Anda di halaman 1dari 6

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. NAMA MAHASISWA: SRI DEWI PUASANI


B. Judul Modul : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONTEMPORER
C. Kegiatan Belajar : EKSTREMISME (KB 1 )

D. Refleksi

Setelah mempelajari modul ekstremisme saya memiliki pemahaman yang komprehensif


tentang konsep ekstremisme beragama.Saya bisa bersikap tawassuth,tawaazun ,dan
tasaamuh dalam menyikapi isu – isu masa kini pada kehidupan sehari - hari

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI

Pengertian
Ekstremisme
EKSTREMISME

Konsep Sejarah Ekstremisme


(Beberapa
1 istilah dan
definisi) di
KB Contoh sikap
Ekstremisme

Ciri -ciri orang yang


Bersikap Ekstrem
Contoh Sikap
Ekstremisme

Al-Wala' dan Bom Bunuh


Takfiri
Bara' Diri

A.Pengertian Ekstremisme
 Secara bahasa ekstrem pada Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai
makna yaitu paling ujung (paling tinggi, paling keras, dan sebagainya),
sangat keras dan teguh, fanatik
 Dalam bahasa arab istilah ekstrem disamakan arti dengan beberapa istilah,
antara lain: al-tatharruf, al-‘urf, al-guluww, dan tasyaddud.
 Kata Tatharruf dalam bahasa Arab berarti berdiri di tepi, jauh dari tengah.
 Abdullah an-Najjar mendefiniskan al-‘unf dengan penggunaan kekuatan
secara ilegal (main hakim sendiri) untuk memaksanakan kehendak dan
pendapat
 ghuluww, berasal dari kata ghalā yaghlû yang berarti melampaui batas
 Muhammad Abed Al-Jabiri menggunakan istilah ekstremisme Islam untuk
menggambarkan kelompok Islam ekstrem yang biasanya mengarahkan
permusuhan dan perlawanannya pada gerakan-gerakan Islam tengahatau
moderat
 Ekstremisme dijabarkan sebagai aktivitas-aktivitas (keyakinan, sikap,
perasaan, tindakan, dan strategi-strategi) dari satu karakter yang
melampaui batas kelumrahan.
 ekstremisme adalah suatu paham dengan fanatisme yang sangat tinggi,
sehingga tidak jarang penganut dari paham tersebut menggunakan
kekerasan terhadap orang yang tidak sepaham dengannya, untuk
mengaktualisasikan paham yang dipercayainya agar diterima secara
paksa.

B. Sejarah Extremisme
 sejak awal Islam sejatinya memang lahir dengan asas keadilan,
kemanusiaan dan sarat dengan ajaran yang moderat
 Dalam perkembangan sejarahnya, setelah jauh dari zaman Rasulullah
Saw. dan para sahabat, penafsiran cenderung semakin beragam dan
harus disesuaikan dengan konteks yang ada. Dalam situasi demikian,
timbul upaya “penomorsatuan” jenis penafsiran yang menimbulkan
fanatisme. Fanatisme menimbulkan persoalan yang cukup serius
mengingat tak jarang ada berbagai kepentingan di balik penafasiran
tersebut.
 Realita teks keagamaan yang multitafsir memberikan peluang kepada
siapa saja yang mempunya kepentingan khusus untuk menafsirkan teks
keagamaan sesuai dengan ideologi maupun kepentingannya masing-
masing. Sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kelompok yang
menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai alat untuk melegalkan aksi-
aksikekerasan atas nama agama
 Beberapa literatur menerangkan gerakan radikalisme Islam dimulai pada
masa Kalifah Ali bin Abi Thalib, yakni munculnya kaum khawarij. Berakar
pada sejarah Islam masa lampau, gerakan kaum Khawarij yang
munculpada masa akhir pemerintahan Ali bin Abi Thalib dengan prinsip-
prinsip radikal dan ekstrim dapat dilihat sebagai gerakan fundamentalisme
klasik dalam sejarah Islam.
 Sebagai contoh lain adalah peristiwa mihnah yang terjadi pada masa
pemerintah khalifah al-Ma‟mun (813-833 H). Dalam peristiwa tersebut,
terjadi pemaksaan pendapat oleh golongan Mu‟tazilah, sebuah golongan
dalam Islam yang justru mengaku dirinya sebagai kelompok yang
rasionalis. Tokoh-tokoh Islam dan pemuka masyarakat yang tidak
sependapat dengan sekte tersebut dipenjarakan, disiksa dan bahkan ada
yang dihukum mati
 Pada masa pra-modern, gerakan fundamentalisme radikal muncul pada
abad 12 H di Semenanjung Arabia di bawah pimpinan Muhammad bin
„Abd al-Wahhab (1703-1792) yang kemudian dikenal sebagai gerakan
Wahabi. Inilah yang kemudian membentuk salafisme awal yang bersifat
takfiri, dengan Ibnu Taimiyah sebagai tokoh utamanya. Dengan
mengusung gerakan yang bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam serta
mengajak kembali kepada ajaran al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Saw.,
gerakan ini melakukan tindak kekerasan dengan membunuh orang-orang
yang dianggap bid‟ah, tahayul khurafat.
 Sejarah agama Islam pun tidak terbebas dari sikap ekstrem, bahkan sejak
awal pertumbuhannya, yaitu sejak era Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi
wasallam. Oleh karenanya Allah Subhanahu wata‟ala telah mengingatkan
umat Nabi Muhammad agar jangan meniru perilaku orang-orang Ahlul
Kitab, terkait sikap ekstrem mereka. Bibit-bibit sifat ekstrem pada sahabat
muncul sejak Rasulullah masih hidup. Walaupun generasi sahabat
merupakan generasi terbaik sepanjang sejarah, seperti yang telah
diungkapkan oleh Rasulullah dalam beberapa haditsnya, akan tetapi sikap
berlebihan dalam menjalankan ajaran agama tetap muncul. Sebagaimana
manusia biasa, para sahabat juga berpotensi keliru dan subyektif dalam
memahami pesan hadits
C. Contoh Sikap Ekstremisme

