NOOR DHANI
P0800316406
PROGRAM PASCASARJANA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
STUDI EKSPERIMENTAL KAPASITAS DUKUNG TANAH LUNAK
STABILISASI OVERBOULDER ASBUTON
SEBAGAI LAPISAN SUB - BASE
Disertasi
Program Studi
Teknik Sipil
NOOR DHANI
Kepada
PRAKATA
dari tanah dasar dan lapis pondasi jalan sehingga penulis melakukan
penyusunan disertasi ini, berkat bantuan berbagai pihak maka disertasi ini
terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Lawalenna
Samang, MS., M.Eng. sebagai Promotor dan Bapak Dr. Eng. Ir. Tri
ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ir. H. La Ode
orang tua tercinta, saudara-saudara penulis atas doa dan dorongan moril
yang telah diberikan. Ucapan terimakasihku yang tak terhingga untuk istri
tercinta Wa Nurnia, SE. dan anak-anakku Alfi Thojonk Kofeilino dan Irfi
oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat
lanjut.
Noor Dhani
ABSTRACT
NOOR DHANI. Experimental Study On Bearing Capacity Of Soft Soil Stabilization Using
Overboulder Asbuton As Sub-Base Course. (Supervised by, H. Lawalenna Samang, Tri
Harianto and Abdul Rachman Djamaluddin)
Soil stabilization has been carried out to increase the mechanical capacity so that it is
possible to bear the load of a construction. Generally, the stabilization is carried out with ash,
cement, and lime to trigger a pozzolan reaction that able to enhance the cohesion between
the soil grains, thus increasing the mechanical values of the soil. Buton Island in Southeast
Sulawesi, Indonesia, has a large amount of about 627 million metric tons of asphalt deposit
in many forms. In Indonesia, natural asphalt derived from Buton Island was called Asbuton
(Asphalt Buton). The Asbuton deposit divided into several types. One of the types is
overboulder which about 30% of the total deposit of asbuton. Overboulder occurred naturally
when limestone reacts with bitumen in the topsoil layer of asbuton itself, making it a waste
material which could be used as stabilizer material, due to its lime content with low bitumen
content at about below 2%. In this study, the authors are trying to analyze the behavior of
soft soil stabilization using overboulder asbuton, with and without activator using a plate
bearing model test. The activator used in this study was iron oxide. Soil investigation started
by obtaining the basic and mechanical properties of the soil, followed by element test using
CBR and UCS value to determine the best composition. The value of the free compressive
strength and the soil CBR value increases after the addition of overboulder and activation.
Based on the result of the tests carried out, the optimum addition of the overboulder was
15%, the UCS value of 3680.23 kN/m2 and the CBR value of 38.22%. The presence of an
activator material increases the mechanical index of the soil. According to the test results,
the highest bearing capacity value was achieved with a composition of 5% iron oxide and
15% overboulder. The unconfined compressive strength value increased by 113% compared
to 15% overboulder-stabilized soil. The value of CBR increased by 165% over 15%
overboulder-stabilized soil. Based on the results of the model tests show that the stabilized
soil with activation of ferro oxide offers better performance as a subbase layer compared to
stabilized soil and gravelly sand. With this result, the overboulder can be used as a substitute
material for pavement foundation layers with high CBR values. And by using local content,
there are opportunities for technical and financial benefits for future development.
NOOR DHANI. Studi Eksperimental Kapasitas Dukung Tanah Lunak Stabilisasi Overboulder
Asbuton Sebagai Lapisan Sub-Base. (Promotor, H. Lawalenna Samang, Co-Promotor, Tri
Harianto dan Abdul Rachman Djamaluddin)
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
D. Batasan Masalah 8
E. Sistematika Penulisan 8
3. Pelaksanaan penelitian 56
A. Kesimpulan 165
B. Saran 167
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
nomor halaman
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
Tanah
DAFTAR PERSAMAAN
nomor halaman
6 Reaksi Pozzolan 31
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diperlukan untuk mendukung beban jalan raya. Hal ini ditegaskan Bowles
Bendungan tanah, tanggul sungai dan timbunan jalan raya serta kereta
berbeda dengan tanah di lokasi yang lain. Hal inilah yang menjadikan
jalan raya berbeda di satu lokasi dengan lokasi yang lain. Karakteristik
yang tidak kuat untuk mendukung beban di atasnya, maka akan dapat
asli dengan cara antara lain menambahkan suatu bahan tertentu yang
pengembangan tinggi dan gradasi yang buruk menjadi lebih baik bagi
konstruksi jalan.
kualitas tanah yang ada menjadi lebih baik untuk kepentingan konstruksi
lokasi penelitian dan fenomena yang ditunjukkan oleh jalan pada lokasi
untuk mencari daya dukung tanah sesuai dengan beban yang harus
didukungnya.
wilayah yang tanahnya jenuh air. Termasuk di dalam lahan basah ini,
adalah rawa, payau, dan gambut. Sekitar 20 juta hektar dari 10% luas
lempung lunak (soft clay soil) dan tanah gambut (peat soil). Distribusi
pantai timur Sumatera, pantai barat, selatan dan timur Kalimantan, pantai
rendah dan bersifat lunak. Tanah dasar prinsipnya memikul beban lalu
Rendahnya daya dukung tanah dilihat dari nilai California Bearing Ratio
terbagi tiga kategori, yaitu cara mekanis, kimia, dan fisik. Cara mekanis
kapasitas daya dukung dan stabilitas tanah. Pada cara kimiawi, suatu
yang ada. Salah satunya adalah mineral aspal buton yang dikenal dengan
disebut sebagai mineral asphalt buton yang merupakan lapisan top soil
dan sisa pengolahan aspal alam buton dengan deposisi cukup besar yang
Alam yang terdapat di Pulau Buton dengan deposit sangat besar yang
lapisan sub-base pada jalan. Maka perlu dilakukan kajian secara detail
model (prototype) yang didasarkan pada standard uji ASTM dan SNI dan
Lapisan Sub-Base.
B. Rumusan Masalah
overboulder asbuton?
8
overboulder asbuton.
D. Batasan Masalah
dukung.
10
E. Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
tentang urutan kerja dan tata cara kerja penelitian mulai dari
yang diperoleh.
berkelanjutan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cuba, Ghana, India, Afrika, kerusakan badan jalan yang berada di atas
dan Barat, Pesisir barat Sulawesi, Pantai Utara Jawa, dan Papua bagian
Selatan seluas + 27.000.000 Ha. Pada daerah ini, desain struktur jalan
Sifat-sifat tanah baik sifat fisis dan teknis ditentukan oleh jenis
stabilisasi tanah penambahan aditif, faktor penting yang ditinjau dari sifat
tanah adalah jenis butiran dan tingkat gradasinya. Semakin besar ukuran
tanah gambut diakibatkan oleh sifat permeabilitas yang tinggi dan sifat
dan alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat
seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan
dan air) pada suhu kamar membentuk senyawa kalsium aluminat hidrat
telah dilakukan salah satunya oleh Anwar, Rida dan Nirwana yang
dkk, 2014; dan Sasanian dkk, 2014) telah menunjukkan efek dari
daya dukungnya.
15
limbah dari proses produksi semen yang disaring pada saringan No. 30
(0,6 mm) sebelum dicampur ke dalam tanah. Dua sampel tanah yang
diambil termasuk tipe lempung plastisitas rendah (CL) dan pasir halus
(USCS). Perbandingan semen 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari
berat kering tanah. Kadar air yang digunakan pada saat pencampuran
yaitu kadar air optimum hasil uji Proctor. Pengujian ini mencatat hasil kuat
dalam stabilisasi. Pada hasil uji kuat geser diketahui kohesi tanah
yaitu daerah Cochin, Bhavnagar, Haldia dan Chennai. Tipe tanah dari
dan dikondisikan pada kadar air batas cair. Pengujian kuat tekan silinder
yang dihasilkan dari uji UCS dapat meningkat seiring meningkatnya masa
tanah pada subgrade jalan telah dilakukan oleh Rashid dkk (2014). Studi
ini menggunakan tiga tipe tanah untuk mewakili nilai batas cair yang
dan 13% kemudian ditambah air dari kadar air optimum hasil proctor tes.
Dilakukan pengujian California Bearing Ratio (CBR) dan UCS pada semua
dipersyaratkan untuk subgrade jalan yaitu 0.8 MPa dan 80% CBR.
likuiditas 1 dan 1.25 dengan menggunakan variasi faktor air semen (FAS)
dan variasi proporsi semen : tanah memakai portland cement type 1 untuk
mengetahui peningkatan nilai UCS. Variasi FAS adalah 20%, 25%, 30%
dan 35% dan variasi semen:tanah adalah 5%, 10% dan 15% dari berat
tanah basah.
