Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

“INOVASI PENYIMPANAN DINGIN UNTUK LIMBAH MEDIS


DENGAN SISTEM REFRIGERASI DILENGKAPI DENGAN
SENSOR PINTU”

Oleh:

MUHAMMAD RAIHAN AKBAR

2004055

FAKULTAS KETEKNISIAN KESEHATAN MEDIS

PROGGRAM STUDI DIII TEKNIK ELEKTROMEDIK

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan
judul “Inovasi Penyimpanan Dingin Untuk Limbah Medis Dengan Sistem Refrigerasi
Dilengkapi Dengan Sensor Pintu” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
melengkapi tugas ujian akhir semester pada Program Studi Teknik Elektromedik
Universitas Widya Husada Semarang

Dalam penelitian dan penyusunan proposal ini penulis telah mendapatkan banyak
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:

1. Kepada Allah SWT, Yang Maha Esa dan Tuhan seluruh alam semesta.
2. Kepada kedua orang tua dan keluarga besar yang turut memberikan do’a,
dukungan material dan non - material, semangat, serta motivasi.
3. Seluruh teman – teman DIII Teknik Elektromedik yang telah memberikan
cerita berharga dan kenangan selama masa perkuliahan yang tidak akan penulis
lupakan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu semua jenis saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan memberikan
wawasan tambahan bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Semarang , 8 juli 2022

Muhammad Raihan Akbar

iv
ABSTRAK

Limbah medis merupakan faktor utama penyebab banyaknya permasalahan pada

lingkungan karena banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan atau fasyankes yang tidak

dapat mengolah limbah medis sehingga limbah medis langsung dibuang tanpa adanya

penyimpanan terlebih dahulu terutama untuk limbah medis yang bersifat infeksius yaitu

limbah medis yang beresiko untuk menularkan penyakit karena tidak adanya pengolahan

atau penyimpanan terlebih dahulu untuk menghilangkan resiko tersebut.

Masa penyimpanan limbah B3 medis selain megikuti ketentuan dalam PP 101 tahun 2014

juga mengikuti ketentuan dalam PERMEN LHK No. 56 Tahun 2015, yang

merekomendasikan untuk penyimpanan limbah B3 sejak limbah B3 dihasilkan paling

lama 2 (dua) hari pada temperatur tempat penyimpanan limbah medis infeksius lebih

besar dari 0°C.

Berdasarkan dari permasalahan tersebut, maka penulis membuat alat untuk

penyimpanan limbah medis yang menggunakan sistem refrigerasi dengan komponen

utama berupa: kompressor, kondensor, pipa kapiler, filter, dan evaporator. Dengan

pengaturan suhu yang memiliki range 0°C - 2°C, yang dilengkapi dengan Arduino

sebagai pengolah data, sensor suhu DS18B20 yang berfungsi sebagai sensor suhu, LCD

16x2 sebagai penampil hasil pembacaan, serta Magnetic Reed switch yang berfungsi

sebagai sensor pintu yang nantinya akan terhubung ke buzzer jika pintu terbuka.

Pengujian suhu dilakukan sebanyak 6 (enam) kali dengan menggunakan alat pembanding

yaitu thermometer digital, dengan dilakukan 3 kali pengujian pada suhu 0°C, 1°C, dan

2°C, dan menggunakan beban berupa Biohazard Box 5 Liter yang diuji pada suhu 0°C,

1°C, dan 2°C.

Kata Kunci: Limbah Medis, Refrigerasi, Suhu, Infeksius

v
ABSTRACT

Medical waste is the main factor causing many problems in the environment because

there are many health care facilities or health facilities that cannot process medical waste

so that medical waste is immediately disposed of without any storage, especially for

medical waste that is infectious, namely medical waste that is at risk for transmitting

disease because it is not prior processing or storage to eliminate these risks. The storage

period for medical B3 waste in addition to following the provisions in PP 101 of 2014

also follows the provisions in PERMEN LHK No. 56 of 2015, which recommends storing

B3 waste since B3 waste is generated for a maximum of 2 (two) days at a temperature

where infectious medical waste is stored greater than 0°C.

Based on these problems, the authors make a device for storing medical waste that

uses a refrigeration system with the main components: compressor, condenser, capillary

tube, filter, and evaporator. With a temperature setting that has a range of 0°C - 2°C,

which is equipped with Arduino as a data processor, a DS18B20 temperature sensor

which functions as a temperature sensor, a 16x2 LCD as a display of readings, and a

Magnetic Reed switch which functions as a sensor pintu which will later connected to the

buzzer if the door is open. The temperature test was carried out 6 (six) times using a

comparison tool, namely a digital thermometer, with 3 tests carried out at a temperature

of 0°C, 1°C, and 2°C, and using a load in the form of a 5 Liter Biohazard Box which was

tested at a temperature of 0 °C, 1°C, and 2°C.

