1
Nya, tanpa mencampur ketaatan kepada Rabb mereka dengan
kesyirikan, dan firman-Nya {Agama yang lurus}, maksudnya
adalah agama yang dengannya Allah mengutus rasul-Nya,
menyandangkan pada diri-Nya dan meridhainya". Dan yang
lainnya berkata: "Agama yang lurus, jalan yang menuju ke surga
yang penuh kenikmatan, dan yang lainnya adalah jalan yang
menuju ke neraka".
2
lebih jauh dari diterima". Setelah menyampaikan ucapan para
salaf dalam tafsir firman-Nya: {Bagaikan debu yang
berterbangan}; dia menyampaikan kata-kata yang menakutkan
yang menyentuh hati orang-orang arif dengan berkata:
"Kesimpulan dari perkataan-perkataan ini adalah peringatan
tentang isi ayat tersebut, yaitu bahwa mereka melakukan
perbuatan yang mereka yakini akan menjadi sesuatu, maka
tatkala itu dihadapkan kepada Allah Sang Raja yang Maha
Bijaksana lagi Maha Adil yang tidak menganiaya dan tidak
mendzalimi seorang pun, maka itu sama sekali tidak ada, dan itu
disamakan dengan sesuatu yang tidak bernilai, tercela dan
berserakan, -(bagaikan) debu yang berterbangan, yang mana itu
tidak bernilai sama sekali bagi pemiliknya".
3
dia menjelaskan pada kalimat pertama bahwa perbuatan itu
tidak terjadi kecuali dengan niat, oleh karena itu tidak ada
perbuatan tanpa niat, kemudian dia menjelaskan pada kalimat
kedua bahwa seseorang tidak akan mendapatkan apa pun dari
perbuatannya melainkan apa yang dia niatkan". [I'lamul
Muwaqi'in]. Oleh karenanya, siapa pun yang berniat dalam amal
dan jihadnya adalah demi mengharap wajah Allah dan
meninggikan kalimat-Nya maka ia akan mendapatkannya, dan
jika niatnya selain itu, maka dia di atasnya (mendapat sesuai
yang ia niatkan).
4
Dan batas pemisah antara kedua kubu tersebut adalah apa yang
telah dibahas sebelumnya tentang konsep niat dan ikhlas karena
Allah Ta'ala, sehingga semua pertempuran yang bertentangan
dengan tauhid, berbenturan dengannya, dan berlawanan
dengannya, adalah pertempuran di jalan thaghut, entah itu
thaghut dalam jenis manusia, hukum, tanah air, atau berhala.
Tidaklah dikatakan berperang di jalan Allah Ta'ala melainkan
yang tujuannya adalah meninggikan kalimat Allah Ta'ala dan
menolong syariat-Nya, dan tidaklah dikatakan beramal di jalan
Allah Ta'ala: hingga sesuai dengan syariat-Nya, mengokohkan
syariat-Nya dan memperjuangkannya. Dan yang tersisa hanyalah
buih yang hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya,
fatamorgana yang dikira oleh orang yang haus adalah air, dan
Allah Ta'ala telah menjelaskan perbedaan antara kedua kubu ini,
Allah Subhanahu berfirman: {Adapun buih itu, akan hilang
sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.}
[Ar-Ra'd: 17]. Ath-Thabari berkata: "Ini merupakan perumpamaan
yang Allah buat untuk yang benar dan yang bathil, serta yang
beriman kepada-Nya dan yang kafir". Demikian juga Ibnu Katsir,
dengan berkata: Ayat yang mulia ini mengandung dua
perumpamaan, "Tentang keteguhan dan kelestarian perkara hak
dan kepudaran serta kefanaan perkara batil".
5
Oleh karena itu, mujahid yang bahaya/resiko mengiringi dan
menyertainya hendaknya menjaga niatnya, mengendalikannya,
dan bersungguh-sungguh dalam meluruskannya, sehingga
menjadi poros untuk amal dan jihadnya. Karena jika tidak ikhlas
karena Allah dalam menegakkan syariat-Nya, maka itu adalah
bencana baginya, perjuangannya, penderitaan dan kesulitannya
serta kerja kerasnya semuanya menjadi fatamorgana.
Sebaliknya, jika niatnya ikhlas dan murni karena Allah Ta'ala
semata, maka sungguh amalnya, baik sedikit atau banyak, entah
dalam keadaan aman, mendapat ghanimah ataupun gagal: Itu
semua berpahala dan kebaikan baginya di dunia dan akhirat.
Besarnya keikhlasan menjadi sebab keteguhan, dan besarnya
yang berlawanan dengannya menjadi sebab kemunduran dan
berbalik kebelakang!. Maka perbaharuilah niatmu dan ikhlas-lah
wahai mujahidin, jangan ridha dengan apapun selain menolong
syari'at-Nya dan menjaga sisi Tauhid sebagai tujuan, akhir, dan
niat. Tidaklah sama perang tauhid dengan perang di atas setiap
tanah dan di bawah setiap langit, maka hiduplah di atas Tauhid
dan teguhlah di dalamnya serta matilah di atasnya, sungguh
Allah pasti menolong orang yang menolong (Agama)-Nya.