UCS. Setelah stabilisasi benda uji diuji menurut masa curing yaitu 1 hari,
3 hari, 7 hari, dan 14 hari. Setiap masa curing ada 2 sampel (benda) uji,
jam sebelum diuji. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
semen:tanah 15% dan kuat tekan tertinggi pada proporsi FAS 35% untuk
apabila 60% dari kapur tersebut diganti dengan abu sekam, kekuatannya
2%, 4%, 6%, 8%, 10% tanpa abu ampas tebu, kemudian ditambahkan
abu ampas tebu dengan variasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%,
bebas naik hingga kadar abu 10% atau proporsi CaO dan SiO 2, Al2O3
terbaik pada kadar abu 10%. Pada kadar abu yang lebih tinggi kapur yang
ada sudah tidak cukup mampu mengikat silikat dan aluminat yang ada
didalam abu. Untuk uji kuat tekan bebas kenaikan yang cukup besar
campuran, harga CBR naik menjadi 8,07 % dari semula 2,745 %, dan
12,37% menjadi 159,64% dan kenaikan harga UCS dari semula 1,013
semen, dan Geosta (Willy Lemanza, Aniek P., Hardy W., Jurusan
akibat campuran kapur, semen, atau tanah + kapur + semen. Dan harga
CBR dari tanah kohesif campuran tanah + kapur dan tanah + kapur
pada umur 14 hari, untuk CBR soaked dari 10% untuk tanah, menjadi
dua, yaitu:
batu warna hitam, pada udara dingin rapuh dan mudah pecah dan
kebutuhan aspal nasional sekitar 1,2 juta ton pertahun dan hanya 0,6
Gambar 3. Peta Deposit Asphalt Buton (Sumber : Peta Geologi Daerah Lembar
Buton).
yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang biasanya
dipakai dalam perkerasan jalan adalah batu pecah, batu belah, batu kali.
23
Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain semen, aspal dan tanah
liat. Fungsi utama dari perkerasan yaitu untuk menyebarkan beban roda
ke area permukaan tanah dasar yang lebih luas dibandingkan luas kontak
terjadi pada tanah dasar, yaitu pada tekanan dimana tanah dasar tidak
pelayanan perkerasan.
terdiri dari lapis permukaan (surface course), lapis pondasi atas (base
(subgrade)
b. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak
material yang cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban
material dengan CBR 50% dan Plastisitas Indeks (PI) ≤ 4%. Bahan-
bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan
lapis tanah dasar dan lapis pondasi atas (base course), berfungsi
antara lain :
bawah lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan
atau tanah asli yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya.
26
Pemadatan yang baik diperoleh jika dilakukan pada kadar air optimum
Dilihat dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar tersebut
dibedakan atas (a) lapisan tanah dasar, yang berasal dari tanah galian
(b) lapisan tanah dasar,yang berasal dari tanah timbunan, (c) lapisan
1. Stabilisasi Tanah
kekuatan geser. Tujuan dari stabilisasi tanah adalah untuk mengikat dan
jalan atau pondasi jalan yang padat. Adapun sifat tanah yang telah
buruk.
Tolak ukur yang umum dari sifat elastis suatu bahan material
tegangan dan regangan yang terjadi pada tanah atau dengan kata lain,
(1)
=
suatu benda untuk berubah bentuk sepanjang sumbu x ketika gaya yang
ukuran plat bearing adalah modulus dari tanah dasar ukuran lebih kecil
piring dan a = adalah diameter piring yang lebih kecil, maka nilai K sesuai
DM 5.4)
= (2)
K1 = Nilai K Empirik
sangat ditentukan oleh koefisien reaksi tanah (Ks) dan modulus elastisitas
vertical () adalah linier, dan diketahui sebagai koefisien reaksi tanah, Ks
tegangan pada pondasi fleksibel (Terzhagi, 1955; Biot, 1937; Vesic, 1961;
empiris, dan nilai tabulasi. Uji lapangan menggunakan plate load test, uji
laboratorium menggunakan uji konsolidasi dan uji triaksial (Dutta dan Roy,
salah satu metode untuk meningkatkan daya dukung tanah dengan cara
kimia.
sebagai berikut :
a. Stabilisasi Mekanis
b. Stabilisasi Kimiawi
portland, kapur, abu batubara (fly ash), aspal, dan lain-lain. Metode ini
butir tanah.
pemadatan.
harga relatif murah dan mudah dalam penyimpanan (Bergado dkk, 1996).
Selain itu semen dapat digunakan pada berbagai jenis tanah sesuai
hidrasi yang mana terjadi antara semen dengan air menghasilkan kalsium
Dengan,
H = H2O
C = CaO
S = SiO2
Dengan,
A = Al2O3
Pada lempung dengan kadar air tinggi struktur semen akan bereaksi
b. Meningkatkan kekuatan.
c. Menstabilkan volume.
lapangan, cuaca, daya tahan atau uji kekuatan. Dalam beberapa hal,
6. Kondisi lingkungan
sembarang jenis tanah. Namun semen lebih cocok untuk jenis tanah
lebih kuat, dan jika campuran ini digunakan untuk struktur lapis
plastisitasnya.
35
Material Lolos >25% Lolos Saringan No.200 < 25% Lolos Saringan No.200
Saringan No.200 (0,075 mm) (0,075 mm)
Indeks Plastisitas , ≤ 6 (PI x Persen Lolos
PI (%) ≤ 10 10-20 ≥20 Saringan No.200 ≤ 60) ≤ 10 ≤ 10
Bentuk Stabilisasi :
Semen dan
Cocok Ragu Tidak Cocok Cocok Cocok Cocok
Campuran Pengikat
Kapur Ragu Cocok Cocok Tidak Cocok Ragu Cocok
Aspal ( Bitumen ) Ragu Ragu Tidak Cocok Cocok Cocok Ragu
Aspal/Semen
Cocok Ragu Tidak Cocok Cocok Cocok Ragu
Dicampur
Granular Cocok Tidak Cocok Tidak Cocok Cocok Cocok Ragu
Lain-Lain Campuran Tidak Cocok Cocok Tidak Cocok Ragu Cocok
Cocok
Type Tanah Lempung Lempung Lanau Halus Lanau Kasar Pasir Halus Pasir Kasar
Halus Kasar
Ukuran Butiran Tanah (mm) <0,0006 0,0006-0,002 0,002-0,02 0,01-0,06 0,06-0,40 0,40-2,0
Stabilisasi Volume Tanah Sangat Buruk Sedang Sedang Baik Sangat Baik Sangat Baik
Kapur
Stabilisasi
Semen
Type
Polimerik-Organik
Mekanis
Thermal
Efisiensi Maksimum Efektif, Tapi Pengendalian Mutu Sulit
36
a. Kapur : 3% - 9%
b. Semen : 3% - 10%
bahan atau material yang digunakan maka semakin tinggi nilai CBR yang
tanah.
7. Pemadatan
reaksi kimia antara bahan stabilisator dan tanah pada saat proses
stabilisator, juga meningkatkan daya tahan terhadap pengaruh air dan zat
resinol, resin, dan minyak atsiri, merupakan bahan dasar bagi cairan
campuran lak dan vernis, perekat pada penambal gigi, dan perekat
pelarutan partikel liat tanah oleh alkali. Getah damar adalah salah satu
1999).
Oksida besi memiliki kapasitas tukar kation yang baik, bisa bereaksi
pada benda uji dengan pemeraman 3 hari dimana tanah dan semen
diberi waktu untuk terjadi pengikatan antara semen dengan tanah yang
dibantu polimer, nilai kuat tekan mula atau pada tanah asli tanpa
ditambahkan 3% semen dan polimer nilai kuat tekan naik menjadi 10,02%
dan akan naik terus hingga penambahan semen 12% dan polimer yang
nilai kuat tekan mencapai 144,12 kg/cm2, bertambahnya nilai kuat tekan
mempunyai ikatan ion, umumnya tahan panas (terurai pada suhu tinggi),
dapat menjadi konduktor listrik apabila larut dalam air, dan dalam bentuk
garam dapat berupa garam organik dan garam anorganik. Garam organik
dan ikatannya berupa ikatan ion, maka tanah berbutir halus dengan
ikatan van der waals yang lemah dapat diubah menjadi ikatan ion untuk
mendapatkan struktur kristal pada tanah. Dalam hal ini, digunakan garam
semen, abu terbang (fly ash), abu sekam, cleanset semen,dan material
semen 5%, 10%, 15%, dan 20% (semen Portland tipe 1), diuji sifat fisik
cukup signifikan. Potensi pengembangan turun dari 12% pada tanah asli
pengembangan turun dari 340 kPa pada tanah asli menjadi 105 kPa pada
kapur 4%. Dengan naiknya kadar abu ampas tebu ,kuat tekan bebas
selalu naik sampai dengan kadar abu 10% dengan prosentase kenaikan
43,84% kemudian menurun pada kadar abu yang lebih tinggi 12,5%
kuat tekan bebas tanah + kapur + abu selalu mengalami kenaikan kuat
tekan bebas. Kenaikan yang cukup besar terjadi pada waktu pemeraman
36 hari.
semakin tinggi harga kepadatan kering dan CBR Soaked. Pada campuran
12% mineral asbuton akan meningkatkan CBR sekitar 53% terhadap CBR
tanah asli. Peningkatan nilai kekuatan tanah (UCS) untuk mineral asbuton
43
pada campuran, terjadi pada umur 7 hari dan 28 hari, yaitu peningkatan
ditambahkan kapur padam dari 3%, 6%, 9%, dan 12% sebagai mateial
0,003 %.
semen, dan Geosta (Willy Lemanza, Aniek P., Hardy W., Jurusan
umur 14 hari, untuk CBR Soaked dari nilai 10% untuk tanah, naik
Geosta A (2). Pada umur 14 hari, untuk CBR Soaked dari 10% untuk
Geosta A.
Terdahulu Tabel 6.
45
3. Ankit Singh Negi et Pelaksanaan Stabilisasi Tanah-kapur dapat menjadi solusi IJIRSET: International
all/2013/Soil Tanah-Kapur bagi tanah yang aktif berfluktuasi Journal of Innovative
Stabilization Using kembang susut. Stabilisasi tanah- Research in Science,
Lime semen juga dapat meningkatkan nilai Engineering and
mekanis seperti CBR dan UCS. Serta Technology , ISSN:
laju reaksi stabilisasi tanah-semen 2319-8753
dapat mencapai kesetimbangan dan
kestabilan hanya dalam hitungan jam.