Keywords: Medical Waste, Refrigeration, Temperature, Infectious

vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Limbah medis merupakan hasil buangan yang dihasilkan dari kegiatan medis

berupa jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, nanah,

jaringan tubuh manusia, limbah sitosik, limbah farmasi, limbah kimia, hingga limbah

radioaktif. Limbah medis harus dapat diolah dengan cepat, ataupun dibuang setelah

dihasilkan. Pembuangan akan menjadi pilihan terakhir jika limbah medis tidak dapat

diolah [1].

Masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah medis sangat erat

hubungannya dengan dunia kesehatan. Oleh karena itu, maka sarana pelayanan

kesehatan masyarakat harus diperhatikan keterkaitannya terhadap hal tersebut.

Sarana pelayanan kesehatan ini menjadi tempat bertemunya masyarakat yang

menderita penyakit, masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan, masyarakat

pengunjung, dan masyarakat sekitar sehingga interaksi didalam sarana pelayanan

kesehatan dapat memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit apabila tidak

didukung dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter [2].

Limbah medis sangat berkaitan dengan kesehatan di lingkungan masyarakat

sekitar, serta pentingnya untuk melaksanakan penyimpanan limbah medis apabila

limbah medis tidak dapat diolah sehingga tidak menyebabkan pencemaran pada

lingkungan. Limbah medis harus disimpan pada suhu yang berada pada titik

0°Celsius untuk penyimpanan selama 90 Hari dan 2°Celsius untuk penyimpanan

selama 2 hari [3].

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis berkesimpulan bahwa diperlukan

inovasi alat penyimpanan dingin untuk limbah medis dengan titik suhu yang memiliki

keakuratan pasti dalam mengatur suhu penyimpanan agar tidak menyebabkan potensi

1
bahaya yang terkandung didalam limbah medis infeksius serta tingkat infeksius dari

bakteri yang dapat menimbulkan berbagai masalah.

Rancangan alat menggunakan sistem refrigerasi sebagai pendingin suhu

penyimpanan yang harus menyentuh titik suhu yang telah ditentukan agar dapat

menyimpan limbah medis infeksius selama 2 hari. Sensor DS18B20 sebagai digital

thermometer yang dapat membaca temperatur suhu -55°Celsius - 125°Celsius dan

tingkat akurasi pembacaan ±0.5°Celsius dari titik suhu -10°Celsius - 85°Celsius.

Serta melengkapi alat dengan Biohazard Box yang berbentuk kotak wadah pengaman

untuk menampung sementara sisa limbah medis. Limbah medis harus disimpan

dengan tempat penyimpanan yang dilengkapi dengan penutup, tidak tercampur

dengan limbah non-medis, membatasi akses lokasi, serta pemilihan tempat yang tepat

[4].

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana membuat penyimpanan limbah medis yang dilengkapi dengan sistem

refrigerasi agar dapat mencapai suhu 0°Celsius - 2°Celsius serta sensor pintu yang

berfungsi sebagai indikator bahwa pintu terbuka pada saat alat bekerja. Pintu yang

terbuka akan menyebabkan ketidakstabilan suhu pada bagian dalam alat.

1.3 Batasan Masalah

Dalam pembuatan alat penyimpanan limbah medis, penulis membatasi pokok –


pokok pembahasan yang akan dibahas.

1. Kapasitas Biohazard Box yang digunakan dalam wadah untuk menyimpan

limbah medis adalah 5 liter.

2. Penyimpanan limbah medis pada titik suhu 0°Celsius - 2°Celsius dapat disimpan

selama 2 (dua) hari.

3. Menggunakan sensor DS18B20 sebagai digital thermometer.

4. Menggunakan Magnetic Reed Switch sebagai sensor pintu.

2
1.4 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Tujuan Umum


Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengintegrasikan modul

pemantauan suhu dan melakukan modifikasi terhadap Refrigerator dengan

rentang suhu 0°Celsius - 2°Celsius agar dapat menjadi tempat

penyimpanan dingin untuk limbah medis dengan suhu yang stabil.