1.Takfiri

Sikap
Ekstremisme

3.Bom 2.Al-wala'
Bunuh Diri dan Bara'

1.Takfiri
 Takfiri adalah sebutan bagi seorang muslim yang menuduh muslim lainya
(atau kadang juga mencakup penganut ajaran Agama Samawi lain)
sebagai kafir dan murtad
 Tuduhan itu disebut takfir, berasal dari kata kafir (kaum tidak beriman),
dan disebutkan sebagai “orang yang mengaku seorang muslim tetapi
dinyatakan tidak murni Islamnya dan diragukan keimanannya.
 Dalam Islam memang ada orang yang boleh dikafirkan, ada juga yang
tidak boleh dikafirkan. Ulama mengklasifikasikan kekufuran menjadi dua
katagori : a. Kufur akbar yang mengeluarkan (manusia) dari Islam b. Kufur
ashgar, tidak mengeluarkan dari Islam, meskipun diistilahkan kufur.
 Syaikhul Islam Ibnul Qayim dalam kitabnya Ash-Shalah,menuturkan kufur
terbagi menjadi dua jenis,yaitu :
1) Kufur yang mengeluarkan dari agama
2) Kufur yang tidak mengeluarkan dari agama

2. Al-Walâ’ dan Barâ’


 Al-Walâ’ dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, antara lain
mencintai, menolong, mengikuti dan mendekat kepada sesuatu.

 Al-Wala' artinya loyalitas dan kecintaan. Wala’ adalah kata mashdar dari
fi’il, waliya yang artiannya dekat. Yang dimaksud dengan wala’ di sini
adalah dekat kepada kaum muslimin dengan mencintai mereka,
membantu dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka dan
berlokasi tinggal bersama mereka. Al-Bara', artianya berlepas diri dan
kebencian.
 al-bara’ dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti, antara lain menjauhi,
membersihkan diri, melepaskandiri dan memusuhi

 Dalam terminologi syari‟at Islam, al-bara’ berarti penyesuaian diri seorang


hamba terhadap apa yang dibenci dan dimurkai Allah berupa perkataan,
perbuatan, keyakinan dan kepercayaan serta orang

3. Bom Bunuh Diri


 Bom bunuh diri merupakan sebutan atas tindakan yang dilakukan
seseorang yang meledakkan dirinya dengan menggunakan bom.
 Bunuh diri/intihar menurut bahasa berasal dari kata naharahu yang berarti
menyembelihnya, dan Intahara ar-rajulu berarti seseorang menyembelih
diri sendiri.
 menurut istilah syar‟i yaitu “ Orang yang membunuh dirinya sendiri dengan
menghilangkan ruhnya, melalui salah satu cara yang mengakibatkan
kematian, dikarenakan tertimpa musibah yang tidak kuat ia tanggung, atau
tertimpa ujian yang ia tidak sabar menghadapinya.”
 ”Imam al-Qurtubi mendefinisikan ; Intihar adalah seseorang yang
membunuh diri sendiri dengan sengaja, untuk menghilangkan kerakusan
terhadap dunia dan harta sampai mendorongnya pada bahaya yang
membawa pada kehancuran,”
D.Ciri – ciri Orang yang Bersikap Ekstrem
1. Orang – orang yang menutup dirinya dari pandangan orang lain
2. Berburuk sangka kepada orang lain
3. Cenderung mempersulit
4. Suka mengkafirkan orang lain.
 Beberapa gambaran prinsip keseimbangan inilah yang biasa dikenal
dengan moderasi yang biasa diistilahkan wasiat atau wasatiyah
 Islam moderat artinya Islam yang tidak terlalu kanan, maupun kiri.
 tahkīm (arbritasi)
Daftar materi  radikalisme atau fundamentalisme islam,sebagaimana juga
pada KB
2 fundamentalisme dalam agama lain,memiliki beberapa karakteristik yang
yang sulit
dipahami membedakannya dengan kelompok lain.
 Dalam perkembangan sejarahnya, setelah jauh dari zaman Rasulullah
Saw. dan para sahabat, penafsiran cenderung semakin beragam dan harus
disesuaikan dengan konteks yang ada. Dalam situasi demikian, timbul
upaya “penomorsatuan” jenis penafsiran yang menimbulkan fanatisme.
 Syekh Al-Qardawi mengkategorikan bahwa perjuangan rakyat Palestina
dengan meledakkan dirinya sebagai tindakan pengorbanan ( „ammaliyyat
Daftar materi fida‟iyyah),ketimbang bunuh diri.Meskipun seringkali sasaran pengeboman
yang sering adalah warga sipil,tetapi Al-Qardhawi memakai kaidah hukum al-dharurat
mengalami tubih al-mahdzurat ( keadaan darurat membolehkan yang diharamkan )
3
miskonsepsi atas konsekuensi tersebut.Tindakan ini menyalahi dua prinsip fundamental
dalam ajaran islam,pertama keharaman bunuh diri secara mutlak dan kedua
pembelajaran haramnya membunuh orang – orang sipil yang tidak bersalah.
 Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menghadapi
ekstremisme.Pertama menyebarkan kesadaran beragama dan
pengetahuan syariat dikalangan umat islam secara umum dan pribadi
mereka.Kedua yaitu menghubungkan umat islam dengan agama
mereka,untuk mencapai kekebalan terhadap pemikiran ekstrem.

Anda mungkin juga menyukai