4. Basit Riyaz et Karakteristik Nilai CBR Dengan penambahan semen, batas IJERMT: International
all/2015/Study of dan Kuat Geser Tanah cair, batas plastis serta indeks Journal of Engineering
Soil Cement Stabilisasi Semen plastisitas menurun dibandingkan Research &
Stabilization for tanah asli. Karakteristik pemadatan Management
Pavement Base menunjukkan seiring bertambahnya Technology, ISSN:
Course and Sub semen, berat isi kering meningkat 2348-4039
grade sedangkan nilai kadar air optimum
menurun. Dengan penambahan 6%
semen, nilai CBR meningkat drastis
dengan pemadatan 5 lapis sehingga
memenuhi kriteria AASHTO.
5. George Rowland Pertimbangan Dalam Kapur segera bereaksi dan IJETR : International
Otoko et Penggunaan Semen dan meningkatkan berbagai sifat tanah, Journal of Engineering
all/2014/On The Pozzolan Lokal seperti daya dukung tanah, and Technology
47
6. Karthik.S et Karakteristik CBR Tanah Tanah asli dengan nilai CBR 3,1 IOSR: Journal of
all/2014/Soil Stabilisasi Fly Ash dapat digunakan sebagai lapis Mechanical and Civil
Stabilization By perkerasan dengan ketebalan Engineering, ISSN:
Using Fly Ash minimum 12 Inchi. Sedangkan tanah 2278-1684
terstabilisasi fly ash memiliki nilai
CBR sebesar 4,82 yang dapat
digunakan sebagai lapis perkerasan
dengan tebal hanya 8,5 Inchi.
7. Magdi M. E. Karakteristik Kuat Tekan Penambahan kapur telah secara IJSR: International
Zumrawi and Bebas dan Nilai CBR signifikan meningkatkan sifat Journal of Science and
Omer S. M. Tanah Ekspansif konsistensi, pengembangan dan Research, ISSN
Hamza/2012/Impro Stabilisasi Fly Ash dan ketahanan tanah ekspansif. Namun, (Online): 2319-7064
ving the Kapur keberadaan abu terbang merupakan
Characteristics of hal mendasar untuk lebih
Expansive meningkatkan perilaku tanah,
Subgrade Soils terutama karena penggandaan reaksi
Using Lime and pozzolanik yang tergantung waktu.
Fly Ash Selain itu, selalu disarankan untuk
menggunakan fly ash untuk
stabilisasi ketika itu mudah dan
48
8. Md. Mahmud Nilai Kuat Tekan Pasir Menurut hasil uji laboratorium, 4 jenis Science Publishing
Hasan Mamun et Stabilisasi Semen pasir telah memenuhi kriteria Group : American
49
9. Monica Malhotra Stabilisasi Tanah Ketika kapur dan abu terbang IJEIT: International
and Sanjeev Ekspansif Menggunakan dicampur dengan tanah ekspansif, Journal of Engineering
Naval/2013/Stabili Fly Ash batas plastis meningkat dengan and Innovative
zation of mencampurkan kapur dan batas cair Technology, ISSN:
Expansive Soils berkurang dengan mencampurkan fly 2277-3754
Using Low Cost ash serta menurunkan indeks
Materials plastisitas. Seiring dengan
meningkatnya jumlah abu terbang
dan kapur, ada penurunan nyata
dalam kepadatan kering yang
dimodifikasi dan indeks
pembengkakan bebas dan
50
10. Okonkwo V. O. Karakteristik CBR Tanah Nilai CBR tanah asli memenuhi JMEST: Journal of
and Nwokike V. Stabilisasi Semen syarat spesifikasi subgrade namun Multidisciplinary
M/2015/Soil- tidak memenuhi syarat sebagai lapis Engineering Science
Cement Subbase maupun Base. Setelah and Technology, ISSN:
Stabilization For tanah distabilisasi menggunakan 5% 3159-0040
Road Pavement dan 6% semen, nilai CBR tanah
Using Soils meningkat sehingga dapat memenuhi
Obtained From syarat spesifikasi lapis subbase dan
AguAwka In base.
Anambra State
11. Olivier Cuisinier, Karakteristik Kuat Geser Pengaruh cairan alkali pada perilaku Elsevier: Engineering
Dimitri Deneele Tanah Stabilisasi Alkali kekuatan geser argillite murni yang Geology,
and Farimah dipadatkan atau aditif (pasir, bentonit doi:10.1016/j.enggeo.20
Masrouri/2009/She atau kapur api) dipelajari. Bahan- 09.07.012
ar strength bahan ini adalah opsi untuk mengisi
behaviour of rongga dengan deposit limbah nuklir
compacted clayey yang dalam. Sel Sirkulasi Khusus
soils percolated telah dirancang untuk
51
12. P.P.Nagrale, Karakteristik CBR Tanah Ketika tanah pondasi distabilkan IJERA: International
A.P.Patil, and Stabilisasi Kapur, Fly Ash dengan kapur dan abu terbang, Journal of Engineering
Shubham dan Serat indeks plastisitas berkurang jauh Research, ISSN:2319-
Bhaisare/2006/Str dibandingkan dengan tanah yang 6890
ength tidak distabilkan, yang dikaitkan
Characteristics of dengan perubahan sifat tanah karena
Subgrade flokulasi dan pengotoran, aglomerasi.
Stabilized With Variasi dalam kepadatan kering dan
Lime, Fly Ash and kadar air tanah tanah karena
Fibre stabilisasi tergantung pada jenis dan
jenis tanah, serta persentase
stabilisator. Survei laboratorium
menyimpulkan bahwa kandungan
stabilisator optimal adalah 4,5%
kapur, 10% abu layang dan 0,5%
serat. Teknik stabilisasi tanah lebih
52
13. Prashika Tamang Karakteristik CBR Tanah Kapur segera bereaksi dan IJETT Publication :
et Lunak Stabilisasi Kapur meningkatkan berbagai sifat tanah, International Journal of
all/2016/Improvisat seperti daya dukung tanah, Engineering Trends and
ion of Bearing ketahanan terhadap kembang susut Technology , ISSN:
Capacity of Soil pada cuaca basah, pengurangan 2231-5381
Using Cement, indeks plastisitas, peningkatan nilai
Lime and CBR dan peningkatan selanjutnya
Chemical dalam kekuatan tekan dari waktu ke
waktu
15. W.W. Bandara et Kuat Tekan, CBR serta Pada pondasi Cement-Soil-Base, Springer India : Journal
all/2017/Cement Fatigue Tanah Lunak ditemukan bahwa retak fatigue lebih of The Institution of
Stabilized Soil as a Stabilisasi Semen kritis daripada beban roda. Sulit untuk Engineers (India):
Road Base mendapatkan pemadatan yang Series A, ISSN:
Material for use diperlukan dari lapisan CSB ketika 22502157, 22502149
in Sri Lankan ketebalannya melebihi 200 mm.
Roads Ketika ketebalan CSB meningkat dari
Stabilization 175mm ke 200 mm, jumlah
pengulangan beban yang diizinkan
untuk fatigue meningkat lima kali
lipat. Oleh karena itu, ketebalan 200
54
16. Leema Peter, P K Laboratory Investigation Hasil pengujian menunjukkan bahwa sciencedirect.com/scien
Jayasree, K Balan In The Improvement Of stabilisasi dengan limbah coir ce/article/pii/
, Alaka Raj S Subgrade Characteristics memiliki pengaruh yang signifikan
2014 Of Expansive Soil terhadap pemadatan, modulus elastis
Stabilised With Coir serta karakteristik CBR.
Waste
17. Herman, (2013 ) Abu Batubara PLTU Semakin meningkat persentase abu ejournal.itp.ac.id/index.p
Sijantang Sebagai Bahan batubara dalam tanah lempung, nilai- hp/momentum/article/vie
Stabilisasi Tanah nilais pecific gravity, batas cair, w/vol.14 No.1
Lempung Ekspansif indeks plastisitas, kadar air optimum
menurun, dan nilai-nilai batas susut,
batas plastis, kepadatan , dan,persen
pengembangan cenderung
meningkat, sedangkan tekanan
pengembangan pada awalnya
meningkat, pada peningkatan
persentase abu batubara pada
55
18. Yunaefi, 2013 Pengujian Kinerja Bahan Bahan ECO-CURE sebagai bahan Seminar Nasional
“Eco-Cure“ Sebagai perekat saat benda uji telah Aplikasi Teknologi
Bahan Stabilisasi Tanah mengalami penghancuran dan dapat Prasarana Wilayah
Untuk Lapisan Sub-Base merekatkan kembali sehingga benda
Perkerasan Jalan uji dapat memberikan nilai kokoh
tekan yang lebih baik dari semula,.
19. Bretyndah Kezia Korelasi Antara Penambahan semen meningkatkan Jurnal Sipil Statik Vo.1
Lumikis, S. Tegangan Geser Dan nilai CBR dan tegangan geser tanah No.6, 2013 (400-407)
Monintja, Nilai CBR Pada Tanah dimana nilai maksimumnya terjadi ISSN : 2337-6732
S.Balamba, A.N. Lempung Ekspansif pada penambahan campuran
Sarajar, 2013 Dengan Bahan Campuran semen 10%. Dengan demikian
Semen terjadi peningkatan tegangan geser
tanah.