1.4.2 Tujuan Khusus


Dengan acuan permasalahan diatas, maka secara operasional tujuan

khusus dari alat ini adalah melakukan perancangan alat untuk tempat

penyimpanan sementara pada limbah medis infeksius agar menghindari

pencemaran lingkungan di daerah sekitar Rumah Sakit atau Fasyankes

(Fasilitas Pelayanan Kesehatan) yang tidak memiliki sistem pengolahan

maupun penyimpanan limbah medis infeksius.

1.5 Manfaat

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis


1. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk bahan referensi bagi

pembaca dalam membuat tempat penyimpanan untuk limbah medis.

2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang penyimpanan limbah

medis.

1.5.2 Manfaat Praktis


Inovasi dari alat ini dapat digunakan oleh Rumah Sakit maupun

Fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) agar dapat mengurangi resiko

pencemaran lingkungan akibat dari limbah medis yang tidak dapat diolah.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh [1], dengan

judul “Medical Waste Managements In South Brazil” yang meneliti tentang

kesesuaian prinsip pengolahan limbah medis di Brazil Selatan yang telah

dinyatakan dalam undang – undang Brazil yang dimana dalam penelitian ini,

sebagian besar fasilitas kesehatan di Brazil Selatan tidak sesuai dengan prinsip –

prinsip pengolahan limbah medis menurut undang – undang Brazil dan hanya

memfokuskan prioritasnya pada pemilahan limbah biologis infeksius. Kelebihan

dari penelitian ini adalah, peneliti menggunakan prinsip – prinsip yang diatur

dalam undang – undang Brazil sehingga pihak terkait dapat memperbaiki

kekurangan yang ada maupun permasalahan apa saja yang di angkat dalam

penelitian ini, sementara untuk kekurangannya adalah penelitian ini hanya

dilakukan dengan range penelitian yang ber skala kecil yaitu di beberapa Rumah

Sakit Brazil Selatan saja, sehingga perlu adanya penelitian di lokasi lain di Brazil

Selatan.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh [4], dengan

judul “Pengontrol Suhu Air Menggunakan Sensor DS18B20 Berbasis Arduino

UNO” yang meneliti tentang kerja alat pengontrol temperatur air dengan parameter

waktu dan perubahan kenaikan suhu pada pagi, siang dan malam hari. Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapat bahwa pada saat pagi hari

temperatur air mengalami kenaikan sebesar 100°C selama 37,28 Menit, kemudian

pada siang hari temperatur air mengalami kenaikan sebesar 100°C selama 35,46

Menit, dan pada mala hari temperatur air mengalami kenaikan sebesar 100°C

selama 31,40 Menit. Untuk kelebihan dari penelitian ini adalah penulis

menjelaskan dengan detail tentang sensor DS18B20, namun pada penulisan

penelitian ditemukan adanya kesalahan penulisan serta saran dari penulis yang

dirasa tidak begitu penting yaitu pada tugas akhir ini dengan menggunakan Alat

4
pengontrol suhu otomatis pada air [4], yang mana pembaca menyarankan agar

pembacaan lebih akurat, harus lebih teliti dalam mengambil data. Penulis

menuliskan saran yang jauh lebih baik seperti menyarankan untuk menggunakan

sensor suhu atau heater yang jauh lebih baik lagi agar keakuratan pembacaan data

jauh lebih baik.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh [5], dengan

judul “Karakteristik Kulkas Dengan Daya Kompressor 1/8PK, Panjang Pipa

Kapiler 170cm dan Refrigeran R600a” yang bertujuan untuk membuat alat berupa

kulkas dua pintu dengan skala rumah tangga yang menggunakan siklus kerja dari

kompressor bersiklus uap. Dengan hasil dari pengujian adalah kisaran suhu

evaporator yang di dapat mencapai -8,75°C, kerja kompressor terendah sebesar

73kJ/kg dan tertinggi sebesar 79kJ/kg dan koefisiensian kulkas dua pintu rata – rata

sebesar 85,85% dengan kelebihan dari alat yaitu suhu yang bisa mencapai suhu

dingin, sementara untuk kekurangannya adalah untuk mencapai suhu 3°C

membutuhkan waktu 180 Menit [5].

