Anda di halaman 1dari 3

Tugas Final : Praktik Profesional Bidan

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Amriani, S.ST., M.Kes., M.Keb

HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESAREA DENGAN


PROSES PENYEMBUHAN LUKA OPERASI DI RUANG PERAWATAN
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ANANDA
MAKASSAR TAHUN 2023

OLEH:
FITRIAH RAMADANI
A1A222060

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN


DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan normal terjadi pada usia kehamilan 37 minggu, atau


sebulan penuh atau lebih, dan memerlukan pengeluaran bayi, plasenta, dan
selaput ketuban dari rahim wanita hamil. Selama persalinan, serviks menipis
dan terbuka sementara rahim berkontraksi, memungkinkan bayi dan plasenta
lahir utuh (Fauziah, 2015).
Sarwono (2010) menyatakan bahwa ada dua metode persalinan
yang tersedia yaitu metode pervaginam atau reguler, dan metode sectio
caesarea. Selama rahim tidak terluka dan berat bayi lebih dari 500 gram,
operasi caesar dapat dilakukan untuk memfasilitasi kelahiran janin
(Rahmayanti, 2019).
Bekas luka operasi di perut, kerusakan rahim, dan trauma kandung
kemih adalah kemungkinan komplikasi dari kelahiran SC. Lampiran organ
internal kemudian ditemukan; Emboli cairan ketuban dapat terjadi setelah
operasi; luka operasi terbuka dan infeksi serius pada organ reproduksi
internal dan eksternal menjadi perhatian (Rahmayanti, 2019).
Adanya luka operasi SC menimbulkan nyeri, akibatnya ibu biasanya
malas bergerak sehingga seluruh tubuh kaku, postur tubuh buruk, kotraktur
otot dan adanya nyeri tekan karena tidak melakukan mobilisasi dini. Banyak
wanita yang mengalami infeksi, robek pada bagian abdomen dan
pembentukan jaringan parut bahkan komplikasi atau kematian sebagai
akibatnya (Rottie, 2019).
Data hasil wawancara yang dilakukan Rottie (2019), menurut
perawat ibu post section caesarea umumnya jarang melakukan mobilisasi
dini secara berkala dikarenakan keluhan nyeri bekas insisi dan kuatir akan
bekas jahitan terlepas. Nyeri yang dirasakan menyebabkan pasien
mengalami kaku pada sendi dan proses penyembuhan luka yang lama.
Jumlah operasi caesar (SC) tahunan yang dilakukan di seluruh dunia
diperkirakan oleh WHO lebih dari 230 juta. Karena potensi bahaya bagi ibu
dan anak, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan bahwa hanya
10–15% persalinan yang menyertakan intervensi SC (Rottie, 2019)..
Ada sebanyak 16.000 kejadian kelahiran caesar (SC) per 100.000 di
Asia Tenggara pada tahun 2015, menurut Pusat Informasi Bioteknologi
Nasional. Menurut data Riset Kesehatan Dasar yang dikumpulkan pada
tahun 2015, 15% dari 20.591 ibu di Indonesia melahirkan bayinya secara SC
dalam lima tahun terakhir di 33 wilayah.
Data SDKI tahun 2017 menunjukkan adanya peningkatan 17% pada
prosedur CS dibandingkan dengan jumlah kelahiran di institusi pelayanan
kesehatan Indonesia. KPD menyumbang 18,8% dari semua kelahiran SC,
menurut statistik SDKI dari 2017, sedangkan PEB, anomali posisi janin, dan
SC sebelumnya menyumbang 13,6% (Susanto, 2019).
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ibu yang melahirkan
secara caesar memiliki risiko morbiditas dan kematian yang lebih besar
dibandingkan ibu yang melahirkan secara normal. Operasi caesar memiliki
angka kesakitan yang lebih besar (sekitar 27,3% per 1.000 kelahiran) dan
angka kematian yang lebih tinggi (sekitar 5,8% per 100.000 kelahiran)
dibandingkan dengan persalinan pervaginam (9,0% per 1.000 kelahiran)
(Muliyanti, 2021).
Penyembuhan luka yang cepat setelah operasi caesar dapat dibantu
dengan mobilisasi dini, serangkaian gerakan yang dilakukan di tempat tidur
sesegera mungkin untuk melatih otot dan tendon meregang (Rottie, 2019).
Investigasi tentang hubungan antara mobilisasi dini setelah operasi
caesar dan penyembuhan luka operasi selanjutnya di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Ananda Makassar pada tahun 2023 menarik bagi peneliti mengingat
informasi yang diberikan di atas.

Anda mungkin juga menyukai