20. Andreas Stabilisasi Tanah Dengan 13 campuran 4%PC + 8%FA dapat Jurnal Karya Teknik
Dharmawan Huri, Fly Ash Dan Semen digunakan sebagai stabilizing agent Sipil, 2013, Volume 2,
Kristian Yulianto Untuk Badan Jalan pada subgrade badan jalan PLTU No.1
Sri Prabandiani PLTU Asam-Asam Asam-Asam sekaligus untuk
RW, Siti Hardiyati . mengurangi limbah batubara.
2015
21. Sutikno dan Denny Studi Stabilitas Tanah Tanah ekspansif mengalami jurnal.pnj.ac.id/index.ph
Yatmadi 2010 Ekspansif dengan perubahan yang positif setelah p/politeknologi/article/vie
Penambahan Pasir untuk dicampur dengan pasir, optimasi w/479
56
22. John Tri Hatmoko Shear behavior of Penambahan kapur pada tanah sciencedirect.com/scien
Hendra S, 2016 calcium carbide residue - ekspansif menurunkan tekanan dan ce/article/pii/S18777058
bagasse ash stabilized potensi pengembangan dengan 17303697/
expansive soil angka yang cukup signifikan.
23. Liet Chi Dang, Behaviour of Expansive Pencampuran serat ampas tebu sciencedirect.com/scien
Behzad Fatahi, Soils Stabilized with dicampur dengan kapur dapat ce/article/pii/S18777058
and Hadi Khabbaz Hydrated Lime and meningkatkan kekuatan tekan 16305331
2016 Bagasse Fibres tanah ekspansif dengan
bertambahnya waktu pengeraman
dengan kandungan aditif maka
semakin meningkat kekuatannya
57
Permasalahan
Isu Strategis Tanah Lunak
Ya Sebagai Tidak
Bahan
Uji Stabilisasi + Pozzolan Stabailisasi
Memenuhi Syarat Subgrade
Nilai CBR
Material Aktivator :
Material Timbunan
Inovasi :
Material Lokal
Sub Base CBR ≤ atau ≥
Lapisan Subgrade
Rekomendasi
Teknologi Lapis Perkerasan Jalan
Utilisasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
122°58'0.40"E.
untuk menjaga kondisi kadar air asli, dan diberi label inisial sesuai dengan
loksi sampel yaitu OB.1 untuk sampel dari lokasi 1, OB.2 untuk sampel
dari lokasi 2, dan OB.3 untuk sampel dari lokasi 3, seperti terlihat pada
gambar 8.
a. Alat Pengukuran Sifat Fisik Tanah : Alat Kadar Air, Alat Pengujian
Alat Unconfined.
61
menggunakan bak persegi Panjang yang terbuat dari plat baja dan
tanah dari model uji diukur dengan menggunakan dial indikator (dial
gauge).
Pengujian
1.
Berat Jenis
Pengujian
2. Batas-Batas
Atterberg
62
Alat Uji
3. Analisa
Saringan dan
Hydrometer
Alat
4. Pengujian
Kompaksi
Alat Uji
5.
Unconfined
Bak
6. Pengujian
Model
Persegi
Panjang
Hydraulic
7. Jack
63
8. Pompa
Plate
9.
Bearing
Dial Gauge
Magnetic
11.
Stand
Mesin
12.
Compressor
64
13. Manometer
3. Pelaksanaan penelitian
kompor.
cawan.
(reagment).
65
(5) Alat Pengujian Batas Cair (liquid limit, LL) disesuaikan dengan
wash bottler.
(6) Alat Pengujian Batas Plastis (plastic limit, PL) dan indeks
(7) Alat Uji Pemadatan mengacu pada SNI 03-1742-1989 atau SNI
kompor.
cawan.
(4) Alat Uji Pemadatan mengacu pada SNI 03-1742-1989 atau SNI
subgrade dengan nilai CBR 6%, selanjutnya dibuat lapisan pondasi sub-
base, dan dibebani menggunakan alat hydraulic jack. Dial indikator (dial
pertama diatas pelat bearing untuk membaca kapasitas dukung dan pola
lapisan sub-base.
tepat diatas plat bearing untuk membaca kapasitas dukung dan pola
penurunan; dial yang lainnya diletakan sejajar arah memanjang bak yang
kadar air, batas-batas konsistensi, dan spesifik grafity, sedangkan uji sifat
mekanis meliputi uji pemadatan, uji kuat tekan, dan uji daya dukung.
CBR.
68
ketelitian, serta kapasitas alat harus dipahami secara baik agar tidak
terkandung dalam tanah asli dan tanah campuran, uji SEM untuk
a c
dilakukan pengujian.
Lunak (komposisi adalah 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%, dalam kondisi
70
kadar air optimum proctor. Dimasukkan dalam cetakan yang telah diolesi
1%, 3%, dan 5%. Komposisi aktifasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Gambar 10. Sketsa Model Fisik Uji Lapisan Sirtu Sebagai Lapis Pondasi
Sub-Base.
Gambar 11. Sketsa Model Fisik Uji Lapisan Overboulder + Tanah Lunak
Sebagai Lapis Pondasi Sub-Base
.
73
Gambar 12. Sketsa Model Fisik Uji Lapisan Overboulder + Tanah Lunak +
Ferro Oksida Sebagai Lapis Pondasi Sub-Base
konvensional.
dan uji EDS. Selanjutnya diliat perilaku tanah lunak sebelum dan sesudah
akibat proses stabilisasi. Selanjutnya hasil uji XRD akan dianalisis untuk
terbentuk.
Karakteristik mekanik yang dihasilkan dari uji kuat tekan bebas, uji
uji mikrostruktur.
pemeraman.
perkerasan (B) dan faktor tebal lapisan (H), yaitu; 0,5B; 0,5B+0,5H;
unsur dan senyawa, komposisi mineralogi, serta parameter uji model fisik.
Tabel 12. Parameter Uji dan Standar Pengujian Fisik dan Mekanik.
Jenis Standard
No Jenis Pengujian
ASTM SNI
1 Analisa Saringan C-136-06 SNI 03-1968-1990
2 Batas-Batas Atterberg
a. Batas Cair (LL) D-423-66 SNI 03-1967-1990
b. Batas Plastis (PL) D-424-74 SNI 03-1966-1990
c. Indeks Plastis (IP) D-4318-10 SNI 03-1966-2008
3 Berat Jenis Tanah (Gs) D-162 SNI 03-1964-1990
4 Berat Isi Tanah Jenuh (sat) D-2216-98 SNI 03-1743-1989
5 Kadar Air (Wc) D-2216-98 SNI 03-1965-1990
6 Berat Isi Kering (dry) D-854-72 SNI 03-1970-2008
7 Angka Pori (e) D-854-72 SNI 03-2473-1991
8 Porositas (n) D-7063-11 SNI 13-3604-1994
9 Derajat Kejenuhan (Sr) D-854-72 SNI 03-2812-1992
10 Kuat Tekan Bebas (qu) D-633-1994 SNI 03-6887-2002
11 Uji Kuat Geser Langsung (Cu) E-736-00 SNI 03-3420-1994
12 Uji Pemadatan D-698 SNI 03-1742-1989
13 Daya Dukung Tanah (CBR) D-1833 SNI 03-6796-2002
76
ASTM E1508-12a.
modulus tanah adalah modulus reaksi tanah (Ks) dan modulus elastisitas
tanah (Es).
77
base. Prosedur penelitian uji model lapisan pondasi jalan secara detail
Sirtu
Uji Pembebanan
Numerical Validation
Selesai
Gambar 13. Bagan Alir Proses Penelitian Uji Model Lapisan Pondasi
Jalan.
79
BAB IV
Material yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tipe
material, yaitu material tanah lunak yang digunakan sebagai lapisan tanah
fisik (Index Properties) dan sifat mekanis untuk tanah lunak (Subgrade)
Tabel 15.
Test Results
Test
Result Value Unit
Basic Properties of Soft Soil :
Initial Water Content (w) 35,72 %
Specific Gravity (Gs) 2,65 -
Sieve Analysis and Hydrometer :
a Sand 35,20 %
b Silt 34,55 %
c Clay 30,25 %
Atterberg Limits :
a Liquid Limit (LL) 60,76 %
b Plastic Limit (PL) 46,35 %
c Plasticity Index (PI) 14,40 %
d Shrinkage Limit (SL) 26,51 %
Standard Proctor :
a Maximum Dry Density, (γd) 1,35 gr/cm3
b Optimum Moisture Content (OMC) 29,84 %
Classification According USCS : MH, AASHTO : A-7-5
Engineering Properties of Soft Soil :
Unconfined Compressive Strength (qu) 47,35 kN/m2
California Bearing Ratio – Unsoaked (CBR) 7,79 %
Elasticity Modulus (E) 2064,50 kN/m2
untuk menentukan nilai berat isi kering maksimum dan kadar air optimum
81
maksimum.
persentase tanah yang lolos saringan #200 lebih dari 50%. Untuk
halus.
dipengaruhi oleh kadar air menjadi 3 fase, yaitu fase susut, fase plastis
dan fase cair. Fase susut adalah kondisi batas kadar air tanah pada
volume susut maksimum yang ditandai dengan nilai batas susut. Fase
plastis adalah kondisi batas kadar air tanah saat tanah telah melewati
batas susut hingga kadar air di bawah batas cair. Sedangkan batas cair
adalah kondisi kadar air tanah pada saat tanah telah dapat teralirkan dan
jenuh air. Ketiga nilai ini kemudian diaplikasikan dalam diagram plastisitas
82
batas cair di atas 50%, sedangkan plastisitas rendah jika nilai batas cair di
digunakan A-line. Jika nilai indeks plastisitas tanah jatuh di bawah A-line
maka tanah tergolong lanau, sedangkan jika di atas A-line maka tanah
tergolong lempung.
