Abu al-Mutharrif Sulaiman bin Shurad adalah salah seorang sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat terjadi perselisihan antara Ali dan Muawiyah, ia
termasuk yang bersama kelompok Ali bin Abu Thalib di Perang Shiffin. Ia juga
turut menuntut keadilan atas terbunuhnya cucu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Husein bin Ali. Sulaiman wafat pada tahun 65 H di Ain al-Wardah.
Sulaiman bin Shurad adalah seorang yang sangat dihormati di tengah kaumnya.
Ia seorang yang cerdas, ahli ibadah, dan zuhud (Ibnu Katsir: al-Bidayah wa an-
Nihayah, 8/280).
Peranannya
Sejarah mencatat, Sulaiman bin Shurad terhubung dengan beberapa peristiwa
yang besar dalam sejarah. Peristiwa-peristiwa tersebut bisa jadi menimbulkan
sangkaan yang buruk kepada beliau. Namun yang perlu diingat oleh pembaca,
beliau adalah seorang sahabat Rasulullah. Kita harus berhati-hati menjaga lisan
kita kepada para sahabat. Cukuplah firman Allah Ta’ala ini sebagai nasihat untuk
kita semua:
ِتْل َك ُأَّم ٌة َقْد َخ َلْت َلَها َما َك َسَبْت َو َلُك م َّما َك َسْبُتْم َو اَل ُتْسَٔـُلوَن َع َّما َك اُنو۟ا َيْع َم ُلوَن
“Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu
apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan
jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.” [Quran Al-Baqarah: 134]
Suatu ketika, ia menulis surat kepada Husein bin Ali radhiallahu ‘anhu untuk
datang ke Kufah. Setibanya Husein di Kufah, Sulaiman ragu dan tidak mengambil
sikap. Hingga saat Husein diperangi, ia tak turut serta dalam barisan pasukan
yang membela Husein. Akhirnya, ia dan al-Musayyib bin Najih al-Fazari dan
sekelompok orang yang merupakan Syiah nya Ali dan Husein menyesali pilihan
mereka (Ibnu Saad: ath-Thabaqat al-Kubra, 4/292).
Untuk menebus kesalahan itu, Sulaiman bin Shurad keluar bersama 4000
pasukan. Pasukan ini dikenal dengan al-Jaisy at-Tawwabun (Pasukan Taubat).
Mereka keluar pada tahun 65 H, empat tahun setelah peristiwa terbunuhnya
Husein bin Ali di Karbala.
Pasukan ini bertemu dengan pasukan Bani Umayyah di tempat yang bernama
Ainul Wardah. Pasukan Bani Umayyah berhasil mengalahkan mereka. Dan
Sulaiman bin Shurad pun wafat di tempat tersebut.
Meriwayatkan Hadits
Di antara hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Sulaiman bin Shurad adalah:
َفقاَل النبُّي، واْنَتَفَخ ْت أْو َداُج ُه، فأَح ُدُهما اْح َمَّر وْج ُهُه، ُك ْنُت َج اِلًسا مع النبِّي َص َّلى ُهللا عليه وسَّلَم وَر ُج اَل ِن َيْس َتَّباِن
َذَهَب عْنه ما َيِج ُد، أُع وُذ بالَّلِه ِمَن الَّشْي َطاِن: لو قاَل، إِّني َأَلْع َلُم َك ِلَم ًة لو قاَلَها َذَهَب عْنه ما َيِج ُد: َص َّلى ُهللا عليه وسَّلَم
وهْل بي ُج ُنوٌن: َفقاَل، َتَعَّو ْذ بالَّلِه ِمَن الَّشْي َطاِن: إَّن النبَّي َص َّلى ُهللا عليه وسَّلَم قاَل:َفقالوا له.
“Aku pernah duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat itu ada dua
orang saling menghardik. Hingga salah seorang dari mereka memerah wajahnya
dan tegang urat lehernya.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Sungguh aku tahu satu kalimat yang jika dia katakan, akan hilang kondisi yang
dia rasakan sekarang. Sekiranya ia mengucapkan a’udzubillah minasy syaithon
(aku berlindung kepada Allah dari setan), akan hilang kondisi kemarahannya itu.
َمن: أما سِم عَت رسوَل الَّلِه صَّلى الَّلُه عليِه وسَّلَم يقوُل: قاَل ُس َليماُن بُن ُص رٍد لخالِد بِن ُع رُفطَة أو خالٌد لُس َليماَن
نَعم: قتَلُه بطُنُه لم ُيَع َّذْب في قبِر ِه ؟ فقاَل أحُدُهما لصاحِبِه
Sulaiman bin Shurad berkata kepada Khalid bin Urfuthah. Atau ucapan ini
disampaikan Khalid kepada Sulaiman. “Pernahkah engkau mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapa yang wafat karena penyakit di
perutnya, ia tidak akan diadzab di kuburnya’? Salah satu dari keduanya
menjawab, ‘Iya, pernah’. [Shahih at-Turmudzi 1064].
Hadits berikutnya:
َفِإَّن الَّلَه ِو ْت ٌر ُيِحُّب، وَأْو ِتُر وا، َو َتَنَّظُفوا، ” اْس َتاُك وا: َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم: َع ْن ُس َلْيَماَن ْب ِن ُص َر ٍد َقاَل
اْل ِو ْت َر
Saat Nabi Ibrahim dilempar ke api, beliau berkata, “Hasbiyallahu wa ni’mal wakil
(Cukuplah Allah sebagai penolongku).” Lalu Allah Ta’ala berfirman,
ُقْل َنا َٰي َناُر ُك وِنى َبْر ًدا َو َس َٰل ًما َع َلٰٓى ِإْب َٰر ِهيَم
Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim”, [Quran Al-Anbiya: 69]
Kisah Wafatnya
Sulaiman bin Shurad adalah salah seorang yang mengirimi al-Husein surat
namun ia meninggalkannya. Kemudian, ia bersama al-Musayyib bin Najih
berangkat bersama 4000 pasukan menuntut keadilan terhadap pembunuhan
Husein.
Mereka bertemu dengan Ubaidullah bin Ziyad dan pasukannya di Ainul Wardah.
Sulaiman dan orang-orang yang bersamanya terbunuh. Ia terkena panah Yazid
bin al-Husein bin Numair. Kepalanya dan kepala al-Musayyib dibawa menuju
Khalifah al-Marwan bin al-Hakam. Peristiwa itu terjadi di bulan Rabiul Akhir tahun
65 H. Beliau wafat di usia 93 tahun.
Semoga Allah meridhai sahabat Rasulullah, Sulaiman bin Shurad. Walaupun ada
catatan sejarah untuk beliau. Lisan kita tidak lancing berkata yang buruk tentang
beliau. Namun kita tetap mendoakan beliau sebagaimana yang Allah firmankan:
َو ٱَّلِذيَن َج آُءو ِم ۢن َبْعِدِهْم َيُقوُلوَن َر َّبَنا ٱْغ ِفْر َلَنا َو ِإِلْخ َٰو ِنَنا ٱَّلِذيَن َسَبُقوَنا ِبٱِإْليَٰم ِن َو اَل َتْج َعْل ِفى ُقُلوِبَنا ِغ اًّل ِّلَّلِذيَن َءاَمُنو۟ا
َر َّبَنآ ِإَّنَك َر ُءوٌف َّر ِح يٌم
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka
berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang
telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami,
Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. [Quran Al-Hasyr:
10]