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh [6], dengan

judul “Permasalahan Limbah Medis COVID-19 Di Indonesia” penelitian ini

bertujuan untuk mempertimbangkan masalah kapasitas pengolahan limbah medis

dan respon pemerintah terhadap masalah tersebut. Selain dengan cara optimalisasi

kapasitas dasar yang ada, pemerintah juga mencari kapasitas cadangan dengan

memasukkan layanan pengolahan limbah B3 non medis dan industri dengan

insinerator seperti kiln semen. Merebaknya Covid-19 seharusnya memberikan

dorongan kepada Indonesia, termasuk DPR RI sebagai pembuat kebijakan, untuk

memperbaiki sistem pengelolaan sampah dan limbah B3 untuk bersiap

menghadapi bencana serupa di masa mendatang [6]. Penelitian ini memiliki

kelebihan yaitu mengangkat topik limbah medis pada masa COVID – 19, sehingga

perlu adanya kesadaran oleh pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan

5
terkait penanganan limbah medis pada masa COVID – 19. Sementara untuk

kekurangan dari penelitian ini adalah penulis tidak memberikan saran terkait

pengolahan limbah medis COVID – 19, hanya menyarankan untuk penambahan

fasilitas penanganan limbah medis dengan insinerator dan penambahan fasilitas

penunjang penanganan limbah medis di beberapa daerah di Indonesia saja.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh [7], dengan

judul “Magnetic Door Lock Menggunakan Kode Pengaman Berbasis

ATMega328” yang bertujuan untuk mengamankan pintu rumah dari pencurian

atau tindakan-tindakan yang dapat merugikan [7]. Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis, dengan meneliti tegangan pada buzzer yang dijadikan

alarm dengan membuat 6 data yaitu tegangan buzzer pada data pertama, kedua dan

ketiga tertampil 0Vdc dengan rata – rata 0Vdc dan keterangan buzzer tidak

berbunyi. Kemudian tegangan buzzer pada data keempat tertampil 8,95Vdc, pada

data kelima tertampil 9,98Vdc, dan pada data keenam tertampil 8,98Vdc dengan

rata rata tegangan sebesar 8,94Vdc dan keterangan alarm dapat berbunyi. Untuk

kekurangan pada penelitian ini yaitu tidak adanya cadangan power supply apabila

sumber listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) padam.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Kalor


Kalor merupakan energi yang berbentuk panas yang dapat mengalami
perpindahan dari tempat yang memiliki suhu tinggi ke tempat yang suhunya
lebih rendah. Satuan Internasional (SI) dari kalor adalah Joule (J).

2.2.2.1 Perpindahan Kalor


Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Perpindahan dari kalor dibedakan menjadi tiga jenis perpindahan
yaitu:

1.Konduksi
Konduksi merupakan perpindahan kalor yang berada
dari tempat bersuhu tinggi ke tempat yang memiliki suhu

6
lebih rendah dan tidak disertai perpindahan zat
perantaranya. Contoh dari konduksi adalah ketika
mengaduk air yang dipanaskan. Semakin lama mengaduk,
maka sendok akan ikut menjadi panas karena terjadi
konduksi panas dari kalor air panas ke sendok.
2.Konveksi
Konveksi merupakan perpindahan atau aliran dari
kalor yang disertai dengan perpindahan zat perantaranya.
Contoh dari konveksi adalah gerakan naik dan turun dari
air ketika sedang dipanaskan.
3.Radiasi
Radiasi merupakan perpindahan kalor yang terjadi
tanpa melalui zat perantara. Contoh dari perpindahan kalor
secara radiasi adalah rasa hangat pada tubuh yang
dihasilkan dari api unggun atau pancaran lampu.

2.2.2.2 Konsep Kalor Pada Sistem Refrigerasi


Konsep kalor pada sistem refrigerasi dapat dijelaskan
melalui siklus kompresi uap standar yang dapar dijelaskan seperti
pada gambar 2.1

Gambar 2 1 Siklus Kompresi Uap Standar

Kompresi adiabatik dan reversibel tekanan kompressor dari


uap jenuh akan menuju ke tekanan kondensor yang kemudian
kalor akan melepaskan tekanan konstan yang menimbulkan
penurunan keadaan uap panas lanjut dan pengembunan pada
refrigeran. Ekspansi entalpi konstan pada katup ekspansi akan
menyebabkan turunnya tekanan dan temperatur pada refrigeran.

7
Evaporator akan menghasilkan penambahan kalor pada tekanan
tetap yang menimbulkan penguapan menuju uap jenuh.

2.2.2 Definisi Refrigerasi


Refrigerasi adalah studi tentang bagaimana menjaga suhu suatu

bahan atau menjaga suhu ruangan yang berada di bawah temperatur suhu

lingkungan. Pendingin yang berguna untuk menjaga produk yang berupa

makanan atau minuman agar tetap layak dikonsumsi disebut dengan kulkas.

