Dosen Pengampu:
Devi Septiandini, M.Pd
1) Pengertian
Daya beda butir soal adalah suatu indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir
soal dalam membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
kurang pandai (berkemampuan rendah). Daya beda butir soal dapat diketahui dengan melihat
besar kecilnya angka indeks diskriminasi, biasa disingkat dengan (D). Angka indeks
diskriminasi adalah sebuah angka atau bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya
pembeda (discrimination power) yang dimiliki oleh sebutir soal. Sama seperti halnya indeks
kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) juga berkisar antara 0,00 sampai 1,00.
Bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), sedangkan pada indeks
diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu
soal "terbalik" menunjukan kualitas testee, yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh
disebut pandai.
Dalam hubungan ini, jika sebuah butir soal memiliki angka indeks diskriminasi dengan
tanda positif (D>0), maka dapat dikatakan bahwa butir soal tersebut telah memiliki daya
pembeda. Hal tersebut dapat diartikan bahwa peserta didik yang termasuk dalam kelompok
atas atau berkemampuan tinggi lebih banyak yang menjawab dengan benar terhadap butir soal
yang disajikan, sedangkan peserta didik yang termasuk kelompok bawah atau berkemampuan
rendah lebih banyak yang menjawab salah.
Kemudian, jika suatu butir soal mempunyai D=0, maka hal tersebut menunjukkan
bahwa butir soal tersebut tidak memiliki daya pembeda sama sekali. Hal ini berarti bahwa
jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar sama dengan jumlah peserta didik
kelompok bawah yang menjawab benar. Jadi butir soal tersebut tidak dapat membedakan
kemampuan kedua kelompok peserta didik tersebut.
Selanjutnya, jika nilai D suatu butir soal bertanda negatif, maka dapat diartikan bahwa
butir soal tersebut lebih banyak dijawab benar oleh peserta didik dari kelompok bawah
ketimbang peserta pelatihan kelompok atas.
Dari pernyataan tersebut, diketahui jika suatu soal yang dapat dijawab benar oleh
peserta didik dari kelompok atas maupun bawah, maka dapat dikategorikan soal tersebut tidak
baik karena tidak memiliki daya pembeda. Demikian pula jika semua peserta didik, baik dari
kelompok atas maupun bawah tidak dapat menjawab soal dengan benar. Soal tersebut dapat
dikatakan pula tiak baik karena tidak memiliki daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang
dapat dijawab benar oleh kelompok atas atau siswa pandai.
Daya pembeda dilakukan dengan tujuna untuk menentukan mampu tidaknya suatu butir
soal membedakan mana siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang
kemampuan akademiknya rendah. Dalam menentukan daya pembeda, daya pembeda (Nilai D)
sendiri pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian peserta pelatihan ke dalam dua kelompok,
yaitu kelompok atas dengan siswa tergolong pandai, dan kelompok bawah dengan siswa
tergolong tidak pandai.
Untuk menentukan daya pembeda, perlu dibedakan terlebih dahulu menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas).
a. Daya pembeda untuk kelompok kecil
Pada kelompok kecil, seluruh kelompok testee dibagi menjadi dua sama besar,
50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
Contoh:
Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, lalu
dibagi menjadi 2.
b. Daya pembeda untuk kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu untuk melakukan analisis, maka untuk kelompok
besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu sebanyak 27% skor teratas
sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB).
Keterangan:
JA : Jumlah Kelompok Atas
JB : Jumlah Kelompok Bawah
Contoh:
Dari pembagian tersebut, pembagian antara murid yang berasal dari kelompok
atas dan kelompok bawah dalam jumlah besar akan terlihat lebih dibedakan.
Menurut Arikunto (2015:226) “daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan atau mengklasifikasikan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Untuk dapat melihat pemetaan kemampuan siswa perlu dilihat
pula angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda atau biasa disebut indeks diskriminasi,
disingkat D (d besar).
Rumus daya pembeda :
𝐵𝐴 𝐵𝐵
𝐷= − = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
𝐽𝐴 𝐽𝐵
Keterangan :
D : negative, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negative
sebaiknya dibuang saja.
