Anda di halaman 1dari 2

Husnudzan Kepada Allah sebagai tanda Syukur

Oleh : Fuzi Purwati, M.Ag

Sebuah pertanyaan yang sangat mendasar sebelum jauh membahas tema ini. Mengapa Dzan yang
diangkat dalam kajian kali ini? Mengapa tidak aspek atau sikap lain kita kepada Allah? Misal, Takut Kepada
Allah, berharap kepada Allah, dsb. Mengapa “Berhusnudzan Kepada Allah”?. Padahal secara umum husnudzan
merupakaan sikap interaksi kepada sesame manusia, bukan hanya husnudzan bahkan suudzan (buruk sangka)
dikatakan sebagai bentuk dari penyakit hati. Maka hal ini mernarik untuk dibahas.

 Pengertian Dzan

‫ فَأما يقني الِع َياِن فال يقال فيه إ َّال عمل‬، ‫ إمنا هو يقُني َتَد ُّبٍر‬، ‫الَّظ ُّن شك ويقني إ َّال َأنه ليس بيقِني ِع ياٍن‬
Lisanul Arab: Dzan bermakna dua, Ragu dan Yakin. Namun bukan “Yakin ‘Iyan (Ainul Yaqin)” melainkan
hanya Yakin Kontemplatif (Bersumber dari Penghayatan/Bayangan), karena Yaqin ‘iyan hanya akan disebutkan
jika sudah dialami/diketahui.
Dzan Bermakna Ragu : ‫إايمك والَّظ َّن فإ َّن الَّظ ِّن َأكذُب احلديث‬

Dzan bermakna Yakin: ‫ما قال‬ ‫ َأو الَم ْس مُت النساء؛ فَأشار بيده فَظ َنْنُت‬:‫ قال َأنس سَألته عن قوهل تعاىل‬:‫يف حديث ُع َبيدة‬
 Siapa yang berpotensi melakukan Dzan
- Malaikat
‫َو ْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم َٰٓلِئَكِة ىِّن َج اِعٌل ىِف ٱَأْلْر ِض َخ ِليَفًة ۖ َقاُلٓو ۟ا َأْجَت َع ُل ِف َهيا َم ن ُيْف ِس ُد ِف َهيا َو َيْس ِفُك ٱِّدل َم ٓاَء َو ْحَن ُن ُنَس ِّب ُح َحِبْم ِد َك َو ُنَقِّد ُس َكَل‬
‫ِإ‬
‫ۖ ِإَقاَل ٓىِّن َأْعُمَل َم ا اَل َتْع َلُم وَن‬
‫ِإ‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S Al-Baqarah : 30)
- Iblis
‫َقاَل َأ۠اَن َخٌرْي ِّم ْنُهۖ َخ َلْقَتىِن ِم ن اَّن ٍر َو َخ َلْقَتُهۥ ِم ن ِط ٍني‬
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia
Engkau ciptakan dari tanah". (Q.S Shad : 76)

- Manusia

ۚ ‫اَي َأَهُّيا اِذَّل يَن آَمُنوا اْج َتِنُبوا َكِثًري ا ِم َن الَّظ ِّن َّن َبْع َض الَّظ ِّن ٌمْثۖ َو اَل َجَتَّس ُس وا َو اَل َيْغَتْب َبْع ُض ْمُك َبْع ًض اۚ َأِحُي ُّب َأَح ُد ْمُك َأْن َيْأَلُك َلْح َم َأِخ يِه َم ْيًتا َفَكِر ْه ُتُم وُه‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َو اَّتُقوا اَهَّلل ۚ َّن اَهَّلل َتَّو اٌب َر ِح ٌمي‬
‫ِإ‬
“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu
dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa tidak suka kepadanya. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Hujurat : 12)

 Dzan sifat Makhluk


‫َو َم ا ُأوِتيْمُت ِم َن اْلِع ِمْل َّال َقِليًال‬
‫ِإ‬
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Q.S Al-Isra : 85)

‫َلْم َيْع َلُم وا َأَّن اَهَّلل َيْعُمَل َّرِس ْمُه َو ْجَن َو اْمُه َو َأَّن اَهَّلل َعاَّل ُم اْلُغُيوِب‬
Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allâh mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allâh amat
mengetahui segala yang gaib? [At-Taubah 78)

 Siapa yang menjadi objek Dzan

a. Makhluk

‫اَّي ْمُك َو اْلَح َس َد َف َّن اْلَح َس َد َيْأُلُك اْلَح َس َناِت اَمَك َتْأُلُك الَّناُر اْلَح َط َب‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Hati-hatilah kalian dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api
memakan kayu bakar (HR. Abu Daud, 4905)

b. Khaliq

‫َع ْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َقاَل َقاَل َر ُس وُل اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َّن اَهَّلل َيُقوُل َأاَن ِع ْنَد َظ ِّن َعْب ِد ي يِب َو َأاَن َم َع ُه َذ ا َد َعايِن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka
kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.” (HR. Muslim, 4849)

 Dzan kepada Allah SWT

Apakah ada manusia yang Dzan kepada Allah SWT?


‫ٱ‬
‫َو َع ٰٓىَس َأن َتْكَر ُه و۟ا َش ْئًـا َو ُه َو َخٌرْي َّلْمُك ۖ َو َع ٰٓىَس َأن ِحُت ُّبو۟ا َش ْئًـا َو ُه َو ٌّرَش َّلْمُك ۗ َو ُهَّلل َيْعُمَل َو َأنْمُت اَل َتْع َلُم وَن‬
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S AL-
Baarah: 216)

Bagaimana caranya agar dzan kita selalu bermuara pada dzan yang baik (husnudzan), bukan malah
sebaliknya dzan yang buruk (suudzan), ada 2 langkahnya:

1. Dzan merupakan implikasi dari keimanan kepada Allah SWT

2. Perbaiki keimanan kitapada Qadha dan Qadar Allah SWT

 Kaitannya dengan Syukur dan Sabar

‫َعَجًبا َألْم ِر اْلُم ْؤ ِم ِن ِإَّن َأْم َر ُه ُك َّلُه َخ ْيٌر َو َلْيَس َذاَك َألَح ٍد ِإَّال ِلْلُم ْؤ ِم ِن ِإْن َأَص اَبْتُه َس َّر اُء َش َك َر َفَك اَن َخ ْيًر ا َلُه َو ِإْن‬
‫َأَص اَبْتُه َض َّر اُء َص َبَر َفَك اَن َخ ْيًر ا َلُه‬
Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati
kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika
mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Wallahu’alam bishawab

Anda mungkin juga menyukai