Di sisi lain, seperti AC (Air Conditioner) yaitu pendingin yang berfungsi

mengurangi temperatur ruang untuk proses industri maupun suhu tubuh

manusia. Cara kerja sistem refrigerasi adalah dengan menyerap panas yang

terkandung dalam bahan atau ruangan dan

melepaskannya ke lingkungan yang bertemperatur lebih tinggi. Berbagai

jenis lemari es berhasil dikembangkan oleh para ahli untuk mengurangi

bahan dan ruang sesuai kebutuhan. Jenis lemari es meliputi siklus kompresi

uap, siklus penyerapan, siklus udara, pendinginan jet uap, termoelektrik

dan pendinginan magnetik [8].

2.2.3 Refrigerator
Refrigerator atau lemari es adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan panas dari ruangan yang dingin ke ruangan yang panas.

Kebanyakan sistem pendingin menggunakan sistem kompresi uap.

Refrigerator bersirkulasi menggunakan pendingin yang disebut refrigeran,

menyerap dan melepaskan panas, mengubah tekanan dari rendah ke tinggi

dan sebaliknya. Siklus ini berulang atau berulang dalam sistem pendingin,

menetapkan jumlah refrigeran yang digunakan dan mengubah fase. Jenis

lemari es terkompresi uap ini adalah lemari es yang beroperasi berdasarkan

prinsip kompresi uap, dan karena COP (koefisien kinerja) yang sangat baik,

sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti penyimpanan

makanan.

8
Gambar 2 2 Cara Kerja Refrigerator

2.2.4 Komponen Utama Pada Refrigerator


Refrigerator atau kulkas memiliki beberapa komponen penting yang

ada didalamnya dan ada juga komponen tambahan yang ada pada

Refrigerator atau yang biasa disebut dengan kulkas. Komponen tambahan

ini berfungsi untuk mengoptimalisasi terjadinya siklus refrigerasi agar

terciptanya suhu dingin pada Refrigerator atau kulkas, berikut adalah

beberapa komponen pada kulkas:

• Kompresor

Komponen terpenting dari lemari es adalah kompresor.

Kompresor memiliki kemampuan untuk menaikkan tekanan Freon

(dari tekanan rendah ke tekanan tinggi). Kompresor bekerja

dengan menghisap dan memompa refrigeran,

menciptakan sirkulasi yang mengalir ke pipa pendingin.

9
Gambar 2 3 Kompressor dan Posisi Kompressor Pada Refrigerator

• Evaporator

Evaporator adalah bagian berbentuk tabung panjang yang

desainnya berputar dan diletakkan di dalam lemari es. Di

evaporator, Freon mengalir pada tekanan rendah, sehingga

suhunya juga rendah. Oleh karena itu, bagian ini juga biasa disebut

sebagai koil pendingin atau unit pendingin.

Gambar 2 4 Evaporator dan Posisi Evaporator Pada Refrigerator

10
• Kondensor

Kondensor bertindak sebagai penukar panas yang

menurunkan suhu refrigeran yang masih berbentuk gas menjadi

cair. Dalam lemari es, kondensor adalah perangkat yang

digunakan untuk mengubah gas refrigeran bertekanan tinggi

menjadi cairan, yang melakukan ini dengan menghilangkan panas

dari refrigeran ke suhu atmosfer. Kondensor terdiri dari koil dan

kipas, yang membantu mendinginkan refrigeran ketika udara

dihembuskan di antara keduanya.

Gambar 2 5 Kondensor dan Posisi Kondensor Pada Refrigerator

• Pipa Kapiler

Pipa kapiler digunakan untuk menurunkan tekanan

refrigeran. Tabung kapiler merupakan tabung yang lebih dingin

yang memiliki diameter paling kecil dibandingkan tabung lainnya.

Pipa kapiler dipasang di antara kondensor dan

evaporator, dan filter dipasang di sisi saluran masuk pipa kapiler.

Umumnya pipa kapiler yang biasa digunakan pada chiller

memiliki diameter 0,0026” atau 0,0028”. Kerusakan paling umum

pada pipa kapiler chiller adalah diameternya yang sangat kecil,

yang sering menyebabkan kerusakan, kebocoran, dan

penyumbatan.

11
Gambar 2 6 Pipa Kapiler dan Posisi Pipa Kapiler Pada Refrigerator

• Filter (receiver drier)

Filter adalah tabung penyimpan refrigeran cair, dan isi filter

ini terdiri dari serat dan pengering, yang berguna untuk menyaring

zat asing dan mensirkulasikan uap air refrigeran. Filter ini

berfungsi sebagai reservoir refrigeran, menyaring benda asing dan

uap air dengan pengering dan filter untuk mencegah sirkulasi

dalam sistem pendingin dan memisahkan gelembung dari cairan

refrigeran sebelum masuk ke katup ekspansi. Ini dipasok ke katup

ekspansi. Filter terdiri dari filter bodi utama, pengering, tabung,

dan kaca samping. Refrigeran cair menyaring uap air dan benda

asing dengan filter dan pengering, kemudian mengalir ke pipa

menuju katup ekspansi melalui pipa outlet di bagian bawah unit

utama.