System) dan ASTM (American Standard for Testing and Material). Dengan
diagram plastisitas, didapatkan tipe tanah jenis MH (silt with high plasticity)
yang berarti tanah lanau dengan plastisitas tinggi, yang ditunjukan pada
terdiri atas tanah berbutir halus serta berdasarkan nilai kuat tekan.
83
tekan bebas yang diperoleh kurang dari 25 kN/m 2. Hal ini menunjukkan
bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian ini tidak memenuhi standar
Liquid Limit
FINE-GRAINED SOILS
(50% or more of material is smaller than No. 200 sieve size)
ML Inorganic silts and very fine sands, rock flour, silty of
SILTS AND clayey fine sands or clayey silts with slight plasticity
CLAYS Liquid CL Inorganic clays of low to medium plasticity, gravelly
limit less than clay, sandy clays, silty clays, lean clays
50% OL Organic silts and organic silty clays of low plasticity
Analisa ayakan
(% lolos)
No.10 Maks.50
Maks.50 Maks.51
No.40 Maks.30
Maks.25 Maks.10 Maks.35 Maks.35 Maks.35 Maks.35
No.200 Maks.15
Sifat fraksi yang
lolos Ayakan
No.40
Batas cair (LL)
Maks.40 Min. 41 Maks.40 Min. 41
Indeks
Maks. 6 NP Maks.10 Maks.10 Min. 11 Min. 11
plastisitas (PI)
Tipe material
Batu pecah, Pasir Kerikil dan pasir yang berlannau atau
yang paling
kerikil dan pasir halus berlempung
domonan
Penilaian sebagai
bahan tanah Baik sekali sampai baik
dasar
Tanah lanau - lempung
Klasifikasi tanah (Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan
No.200
A-7
Klasifikasi kelompok A - 7-5*
A-4 A-5 A-6
A - 7-6**
Analisa ayakan
(% lolos)
No.10
No.40
No.200 Min. 36 Min. 36 Min. 36 Min. 36
Sifat fraksi yang lolos
Ayakan No.40
Batas cair (LL) Maks. 40 Min. 41 Maks. 40 Min. 41
Indeks Plastisitas (IP) Maks. 10 Maks. 10 Min. 11 Min. 11
Tipe material yang paling
Tanah berlanau Tanah berlempung
domonan
Penilaian sebagai bahan
Biasa sampai jelek
tanah dasar
* A-7-5, PI ≤ LL – 30
** A-7-6, PI > LL – 30
seperti yang telah diperlihatkan pada Tabel 17, maka selanjutnya tanah
86
diperoleh data tanah dengan nilai lebih dari 50% tanah tersebut lolos
saringan No. 200, yaitu sebesar 65,80% yang berarti tanah termasuk
yang lolos saringan #200 kurang dari 50%. Dikarenakan granular tidak
dapat dipadatkan secara optimum dengan berat isi kering sebesar 1,37
lebih tinggi dibanding tanah lunak. Hal ini menjadi pertimbangan dalam
tanah yang lebih baik nilai mekanisnya dengan tujuan memperoleh nilai
COARSE-GRAINED SOILS
(more than 50% of material is larger than No. 200 sieve size)
Clean Gravels (Less than 5% fines)
Well-graded gravels, gravel-sand
GW
mixtures, little or no fines
GRAVEL
More than 50% of Poorly-graded gravels, gravel sand
GP
coarse fraction mixtures, little or no fines
larger than No. 4 Gravels with fines (More than 12% fines)
sieve size
GM Silty gravels, gravel-sand-silt mixtures
GC
Clayey gravels, gravel-sand-clay
mixtures
Clean Sands (Less than 5% fines)
SW
Well-graded sands, gravelly sands, little
or no fines
SANDS
50% or more of SP
Poorly-graded sands, gravelly sand, little
coarse fraction or no fines
smaller than No. 4 Sands with fines (More than 12% fines)
sieve size
SM Silty sands, sand-silt mixtures
Tabel 19. Namun nilai CBR menunjukkan nilai yang lebih tinggi
ialah uji kuat tekan bebas dan CBR, untuk selanjutnya dianalisis
dan berat isi kering maksimum pada suatu proses pemadatan. Kepadatan
13.9
Untreated Soil
13.8
: 5% OB
13.7 : 10% OB
13.6 : 15% OB
Dry Density (kN/m3)
: 20% OB
13.5
13.4
13.3
13.2
13.1
13.0
12.9
12.8
16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Water Content (%)
menunjukkan pola bersilang terhadap perubahan kadar air dan berat isi
Pada Gambar 16, dapat diketahui bahwa berat isi kering semakin
mengalami kenaikan sebesar 4%, dari berat isi kering maksimum tanah
lunak yang sebesar 1,35 gr/cm3 menjadi 1,40 gr/cm3 pada penambahan
sebesar 28,27% terhadap berat tanah kering. Pola perubahan berat isi
kering dan kadar air yang menunjukkan pola berbanding terbalik atau
13.8 30.0
Dry Density 29.9
29.8
Water Content 29.7
13.7
29.6
29.5
Dry Density (kN/m3)
dicetak dengan ukuran diameter 5,5 cm dengan tinggi 11 cm. Tanah lunak
92
dan overboulder dicampur dan dipadatkan sesuai dengan berat isi kering
2166, standar uji kuat tekan bebas untuk tanah kohesif. Sedangkan
dan telah bereaksi. Rincian dan gambaran hasil pengujian yang ditunjukan
4500
4000
3500
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
: 5%OB 0 Day
1000
: 5%OB 7 Day
500 : 5%OB 14 Day
: 5%OB 28 Day
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
Pada masa pemeraman 7 hari, nilai kuat tekan bebas meningkat 44 kali
lipat dibanding tanah asli. Pada masa peram 14 hari, nilai kuat tekan
bebas naik sebesar 47 kali lipat dibanding tanah asli dan pada masa
peram 28 hari mencapai 50 kali lipat dibanding tanah asli. Dari uraian
memiliki nilai kuat tekan bebas yang lebih tinggi dikarenakan adanya
dalam overboulder.
4500
4000
3500
3000
2500
Stress (kN/m2)
2000
1500
: 10%OB 0 Day
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
lipat, masa peram 7 hari meningkat 50,2 kali lipat, masa peram 14 hari
meningkat 50,7 kali lipat dan masa peram 28 hari meningkat 54 kali lipat
dibandingkan dari nilai kuat tekan bebas tanah asli. Hasil ini menunjukkan
masa pemeraman.
4500
4000
3500
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
: 15%OB 0 Day
1000
: 15%OB 7 Day
lipat, masa peram 7 hari meningkat 70 kali lipat, masa peram 14 hari
meningkat 72 kali lipat dan masa peram 28 hari meningkat 76 kali lipat
dibandingkan dari nilai kuat tekan bebas tanah asli. Hasil ini menunjukkan
4500
4000
3500
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
: 20%OB 0 Day
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
17, Gambar 18, dan Gambar 19. Peningkatan nilai kuat tekan bebas untuk
lipat, masa peram 14 hari meningkat 48 kali lipat dan masa peram 28 hari
meningkat 34 kali lipat dibandingkan dari nilai kuat tekan bebas tanah asli.
4500
: 5%OB 0 Day
: 5%OB 7 Day
4000 : 5%OB 14 Day
: 5%OB 28 Day
: 10%OB 0 Day
3500 : 10%OB 7 Day
: 10%OB 14 Day
3000 : 10%OB 28 Day
: 15%OB 0 Day
: 15%OB 7 Day
Stress (kN/m2)
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
Tabel 20. Rekapitulasi Nilai Kuat Tekan Bebas Tanah Lunak Stabilisasi
Overboulder
4500
Unconfined Compressive Strength (kN/m2)
4000
3500
3000
2500
2000
1500
0
0 7 14 21 28
Curing Time (Day)
Gambar 22. Grafik Rekapitulasi Hubungan Antara Nilai Kuat Tekan Bebas
dan Masa Pemeraman terhadap Variasi Persentasi
Overboulder
nilai kuat tekan bebas tanah lunak meningkat secara signifikan seiring
5000
4500
Unconfined Compressive Strength (kN/m2)
4000
3500
3000
2500
2000
1500
Circeo et all
1000 Horpibulsk et all
500 Sadeeldin et all
Overboulder 15%
0
0 7 14 21 28
Curing Time (Days)
Gambar 23. Grafik Perbandingan Nilai Kuat Tekan Bebas Tanah Lunak
Stabilisasi Overboulder dengan Beberapa Studi Terdahulu
100
4500
4000
Unconfined Compressive Strength (kN/m2)
3500
3000
2500
2000
Gambar 24. Grafik Perbandingan Nilai Kuat Tekan Bebas Tanah Lunak
Stabilisasi Overboulder dengan Beberapa Standar Teknis
standar yang ditunjukan pada Gambar 23 dan Gambar 24, tanah lunak
beberapa material stabilisasi tanah. Kisaran nilai kuat tekan bebas tidak
mengacu pada standar yang ditunjukan pada Gambar 24, tanah lunak
SNI baik sebagai LPA maupun LPB, serta menurut Federal Highway
pemeraman. Di awal pengujian, masa peram 0 hari, nilai kuat tekan bebas
101
hanya sebesar 854,73 kN/m2. Nilai ini adalah sebesar 11 kali lipat
hingga sebesar 2406,73 kN/m2 atau 3 kali lipat dibanding nilai kuat tekan
sampel kuat tekan bebas, sampel CBR pula diuji secara bertahap
45
0 Day
40
7 Day
35 14 Day
28 Day
30
Untreated Soil
CBR (%)
25
20
15
CBR
Subbase
10 Minimum
5
0
0 5 10 15 20
Overboulder (%)
Gambar 25. Grafik Hubungan Antara Nilai CBR dan Variasi Persentasi
Overboulder terhadap Masa Peram
103
Gambar 26. Grafik Hubungan Antara Nilai CBR dan Kuat Tekan
terhadap Variasi Persentasi Overboulder
3 kali lipat, masa peram 14 hari sebesar 4 kali lipat dan pada masa peram
a. Polymer
b. Waterglass
c. Ferro Oksida
15%, maka rasio bahan stabilisator dan aktifator dibatasi hingga 20%
untuk memperoleh rasio yang optimum. Benda Uji dicetak dan diperam
telah terjadi antara tanah, stabilisator dan aktifator. Benda uji yang
dicetak dengan ukuran diameter 5,5 cm dengan tinggi 11 cm. Tanah lunak
dan overboulder dicampur dan dipadatkan sesuai dengan berat isi kering
dengan standard proctor yang mengacu pada ASTM D-698, yaitu dengan
pada ASTM D-2166, standar uji kuat tekan bebas untuk tanah kohesif.
