihat dari penyebutan “penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang
dan/atau atas penggunaan jasa oleh satu pelaku atau satu kelompok usaha”. Hal ini
dilarang Pasal 17 ayat (1). Selain itu ada hal-hal lain yang dilarang yaitu “Praktik
Monopoli” dan “Persaingan Usaha Tidak Sehat”.
3. Definisi monopoli telah dijelaskan dalam bagian ke-dua diatas, tetapi ada permasalahan
yaitu dengan kata “penguasaan”, sebab tidak didefinisikan lagi makna mengenai makna
istilah ini dalam Pasal 1. Berbeda dengan istilah “pemusatan ekonomi” yang dugunakan
untuk praktik monopoli.
4. Praktik monopoli pada Pasal 1 angka 2 mengindikasi mengenai ‘perilaku pasar’ atau
perbuatan pelaku usaha dan bukan struktur pasar saja. Maka jika dilihat praktik
monopoli mempelihatkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi yaitu
a. Yang dilkaukan oleh satu atau lebih pelaku usaha
b. Terjadi penguasaan produksi dan/atau distribusi atas barang atau jasa tertentu
pada pelaku usaha yang melakukannya
c. Terjadi persaingan usaha tidak sehat
Maka jika dilihat ada perbedaan “Monopoli” dan “Praktik Monopoli” yaitu bahwa
“Monopoli sebagai sebuah struktur pasar yang bersifat statis sedangkan “Praktik
Monopoli” sebagai sebuah perilaku pasar yang sifatnya dinamis.
5. Mengenai definisi Persaingan Usaha Tidak Sehat (PUTS) yang menjadi salah satu
unsur dari definisi praktik monopoli. Pasal 1 angka 6 mendefinisikan “persaingan
antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang
dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha” Maka jika diteliti kembali ada definisi sisi lainnya
yaitu Pratik bisnis tidak jujur atau curang diniali sama seperti praktik melawan hukum
ataupun praktik yang menghambat persaingan usaha. Artinya PUTS itu bisa berupa
perilaku bisnis yang
a. Tidak jujur
1
b. Melawan/bertentangan/tidak sesuai dengan perintah kaidah hukum
c. Menghambat persaingan/restriktif.

Maka bisa dilihat bahwa PTUS ini bisa secara vertical yaitu hubungan antara pelaku
usaha dengan dibawahnya atau distributor dengan hubungan dibawahnya ataupun
horizontal antar sesama pelaku usaha dalam artian praktik bisnis. Maka jika
digabungkan dengan definisi yang ada Praktik Monopoli didefinisikan menjadi
“‘Praktik monopoli adalah penguasaan nyata atas pasar bersangkutan oleh satu atau
lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga yang mengakibatkan dikuasainya
produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan antar pelaku usaha yang tidak jujur, atau melawan hukum, atau menghambat
persaingan, dan dapat merugikan kepentingan umum”

6. Ada inkonsistensi yaitu mengenai definisi monopoli dan praktik monopoli. Hal ini
terlihat dari perbedaan definisi, bahwa monopoli sebagaimana dimaksud pada Pasal 1
angka 1 mengatakan demikian ‘….penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu….’ Sedangakan praktik monopoli
sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 2 mengatakan ‘……dikuasainya produksi
dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu……’ Hal ini terdapat perbedaan
yaitu dari kata penggunaan. Pada Pasal 1 angka 1 terdapat penggunaan sedangkan pada
Pasal 1 angka 2 tidak ada. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah maksud dari
pembuat undang-undang untuk maksud ‘penggunaan jasa tertentu’ untuk merujuk
kepada konsep monopsoni, yakni struktur pasar di mana suatu barang/jasa diproduksi
oleh banyak penjual tetapi penggunaan/pemakaian/pembeliannya dikuasai hanya oleh
satu pembeli. Maka dapat disimpulkan bahwa pembuat undang-undang juga
mengingatkan bahwa dalam monopoli terdapat monopsoni juga.

2. Praktik Monopoli Mengakibatkan Persaingan Usaha Tidak Sehat ataukah


sebaliknya?

Bahwa Persaingan Usaha Tidak Sehat terjadi ketika adanya sebuah Praktik Monopoli
dalam sebuah Pasar. Maka seteleha terjadinya sebuah Persaingan Usaha Tidak Sehat yang
menyebabkan struktur pasar menjadi struktur pasar Monopoli. Maka dalam situasi inilah
disebut dengan Monopolisasi. Tapi selain dari Praktik monopoli yang menyebabkan PUTS,
tetapi bisa juga dari struktur pasar monopoli membuat sebuah praktik monopoli. Contohnya

1
adalah PT.KAI, bahwa PT.KAI dapat membuat praktik monopoli bagi para konsumennya
untuk membuat syarat yang memberatkan konsumen misalnya tying dan menghalangi
bidang lainnya untuk menyewa jalur atau menjual makanannya di stasiun dan hanya
makanan dari PT.KAI saja.

3. Apakah konsep PUTS hanya dapat dipahami dalam konteks Praktik Monopoli,
ataukah sebenernya keduanya dapat berdiri sendiri?

Hal ini menjadi pertanyaan karena pada rumusan Pasal 4 hinggal Pasal 28 dituliskan bahwa
“…..yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat”. Terdapat frasa ‘dan’ yang artinya Praktik monopoli harus dikumulatif dengan PUTS
atau kata ‘dan’ yang menunjukan bahwa dua hal itu berbeda. Tetapi setelah dianalisis bahwa
PUTS dan Praktik Monopoli dapat berdiri sendiri-sendiri atau tidak harus saling dikaitkan. Hal
ini karena jika dilihat secara gramatikal pada Pasal 1 angka 2,3, dan 6 serta pasal lain pada UU
No.5 Tahun 1999 bahwa PUTS dapat digunakan untuk:

a. menunjukkan suasana atau iklim persaingan yang tidak fair atau tidak sehat
dalam berbisnis, bukan untuk menggambarkan sebuah tindakan atau sebuah
praktik.
b. menunjukkan suatu tindakan atau perilaku pelaku usaha yang tidak baik bila
penyebutannya adalah ‘praktik persaingan usaha tidak sehat’, seperti halnya
dalam istilah praktik monopoli. Maka contoh PUTS yaitu kartel, rangkap
jabatan dan lainnya.

Maka jika dilihat PUTS merupakan sebuah praktik/tindakan/perilaku yang bisa berdiri sendiri
yang berbeda dari Praktik Monopoli. Perbedaan tersebut terlihat dari pemusatan kekuatan
ekonomi pada praktik monopoli. Hal ini diperkuat juga pada Pasal 8 UU No.5 Tahun 1999
tidak menyebut ‘praktik monopoli’ pada bagian akhir pasal, tetapi berbunyi “…..sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”

Anda mungkin juga menyukai