12
Gambar 2 7 Filter dan Posisi Filter Pada Refrigerator

2.2.5 Komponen Tambahan Pada Refrigerator


Pentingnya komponen tambahan pada Refrigerator agar dapat

mengoptimalisasi kinerja Refrigerator. Berikut adalah beberapa komponen

tambahan pada Refrigerator:

• Sensor DS18B20

Sensor suhu DS18B20 merupakan sensor yang memiliki

keluaran berupa keluaran digital. Sensor suhu DS18B20 dapat

membaca suhu pada rentang suhu -55°C sampai 125°C, namun

pada rentang suhu -10°C sampai 85°C memiliki tingkat akurasi

yang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5°C. Pada umumnya, sensor

suhu membutuhkan ADC (Analog to Digital Converter) dan juga

beberapa pin port pada mikrokontroller, tetapi pada sensor suhu

DS18B20 ini tidak membutuhkan ADC (Analog to Digital

Converter) agar dapat berkomunikasi dengan mikrokontroller dan

hanya memerlukan 1 wire saja.

Gambar 2 8 Sensor DS18B20

• Mikrokontroler ATMega328P

Mikrokontroler berfokus pada kemampuan mikrokontroler

untuk membaca dan mengukur objek. Selain aspek fungsional

13
yang baik, mikrokontroler harus sangat sensitif untuk menghindari

keterlambatan dan penyimpangan dalam pengukuran sensor yang

mengukur objek seperti suhu. Mikrokontroler memiliki beberapa

kelebihan dan kekurangan akurasi proses, tergantung pada

prosesor dan kemampuan

mikrokontroler.

Gambar 2 9 ATMega328P pada Mikrokontroller Arduino UNO

Gambar 2 10 Konfigurasi pin (kaki) pada ATMega328P

Berdasarkan Gambar 2.8 dapat dilihat bahwa

mikrokontroler, Atmega328 memiliki 14 pasang pin (kaki) atau 28

pin (kaki) dengan penamaan pada pin seperti berikut:

1) VCC yang merupakan tegangan pencatu daya positif.

2) GND yang merupakan tegangan pencatu daya negatif.

3) PortB (PB0 – PB5) yang merupakan port input/output dan juga

memiliki kemampuan yang lain.

14
4) PortC (PC0 – PC6) yang merupakan port input/output untuk

Atmega328 dan port ADC.

5) PortD (PD0 – PD7) yang merupakan port input/output serta

pengisian program pada mikrokontroler.

6) RESET yang merupakan setel ulang input

7) AVCC yang merupakan pin tegangan suplai untuk A/D

Converter, PortC (PC0 –PC3), dan ADC

Magnetic Reed switch

Magnetic Reed Switch adalah sakelar listrik yang

dioperasikan oleh medan magnet yang ditemukan oleh WB

Ellwood dari Nokia Bell Labs pada tahun 1936. Contoh aplikasi

reed switch adalah pendeteksi bukaan pintu saat digunakan

sebagai proximity switch untuk peringatan pencurian.

Magnetic Reed Switch atau sensor magnetik digunakan

untuk mendeteksi gerakan naik turun atau maju mundur dari

penggerak silinder. Cara kerja sensor ini adalah jika ada medan

magnet di depan sensor maka sensor bekerja dengan cara

menghubungkan kontak. Medan magnet ini dihasilkan dari bagian

dalam silinder atas dan bawah, posisi sensor menempel pada badan

silinder, dan ketika silinder bergerak naik turun, medan magnet

yang mengenai saklar buluh dihasilkan.

Gambar 2 11 Magnetic Reed Switch

15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Blok Fungsi

Gambar 3.1 merupakan gambar blok diagram yang berguna untuk

memudahkan pembaca dalam memahami cara kerja dari alat..