4500
15% OB + 1% PO
4000 15% OB + 3% PO
15% OB + 5% PO
3500
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
dibanding nilai kuat tekan tanah asli. Pada penambahan 3% polymer, nilai
4500
15% OB + 1% PO
4000
15% OB + 3% PO
3500
15% OB + 5% PO
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
4500
15% OB + 1% PO
4000 15% OB + 3% PO
15% OB + 5% PO
3500
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
dibanding nilai kuat tekan tanah asli. Pada penambahan 3% polymer, nilai
4500
: 15%OB 1% Polymer 7 Day
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
Unconfined Compressive
Mix Strength (kN/m²)
7 Days 14 Days 28 Days
15% OB + 1% Polymer 702.19 878.37 1075.76
15% OB + 3% Polymer 1005.85 1238.67 1404.95
15% OB+ 5% Polymer 1223.32 1668.77 1764.17
110
2000
1600
1400
1200
1000
800
600
15% OB + 1% Polymer 15% OB + 3% Polymer
400
15% OB+ 5% Polymer
200
0
7 14 21 28
Curing Time (Day)
4500
15% OB + 1% WG
4000
15% OB + 3% WG
3500
15% OB + 5% WG
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
4500
15% OB + 1% WG
4000 15% OB + 3% WG
3500 15% OB + 5% WG
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
4500
15% OB + 1% WG
4000
15% OB + 3% WG
3500 15% OB + 5% WG
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
4500
: 15%OB 5% WG 7 Day
: 15%OB 3% WG 7 Day
4000
: 15%OB 1% WG 7 Day
: 15%OB 1% WG 14 Day
3500
: 15%OB 3% WG 14 Day
3000 : 15%OB 5% WG 14 Day
Streess (kN/m2)
: 15%OB 1% WG 28 Day
2500 : 15%OB 3% WG 28 Day
: 15%OB 5% WG 28 Day
2000
1500
1000
500
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Strain (%)
4000
Unconfined Compressive Strength (kN/m2)
3500
3000
2500
2000
1500
1000
15% OB + 1% WG 15% OB + 3% WG 15% OB + 5% WG
500
0
7 14 21 28
Gambar 36. Grafik Rekapitulasi Nilai Kuat Tekan Bebas Tanah Lunak
Stabilisasi Overboulder Aktifasi Waterglass
115
Unconfined Compressive
Mix Strength (kN/m²)
7 Days 14 Days 28 Days
15% OB + 1% WG 2145.53 2481.55 2866.03
15% OB + 3% WG 2687.44 2830.95 3179.50
15% OB + 5% WG 3198.43 3393.98 3622.18
dengan nilai kuat tekan bebas meningkat hingga 75 kali lipat dibandingkan
dengan tanah asli. Namun hasil ini masih terbilang mengalami sedikit
komposisi ditingkatkan.
116
4500
15% OB + 1% FE
4000
15% OB + 3% FE
3500
15% OB + 5% FE
Stress (kN/m2)
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
aktifasi ferro oksida, nilai kuat tekan tanah meningkat 34 kali lipat dengan
penambahan 1% ferro oksida dibanding nilai kuat tekan tanah asli. Pada
stabilisasi.
117
4500
15% OB + 1% FE
4000
15% OB + 3% FE
3500
15% OB + 5% FE
Stress (kN/m2)
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
overboulder aktifasi ferro oksida, nilai kuat tekan tanah meningkat 51 kali
tanah asli. Pada penambahan 3% ferro oksida, nilai kuat tekan bebas
4500
15% OB + 1% FE
4000
15% OB + 3% FE
3500
15% OB + 5% FE
3000
Stress (kN/m2)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5
Strain (%)
ferro oksida dibanding nilai kuat tekan tanah asli. Pada penambahan 3%
ferro oksida, nilai kuat tekan bebas meningkat 75 kali lipat dibandingkan
4500
: 15%OB 1% Fero 7 Day
: 15%OB 3% Fero 7 Day
4000
: 15%OB 5% Fero 7 Day
3500 : 15%OB 1% Fero 14 Day
: 15%OB 3% Fero 14 Day
3000 : 15%OB 5% Fero 14 Day
Stress (kN/m2)
1500
1000
500
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Strain (%)
4500
Unconfined Compressive Strength (kN/m2)
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
15% OB + 1% FE 15% OB + 3% FE 15% OB + 5% FE
500
0
7 14 21 28
Curing Time (Day)
Gambar 41. Grafik Rekapitulasi Nilai Kuat Tekan Bebas Tanah Lunak
Stabilisasi Overboulder Aktifasi Ferro Oksida
120
Tabel 24. Rekapitulasi Nilai Kuat Tekan Bebas Tanah Lunak Stabilisasi
Overboulder Aktifasi Ferro Oksida
Unconfined Compressive
Mix Strength (kN/m²)
7 Days 14 Days 28 Days
15% OB + 1% FE 1670.33 2481.55 3068.79
15% OB + 3% FE 2053.33 2758.02 3606.78
15% OB + 5% FE 2425.56 3217.35 4158.65
dengan nilai kuat tekan bebas meningkat hingga 86 kali lipat dibandingkan
dengan tanah lunak yang distabilisasi oleh overboulder, dan lebih tinggi
menimbulkan ikatan ionic antar senyawa logam, dalam hal ini alumina
yang terkandung dalam tanah, dimana ikatan ionic merupakan ikatan yang
katalisator dalam hal ini dikarenakan laju reaksi dan rasio kenaikan daya
dukung yang terjadi relatif sama dengan material aktifator lainya, sehingga
dapat ditunjukan dalam rekapitulasi nilai kuat tekan bebas berbagai variasi
4500
15%OB+1%PO
4000 15%OB+3%PO
15%OB+5%PO
Unconfined Compressive Strength (kN/m2)
3500
15%OB+1%WG
15%OB+3%WG
3000
15%OB+5%WG
2500 15%OB+1%FE
15%OB+3%FE
2000
15%OB+5%FE
1500
1000
500
0
0 7 14 21 28
Gambar 42. Grafik Rekapitulasi Nilai Kuat Tekan Bebas terhadap Variasi
Aktifator
122
Tabel 25. Rekapitulasi Nilai Kuat Tekan Bebas Terhadap Variasi Aktifator
Unconfined Compressive
Overboulder
Aktifator (%) Strength (kN/m²)
(%)
7 14 28
Polymer 1 702.2 878.4 1075.8
15 Polymer 3 1005.8 1238.7 1405.0
Polymer 5 1223.3 1668.8 1764.2
Waterglass 1 2145.5 2481.6 2866.0
15 Waterglass 3 2687.4 2830.9 3179.5
Waterglass 5 3198.4 3394.0 3622.2
Ferro Oksida 1 1670.3 2481.6 3068.8
15 Ferro Oksida 3 2053.3 2758.0 3606.8
Ferro Oksida 5 2425.6 3217.4 4158.7
nilai CBR maksimum yang mengacu pada ASTM D-1883 untuk metode
tekan bebas, sampel CBR pula diuji secara bertahap berdasarkan masa
70
1% FE
60
1% PO
50
1% WG
40
CBR (%)
30
20
10
0
0 7 14 21 28
70
3% FE
60
3% PO
50 3% WG
CBR (%)
40
30
20
10
0
0 7 14 21 28
sebesar 7 kali lipat dibanding tanah asli. Dalam hal ini untuk penambahan
70
5% FE
60
5% PO
50
5% WG
40
CBR (%)
30
20
10
0
0 7 14 21 28
70
60
15% OB 1% FE
15% OB 3% FE
50
15% OB 5% FE
CBR (%)
40 15% OB 1% PO
15% OB 3% PO
30
15% OB 5% PO
20 15% OB 1% WG
15% OB 3% WG
10
15% OB 5% WG
0
7 14 21 28
dukung sebesar 49 kali lipat dibanding tanah tanpa stabilisasi dan nilai
dicapai pada komposisi 5% ferro oksida dan 15% overboulder. Nilai daya
dukung meningkat 56 kali lipat dibanding tanah tanpa stabilisasi dan 1 kali
sebesar 8 kali lipat dibanding tanah tanpa stabilisasi dan sebesar 2 kali
bahwa ferro oksida adalah material yang paling tepat untuk mengaktifasi
data kualitatif dan semi kuantitatif pada padatan atau sampel. Hasil
cps/eV
6
O
Fe
Ti
3 K Al
S Mg S Ca
Cl Na Si Cl K Ti Fe
Ca
0
2 4 6 8 10 12 14
keV
kimia tanah lunak didominasi oleh unsur-unsur SiO2 yaitu 37,62 %, Al2O3
cps/eV
16
14
12
10
O
8 Fe Al
K Mg Ca
S Na Si S K Fe
Ca
6
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
keV
bahwa dari hasil uji SEM dan EDS serta uji Analysis Result XRD (X-Ray
antarbutir tanah sehingga menciptakan struktur yang lebih kuat dan stabil.