Contoh Perhitungan:
Daftar Skor Soal Kelas Atas dan Kelas Bawah Untuk Menentukan Daya Pembeda Soal
Kelas Kelas Kelas
Kelas Atas
No. Bawah No Soal Atas Bawah
(BA)
(BB) (BA) (BB)
1 14 14 21 8 10
2 13 10 22 14 9
3 15 14 23 12 7
4 15 14 24 14 10
5 15 15 25 12 8
6 9 7 26 10 4
7 14 13 27 14 11
8 10 11 28 11 9
9 15 13 29 7 6
10 12 12 30 6 2
11 14 13 31 15 11
12 13 8 32 15 12
13 12 11 33 15 13
14 13 9 34 11 5
15 12 14 35 9 10
16 14 8 36 5 6
17 9 9 37 5 5
18 13 10 38 13 8
19 4 4 39 10 7
20 4 3 40 15 3
Setelah melihat tabel diatas yang didalamnya sudah terdapat kelas atas (BA) dan kelas bawah
(BB) dan nomor soal. Pada tabel diatas terdapat jumlah peserta kelompok atas (JA) 15 dan
jumlah peserta kelompok bawah (JB) 15. Untuk lebih memahaminya akan dilakukan
perhitungan indeks diskriminasi dengan contoh-contoh berikut:
D = 𝑃𝐴 - 𝑃𝐵
= 0,3 – 0,3 = 0 Jelek
butir soal mempunyai D=0, maka butir soal tersebut tidak memiliki daya pembeda sama sekali.
Bahwa jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab benar sama dengan jumlah peserta
didik kelompok bawah yang menjawab benar. Jadi, butir soal tersebut tidak dapat
membedakan kemampuan kedua kelompok peserta didik tersebut.
Daya Pembeda Nomer 38
𝐵𝐴 13
= } PA =0,9
𝐽𝐴 15
𝐵𝐵 8
= } PB =0,5
𝐽𝐵 15
D = 𝑃𝐴 - 𝑃𝐵
= 0,9 – 0,5 = 0,4 cukup
butir soal memiliki angka indeks diskriminasi dengan tanda positif (D>0), maka butir soal telah
memiliki daya pembeda. peserta didik yang termasuk dalam kelompok atas atau
berkemampuan tinggi lebih banyak menjawab dengan benar terhadap butir soal yang disajikan,
sedangkan peserta didik yang termasuk kelompok bawah atau berkemampuan rendah lebih
banyak yang menjawab salah.
D = 𝑃𝐴 - 𝑃𝐵
= 0,3 – 0,4 =- 0,1 Jelek
butir soal memiliki angka indeks diskriminasi bertanda negatif, maka dapat diartikan bahwa
butir soal tersebut lebih banyak dijawab benar oleh peserta didik dari kelompok bawah
ketimbang peserta pelatihan kelompok atas. Dari pernyataan tersebut, diketahui jika suatu soal
yang dapat dijawab benar oleh peserta didik dari kelompok atas maupun bawah, maka dapat
dikategorikan soal tersebut tidak baik karena tidak memiliki daya pembeda
4) Hubungan
Manfaat daya pembeda butir soal sebagaimana dikutip bedasarkan pendapat Karjono Natar
ialah:
1. Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Bedasarkan indeks
daya pembeda , setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2. Untuk mengetahui sebarapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan
kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami materi yang
diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu,
maka butir soal itu dapat dicurigai karena, (a) kunci jawaban butir soal tidak tepat, (b) butir
soal itu memiliki dua atau lebih jawaban yang benar, (c) kompetensi yang diukur tidak jelas,
(d) pengecoh tidak berfungsi, (e) materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa
yang menebak, (f) sebagian besar siswa yang mengalami materi yang ditanyakan berpikir ada
yang salah informasi dalam butir soalnya.
Dari indeks kesukaran (P) dan indeks Diskriminasi (D) di peroleh hubungan sebagai berikut :
Dari grafik terlihat bahwa soal-soal dengan Nilai P = 0,50 Memungkinkan untuk mendapatkan
daya pembeda yang paling tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Bagiyono, Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Ujian Pelatihan
Radiografi Tingkat 1