Gambar 3 1 Blok Diagram Alat

Sumber listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebesar 220 Vac akan

memberi suplai tegangan ke sistem refrigerasi dan power supply untuk memberi

tegangan sebesar +5 Vdc ke Mikrokontroller ATMega328P. Pada saat sistem

refrigerasi bekerja, suhu yang dihasilkan oleh sistem refrigerasi akan dibaca oleh

sensor suhu DS18B20 dan diproses oleh Mikrokontroller ATMega328P. Magnetic

reed switch yang merupakan sensor pintu akan memberikan inisasi pemrosesan ke

Mikrokontroller ATMega328P saat mendapatkan logika High. Hasil pemrosesan

oleh Mikrokontroller ATMega 328P akan menghasilkan keluaran yang akan

menginisiasikan display pada LCD (Liquid Crystal Display) untuk menampilkan

nilai suhu beserta kondisi menyala atau tidaknya sistem refrigerasi beserta

menyalanya buzzer dan LED (Light Emitting Diode) ketika pintu terbuka dan

driver SSR (Solid State Relay) yang akan menyalakan atau mematikan kompressor

pada sistem refrigerasi.

16
3.2 Diagram Alir

Gambar 3 2 Diagram Alir

Gambar 3.2 merupakan diagram alir alat dengan penjelasan diagram alir

sebagai berikut. Pada saat dimulai, mikrokontroller akan membaca pendataan dari

status pintu dengan data apakah pintu tertutup atau terbuka. Pada saat pintu tidak

tertutup, maka buzzer akan aktif dan kembali ke pembacaan data dari sensor

pintu. Ketika pintu tertutup, maka sensor suhu akan membaca suhu pada bagian

dalam alat dengan keterangan apakah suhu pada bagian dalam alat sudah lebih

dari atau sama dengan 2°C. Jika suhu lebih dari atau sama dengan 2°C, maka

sistem refrigerasi tidak akan bekerja dan kembali ke pembacaan data suhu dari

sensor pintu. Jika suhu kurang dari atau sama dengan 2°C maka sistem refrigerasi

akan bekerja kemudian tampilan suhu dan kondisi menyala atau matinya sistem

refrigerasi akan tertampil pada display.

17
3.3 Diagram Mekanis

Sebelum membuat alat, dilakukan perancangan alat. Perancangan alat tempat

penyimpanan limbah medis dengan sistem refrigerasi dilengkapi dengan sensor

pintu ada pada gambar 3.3

Gambar 3 4 Diagram Mekanis Alat

Tabel 3 1 Tabel Dimensi Alat

DIMENSI ALAT

Panjang
534 mm/53,4 cm

Lebar
485 mm/48,5 cm

18
Tinggi
1100 mm/110 cm

Berat
±34 Kg
3.4 Alat dan Bahan

Untuk melakukan penelitian pada tugas akhir, dibutuhkan beberapa alat dan

bahan untuk membuat modal rangkaian dan melakukan perancangan alat.

Berikut merupakan daftar alat dan bahan:

3.4.1 Alat
Tabel 3 2 Tabel Alat

NO Nama Bahan Jumlah

1 Laptop 1

2 Toolset 1

3 Software Proteus 1

4 Attractor 1

5 Mesin Las 1

6 Mesin Bor 1

7 Solder 1

3.4.2 Bahan
Tabel 3 3 Tabel Bahan

NO Nama Bahan Jumlah

19
1 Papan PCB Secukupnya

2 ATMega328P 1

3 Timah Secukupnya

4 Kompresor 1

5 Kondensor 1

6 Filter Drier 1

7 Pipa Kapiler 1

8 Evaporator 1

9 Driver SSR 1

10 Transistor NPN Secukupnya

11 LCD 16X2 1

12 Resistor Secukupnya

13 Magnetic Reed switch 1

14 Buzzer 1

15 LED 6

3.5 Implementasi Perangkat Keras

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, terdapat beberapa perangkat

keras yaitu:

20
3.5.1 Rangkaian Refrigerator
Rangkaian Refrigerator adalah rangkaian yang berfungsi untuk

mendinginkan Refrigerator. Pada rangkaian Refrigerator, komponen

yang digunakan yaitu kompresor yang akan mengambil udara dari sekitar

setelah itu diberi tekanan didalam tabung, lalu disalurkan sebagai udara

bertekanan kedalam kondensor. Dari kondensor, udara bertekanan tinggi

diubah menjadi refrigerant cair yang akan masuk ke filter untuk disaring

dari kotoran – kotoran pada kompresor dan kondensor. Refrigerant cair

bertekanan tinggi akan masuk ke pipa kapiler untuk menjadikan

refrigerant cair bertekanan tinggi menjadi refrigerant cair bertekanan

rendah. Kemudian masuk ke evaporator untuk diubah menjadi refrigerant

uap bertekanan rendah yang akan mendinginkan Refrigerator dengan cara

menyebarkan uap kedalam Refrigerator. Berikut skematik dari

Refrigerator:

Gambar 3 5 Rangkaian Sistem Refrigerator

21
3.5.2 Rangkaian Keseluruhan

3.6 Implementasi Perangkat Lunak

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk mengetahui besaran tingkat kelayakan dan

penilaian hasil data yang diperlukan dari pengujian parameter yang terdapat pada

alat yaitu suhu. Melalui analisis data, penulis dapat mengetahui kekurangan dan

kelebihan dari alat yang dirancang. Teknik analisis data yang dipakai oleh penulis

terdiri dari perhitungan data sebagai berikut:

3.7.1 Rata – Rata

Rata – rata merupakan nilai yang didapat dari pembagian nilai data

dengan banyaknya jumlah data. Secara umum dapat dirumuskan pada

penjabaran berikut:

Keterangan:

X = Rata – Rata

∑Xn= Nilai Data

n = Banyak Data

3.7.2 Error (%)

Error (kesalahan) merupakan nilai yang didapat dari hasil selisih

antara rata – rata terhadap masing – masing data. Berikut merupakan

penjabaran rumus dari nilai error.

22
3.8 Teknik Pengujian Alat

Kegiatan pengujian dan pengukuran alat menggunakan sensor

suhu meliputi pengujian:

• Pengujian Suhu

Pengujian suhu pada Refrigerator bertujuan untuk

mengetahui apakah suhu yang ada pada Refrigerator tepat

atau tidak dengan menggunakan alat pembanding yaitu

thermometer digital, dengan dilakukan 3 kali pengujian pada

suhu 0°C, 1°C, dan 2°C.

• Pengujian Suhu Dengan Menggunakan Beban

Pengujian suhu dengan menggunakan beban pada

Refrigerator bertujuan unutk mengetahui apakah suhu yang

ada pada Refrigerator pada saat ada beban tepat atau tidak

dengan menggunakan beban berupa Biohazard Box 5 Liter

yang diuji pada suhu 0°C, 1°C, dan 2°C.

3.9 Waktu dan Tempat Penelitian

3.9.1 Waktu Penelitian

Waktu kegiatan penelitian dengan menggunakan grafik gantt

dilaksanakan pada Bulan November 2021 Hingga Bulan Juni 2022

dengan data sebagai berikut:

Tabel 3 4 Grafik Gantt Waktu Pengumpulan Data Penelitian

Keterangan Bulan

November April Mei Juni

23
Penentuan alat

Mengumpulkan Data
Pada Karya Tulis Ilmiah

Merancang Alat

Uji Coba Alat

Pengambilan Data

Menghitung Analisis Data

Analisa Penyebab Error

3.9.2 Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Kontrakan Penulis di

Jalan As-Samawaat, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah

Istimewa Yogyakarta, dan Laboratorium Teknologi Elektromedis di Jalan

HOS Cokroaminoto, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan,

Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

24
DAFTAR PUSTAKA

[1] C. E. Da Silva, A. E. Hoppe, M. M. Ravanello, and N. Mello, “Medical wastes

management in the south of Brazil,” Waste Manag., vol. 25, no. 6 SPEC. ISS., pp.

600–605, 2005, doi: 10.1016/j.wasman.2004.03.002.

[2] P. Y. br Sitepu, “Sistem Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Cair serta Faktor-

Faktor yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Medis Padat dan

Cair di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2015,” 2015.

[3] Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik


Indonesia,

“PERATURAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 KEGIATAN FASILITAS

PELAYANAN KESEHATAN.”

[4] A. AKBAR B, “Pengontrol Suhu Air Menggunakan Sensor Ds18B20 Berbasis

Arduino Uno,” 2017.

[5] martino leo, “KARAKTERISTIK KULKAS DENGAN DAYA KOMPRESOR

1/8 PK, PANJANG PIPA KAPILER 170 CM DAN REFRIGERAN R600a,” J.

Tek. Mesin, vol. 1, p. 130, 2015.

[6] T. Prasetiawan, “Permasalahan Limbah Medis Covid-19 Di Indonesia,” Info

Singk., vol. XII, no. 9, pp. 13–18, 2020.

[7] A. Luthfi, B. Atmega, and A. G. Ramakumbo, “MAGNETIC DOOR LOCK

MENGGUNAKAN KODE,” Academia.edu, 2012. .

[8] S. K, Subcooling Pada Siklus Refrigerasi Kompresi Uap: Aplikasinya pada

Mesin Pendingin dan Pengkondisi Udara. Deepublish, 2018.

25

Anda mungkin juga menyukai