132
maka perlu diketahui reaksi dan senyawa yang terjadi pada stabilisasi
senyawanya dapat ditunjukan pada Gambar 54, sedangkan hasil dari nilai
kualitatif XRD tanah lunak stabilisasi overboulder terurai pada Gambar 55.
perilaku fisik yang terjadi ketika terjadi reaksi pozzolan. Senyawa yang
energi yang lebih besar dan membentuk ikatan senyawa yang lebih stabil.
Tabel 28. Jumlah Atom Unsur Kimia Tanah Lunak Stabilisasi Overboulder
No Senyawa Unsur
1 atom Na
1 Na(OH)(H2O)4 9 atom H
5 atom O
2 atom Al
2 Al2O3
3 atom O
1 atom Si
3 SiO2
2 atom O
Terdiri dari:
4 TiO2 1 atom Ti
2 atom O
maka perlu diketahui reaksi dan senyawa yang terjadi pada stabilisasi
Tabel 29. Jumlah Atom Unsur Kimia Tanah Lunak Stabilisasi Overboulder
Aktifasi Ferro Oksida
No Senyawa Unsur
1 atom Na
1 NaFeO2 1 atom Fe
2 atom O
3 atom Fe
2 Fe3O4
4 atom O
1 atom Si
3 SiO2
2 atom O
2 atom Na
4 Na2O2
2 atom O
1 atom Ti
5 TiO2
1 atom O
alumina dan ferit. Senyawa silika dan sodium bereaksi dan berkoagulasi
lebih kuat. Secara umum, berikut senyawa yang terdapat pada tanah
oksida memiliki nilai CBR sebesar 24,50%. Kinerja dari ketiga jenis
sebesar 20,84 mm pada beban sebesar 62,5 kN. Pada fase pembebanan
dan pada beban puncak 62,5 kN penurunan sebesar 20,84 mm pada titik
dicapai adalah sebesar 62,5 kN. Beban ekivalen dan penurunan ekivalen
reaksi sebesar 74,70 kN/m2 per mm. Sedangkan pada lapisan subgrade
overboulder dengan masa peram 7 hari yang memiliki nilai CBR sebesar
luas plat bearing yang dilakukan pada pengujian model dimana plat
adalah sebesar 74,70 (kN/m² per mm). Kinerja laisan sirtu sebagai lapisan
Model Bak
Pengujian
Pemadatan
Statis dan DCP
dan kinerja uji model tanah lunak stabilisasi overboulder asbuton dapat
Gambar 62. Grafik Hubungan Antara Beban dan Penurunan Tanah Lunak
Stabilisasi Overboulder Sebagai Lapisan Sub-Base
yang terjadi adalah sebesar 15,88 mm pada beban sebesar 72,5 kN. Pada
posisi plat bearing. Pada tahap ini, tanah lunak stabilisasi overboulder
menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding sirtu. Beban puncak yang
4,96 mm. Pola deformasi secara rinci dapat ditunjukan pada Tabel 31.
mm. Beban puncak yang berhasil dicapai adalah sebesar 72,5 kN. Beban
mm. Hasil ini lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari
148
oksida dengan masa peram 7 hari yang memiliki nilai CBR sebesar
base Berdasarkan Gambar 64, menunjukan nilai modulus reaksi (k) maka
bearing yang dilakukan pada pengujian model dimana plat bearing yang
cm, sehingga niai modulus reaksi yang didapatkan adalah sebesar 133,76
Model Bak
Pengujian
Pemadatan
Statis dan DCP
perilaku dan kinerja uji model tanah lunak stabilisasi overboulder asbuton
aktifasi ferro oksida dapat ditunjukan pada Gambar 66 dan Gambar 67.
151
Gambar 66. Grafik Hubungan Antara Beban dan Penurunan Tanah Lunak
Stabilisasi Overboulder Aktifasi Ferro Oksida Sebagai
Lapisan Sub-Base
yang terjadi adalah sebesar 7,51 mm pada beban sebesar 87,5 kN. Pada
sama dengan posisi plat bearing. Pada tahap ini, tanah lunak stabilisasi
yang didapatkan adalah sebesar 195,86 (kN/m² per mm). Kinerja tanah
Model Bak
Pengujian
Pemadatan
Statis dan DCP
terbesar adalah 7,51 mm. Beban puncak yang berhasil dicapai adalah
penurunan sebesar 4,75 mm. Hasil ini bahkan lebih baik dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh dari material sirtu maupun tanah lunak
Gambar 70.
156
k (kN/m² k (kN/m²
q
Settlement per mm) per mm)
(kN/m²)
Empirik Terkoreksi
5.5 1369.427 248.99 74.70
3.5 1560.51 445.86 133.76
3 1958.599 652.87 195.86
pada Gambar 70, tanah lunak stabilisasi overboulder aktifasi ferro oksida
memiliki kinerja paling baik. Nilai modulus reaksi menunjukkan nilai 195,86
kN/m2 per mm. Nilai modulus reaksi ini 2 kali lipat lebih besar dibanding
nilai modulus reaksi sirtu, dan 3 kali lipat lebih besar dibanding modulus
reaksi tanah lunak stabilisasi overboulder. Bila dikaitkan dengan nilai CBR,
maka nilai modulus reaksi dan nilai CBR berbanding lurus. Semakin tinggi
nilai CBR maka modulus reaksi tanah pun akan semakin tinggi.
157
Gambar 71. Korelasi Antara Nilai CBR dan Modulus Reaksi terhadap
Variasi Bahan Stabilisasi Tanah Lunak
43%
65%
38%
material ini juga memiliki kapasitas dukung dan kinerja yang lebih baik
pozzolan yang terjadi lebih stabil sehingga butir tanah dapat tersementasi
dengan baik. Sehingga dapat meningkatkan daya ikat antar butir (kohesi)
Tingkat akurasi hasil analisis deformasi uji model lapisan perlu diuji.
Plaxis 2D versi 8.5. Selanjutnya dilakukan input data untuk problem set
yang telah dibuat, seluruh data tanah per lapisan dan data pelat baja serta
sesuai dengan pembebanan yang dilakukan pada uji model fisik. Model
yang telah dikenal dengan baik dalam praktek rekayasa teknik sipil. Model
elastisitas plastis yang terdiri dari lima parameter yaitu E dan ʋ untuk
tanah dan Ψ sebagai sudut dilatansi. Meski demikian, tidak semua fitur
non-linier tercakup dalam model ini. Untuk kondisi ini, nilai modulus
digunakan untuk melakukan validasi hasil uji model. Parameter input yang
Tanah + Tanah +
Parameter Symbol Subgrade Sirtu Satuan
OB OB + FE
plaxis. Hasil validasi dapat ditunjukan dari hasil parameter input yang
Shear Test.
berat isi tanah kering juga didapat dari hasil pengujian Soil
Test.
analisa pertama.
163
Beban
Plat Bearing
Perletakan Rol
Perletakan Rol
Lapisan Subgrade
Perletakan Jepit
deformasi yang akan terjadi untuk analisa pertama. Berikut pada Gambar
74, Gambar 75 dan Gambar 76, merupakan tampilan pola deformasi hasil
Gambar 74. Pola Deformasi Tanah pada Plaxis dengan Lapisan Sub-
Base Sirtu pada Mode Mesh dengan Perbesaran 3x.
164
Gambar 75. Pola Deformasi Tanah pada Plaxis dengan Lapisan Sub
Base Sirtu pada Mode Shadings.
keamanan akan terkalkulasi nilai dari Msf dan dengan tampilan shading
besar, hal ini disebabkan karena daya dukung sirtu di permukaan cukup
tersebut hal ini menyebabkan pola tegangan itu tidak sampai ke dasar
165
Gambar 76. Pola Deformasi Tanah pada Plaxis dengan Lapisan Sub-
Base Sirtu pada Mode Arrows.
Gambar 77. Pola Deformasi Tanah pada Plaxis dengan Lapisan Sub-
Base Sirtu pada Incremental Shear Strains.
166
pada pola regangan maka besarnya nilai persentase yang dihasilkan dari
Penurunan
Load
Laboratorium Plaxis
(kN) [mm] [mm]
0,00 0,0000 0,0000
2,50 0,3800 0,2583
5,00 0,6100 0,6948
7,50 0,7200 1,1936
10,00 1,1200 1,6091
12,50 1,4400 2,1076
15,00 1,7800 2,6056
17,50 2,0600 3,1035
20,00 2,4000 3,7671
22,50 2,7400 4,1819
25,00 3,3000 4,6800
27,50 3,7600 5,2611
30,00 4,0400 5,9250
32,50 4,5000 6,7543
35,00 4,9800 7,5829
37,50 5,3600 8,4109
40,00 5,9600 9,4039
42,50 7,0400 10,3964
45,00 8,1800 11,3886
47,50 9,4600 12,5457
50,00 11,0800 13,8675
52,50 12,4600 15,3529
55,00 14,3400 17,1660
57,50 16,5400 19,1413
60,00 18,6400 21,1142
62,50 20,8400 23,7101
analisa kedua.
169
Beban
Plat Bearing
Perletakan Rol
Lapisan Subgrade
Perletakan Jepit
pola deformasi yang akan terjadi untuk analisa kedua, dengan kondisi
dan Gambar 82, merupakan tampilan pola deformasi hasil analisa numerik
Gambar 83. Pola Deformasi Tanah pada Plaxis dengan Lapisan Sub-
Base Tanah Lunak Stabilisasi Overboulder pada
Incremental Shear Strains.
172
Penurunan
Load
Laboratorium Plaxis
(kN) [mm] [mm]
0,00 0,0000 0,0000
2,50 0,2000 0,0711
5,00 0,2900 0,1469
7,50 0,3800 0,2986
10,00 0,5600 0,0000
12,50 0,7200 0,0000
15,00 0,8900 0,6025
17,50 1,0300 0,0000
20,00 1,2000 0,7551
22,50 1,3700 0,9886
25,00 1,6500 1,1468
27,50 1,8800 1,3849
30,00 2,0200 1,6236
32,50 2,2500 1,8630
35,00 2,4900 2,1831
37,50 2,6800 2,3433
40,00 2,9800 2,6646
42,50 3,5200 2,9876
45,00 4,0900 3,3929
47,50 4,7300 3,7990
50,00 5,5400 4,2876
52,50 6,2300 4,9403
55,00 7,1700 5,6756
57,50 8,2700 6,5756
60,00 9,3200 7,6398
62,50 10,4200 8,9494
65,00 11,6600 10,4228
67,50 13,1200 12,2236
70,00 14,5700 14,3508
72,50 15,8800 17,2110
Beban
Plat Bearing
Lapisan Sub-Base
Perletakan Rol
Perletakan Rol
Lapisan Subgrade
Perletakan Jepit
deformasi yang akan terjadi untuk analisa ketiga, dengan kondisi lapisan
oksida. Berikut pada Gambar 86, Gambar 87, dan Gambar 88, merupakan
tampilan pola deformasi hasil analisa numerik pada Plaxis 2D dari model
yang diuji.
176
Gambar 89. Pola Deformasi Tanah pada Plaxis dengan Lapisan Sub-
Base Tanah Lunak Stabilisasi Overboulder Aktifasi Ferro
Oksida pada Incremental Shear Strains.
178
Tabel 36.
179
Penurunan
Load
Laboratorium Plaxis
(kN) (mm) (mm)
0,00 0,0000 0,0000
2,50 0,0960 0,0381
5,00 0,2341 0,1689
7,50 0,3601 0,2897
10,00 0,4742 0,3433
12,50 0,5902 0,4861
15,00 0,7103 0,5177
17,50 0,8443 0,6922
20,00 0,9904 0,7728
22,50 1,1104 0,8668
25,00 1,2525 0,9674
27,50 1,4086 1,0414
30,00 1,5346 1,2162
32,50 1,6707 1,2980
35,00 1,8107 1,3912
37,50 1,9568 1,4791
40,00 2,1188 1,6557
42,50 2,2709 1,8347
45,00 2,4490 2,0146
47,50 2,6010 2,1947
50,00 2,7731 2,3750
52,50 2,9512 2,6006
55,00 3,1613 2,7814
57,50 3,3914 2,9626
60,00 3,5914 3,2348
62,50 3,8255 3,4849
65,00 4,0916 3,7580
67,50 4,3517 4,0768
70,00 4,6319 4,4418
72,50 4,9720 4,8072
75,00 5,3721 5,2645
77,50 5,6923 5,6308
80,00 6,1024 6,1810
82,50 6,5126 6,7317
85,00 7,0328 7,3747
87,50 7,5130 8,0179
180
menunjukkan nilai yang lebih besar dibanding pengujian model fisik. Pada
dengan input beban puncak sebesar 62,5 kN. Pada lapisan sub-base
87,5 kN. Pada validasi numerik menunjukkan bahwa kinerja lapisan sub-
penurunan lebih kecil dengan beban yang lebih besar. Sedangkan untuk
relative serupa dengan hasil uji model fisik. Hasilnya dapat dilihat lebih
Tabel 37. Hubungan Beban Ultimit dan Penurunan Hasil Uji Laboratorium
dan Hasil Analisa Numerik Plaxis.
laboratorium dan analisa numerik plaxis dapat dilihat pada Gambar 93.
183
25
Tanah + Pasir Batu
Tanah + Overboulder
20 Tanah + Overboulder + Fero Oksida
Penurunanl Uji Lab (mm)
15
10
0
0 5 10 15 20 25
aplikasi numerik plaxis dapat terlihat bahwa perbedaan antara hasil uji
laboratorium dengan hasil analisa numerik tidak begitu jauh berbeda. Hal
Pada Tabel 37, menunjukkan antara hasil uji laboratorium dengan hasil
maximum tidak begitu jauh berbeda. Hal ini menunjukkan pola keruntuhan
184
tanah setelah dicampur dengan air, serta terjadi sementasi yang dapat
test. Nilai CBR meningkat 5 kali lipat serta nilai kuat tekan ikut
nilai CBR, 8 kali lipat dan kuat tekan meningkat 56 kali lipat dibanding
BAB V
A. Kesimpulan
tanah lunak mengalami peningkatan nilai kuat tekan dan nilai CBR
overboulder.
perkerasan jalan.
186
B. Saran
antara lain :
serta dilakukan dalam skala yang lebih besar dan lebih kompleks
lebih lama agar reaksi kimia yang terjadi sudah lebih stabil untuk
DAFTAR PUSTAKA
Al-hassani, et. al., (2015), Stabilisasi tanah lempung plastisitas tinggi pada
indeks Likuiditas 1 dan 1.25 menggunakan semen, e-Jurnal
Matriks Teknik Sipil No. 92, Maret 2016.
Budi, et. al., (2002), Pengaruh pencampuran abu sekam padi dan kapur
Untuk stabilisasi tanah ekspansif, Dimensi Teknik Sipil ISSN
1410-9530 print © 2002 Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil.
Çokça, E., (2001), Use of Class C Fly Ashes for the Stabilization of an
Expansive Soil, Journal of Geotechnical and
eoenvironmental Engineering, Vol.127, No.7, pp. 568-573,
2001.
Deshpande, M.D., Pandya, P.C., Shah, J.D and Vanjara, S.V (1990),
“Performance Study of Road Section Constructed with Local
Expansive Clay Stabilised with Lime as Sub Base Material”,
Indian Highways, Vol. 18, No. 6, pp 29-38.
Garber N. J., and L. A. Hoel, (2000), Traffic and highway engineering, 2nd
ed. Brooks/Cole Publishing Company, London, 481- 492,
927- 930
Hatmoko, J.T., and Lulie, Y., (2007), UCSTanah Lempung Ekspansif yang
Distabilisasi dengan Abu Ampas Tebu dan Kapur. Jurnal
Teknik Sipil, Volume 8 No. 1, Oktober 2007 : 64 – 77.
Jhon Tri Hatmoko, at. al., (2016), Shear Behavior of Calcium Carbide
Residue - Bagasse Ash Stabilized Expansive Soil Procedia
Engineering Volume 171, 2017, Pages 476-483.
Karthik, S., et al. 2014. Soil Stabilization By Using Fly Ash. Journal of
Mechanical and Civil Engineering.
Kiran, S.P., et. al., (2014), Stabilization of Lateritic Soil by using Sugarcane
Straw Ash and Cement, Journal of Civil Engineering
190
Kumar, R., et al. 2017. Design Of Soil Cement Road. International Journal
of Civil Engineering and Technology.
Mamun, Md.M.H., et al. 2016. Improvement of Sub Base Soil Using Sand-
Cement Stabilization. American Journal of Civil Engineering.
Nascimento V., Simoe A., (1957), "Relation between CBR and Modulus of
Strength, Proceeding 4th International Conference on Soil
Mechanic and Foundation Engineering", London 166-168
Negi, A. S., et al. 2013. Soil Stabilization Using Lime. International Journal
of Innovative Reasearch in Science, Engineering and
Technology.
Portelinha, et. al., (2012), Modification of a Lateritic Soil with Lime and
Cement: An Economical Alternative for Flexible Pavement
Layers, Soils and Rocks, São Paulo, 35(1): 51-63, January-
April, 2012, pp 51-63.
Rashid, et. al., (2014), Stabilisasi tanah lempung plastisitas tinggi pada
indeks Likuiditas 1 dan 1.25 menggunakan semen, e-Jurnal
Matriks Teknik Sipil No. 92, Maret 2016.
Riyaz, B., et al. 2015. Study of Soil Cement Stabilization for Pavement
Base Course and Sub grade. International Journal of
Engineering Research & Management Technology.
Samang, L., et. Al. (2010), Efektifitas Pondasi Raft dan Pile Dalam
Mereduksi Penurunan Tanah Dengan Metode Numerik.
Konfrensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTeks), Sanur-Bali, 2-3
Juni.
Sherwood, P., (1993). “Soil Stabilization with Cement and Lime” State of
the Art Review, Transport Research Laboratory, HMSO,
London.
Teodoru, I.B dan Toma, I.O. (2009), Numerical Analysis of Plate Loading
Test. Publicat de Universitatea Tehnica, Gheorghe Asachi
din Iasi, Tomul LV (LIX), Fasc. 1, 2009, Sect¸ia
CONSTRUCTII ARHITECTURA.
William, L.T. and Robert, W. (1969), Soil Mechanics, John Wiley and
Sons, Inc, New York.